Kisah cinta yang sempurna menurut kalian seperti apa? apa mereka yang memiliki pasangan yang saling menyayangi? apakah hanya dengan saling menyayangi, bisa menjamin kalau cinta yang kalian miliki sempurna? apa kalian yakin kalo pasangan kalian memang benar benar tulus pada kalian? entahlah cinta yang sempurna belum bisa didefinisikan secara jelas menurutku.
Namaku adalah Haruna Mutiara Walton, aku biasanya dipanggil dengan sebutan Haruna.
Aku adalah salah satu manusia yang tidak begitu percaya akan cinta yang tulus! aku pernah berpacaran selama 4 tahun, 2 tahun berpacaran kami masih berada di kota yang sama dan selalu bertemu setiap hari. tapi 2 tahun berikutnya pacarku pergi ke luar kota dan kami menjalani hubungan jarak jauh.
Pacarku setiap hari selalu menelfonku, menanyakan kabarku dan membicarakan setiap kegiatan yang dia lakukan, sebelum menutup telfon dia akan selalu berpesan untuk tidak pernah tertarik pada orang lain. selama ini pun aku meyakini kalau pacarku memang tulus padaku dan tidak akan pernah mengkhianatiku, ya itu yang selalu aku yakini.
Beberapa waktu berlalu, aku mengetahui kabar dari sepupunya kalau pacarku akan menikah. tentu saja aku terkejut mendengar kabar itu, karena semalam pun dia masih menelfonku dan berkata untuk selalu menunggunya dan jangan pernah tertarik pada orang lain selain dia. aku antara percaya dan tidak percaya, tapi sepupunya menunjukkan buktinya yang membuatku langsung percaya bahwa kabar itu benar adanya.
Aku tidak membencinya. aku hanya membenci fakta bahwa aku yang terlalu percaya dan berharap padanya, aku membenci waktuku yang selama ini hanya terbuang percuma untuk seorang brengsek sepertinya. dan yang lebih membuatku kesal, aku mengetahui kebenarannya dari orang lain dan dia membodohiku seperti orang bodoh.
Setelah kejadian itu, aku selalu beranggapan kalau semua orang itu sama saja sama sama brengsek, begitulah pikirku. karena itu aku memutuskan untuk membalaskan dendam atas apa yang aku rasakan dan alami.
Aku menjadi orang yang brengsek seperti mantan pacarku. setiap kali aku berpacaran, aku selalu berpacaran dengan lebih dari satu cowok. saat melihat mereka tersakiti akan perbuatanku itu, aku merasakan kepuasan tersendiri seakan akan rasa sakitku bisa diberikan pada mereka yang telah ku sakiti selama ini. padahal tidak seperti itu, hanya saja aku terlalu mati rasa untuk menerima kenyataannya. Hal itu terus berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, hingga 2 tahun sekarang.
Saat ini aku bersekolah di salah satu sekolah elit yang ada di kota tempat tinggalku dan saat ini aku duduk di kelas XI. awal masuk sekolah aku terkenal dengan sebutan siswa teladan, karna aku selalu berpakaian rapi, datang tepat waktu ke sekolah dan tidak pernah sekalipun aku bolos pelajaran.
Akan tetapi semenjak aku duduk di kelas XI aku menjadi semakin nakal. aku sering bolos sekolah, jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. meski selalu datang setiap hari ke sekolah, tapi aku selalu terlambat.
Aku berpacaran dengan salah satu siswa kelas X dan kelas XII, aku masih memiliki pacar di luar sekolah. Meski aku adal seorang perempuan, tapi aku juga tergabung dalam sebuah geng motor, dimana posisiku adalah sebagai ketua geng.
Hari ini sekolah kami dihebohkan dengan kedatangan tiga siswa baru yanh sangat tampan, teriakan para siswa siswi cukup memenuhi satu sekolah ini. mereka terlalu heboh dengan si siswa pindahan itu, beda halnya denganku yang tidak begitu peduli.
Dia adalah seorang siswa pindahan namanya Joel Justin Parsons, mereka memanggilnya Joel.
Dulunya dia bersekolah dan tinggal di luar negeri, sekarang dia pindah ke sekolah kami bersama dua temannya yaitu Jimmy Jun Parsons dan Johan Julian Scott.
Mereka bertiga sejak pindah ke sekolah kami terkenal dengan sebutan trio handsome J, karna nama panggilan mereka sama sama berawalan huruf J dan mereka sangat tampan bahkan tubuh mereka sangat manly.
Joel sangat pintar, dia hebat dalam segala hal baik itu di bidang akademik, musik apalagi olahraga. kami sama sama kelas XI tapi kami tidak sekelas, dia duduk di kelas XI A sedangkan aku di kelas XI B.
Selama melihatnya, aku tidak pernah melihatnya tersenyum. matanya sangat tajam seperti mata serigala, berwatak dingin bahkan sampai dijuluki sebagai prince of ice oleh siswa lain. meski begitu banyak yang tergila gila padanya tapi dia tidak pernah memperdulikan mereka, benar benar pria yang sangat dingin.
