NovelToon NovelToon

Suami Gagap Ku

1. Menyelamatkan

Roni mengendarai mobilnya menuju rumah majikannya. Roni adalah seorang asisten pribadi seorang pebisnis kaya di negeri ini. Pria lajang yang belum pernah berpacaran itu menghentikan mobilnya saat jembatan yang akan dilewatinya macet total.

Roni turun dari mobilnya saat dari kejauhan melihat orang-orang yang berkerumun memenuhi jembatan dan seorang gadis yang nampak berdiri di pagar jembatan.

"Hei! Turun! Mati tidak akan menyelesaikan masalahmu!"

"Kamu akan menjadi hantu gentayangan jika mati bunuh diri di sini!"

"Orang tuamu pasti akan sedih, jika kamu mati dengan cara seperti ini!"

"Bunuh diri itu dosa!"

"Kamu jangan mendahului kehendak Tuhan!"

Roni mendengar suara orang-orang yang sedang membujuk gadis yang berada di atas pagar jembatan itu. Pemuda itupun ikut mendekat ke arah kerumunan orang itu dan melihat lebih dekat gadis yang hendak bunuh diri itu.

"Gadis itu cantik. Kenapa malah ingin bunuh diri?" gumam Roni dalam hati.

"Akkkhh!" pekik gadis itu dengan nekat menjatuhkan diri ke aliran sungai yang deras.

Orang-orang yang melihatnya pun berteriak panik melihat aksi nekat gadis itu.

"Tidak!" pekik Roni dalam hati yang sangat terkejut melihat aksi nekat gadis itu.

"Byurr"

Tanpa berpikir panjang, Roni ikut menjatuhkan diri ke sungai itu dan membuat semua orang yang melihatnya semakin panik.

"Astagaa.. Kenapa aku reflek masuk ke dalam sungai ini untuk menolong gadis itu?" gumam Roni dalam hati yang sudah berada di dalam sungai. Roni benar-benar tidak mengerti, kenapa dirinya reflek ingin menolong gadis itu. Padahal, kenal pun tidak.

Roni berusaha mencari gadis yang nekat bunuh diri itu di malam yang hanya disinari cahaya rembulan. Cukup lama Roni mencari gadis itu dengan bantuan sinar rembulan. Setelah lumayan lama mencari, pemuda itu akhirnya bisa melihat tubuh gadis yang nekat bunuh diri itu. Roni berusaha untuk membawa gadis yang sudah tidak sadarkan diri itu ke pinggir sungai. Aliran sungai yang mengalir deras dan di penuhi ranting serta segala macam sampah membuat Roni kesulitan membawa gadis itu ke tepian.

Dengan susah payah, akhirnya Roni berhasil membawa gadis itu ke tepi sungai. Roni berusaha menyadarkan gadis itu.

"Arghh.! Kenapa aku spontan menolong gadis ini? Sekarang, aku terpaksa harus melakukan RJP ( Resusitasi Jantung Paru-paru) pada gadis ini. Huff.. Padahal, seumur hidupku, aku belum pernah berciuman dengan seorang gadis pun. ,Aku hanya ingin memberikan ciuman pertama ku untuk istri ku. Tapi, sekarang mau tak mau aku harus mengorbankan ciuman pertama ku demi menolong gadis ini," gumam Roni dalam hati.

Roni melakukan kompresi pada bagian tengah dada gadis itu sebanyak 30 kali. Setelah itu memberikan dua kali bantuan napas buatan mulut ke mulut. Roni melakukan pola tersebut secara berulang sampai gadis itu akhirnya terbatuk-batuk dan kembali bernapas. Gadis itu membuka sedikit matanya dan terlihat lemah.

"Ka..Ka...kamu .. Ba.. Baik sa.. saja?" tanya Roni yang dari kecil gagap.

Walaupun gagap, namun Roni sangat beruntung karena ada orang yang mau mempekerjakan dirinya. Hal itu karena otak Roni cerdas dan setia pada majikannya.

Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, bukan? Begitu pula dengan Roni.

Gadis itu tidak menjawab. Matanya yang sedikit terbuka itu kembali tertutup dan tidak sadarkan diri lagi.

