NovelToon NovelToon

Mencintaimu Seiring Waktu

EPS. 1. Perjanjian.

6 Bulan yang lalu di sebuah kamar rawat di rumah sakit..

"Status kita sudah menikah." Ujar seorang gadis berparas blasteran bernama Jade pada pria yang saat ini sedang duduk di brankar rumah sakit.

Pria itu adalah Dustin Xavier Edward. Jade di datangkan ke sana oleh atasannya untuk membatu Dustin menyembunyikan rasa cinta terlarangnya pada kakak iparnya sendiri, Qilin.

"Apa - apaan kau!!?" Ujar Dustin marah.

"Oh, sebentar sepertinya buku nikah kita juga sudah jadi." Ucap Jade, lalu pergi menuju ke kopernya, dan benar.. sudah tercetak dua buku nikah dari koper canggih miliknya.

"Hei, dengar ya! Aku tidak setuju dengan ini semua." Ujar Dustin keberatan.

"Dua bulan, hanya dua bulan. Setelah dua bulan.. kita akan berpisah. Aku hanya menjalankan apa yang di tugaskan oleh bosku kepadaku, dan aku juga sangat menyukai Qilin, dia seperti adikku, aku tidak mau dia menjadi sedih." Ujar Jade dengan wajah begitu serius.

"Bijaklah, tuan Dustin. Apa yang kau rasakan pada kakak iparmu itu salah." Ujar Jade, lalu memberikan buku nikah pada Dustin dan keluar meninggalkan Dustin.

**6 Bulan kemudian**..

Sudah setengah tahun lamanya Jade tinggal satu atap di Penthouse milik Dustin, dan Jade juga melakukan pekerjaannya itu dengan baik. Perjanjian yang seharusnya dua bulan nyatanya masih berlanjut sampai sekarang, mereka masih meneruskan kepura - puraan mereka sebagai sepasang suami istri.

Seperti saat ini, keduanya berada di kantor Dustin setelah mereka melakukan pertemuan dengan client.

"Lepaskan tanganmu, ini sudah di ruanganku, kamu tidak perlu terus menggandengku." Ujar Dustin.

Tapi bukannya di lepas, Jade malah dengan sengaja menjahili Dustin dengan memeluk erat - erat lengan Dustin dan menatap Dustin lamat - lamat.

"Hey! Ingat ya, Dont touch!" Ujar Dustin mencoba melepaskan tangan nya dari Jade sampai berhasil lepas, Jade pun terkekeh sendiri.

"Dont touch - Dont touch apanya, kita sudah sering bergandengan, bahkan kamu sering merangkulku." Sahut Jade.

Tiba - tiba Jade menjadi makin usil dan dia mencoba mendekati Dustin sampai Dustin mundur - mundur. Di mata Dustin, Jade adalah gadis bar - bar yang tidak tertebak gerak geriknya, karena sejak pertemuan pertama mereka setengah tahun yang lalu, Jade selalu berbuat hal yang tidak bisa di tebak olehnya.

"Mau apa kau!? Aku peringati kamu jangan dekat - dekat denganku." Ujar Dustin, Jade pun terbahak melihatnya.

Dustin berdehem dan merapihkan jasnya lalu dia duduk di meja kerjanya dan membuka laptop kerjanya, Jade pun duduk di depan meja kerja Dustin.

"Hari ini apakah kamu butuh aku lagi?" Tanya Jade pada Dustin.

Keduanya sedang berada di ruangan Dustin. Dustin hendak kembali fokus dengan pekerjaan nya tapi teralihkan oleh pertanyaan Jade, dia pun melihat jam di tangannya.

"Sepertinya tidak, kamu boleh pulang." Ujar Dustin.

"Oke." Sahut Jade. Jade pun pergi dari ruangan Dustin.

'Kenapa aku selalu merasa terintimidasi saat dia mendekat, padahal dia hanya gadis bar - bar.' Batin Dustin ketika Jade sudah pergi dari ruangannya.

Jade mengemudikan mobilnya dan berhenti di pinggiran jalan, dia menatap sebuah rumah besar yang sudah sejak kemarin dia perhatikan.

'Sudah waktunya aku pulang, Aku akan membuat kalian terkejut dengan kepulanganku.' Batin Jade.

Itu adalah rumah ayah Jade, sudah bertahun tahun dia tidak pulang kerumah itu dan menemui ayahnya karena satu dan lain hal, dan kini dia sudah memiliki keinginan untuk pulang.

Ketika Jade sedang fokus menatap rumah itu, lamunan Jade terbuyarkan oleh panggilan dari atasannya.

"Ring.."

Jade menatap nama pemanggil, lalu mengangkat panggilan itu.

"Ya?" Ujar Jade.

"...."

"Oke, aku kesana." Ujar Jade lagi, lalu panggilan di akhiri. Jade langsung melajukan mobilnya dan pergi dari jalanan perumahan itu.

Sampai akhirnya Jade sampai di sebuah cafe dan restoran yang cukup terkenal, dia berjalan mencari atasannya yang tak lain adalah Lucio.

Jade bisa mengenali Cio bahkan jika Cio duduk membelakanginya, Jade langsung tersenyum senang lalu menepuk pundah Cio. Cio tersenyum melihat Jade dan keduanya duduk berhadapan.

"Mau pesan sesuatu?" Tanya Cio.

"Apa saja." Ujar Jade.