* * *
Hari senin adalah hari upacara, semua siswa selalu diwajibkan untuk datang tepat waktu untuk mengikuti upacara. seperti biasa aku adalah siswa yang selalu datang terlambat dan selalu berdiri di barisan siswa siswa yang terlambat. aku bahkan sampai hafal, selesai upacara kami pasti akan dihukum berdiri di lapangan upacara selama satu jam. itu sudah menjadi semacam ritual untukku, karna selalu terlambat datang ke sekolah.
"Siswa yang terlambat jangan meninggalkan lapangan upacara, kalian berdiri disini selama 1 jam. setelah satu jam semua bisa kembali ke kelas kecuali Haruna, bapak akan memberikan hukuman tambahan untukmu karna selama ini kamu tidak pernah datang tepat ke sekolah" Ucap kepala sekolah.
* 1 Jam Kemudian *
"Haruna ikut bapak ke kantor" ucap kepala sekolah.
"Baik pak" melas Haruna.
"Kenapa bapak memanggilku ke kantor guru??" tanya Haruna begitu tiba di ruang kepala sekolah.
"Bulan depan akan ada olimpiade matematika, kamu yang akan mengikutinya" ucap kepala sekolah tegas.
"Kenapa harus aku?? bukannya ada siswa pindahan yang sangat pintar, kenapa gak dia saja pak?" Haruna.
mau protes, karna memang selama ini dia selalu menolak jika diminta mengikuti olimpiade.
"Dia juga akan ikut tapi di bidang fisika dan debat bahasa inggris, sedangkan kamu akan ikut di bidang matematika dan lomba melukis" sahut kepala sekolah, yang seakan akan sudah tahu bagaimana Haruna akan merespon apa yang dikatakannya.
"Kenapa gak dia semua aja sih pak?" protes Haruna.
"Atau kamu mau kamu aja yang ikut semuanya??" ujar kepala sekolah yang sudah capek menghadapi kelakuan Haruna.
"Hehehe.. gak.. gak bercanda pak"
"Setelah ini kamu panggil Joel kesini, lalu kamu pergilah temui pak guru Jayden dan Arsy"
"Kenapa harus aku juga yang manggil dia pak? suruh siswa yang lain aja ya" Haruna protes lagi.
"HARUNA.. kamu mau bapak marah?" seru kepala sekolah yang mulai kehabisan kesabaran.
"Iya deh iya" ucap Haruna pasrah, karna takut kepala sekolah akan jantungan jika dia membantah lagi ucapannya.
Meskipun Haruna sangat nakal dan sering bolos sekolah tapi nilai akademiknya selalu tinggi apalagi matematika, bukan hanya itu tapi semua mata pelajaran pun dia pintar. dia juga sangat jago menggambar, karna itu meski sering bolos sekolah, guru guru tidak pernah memarahinya karna dia pintar adalah salah satu siswa jenius di sekolah mereka.
Meski pintar kenapa dia berada di kelas XI B bukannya kelas XI A? karna wali kelas XI A adalah guru bahasa inggris, sedang dia sangat anti dengan mata pelajaran bahasa inggris, padahal dia sendiri sangat pintar dalam pelajaran bahasa inggris.
Tok.. tok.. tok..
"Una kenapa kesini? tumben lo datang ke kelas ini biasanya anti dengan kelas ini" ucap Rena yang keheranan melihat sahabatnya muncul di kelas mereka.
"Disuruh kepala sekolah buat manggil Joel" sahut Haruna malas.
"Masuk aja gih" seru Rena
"Misi"
"Ada apa?" sahut Joel dingin.
(Serem amat mukanya, biasa aja kali )
"Kamu disuruh bapak kepala sekolah ke ruangannya tuh" ucap Haruna meski sudah malas, melihat kedinginan wajahnya Joel.
"Oh baiklah"
Joel langsung beranjak dan berlalu begitu saja, Haruna terkejut dengan sikapnya itu.
"Pantas saja dijuluki pangeran es" Gumam Haruna dalam hati.
"Ren aku balik dulu yaa" seru Haruna pada Rena.
"Oki doki"
"Hadeeehhh"
. . .
"Bapak memanggil saya???" tanya Joel begitu masuk ke ruang kepala sekolah.
"Ah Joel masuk sini ada hal yang ingin bapak bicarakan denganmu"
"Oh ada apa pak???"
"Bulan depan akan ada lomba fisika dan debat bahasa inggris, bapak ingin kamu yang ikut lomba itu, apa kamu bersedia?"
"Oh Baiklah pak"
"Oke kalo begitu, bulan depan kamu dan Haruna akan pergi mengikuti lomba bersama"
"Haruna? lomba apa yang akan dia ikuti???"
"Matematikan dan melukis, kenapa kamu sangat terkejut Joel???"
"Ah gak apa apa pak, kalau begitu saya permisi dulu" Joel memang terkejut mendengar nama Haruna yang juga bakalan ikut olimpiade, karna dari desas desus yang didengar Haruna adalah siswa yang suka membolos saat pelajaran.
"Ternyata dia adalah murid yang pintar, kenapa yang ku dengar selama ini kalau dia hanyalah siswa yang sangat nakal yang sering bolos sekolah dan selalu tidak tepat waktu kalau datang ke sekolah, bahkan katanya dia adalah ketua geng motor. kalau begitu pintar kenapa dia ada di kelas XI B?! dasar aneh" Joel terus bergumam dalam hati.