"Sial! Dia pingsan lagi," gumam Roni dalam hati.

Mau tidak mau, Roni menggendong tubuh gadis itu dengan gaya bridal style. Roni akhirnya membawa gadis itu ke rumah sakit sahabatnya.

Tidak lama kemudian, Roni sudah tiba di rumah sakit. Pemuda itu menunggu di depan ruangan UGD dengan cemas. Padahal dirinya tidak kenal dengan gadis itu.

"Tuan, sebaiknya anda berganti pakaian. Ini pakaian anda. Selama Tuan berganti pakaian, biar saya yang berjaga di sini," ucap seorang pria yang merupakan anak buah Roni itu seraya mengulurkan paper bag pada Roni.

Roni mengangguk dan mengambil paper bag itu dari tangan anak buahnya, kemudian pergi ke toilet untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Tak lama kemudian, Roni sudah kembali dengan tubuh yang sudah segar dan bersih. Seorang pria nampak datang menghadap Roni.

"Tuan, saya sudah mendapatkan informasi tentang gadis itu. Namanya Vivi, masih singel. Dia bekerja sebagai salah satu staf di perusahaan kelas menengah. Dia memiliki adik yang masih kuliah, ayahnya bekerja sebagai supir taksi dan tukang ojek. Ibunya bekerja di sebuah toko kue,"

"Namun... Tiga jam yang lalu ayahnya masuk UGD karena mengalami kecelakaan. Sekarang ayahnya di rawat di rumah sakit yang lokasinya tidak jauh dari tempat terjadinya kecelakaan. Dan satu lagi, Tuan. Seminggu lagi, rencananya nona Vivi akan menikah. Tapi, hari ini calon suaminya malah menikah dengan wanita lain," lapor anak buah Roni itu, lalu mengirimkan sebuah foto pada Roni melalui WhatsApp.

Roni menghela napas panjang mendengar laporan anak buahnya itu. Apalagi setelah melihat foto yang dikirimkan oleh anak buahnya. Ternyata gadis itu sedang tertimpa masalah yang bertubi-tubi.

"Ternyata, dia ingin bunuh diri karena ditinggal menikah oleh calon suaminya," gumam Roni dalam hati.

Roni menggerakkan tangannya dan bertanya dengan menggunakan bahasa isyarat pada anak buahnya itu. Karena, bagi Roni yang gagap, berbicara dengan bahasa isyarat akan lebih cepat dan mudah.

"Bagaimana keadaan ayahnya?" tanya Roni menggunakan bahasa isyarat.

"Dokter mengatakan, kemungkinan ayah gadis itu akan mengalami kelumpuhan," sahut anak buah Roni.

Roni menghela napas panjang mendengar laporan dari anak buahnya itu.

"Jangan kabari dulu tentang keadaan Vivi ini pada orang tuanya!"ucap Roni dalam bahasa isyarat.

"Baik, Tuan," sahut anak buah Roni.

Dalam hati Roni berkata,"Aku akan mengajak bicara gadis itu baik-baik. Kasihan, ibunya dan adiknya saat ini pasti sedang bersedih karena ayahnya yang baru saja mengalami kecelakaan dan menjadi lumpuh."

Atensi Roni teralihkan saat pintu ruangan UGD itu terbuka.

"Do.. Dok.."

"Plak"

"Dokter Fina bagaimana keadaan gadis itu?" tanya Roni cepat setelah di tepuk pundaknya oleh dokter yang bernama Fina itu. Dokter yang merupakan sahabat Roni sejak SMP.

"Dia sudah lebih baik. Sebentar lagi akan di pindahkan ke ruangan rawat. Bayi dalam kandungannya juga baik-baik saja," jelas Fina.

"Ba.. Bayi?" tanya Roni nampak terkejut. Pasalnya, tadi anak buahnya mengatakan, jika gadis yang di tolong nya tadi masih singel dan berencana menikah satu minggu lagi.

"Iya, bayi. Dia sedang mengandung. Usia kandungan nya baru satu bulan. Kenapa kamu terlihat terkejut seperti itu? Siapa gadis itu? Apa dia pacar kamu? Aku melihat kamu basah kuyup membawa gadis itu ke sini," tanya Fina menatap Roni penuh rasa ingin tahu sekaligus curiga..

"Di..di.."

"Plak"

"Dia bunuh diri dari jembatan dan saya menolong dia,"jawab Roni cepat setelah Fina kembali menepuk pundaknya.

"Jangan bilang dia gadis yang kamu hamili dan kamu tidak mau bertanggung jawab. Karena itu dia nekat bunuh diri," tuduh Fina asal, sekedar bercanda dengan Roni.

"Ma.. Ma.. "

"Plak"

"Mana mungkin saya menghamili seorang gadis saya masih perjaka ting-ting," bantah Roni cepat tanpa titik dan koma setelah Fina menepuk lengannya.

"Yakin masih perjaka ting-ting? Di antara kita berlima, tinggal kamu seorang yang belum menikah. Jangan-jangan, kamu nekat menghamili gadis itu agar bisa cepat-cepat menikah," tuduh Fina terlihat serius. Wanita yang berprofesi sebagai dokter itu bahkan maju mendekati Roni dengan tatapan tajam pada Roni.

"Ma.. Ma.."

"Plak"

"Mana ada yang seperti itu kenal saja tidak," bantah Roni yang lagi-lagi harus di tepuk lengannya baru bisa bicara dengan lancar.

"Benarkah? Siapa nama gadis itu?" tanya Fina yang kali ini terlihat santai.

"Vi.. Vi.. Vivi," sahut Roni.

"Katanya tidak kenal. Tapi tahu namanya," cibir Fina.

"Sa.. Sa.."

"Sudahlah! Tidak usah di jawab! Dia cantik. Jika anak dalam kandungan dia memang anak kamu, lebih baik kamu menikahi dia," ujar Fina mengulum senyum, lalu melenggang pergi.

Setelah Fina pergi, Roni nampak mengernyitkan keningnya,"Sepertinya dia ingin bunuh diri karena hamil di luar nikah. Jika orang tuanya tahu putri mereka hendak bunuh diri, mereka pasti akan semakin bersedih,"gumam Roni dalam hati.

Roni kembali menggerakkan tangannya untuk berbicara dengan anak buahnya.

"Selidiki siapa calon suami Vivi!" pinta Roni menggunakan bahasa isyarat.

"Baik, Tuan,"sahut anak buah Roni, kemudian bergegas pergi.

Beberapa menit kemudian, Roni sudah berada di ruang rawat Vivi. Vivi mulai menggerakkan jemari tangannya dan kelopak mata gadis itu juga mulai terbuka.

"Ka.. Ka.. Kamu.. Su.. Su.. Sudah.. Sa.. Sa.. Sadar?" tanya Roni dengan bicaranya yang gagap.

...🌟"Hidup tidak akan pernah lepas dari masalah. Berjuanglah, jangan sampai kalah!"🌟...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

2. Kamu Serius?

Vivi yang baru sadar dari pingsannya terdiam dengan wajah yang terlihat bingung. Namun sesaat kemudian, Vivi mulai mengingat segalanya. Tentang dirinya yang bunuh diri melompat ke sungai karena di tinggal calon suaminya menikah dengan wanita lain. Sedangkan dirinya saat ini sedang mengandung anak dari pria itu.

Vivi sempat sadar saat di pinggir sungai tadi dan melihat wajah Roni. Dan sekarang Vivi melihat pemuda itu lagi. Vivi jadi tahu, kalau Roni telah menyelamatkan dirinya.

"Ke.. Kenapa kamu menolong aku?! Kenapa?! Kenapa?! Aku ingin mati! Aku tidak ingin hidup lagi!" pekik Vivi segera bangun dari tidurnya. Vivi nampak mengedarkan pandangannya ke segala arah dengan ekspresi yang tidak dapat dideskripsikan.

"He.. He.. Hentikan!"

"Klangg..."

Roni sangat terkejut saat melihat Vivi meraih pisau untuk mengupas buah. Roni memukul tangan Vivi saat Vivi hendak menghujamkan pisau itu ke perutnya sendiri. Pemuda itu memegang kedua tangan Vivi.