*Ruang Guru*
"Pak sibuk gak?" Haruna bertanya pada bapak guru Jayden Fletcher.
"Kenapa Una?" sahut Jayden.
"Kata kepala sekolah aku bakalan ikut lomba matematika, jadi disuruh kesini menghadap bapak"
"Oh kamu bakalan ikut lomba? tumben gak nolak" heran Jayden.
"Kalo nolak entar bakalan panjang dia ngomelnya, malas dengerinnya" jelas Haruna malas begitu mengingat wajah kepala sekolah, yang langsung membuat moodnya menurun.
"Hahaha.. les di rumah aja kalo gitu" sahut Jayden terkekeh.
"Ngokeiii"
(Fyi: Jayden dan Arsy tinggal serumah dengan Haruna, Jayden dan Arsy sudah bertunangan. karna Arsy dan Haruna sepupuan, jadi Haruna tinggal dengan mereka karna Haruna tidak diizinkan tinggal sendiri oleh bundanya)
"Kak" panggil Haruna pada Arsy.
"Panggil aku ibu kalau di sekolah" sahut ibu guru Arsy Hopper.
"Aiiihhh serius amat" Haruna memutar matanya malas.
"Kenapa???"
"Bulan depan aku akan ikut lomba melukis, kasih inspirasi dong. kan kakak jago melukis tuh"
"Wih tumben mau ikut lomba, gak salah makan kan???"
"Pada kenapa sih??" kesal Haruna dengan reaksi mereka.
"Ya heran aja kan bingung, kamu biasanya gak suka ikutan yang beginian"
"Ya skali skali juga gak apa apa nyenengin kepala sekolah yang cerewet itu"
"Yaudah ntar kita trip bareng aja, siapa tau pas kita trip kamu dapat ide buat gambar apa nanti untuk lomba"
"Yaudah deh ntar kakak aja yang atur waktunya. btw, aku juga udah putusin semua pacar aku"
"Hah? kamu kesambet angin apa Una???" Arsy sangat kaget.
"Diihh kok kesambet sih? aku cuma bertobat aja sambil nunggu pasangan yang benar benar tulus, siapa tau aja ada kalo pun gak ada bakalan nge jomblo aja seumur hidup"
"Baguslah kalo udah milih jalan yang benar"
"Haiiiihhh.. yaudah Una balik ke kelas dulu"
Akhirnya Haruna balik ke kelasnya, sesampainya di kelas dia pun langsung merebahkan dirinya di meja tempat duduknya.
"Kamu kenapa dipanggil sama kepala sekolah?" tanya Hania (salah satu sahabatnya Haruna, namanya Hania Collins).
"Nyuruh aku buat ikut lomba matematika dan melukis"
"Terus kamu mau????"
"Mmmmmm"
"Wahh tumben kamu mau, ada hal baik apa nih yang terjadi sama kamu????"
Hania tidak percaya kalau temannya mengiyakan keinginan kepala sekolah untuk dia ikut lomba, karna biasanya Haruna selalu menolak jika ditawari untuk ikut lomba.
"Gak ada, aku cuma pengen skali kali nyenengin si kepala sekolah"
"Beneran kamu mau ikut lomba???" tanya Haruna yang masih tidak percaya.
"Iya bener, kenapa sih kamu gak percaya???"
"Ya.. kan aneh saja, biasanya kamu gak mau ikut kegiatan kegiatan begituan"
"Skali kali kan pengen ikutan, biar tau rasanya jadi siswa yang baik itu seperti apa"
Sebenarnya Haruna bukannya gak mau ikut lomba, hanya saja dia terlalu mager untuk mengikuti hal hal seperti itu. karna dia gak suka meribetkan dirinya sendiri, jadilah selama ini dia selalu menolak sekalipun sudah diminta pihak sekolah untuk mengikuti lomba.
"Aku udah putusin pacarku"
"Pacar yang mana???"
Karna Haruna memiliki banyak pacar, jadi Hania bingung pacar dia yang mana yang diputusinnya.
"Semuanya"
"Una, kamu lagi gak sakit kan? gak salah minum obat kan? atau kamu salah makan lagi"
"Kagak!! apaan sih respon kamu dan kak Arsy sama banget njir. aku berubah jadi lebih baik kalian bukannya bersyukur, malah heran mau kalian apa sih sebenarnya???"
Haruna merasa kesal karna respon orang orang terdekat dengan perubahan sikapnya itu sama semua, mereka berpikir Haruna tidak waras. bagaimana mereka tidak heran, dalam kurun waktu yang cukup lama dia menjadi laki laki berandalan tapi tiba tiba berubah tanpa badai, tanpa angin dan tanpa hujan.
"Gak kok gak.. aku benar benar bersyukur banget, karna sepertinya sahabatku yang baik ini sudah mulai serius dengan kehidupanmu sendiri"
Hari itu Haruna bahkan mengikuti pelajaran sampai selesai, dia tidak bolos pelajaran sampai selesai. tentu saja hal itu membuat Hania semakin terheran heran. meskipun dia bersyukur kala temannya itu sedikit berubah, tetap saja dia merasa heran dengan perubahan sikapnya yang begitu tiba tiba.