"Lepaskan aku! Aku ingin mati! Aku tidak ingin hidup lagi! Aku ingin mati!" pekik Vivi meronta ingin melepaskan tangannya yang di pegang oleh Roni.

"A.. A.. Ayahmu.. Ke . Ke. Kecelakaan," ucap Roni membuat Vivi terkejut.

Vivi berhenti meronta dan menatap Roni dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"A.. A.. ayahmu.. Lu..Lum.. Lumpuh," lanjut Roni menghela napas panjang.

"Tidak! Tidak mungkin! Itu tidak mungkin!" bantah Vivi yang tidak percaya pada Roni.

Roni melepaskan tangan Vivi, lalu menunjukkan foto ayah Vivi yang terbaring di rumah sakit dengan kepala di perban. Di samping ayahnya ada ibunya yang terlihat sangat sedih.

"Tidak! Ini tidak mungkin! Tidak mungkin!" pekik Vivi dengan airmata yang tiba-tiba berjatuhan dari pelupuk matanya. Tubuhnya tiba-tiba terasa lemas seperti tak bertulang.

Selama ini, ayah Vivi menjadi supir taksi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Bahkan ibunya bekerja di sebuah toko kue untuk menambah penghasilan keluarga mereka. Ayah dan ibunya sangat menyayangi dirinya dan juga adiknya. Kedua orang tuanya bekerja keras untuk memberikan pendidikan dan kehidupan yang layak bagi mereka berdua.

Roni menghela napas berkali-kali mengingat apa yang dialami oleh gadis itu dari laporan anak buahnya tadi.

"I.. I.. Ibumu A.. A.. Akan se..se semakin se.. se.. sedih ji.. ji..jika ka..ka.. kamu.. bu.. bu.. bunuh diri," ucap Roni yang membuat orang harus banyak-banyak bersabar dan nyebut.

"Jika aku mati, ibuku tidak akan sanggup membiayai kehidupan kami sekeluarga. Apalagi untuk membiayai kuliah adikku. Tapi, aku.. Aku malu untuk menunjukkan wajah ku pada orang tuaku dan orang lain. Aku telah membuat kecewa ayah dan ibuku. Bajingan itu telah mengkhianati aku, mempermalukan aku dan menghancurkan hidupku. Aku benci dia! Aku benci anak ini! Akan ku bunuh dia!" gumam Vivi dalam hati.

"Keluarlah dari perutku! Anak sialan! Keluar dari perut ku!" pekik Vivi histeris seraya memukuli perutnya sendiri.

"He.. hentikan! Di.. Dia ti..ti. tidak berdosa!" cegah Roni seraya memegang kedua tangan Vivi, agar Vivi tidak memukuli perutnya lagi.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan apa? Apa?! Ayah anak ini telah menikah dengan wanita lain dan tidak mau mengakui anak ini. Untuk apa aku mempertahankan anak ini? Aku tidak mau melahirkan dia! Aku tidak mau!"pekik Vivi menangis tergugu berderai air mata.

"Saya bisa membantu kamu menggugurkan kandungan kamu itu," ucap Fina yang tiba-tiba muncul.

Vivi sempat terkejut mendengar suara Fina. Gadis itu menatap Fina dengan air mata yang terus berderai dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sedangkan Roni menatap Fina dengan tatapan tidak percaya.

"Kenapa dokter Fina malah ingin membantu gadis ini untuk membunuh anak yang tidak berdosa dalam rahim gadis ini?" gumam Roni dalam hati yang tidak setuju dan terlihat kecewa dengan ide Fina.

"Tapi, sebelum saya membantu kamu menggugurkan kandungan kamu, kamu perlu tahu apa saja risiko jika menggugurkan kandungan. Jangan sampai menyesal di kemudian hari," ujar Fina menghela napas panjang.

"Aku pikir dokter Fina benar-benar ingin membantu gadis ini menggugurkan kandungannya," gumam Roni dalam hati.

Fina duduk di kursi sebelah Vivi, agar nyaman saat berbicara.

"Dengar apa yang saya sampaikan ini. Ini adalah akibat jika menggugurkan kandungan. Pertama, menggugurkan kandungan bisa menyebabkan infeksi rahim (uterus), perdarahan hebat dan kerusakan pada rahim atau leher rahim (serviks),"

"Ke dua, menggugurkan kandungan bisa membuat kamu mengalami masalah kesuburan. Karena menggugurkan kandungan bisa membuat wanita berisiko mengembangkan infeksi rahim. Bila tidak segera ditangani, infeksi tersebut bisa menyebar ke saluran telur dan ovarium yang dikenal sebagai penyakit radang panggul,"

"Ke tiga, penyakit radang panggul yang bisa terjadi akibat aborsi juga bisa menyebabkan kehamilan ektopik pada kehamilan berikutnya, yaitu ketika sel telur tertanam di luar rahim. Aborsi juga menyebabkan melemahnya serviks, yang meningkatkan risiko wanita melahirkan sebelum waktunya. Sehingga bayi akan terlahir prematur,"

"Belum lagi, membunuh itu adalah perbuatan dosa. Di luar sana banyak wanita yang ingin memiliki keturunan. Tapi, sayangnya Tuhan tidak memberikan kepercayaan pada mereka untuk mengandung. Lalu, kenapa kamu yang di berikan kepercayaan oleh Tuhan malah ingin membunuh bayi yang tidak berdosa? Bagaimana perasaan kamu, jika kamu berada di posisi bayi dalam kandungan kamu itu?"

"Dia tidak minta di hadirkan di dalam rahimmu. Dia ada di rahim mu atas kehendak Tuhan. Kenapa kamu ingin mengambil nyawanya mendahului Tuhan?" ujar Fina panjang lebar, agar Vivi mengurungkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.

"Akibat yang aku sebutkan itu terjadi bila dilakukan bukan oleh tenaga medis profesional, atau menggunakan metode yang tidak aman, atau di tempat dengan fasilitas terbatas," gumam Fina dalam hati tidak ingin Vivi menggugurkan kandungannya.

Sedangkan Roni yang awalnya salah paham pada Fina, akhirnya merasa lega karena Fina memberikan penjelasan secara medis untuk menyadarkan bahwa tindakan yang akan di ambil oleh Vivi adalah salah.

Saat Fina sibuk menjelaskan pada Vivi, Roni nampak sibuk mengetik di handphonenya. Setelah Fina selesai memberikan penjelasan pada Vivi, Roni pun selesai mengetik. Pemuda itu nampak menghela napas panjang.

"Apakah keputusan ku ini sudah benar? Tuhan, niatku baik. Entah di terima atau tidak, aku akan tetap berlapang dada," gumam Roni dalam hati.

Roni menghela napas berkali-kali, kemudian mendekati Vivi.

"Vi.. Vi..Vivi.."ucap Roni seraya menyodorkan handphonenya yang layarnya masih menyala pada Vivi. Pemuda itu tersenyum lembut dan terlihat tulus pada Vivi.

Vivi yang penasaran dengan maksud Roni menyodorkan handphonenya pun mengambil handphone Roni itu. Vivi membaca tulisan yang di ketik oleh Roni.

Fina yang penasaran pun ikut membaca apa yang di ketik Roni di handphonenya.

"Vivi, aku tahu, kita belum saling mengenal. Kamu sudah tahu, aku bukan manusia yang sempurna. Tapi, bayi dalam kandungan kamu itu tidak berdosa. Jika kamu berkenan, aku ingin menjadi ayah dari anak yang kamu kandung. Aku akan menikahi kamu untuk memberikan nama pada anak dalam rahim mu. Aku akan menyayangi dia seperti aku menyayangi anakku sendiri. Kita akan membesarkannya bersama-sama,"

"Namun, jika kamu tidak menyukai aku, setelah anak itu lahir, aku ikhlas, jika kamu ingin bercerai dari ku. Jangan khawatir, walaupun kita bercerai, aku akan tetap membiayai anak itu hingga dewasa," ucap Roni dalam tulisan yang di ketiknya di handphonenya itu.

Fina sangat terkejut setelah membaca tulisan itu. Wanita yang berprofesi sebagai dokter itu menatap lekat pada pemuda yang sudah menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun itu.