Jangankan Hania, guru mata pelajaran dan teman teman sekelasnya pun keheranan melihat Haruna yang fokus mengikuti pelajaran sampai selesai jam pelajaran.
"Kata Rena dia bawain kita bekal, gak usah ke kantin katanya" Seru Hania.
"Terus kita makan dimana???" tanya Haruna malas.
"Di kelasnya dia"
"Hah?? ogah.. aku gak mau masuk ke kelas itu"
"Jadi kamu gak mau makan bareng ama aku dan Hania????"
"Gak gitu.. cuma kamu kan tau kalo aku anti ama kelas itu"
"Gak ada apa apa di kelas itu, kan kita cuma pergi buat makan bukan untuk belahar bahasa inggris"
Hania bersikeras membujuk Haruna untuk pergi sama sama, pada akhirnya Haruna mengalah karna dia juga sudah tidak punya alasan untuk membantah Hania.
"Hadeh. yaudah ayok"
"Nah gitu dong"
Mereka pun pergi ke kelas XI A, karna Rena malas pergi kemana mana makanya dia memilih mengajak dua sahabatnya untuk makan di kelasnya di saja. meskipun Haruna tidak begitu suka pergi ke kelas XI A, dia tetap melakukannya karna tidak ingin dua sahabat baiknya merajuk nanti.
"Misi"
"Ehh kalian dah sampe? ayok duduk sini, pinjam kursi mereka bentar. Nih bekal penuh cinta dari aku buat kalian berdua, soal rasa tenang saja dijamin pasti enak" seru Rena (salah satu sahabatnya Haruna, nama lengkapnya ialah Rena Diana Hillton).
"Ren, aku gak suka sayur napa kamu bawain sayur buatku????" protes Haruna melihat sayur yang terisi di kotak bekal yang dibawahkan Diana padanya.
"Kamu tuh harus makan sayur biar sehat" seru Rena gak mau kalah.
"Tapi kan selama ini juga aku sehat sehat aja meski gak makan sayur" Haruna memang tidak suka makan sayur.
"Gak.. kamu harus makan sayur" Rena bersikukuh membujuk Haruna untuk makan sayur.
"Dihh kok maksa sih, aku gak makan aja kalo gitu" Haruna meletakan kembali sendok makannya.
"Udah udah jangan merajuk, sayurnya buat aku saja" Hania melerai pertengkaran mereka tentang sayur, karna kalau dibiarkan akan terus berlanjut sampai jam istirahat mereka selesai.
Akhirnya Haruna tersenyum penuh kemenangan dan mulai memakan bekalnya, sedari tadi Joel terus memperhatikan mereka. tanpa sadar dia tersenyum karna dia merasa Haruna sangat menggemaskan, tidak sesuai dengan reputasinya yang terkenal dengan julukan bad girl.
"Ren, kamu udah tau gak kalo Una bakalan ikut lomba matematika dan melukis???" seru Hania sambil mengunyah makanannya.
"HAAHH????!!!!" Rena benar-benar terkejut.
"Oiii makan dulu, ntar keselek baru rasa" celetuk Johan secara tiba tiba.
"Dihh apaan sih, main nyambung aja. gak konek ke kamu....!!!!" sahut Rena judes.
"Jangan galak galak ntar manisnya ilang" ledek Johan menggoda Rena.
"Apaan sih gak jelas" bilangnya gak jelas, tapi pas Johan bilang begitu pipinya Rena auto memerah.
"Kamu beneran mau ikut lomba???" tanya Rena yang fokus lagi pada pembicaraan mereka.
"Iya bener Ren" sahut Haruna.
Mendengar jawaban Haruna begitu, Rena langsung memegang dahi Haruna untuk mengecek suhu tubuhnya karna dipikirannya temannya itu sedang sakit karna perubahan sikapnya yang secara tiba tiba.
"Gak kenapa napa, kamu sehat sehat kok. kamu salah makan tadi pagi? atau semalam insomniamu kambuh lagi dan kamu belum tidur dengan baik sampai pikiran kamu kacau begini?????" respon Rena sama seperti yang lainnya.
"Ren, aku sehat sehat loh. semalam insomniaku gak kambuh dan aku tidur lebih cepat dan terbangun jam 6 pagi. lalu aku sarapan nasi goreng buatan kak Arsy, kalian pada kenapa sih? mulai dari kak Jayden, kak Arsy, Hania dan sekarang kamu. reaksi kalian pada sama semua, bikin kesal aja" Haruna mendengus kesal.
"Sejak kita berteman dari kelas X, coba kamu hitung sudah berapa kali kepala sekolah bermohon sama kamu buat ikut lomba lomba kek gini? tapi kamu selalu nolak dengan alasan gak mau ribet, kamu kan paling malas melakukan hal hal yang membuat kamu merasa ribet" ujar Rena yang masih rada gak percaya.
"Ya, skali kali kan gak apa apa kali Ren. aku pengen ikut aja pengen nyoba, harusnya kamu bersyukur ini malah pada heran"
"Gak, aku bersyukur banget. aku hanya kaget saja dengan perubahan sikap kamu yang seperti ini, aku hanya tidak terbiasa. akhirnya otak kamu yang setara dengan Albert Einstein bisa kepake juga, karna selama ini kepintaran kamu hanya mubazir gak kepake" celetuk Rena sambil terkekeh.