"Roni.. Apa yang kamu lakukan? Apa kamu melakukan semua ini karena tidak kunjung mendapatkan pasangan hidup? Atau karena kata-kata candaan ku tadi?" gumam Fina dalam hati. Kalimat yang tidak terucapkan oleh Fina. Menatap Roni dengan ekspresi yang sulit dideskripsikan.

"Ka.. Kamu serius?" tanya Vivi terbata dengan tatapan tidak percaya pada Roni. Pasalnya, baru hari ini Vivi bertemu dengan Roni. Bahkan sampai saat ini Vivi tidak tahu siapa nama Roni.

Roni mengambil handphonenya dari Vivi, lalu kembali mengetik dengan cepat. Tak lama kemudian, Roni memberikan lagi handphonenya pada Vivi.

Fina yang penasaran dengan apa yang di ketik Roni pun ikut membaca apa yang di ketikan Roni di handphone itu.

"Aku serius. Jika kamu menikah dengan aku, orang tuamu tidak akan malu sebab kamu gagal menikah satu minggu lagi. Karena calon suamimu hari ini menikah dengan wanita lain. Kamu juga tidak akan malu karena anak dalam kandungan kamu itu akan memiliki ayah,"

"Selain itu, kondisi ayahmu yang sedang sakit akan memburuk karena terpukul, jika dia tahu kamu gagal menikah. Ibumu akan sangat sedih. Apalagi, jika kamu sampai bunuh diri," ujar Roni dalam tulisan yang di ketiknya di handphonenya itu.

"Tapi, apa keuntungannya buat kamu dengan menikahi aku?"tanya Vivi yang juga ingin ditanyakan oleh Fina.

...🌟"Terkadang sulit untuk membedakan antara tulus dan akal bulus."🌟...

..."Nana 17 Oktober "...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

3. Kebetulan

Vivi menatap Roni lekat. Pemuda yang baru malam ini di temuinya itu tiba-tiba menolong dirinya, ingin menjadi ayah dari janin yang dikandungnya, bahkan bersedia menikahi dirinya. Tentu saja hal ini membuat Vivi bertanya-tanya, apa yang di dapatkan pemudanya yang baru saja di kenalnya itu dari pernikahan itu nantinya.

Dan yang membuat Vivi semakin heran adalah, dari mana pemuda itu tahu, jika dirinya gagal menikah, sedangkan keluarganya saja belum mengetahui tentang hal ini.

Roni kembali memberikan handphonenya pada Vivi, setelah menuliskan apa yang ingin dikatakannya. Vivi dan Fina pun kembali membaca apa yang di ketik oleh Roni.

"Aku tidak mengharapkan keuntungan apapun dari pernikahan ini. Aku hanya tidak ingin kamu membunuh bayi yang tidak berdosa dalam kandungan kamu. Aku tulus ingin membantu kamu, karena kamu dan keluarga kamu akan malu, jika pernikahan kamu gagal ayahmu yang sedang sakit akan semakin banyak pikiran," itulah jawaban yang di ketik Roni di handphonenya.

"Dari mana kamu tahu semua yang terjadi padaku? Dan dari mana kamu mengenal keluarga ku?"tanya Vivi curiga,"apa dia adalah orang yang diam-diam menyukai aku dan mencari tahu semua hal tentang aku?" gumam Vivi dalam hati.

Roni kembali mengetik di handphonenya. Setelah selesai mengetik, pemuda itu kembali memberikan handphonenya pada Vivi. Vivi dan Fina pun kembali membaca ketikan Roni itu.

"Aku tidak menemukan identitas apapun di tubuh kamu, saat aku menolong kamu. Jadi, aku mencari tahu tentang dirimu,"ketik Roni jujur adanya.

"Kamu tidak perlu kaget dengan hal semacam ini. Roni ini orang yang cerdas. Dia bisa mendapatkan informasi apapun yang dia inginkan dalam waktu singkat," ujar Fina yang tahu benar tentang sahabatnya itu.

"Ro.. Roni? Na.. Nama kamu Roni?" tanya Vivi nampak terkejut, hingga bicaranya sampai terbata-bata.

"Ke.. Ke.."

"Plak"

"Kenapa?" tanya Roni setelah lengannya di tepuk oleh Fina. Dan hal itu kembali membuat Vivi terkejut.