"Yakali aku setara dengan ilmuwan cerdas itu" sahut Haruna memutar matanya malas, lebay menurutnya perkataan sahabatnya itu.
"Lah emang iya, emang kamu gak sadar kalo kamu itu pintar banget???" celetuk Rena yang gak terima Haruna bereaksi seperti itu.
"Paan sih lebay banget" sarkas Harvey.
Haruna tidak merasa risih dipuji seperti itu oleh temannya, hanya saja yang ada disitu bukan cuma mereka bertiga tapi masih ada trio handsome J yang bisa mendengar pembicaraan mereka. jadinya Harvey merasa malu, apalagi dia sadar kalo sedari tadi mereka bertiga diperhatikan oleh 3 pasang mata.
"Gak lebay Una, kamu emang pintar. benar apa yang dibilang Rena. otak kamu tuh kek Albert Einstein, kamu bayangin saja selama kita sekolah kamu gak pernah ikut kelas, tapi pas ulangan kamu selalu dapat nilai sempurna 100. aku aja yang ikut kelas terus, belajar serius pas ulangan nilaiku standar standar aja" sahut Hania memelas membandingkan nilainya dengan nilai Haruna.
"Benar tuh! kamu kan harusnya masuk di kelas kepintaran di kelas XI A, tapi kamu malah nolak gegara kamu gak begitu suka pelajaran bahasa inggris sedangkan wali kelasnya guru bahasa inggris" sahut Rena lagi.
Memang rada unik pemikiran Haruna. karna dia gak suka mata pelajaran bahasa inggris, dia tidak mau ditempatkan di kelas kepintaran (kelas XI A) hanya karna wali kelasnya merupakan guru bahasa inggris.
"Kamu gak suka pelajaran bahasa inggris, tapi setiap ulangan nilainya selalu 100. kasih ke aku isi kepala kamu, dikit aja" lirih Hania.
"Kamu kok lucu banget sih??" kali ini Jimmy yang ikut nimbrung pembicaraan mereka bertiga, dia merasa gemas dengan ekspresi yang ditunjukan Danny.
"Heh ngadi ngadi kamu, orang keren begini malah dibilang lucu. rabun ya???" teriak Hania kesal.
"Nah..nah kan lucu banget, sangat sangat menggemaskan kalau kata aku" ujar Jimmy terkekeh.
"Diem gak kamu, kalo gak aku geplak kepala kamu" ucap Hania yang semakin kesal.
"Emang bisa nyampe tangannya buat nge geplak kepalaku????" Jimmy semakin menjahilinya.
"Yaaaa.. siapa namanya sih???" tanya Hania pada Rena.
"Jimmy Jun Parsons" jawab Rena.
"Yaaaa Jimmy Jun Parsons, kamu pikir aku takut sama kamu heh?!" ucap Hania sambil menunjukan wajah marahnya.
Hania semakin menjadi kekesalannya, bukannya takut Jimmy malah cengengesan. dia merasa semakin gemas dengan kelakuannya Hania seperti itu.
"Nia duduk aja, ngapa juga tiba tiba kamu ladenin dia" Haruna menengahi perdebatan mereka.
"Aku gak suka dibilang lucu, aku kan keren" sahut Haruna mempoutkan bibirnya. gak mau dibilang lucu, tapi liat aja tingkahnya.
"Kan kamu emang lucu, siapa coba yang bilang kamu keren????" sahut Haruna.
"Yaaaa Haruna Mutiara Walton" teriak Hania kesal.
"Bleeeehhhhh" Haruna meledeknya.
Pada akhirnya malah mereka yang kejar kejaran, Haruna berlarian di dalam kelas XI A karna di kejar kejar oleh Hania. melihat tingkah Haruna yang seperti itu, tentu saja membuat Joel merasa gemas.
"Dia benar benar menggemaskan, bisa bisanya dia mendapat title berandalan dengan tingkah menggemaskannya itu" gumam Joel dalam hati.
*
*
*
Ding.. dong...
Kleeeeekk.....
"Siaaa.. ehh kenapa kamu disini???" tanya Haruna kaget.
"Lah, kenapa kamu disini???" sahut Joel yang tidak kalah kaget.
"Ya aku tinggal disinilah" sahut Haruna.
Mendengar jawaban Haruna membuat Joel kebingungan, pikirnya dia salah alamat makanya dia memeriksa kembali alamat rumah yang diberikan oleh Jayden padanya. setelah selesai memeriksa, tidak ada yang salah dengan alamatnya.
Kedatangan Joel kesitu karna akan mendapatkan les privat dari Jayden yang merupakan guru matematika dan fisika, Jayden membuat jadwal les yang sama pada Joel dan Haruna, makanya dia menyuruh Joel datang ke rumahnya tapi malah dibuat keheranan sama Haruna yang membukakan pintu untuknya.
"Ini benar alamat rumahnya pak guru Jayden????" tanya Joel memastikan.
"Heeh benar" jawab Haruna santai.
"Kamu tinggal bareng pak guru???" tanya Joel kebingungan.
"Iya!! soalnya kak Jay tunangan sama kak Aci dan mereka tinggal serumah, sedangkan aku dan kak Aci sepupuan makanya aku bisa tinggal sama mereka" jelas Haruna, menjawab kebingungan Joel.
"Ooh begitu"
"Ya udah ayok masuk kak Jay udah nungguin"
Akhirnya mereka masuk ke dalam karna keheranannya Joel sudah terjawab.
"Sore pak" Joel mengucapkan salam dengan sopan.
"Panggil aja kak, nanti panggil bapak kalo di sekolah aja. lagian umur kita cuma beda 5 tahun aja, aku gak tua tua amat" ucap Jayden.
"Tapi kan" Joel hendak membantah.
"Yaudah sih panggil aja kak, aku juga manggilnya gitu kok" ujar Haruna.
"ah baiklah kalo begitu"
Mereka pun memulai les privatnya, sebenarnya tanpa harus di kasih les privat Joel dan Haruna pasti bakalan menang saat ikut lomba tersebut karna mereka memang pintar banget. cuma karna ini adalah perintah langsung dari kepala sekolah, Jayden tetap memberikan les privat buat mereka.
"Nih jusnya, diminum ya" Arsy datang membawakan jus buat mereka bertiga.
"Makasih pak guru" ucap Joel sopan.
"Panggil aja kak, seperti Haruna memanggil aku"
"Ahh.. baiklah.. kak"
Mereka terus melanjutkan les privat sampai sore hari.
"Oke sampai sini dulu les privat kita hari ini, kita lanjutin besok lagi" seru Jayden menyudahi sesi les mereka.
"Kalo begitu aku permisi dulu ya, mau balik ke rumah" ucap Joel.
"Jangan pulang dulu, makan dulu bareng kita. kak Aci masak banyak nih" seru Arsy dari dapur.
"Nanti pulang kalo udah makan, ntar kak Aci sedih loh" ucap Haruna.
Akhirnya Joel pun makan malam bersama mereka. setelah selesai makan, dia pun langsung pamit pulang karna sudah malam.
"Aku pamit pulang dulu yah kak" seru Joel sopan.
"Yaudah aku anterin ampe bawah" sahut Haruna.
"Kalo gitu hati hati di jalan yah Joel" ucap Jayden.
"Iya kak! makasih atas makan malamnya yang enak kak Aci" ujar Joel.
"Iya sama sama" sahut Arsy.
"Kak, Una anterin Joel ke bawah yah" seru Haruna pada Arsy.
"Ya udah sono, cepat balik jan kemana mana dah malam ini" celetuk Arsy.
"Iya iya kak, astaga udah kek emak emak"
TIINGG....
(pintu lift terbuka)
"Kamu kenapa selama ini males ikut lomba lomba???" Joel membuka pembicaraan karna sedari tadi pas keluar rumah, mereka hanya diam gak ada pembicaraan sama sekali.
"Malas aja, ribet kalo kata aku" sahut Haruna.
"Terus kenapa kali ini mau ikut????"
"Hmmmmmm. lagi pengen aja, lagi mood aja pengen ikut lomba, jadi mengiyakan permintaan kepala sekolah"
"Denger denger kamu juga malas ikut kelas, selalu bolos kata siswa yang lain"
"Banyak juga yah ternyata gosip yang sudah kamu tau"
"Kan aku udah sebulan pindah kesini, yakali gak denger gosip gosip yang beredar di lingkungan sekolah. apalagi kamu cukup terkenal di sekolah"
"Benarkah? terkenal? kok aku gak sadar ya????"
"Iya kamu terkenal dengan julukan berandalan yang pintar, yang suka mainin perasaan cowok kata mereka. sekali pacaran bisa ama 6 orang sekaligus, kamu mau pacaran apa ngebentuk tim buat main basket?????" sindir Joel.
"Aiiiiihhh.. napa juga kamu pake nyebutin gitu, aku dah tau kali gak usah diperjelas begitu" kesel Haruna.
"Kan tadinya bilang gak tau, yaudah aku kasih tau. eh malah kesal setelah denger"
"Bercanda astaga, yah gak mungkinlah kalo aku gak tau gosip gosip tentang diriku sendiri. gak peka banget sih jadi cowok"
"Iya iya maaf, galak amat si jadi cewek"
"Kenapa emang kalo aku galak????" sahut Haruna kesal.
"Yah gak cocok aja sama muka kamu"
"Kenapa dengan mukaku???"
"Hm!! terlihat manis dan cantik" jawab Joel.
TIIINGG...
(Pintu lift terbuka)
"Yaaaa aku itu cool dan keren ya, enak aja kamu main bilang manis dan cantik" teriak Haruna kesal, dia adalah cewek tomboy jadi tidak begitu suka sebutan cantik dan manis untuk dirinya.
"Yaudah aku pergi dulu yah makasih dah anterin"
"Ingat yah aku itu cool dan keren"
"Iya.. iya manis" sahut Joel sambil terkekeh.
TIING . .
(Pintu lift tertutup)
Belum sempat mengamuk, pintu lift keburu ketutup lagi. Haruna menjadi sangat kesal karna dibilang cantik dan manis oleh Joel.
"Yakali keren gini dibilang cantik, gaya dah keren keren begini dibilang manis. rabun kali yak matanya, bisa jadi sih soalnya kan dia tadi pake kacamata. tapi dia kelihatan jauh lebih tampan saat pake kacamata, Arrrggghhh apaan sih malah jadi mikirin dia" Haruna berbicara sendiri.