"Maaf, temanku ini gagap dari kecil. Dia baru bisa lancar bicara, jika di kagetkan. Kami teman-temannya terpaksa memukul nya agar lancar bicara. Bahkan, atasannya harus membeli meja dari kayu jati yang tebal karena si Roni ini," ujar Fina menjelaskan. Fina tidak lagi memakai bahasa formal.

"Kenapa?" tanya Vivi pada Fina.

"Karena Aiden, majikan Roni, sekaligus sahabat kami, dia harus menggebrak meja jika bicara dengan Roni, agar Roni bisa lancar berbicara. Ya, walaupun setelah di kagetkan, dia akan bicara seperti kereta api yang lewat, alias bicara tanpa titik dan koma. Tapi, sebenarnya Roni bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat,"

"Tapi sayangnya, kami para sahabatnya tidak memiliki terlalu banyak waktu untuk mempelajari bahasa isyarat. Dan mungkin, kami juga tidak berbakat dalam berbahasa isyarat. Karena tidak ada satupun dari kami yang benar-benar mengerti dengan bahasa isyarat. Kami hanya tahu sedikit," jelas Fina panjang lebar.

"Aku bisa bahasa isyarat. Dulu sekolah aku dekat dengan SLB. Aku mengenal beberapa anak yang bersekolah di SLB yang tuna wicara. Karena sering berinteraksi dengan mereka, aku dan beberapa temanku jadi mahir menggunakan bahasa isyarat," ujar Vivi yang membuat Roni terlihat senang.

SLB (Sekolah Luar Biasa ) adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

"Itu bagus sekali. Tapi, kenapa kamu nampak terkejut saat kamu tahu nama temanku ini adalah Roni?" tanya Fina yang masih penasaran karena Vivi nampak terkejut saat mengetahui nama Roni.

"Karena.. "Vivi men-jeda kata-katanya lalu menghela napas panjang,"karena calon suamiku yang tadi memilih menikah dengan wanita lain... Namanya juga Roni," sahut Vivi dengan wajah tertunduk.

"Wah, kenapa kebetulan sekali? Nama panjangnya siapa?" tanya Fina penasaran.

"Dia tidak memiliki nama panjang. Namanya hanya Roni saja. Kami berpacaran selama satu tahun. Satu bulan yang lalu, dia mengajak aku ke pesta ulang tahun temannya. Aku di paksa minum minuman beralkohol karena kalah dalam game yang di adakan di pesta itu. Aku mabuk, karena seumur hidupku baru sekali itu minum minuman beralkohol. Hingga.. Hingga akhirnya aku dan dia melakukan hal yang tidak seharusnya kami lakukan,"

"Aku meminta dia untuk bertanggung jawab. Tapi, dia bilang belum siap untuk menikah dengan ku, karena belum memiliki uang yang cukup untuk biaya pernikahan. Akhirnya, aku bicara pada ayah dan ibuku. Aku mengatakan sangat mencintai dia dan secepatnya ingin menikah dengan dia. Aku beralasan takut kami khilaf. Aku tidak memberi tahu pada orang tuaku, kalau sebenarnya aku telah kehilangan kesucian ku,"

"Karena aku sudah cukup dewasa, akhirnya orang tuaku setuju untuk menikahkan kami. Semua biaya pernikahan di tanggung oleh ku dan orang tuaku. Kami memakai jasa WO (wedding organizer) dan sudah membayar enam puluh persen. Undangan pun sudah di bagikan tadi pagi. Tiga hari yang lalu, aku tahu, jika aku sedang mengandung. Dan aku langsung memberitahu dia,"

"Tapi.. Diam-diam dia malah menikah dengan orang lain. Aku mengetahuinya karena tidak sengaja melihat dia masuk ke sebuah hotel dengan memakai pakaian pengantin bersama seorang wanita. Saat aku memanggil dia, dia malah menyuruh petugas hotel untuk mengusir aku dan mengatakan, bahwa aku adalah wanita penghibur yang menjajakan tubuh ku pada semua pria. Dia berkata kalau aku sengaja ingin menjerat dia," jelas Vivi dengan airmata yang berlinang.