Haruna mengacak acak rambutnya sambil terus menggerutu dalam hati, tapi pipinya juga ikutan memerah.
*
*
*
Teng.. teng.. teng
(Bel sekolah berbunyi)
"Terlambat lagi dah tuh si Haruna" seru Rena.
"Dah gak heran sih, yaudah kita baris aja ama siswa yang lain" sahut Hania.
"Minggu depan dua siswa dari sekolah kita akan pergi mengikuti lomba, yaitu Joel dan Haruna. jika ada yang ingin pergi untuk menyemangati mereka, silahkan saja asal berhati hati dan tertib pas di lokasi lomba dilaksanakan" ucap kepala sekolah menyampaikan arahannya.
"Baik pak" seru seluruh siswa.
Setelah barisan dibubarkan, Haruna baru sampai di sekolah. itu sudah menjadi rutinitasnya sejak masuk sekolah disitu, tapi karna dia sangat pintar guru guru jarang menghukumnya.
Haruna melepas helmnya dan memakirkan motornya, lalu langsung masuk ke dalam kelas.
Selama beberapa hari ini Haruna sudah gak ikut les privatnya Jayden, karna dia sibuk menyiapkan lukisan untuk dia gunakan dalam lomba. jadi hanya Joel saja, yang mengikuti les yang diberikan oleh Jayden.
Joel sedang berdiri di depan kelas karna pengen melihat mukanya Haruna yang beberapa hari ini jarang dia lihat.
"Tumben kamu berdiri di depan kelas, ngapain???" tanya Haruna heran melihat Joel yang berdiri di depan kelas.
"Nungguin kamu" jawab Joel santai.
"Ngapain nungguin aku?" tanya Haruna, pipinya sudah memerah.
"Emang gak boleh? ada yang marah kah???" tanya Joel penuh selidik.
"Yah boleh boleh aja, gak ada yang marah sih. cuma kan aneh saja tiba tiba kamu kek gini" sahut Haruna.
"Kangen aja liat muka kamu, karna udah liat yasudah aku masuk ke dalam dulu yah"
"Jadi kamu beneran nungguin aku???" tanya Haruna lagi, dia nampak sangat terkejut.
"Ya iyalah, kenapa kamu terlambat? sejak aku pindah ke sekolah ini aku perhatikan kamu selalu terlambat, gak pernah tepat waktu datang ke sekolah padahal datangnya pake motor"
"Mmmmm.. ketiduran jadi bangunnya agak kesiangan"
"Setel alarm biar kebangun pagi"
"Aku gak suka bangun pagi Joel"
"Kenapa? kamu kan seorang siswa jadi harus selalu bangun pagi, makanya kamu selalu terlambat. karna gak suka bangun pagi"
"Huh.. aku insomnia akut. kadang semalam gak bisa tidur, kadang bisa tidur tapi nanti sekitar jam 5 subuh"
"Emang kamu lagi banyak pikiran sampe gak bisa tidur cepat????"
"Mungkin kali yah?! yaudah aku mau ke kelas dulu, pelajaran udah mau mulai, apalagi ini mata pelajarannya kak Aci, ntar di omelin kalo gak ikut kelasnya"
"Ternyata ada juga yang bisa buat kamu takut"
"Kamu gak tau aja seberapa serem kak Aci kalo marah, lebih serem dari bunda kalo dia marah"
"Hahahahahaha" Joel tertawa mendengar celotehan Haruna.
"Paan sih malah ketawa, yaudah aku ke kelas dulu bye"
"Bye"
Joel terus melihat punggung Haruna yang sedang berjalan menuju kelasnya, Haruna gak tau kalo dia sedang diperhatikan begitu, kalau dia tau pasti dia langsung salah tingkah.
"Weiiiisss tumben kamu ikut pelajaran hari ini" celetuk Hania.
"Kamu lupa ini hari apa dan jadwal pelajaran apa? ini jam pelajarannya kak Aci. kalo sampe gak masuk ke kelasnya, pulang nanti dia bakalan gak berhenti ngomel dan parahnya lagi dia akan aduin ke bunda, bakal panjang ntar ceritanya"
"Hahahahaha"
.
.
.
Tiba waktunya di hari perlombaan, saatnya bagi Joel dan Haruna untuk mengikuti lomba antar SMA. pertama yang bakalan maju adalah Joel untuk ikut Olimpiade Fisika, banyak siswa yang datang dari sekolah untuk mendukung mereka.
Seperti yang diharapkan dari seorang jenius Joel, dia memenangkan olimpiade fisika begitu juga dengan debat bahasa inggris.
"Haruna mana???" tanya Jayden pada Arsy.
"Bukannya tadi dia sudah duluan kesini????" sahut Arsy.
"Sejam lagi dia yang akan maju ikut olimpiade matematika, tapi dia belum datang datang juga"
"Bentar aku telfon dulu kalo gitu"
Mendengar Haruna yang belum juga nyampe, Hania dan Diana jadi panik karna mereka tau kalau Haruna adalah ketua salah satu geng motor, yang dimana banyak yang memusuhi Haruna mereka takut kalo Haruna dihadang di tengah jalan sampe belum datang ke lokasi lomba.
"Coba kamu bantu hubungin dia Ren, hpku mati soalnya ini" seru Hania.
"Oke bentar..... Gak aktif nomornya" seru Rena.
"Jangan jangan bener lagi dugaanku, ada yang menghadang dia di jalan" seru Hania khawatir.
"Siapa yang menghadang?? apa Haruna memiliki musuh?" tiba tiba Joel menimpali percakapan Hania dan Rena.
"Kamu kan tau kalo dia ketua geng motor, jadi ada beberapa ketua geng motor lainnya yang gak begitu suka sama dia dan sering cari masalah dengan Haruna" ujar Hania.
Mendengar apa yang dikatakan Hania, seketika Joel kepikiran pada Haruna gak tau kenapa dia tiba tiba jadi khawatir padanya.
*Beberapa Menit Kemudian*
"Haruna kamu kenapa? kaki kamu kenapa?" tanya Jayden panik.
Joel dan lainnya langsung mendekat melihat Haruna yang sedang dibopong oleh Arsy.
"Kaki kamu kenapa Una???" tanya Hania panik.
"Aku kecelakaan tadi Nia"
HAAAAHH...
"Biasa aja kali reaksinya, gak ada apa apa dengan kakiku"
"Gak apa apa gimana kamu jalannya aja dah pincang gitu" seru Rena kesal.
"Tadi karna ketindih motor, cuma bengkak biasa kok paling besok udah sembuh" sahut Haruna santai.
PLAAAKKK....
(Arsy menabok kepala Haruna)
"Kenapa kamu gak hati hati, kamu ngebut kan bawah motornya? gimana nanti aku jelasinnya sama bunda kamu? yang ada aku juga bakalan dimarahin mama karna gak jagain kamu baik baik" ucap Arsy memarahi adik sepupunya itu.
"Kan bunda gak akan tau kalo aku kecelakaan, jadi gak akan ketahuan" sahut Haruna yang masih santai.
"Kamu lupa? besok kita bakalan ada acara keluarga???" ucap Arsy kesal.
"Lah emang acaranya besok? aiiss gimana dong kak???" seketika Haruna jadi panik.
"Tadi katanya tenang aja, yaudah kita terima saja nasib kita yang bakalan dimarahi oleh nyonya nyonya kakak beradik itu"
"Haaaaiiihhh"
"Yasudah untuk sekarang fokus dulu terhadap olimpiade" sahut Jayden.
"Mmmmmmm"
Beberapa saat kemudian olimpiade matematika sudah dimulai, peserta olimpiade pun di suruh maju ke podium masing masing.
"Aku maju dulu yah" seru Haruna.
"Kamu bisa jalan sendiri???" tanya Joel.
"Bisa, dikira aku gak bisa jalan sendiri?" celetuk Haruna kesal.
Meski Haruna bilang bisa jalan sendiri, Joel langsung membopong Haruna.
"Kamu ngapain???" tanya Haruna tercegat dengan tindakan yang dilakukan Joel.
"Gak usah banyak protes, jalan aja ke depan" sahut Joel.
"Huh.. terserah kamu aja" Akhirnya Haruna pergi ke podium depan dengan di bantu Joel.
"Kalau diliat liat mereka cocok juga" oceh Rena sambil menatap pada Joel dan Haruna.
"Iya juga yah, soalnya Una selalu gak berkutik kalau Joel udah bertindak" sahut Hania juga.
*Olimpiade Berlangsung*
"Kak, eh Pak kakinya Haruna terluka, ada darah di ujung roknya tadi aku lihat" seru Joel saat menghampiri Arsy.
"Ah beneran? gak perhatiin tadi, yaudah kakak ke apotik dulu yah" seru Arsy.
"Oke kak"
Olimpiade matematika pun selesai dilaksanakan, Haruna tentu saja menjadi juara olimpiadenya. Joel kembali ke depan lagi untuk membantu Haruna berjalan.
"Kenapa kamu maju lagi kesini? aku bisa jalan sendiri, malu tau di liatin banyak orang" Haruna memprotes begitu melihat kedatangan Joel kedepan.
"Tumben kamu peduli akan pandangan orang lain terhadap kamu, biasanya kamu juga gak peduli orang lain mau ngomongin apa tentang kamu" celetuk Joel.
"Aiiiiihhh kamu kan jarang ngomong, kok malah jadi cerewet gini sih?????"
"Emang aku jarang ngomong ya????"
"Lah, kamu gak sadar? banyak orang ngomong gitu, masa kamu gak tau. kamu kan terkenal dengan sebutan pangeran es"
"Aku gak tau tuh dan gak mau tau juga sih"
"Aiiiihhh terserah kamu ajalah"
"Kaki kamu terluka kan???"
"Sssssttttt.. jangan bilang sama kak Arsy, ntar dia bakalan omelin aku lagi"
"Udah aku bilang"
"Wahh kamu parah banget, cerewet banget astaga"
.
.
.
"Selamat yah udah menang" seru Rena.
"Iya selamat yah, otak kamu harus sering di manfaatin ya" seru Hania juga.
"Mana hadiah kalian buat aku???" sahut Haruna.
"Gak ada" Hania dan Rena kompak menjawab.
"Parah banget punya teman begini"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!