Fina memeluk Vivi untuk menenangkan gadis yang akhirnya menangis sesenggukan di pelukannya itu.

"Menangis lah! Jika itu bisa membuat mu merasa lebih baik dan lega," ujar Fina seraya mengelus punggung Vivi yang bergetar karena menangis.

Sedangkan Roni hanya bisa menghela napas panjang setelah mendengar semua pengakuan Vivi. Entah mengapa, Roni merasa sedih saat melihat Vivi menangis. Roni tidak melihat kebohongan di mata Vivi. Roni percaya, jika Vivi jujur dan tidak mengarang cerita.

Untuk beberapa saat, Vivi menangis dalam pelukan Fina. Setelah Vivi terlihat sudah agak tenang, Fina menghapus air mata gadis itu.

Fina menatap Roni yang masih berdiri di samping ranjang Vivi tanpa berkata apapun.

"Roni, kamu serius ingin menikah dengan Vivi?" tanya Fina memastikan.

"I . I..iya, dok," jawab Roni dengan ekspresi serius.

"Vivi, apakah kamu mau menikah dengan Roni?" tanya Fina menatap Vivi dengan ekspresi yang tak kalah seriusnya dengan Roni.

"Aku..." Vivi terlihat masih bimbang dan ragu dalam mengambil keputusan.

Melihat kebimbangan dan keraguan Vivi, Fina pun mulai membuka suaranya.

"Begini, biar aku jelaskan. Ah, tidak. Biar aku promosikan Roni padamu," ujar Fina penuh senyuman sambil mencoba merangkai kata.

"Di promosikan? Apa dokter Fina menganggap aku ini produk yang akan di jual? Atau menganggap aku ini orang yang akan menawarkan jasa sebagai suaminya Vivi?" gumam Roni dalam hati. Pemuda itu hanya bisa menghela napas panjang.

"Aku bukan mempromosikan jasa Roni untuk menjadi suami kamu, tapi memberitahu mu tentang siapa Roni ini. Agar kamu bisa mempertimbangkan maksud baik Roni padamu,"

"Roni adalah anak panti asuhan yang sudah tidak memiliki orang tua. Keluarganya adalah aku, Aiden, Rayyan dan Andi. Kami bersahabat sejak SMP. Kami saling mendukung, saling menolong dan saling melindungi satu sama lain, hingga saat ini,"

"Roni belum pernah berpacaran karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Selain itu, sulit mencari wanita yang tulus mau menjadi pendamping hidup Roni, karena Roni sejak kecil sudah gagap. Tapi, Roni adalah tipe orang yang tulus dan setia,"

"Jangan hanya melihat kekurangan Roni, tapi lihat juga kelebihan yang dia miliki.Jika kamu menikah dengan Roni, aku yakin, kamu pasti akan di perlakukan Roni dengan baik,"

"Dengar, Vi! Ini adalah pengalaman pribadi ku. Saat kita sudah menikah, perasaan bahagia itu datang karena rasa nyaman saat kita berada bersama pasangan kita. Karena pasangan kitalah yang akan menemani kita sampai tua. Tidak peduli seberapa tampan dan kayanya pasangan kita, kita tidak akan pernah merasa bahagia, jika pasangan kita tidak bisa membuat kita merasa nyaman dan dihargai. Dan aku yakin, Roni pasti bisa menjadi orang yang bisa membuat kamu merasa nyaman dan akan menghargai kamu,"

"Selain itu, pikirkan juga bayi dalam kandungan kamu dan juga orang tua kamu. Bagaimana malu, kecewa dan sakit hatinya orang tuamu, jika mengetahui kamu sedang mengandung dan batal menikah. Sangat jarang ada orang yang tulus seperti Roni. Kamu akan menyesal jika menolaknya,"ujar Fina panjang lebar.

...Ambillah keputusan berdasarkan pengalaman, agar tidak salah langkah dan tersesat di jalan....

...Jangan sampai menyesal kemudian, hanya karena terlambat mengambil keputusan....

...Biarkan hati kecil mengambil keputusan, tapi logika juga harus di ikut sertakan....

...Ambillah keputusan dengan penuh pertimbangan. Jangan mengambil keputusan berdasarkan keputusasaan....

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!