Cio pun memesankan minuman dan makanan kesukaan Jade yang kebetulan ada di restoran itu, Jade tersenyum ketika Cio selalu mengingat makanan dan minuman kesukaannya, bahkan takaran gulanya pun Cio tahu.

"Sebulan lagi kamu bisa kembali ke negara kita, aku harap kamu bisa menyelesaikan ini dengan baik." Ujar Cio.

"Bukankah aku selalu menyelesaikan misi - misiku dengan baik? Atau kau meragukanku, bos?" Tanya Jade.

"Kamu terlalu sering pergi meninggalkan kak Dustin, bagaimana kamu bisa membangun kekompakan? Aku tahu ini adalah misimu yang paling sulit dan paling lama, tapi aku mohon agar kamu bisa memastikan bahwa kak Dustin benar - benar sudah melupakan kak Qilin." Ujar Cio.

Hati Jade berdenyut sakit mendengarnya, atasannya itu selalu saja mengesampingkan Jade. Padahal Jade selalu menuruti apapun ucapannya, Jade pun hanya mengangguk dengan hati yang sedih.

"Aku pulang saja." Ujar Jade, dia langsung bangun dari duduknya. Jade selalu tidak habis pikir dengan Cio, Cio seakan benar - benar buta dan tidak bisa melihat bahwa dirinya mencintai Cio.

"Makananmu sudah di pesan, makan dulu." Ujar Cio, menahan tangan Jade.

"Aku akan makan malam dengan Dustin nanti." Ucap Jade.

"Aku akan pulang ke Swiss besok, dan mungkin aku akan kembali saat Qilin melahirkan. Aku harap kamu bisa menjaga diri dan juga menjalankan misi dengan baik." Ujar Cio.

"Jangan berkata seolah kau perhatian denganku, Cio. Aku bisa saja salah paham dan mengira kau menyukaiku. Dan tentang tugasku, aku bisa menanganinya, jangan khawatir." Sahut Jade semakin kesal.

"Aku pergi, Safe flight." Timpal Jade lagi, lalu dia berjalan pergi.

Dia mengemudikan mobilnya dengan perasaan kecewa terhadap Cio yang tak juga menyadari perasaannya. Jade sudah mencintai Cio dengan diam sejak dulu, tapi Cio tidak kunjung menyadari bahwa Jade mencintainya.

Jade sampai di penthouse dan tak lama Dustin juga sampai di penthouse, Dustin duduk di meja bar dimana Jade sedang duduk di sana. Dustin mengambil sebotol air mineral dan Jade memperhatikan gerak - gerik Dustin. Sadar dirinya sedang di tatap, Dustin pun melirik kearah Jade dan berkata..

"Kenapa kamu terus menatapku?" Tanya Dustin.

"Dustin, hal apa yang belum aku ketahui tentangmu? Beri tahu aku apapun itu." Ujar Jade.

"Apa kamu tidak membaca daftar yang aku berikan tentang apa yang aku sukai dan tidak aku sukai?" Tanya Dustin balik, sambil kembali minum.

"Baca.. tentu saja aku baca. Tapi apakah ada yang lain? Seperti tahi lalat di b\*k\*ngmu, mungkin." Ujar Jade dan Dustin langsung menyemburkan air di mulutnya.

Ben bahkan nyaris terbahak mendengar penuturan Jade yang teramat sangat bar - bar itu. Sementara Jade sendiri terbahak melihat Dustin terkejut sampai menyemburkan air minumnya.

"Kamu gila?!" Ujar Dustin sambil mengusap mulutnya.

"Aku bertanya.. siapa yang tahu nanti akan terjadi apa. Pastikan saja apa yang kamu beritahukan padaku adalah list yang sebenarnya. Tahi lalat juga bagian penting dalam mengidentifikasi orang." Ujar Jade.

Dustin hanya menggelengkan kepalanya lalu berjalan pergi. Ben pun menghampiri Jade setelah Dustin pergi dan berkata..

"Pertanyaanmu tepat sasaran, tuan memang memiliki tahi lalat di bagian tertutupnya, tapi dari mana kamu tahu tuan punya tahi lalat disana?" Tanya Ben.

"Jadi itu sungguhan ada??" Tanya Jade terkejut.

"Jadi kamu tidak tahu?" Tanya Ben balik. Jade langsung tertawa terbahak - bahak melihat wajah Ben yang jadi panik dan lucu.

"Aku hanya asal bicara, karena bagaimanapun aku adalah istrinya di mata publik. Tapi makasih untuk informasinya, aku jadi memikirkan panggilan s a y a n g ku yang baru untuk Dustin." Ujar Jade lalu pergi sambil tertawa.

Di dalam kamar, Dustin sudah berganti pakaian dan dia melihat copy daftar list yang dia berikan pada Jade.

"Masa hal seperti itu juga harus aku tulis? Dasar gadis bar - bar." Gumam Dustin.

...TO BE CONTINUED.....

EPS. 2. Senyum senyum sendiri.

Dustin masih duduk di ruang kerjanya karena dia memiliki banyak sekali pekerjaan yang membuatnya sibuk. Ketika hari sudah sangat larut, dia meregangkan tubuhnya dan tatapannya terpaku pada foto pernikahannya dengan Jade.

Foto pernikahan yang entah bagaimana caranya bisa ada, padahal mereka tidak pernah menikah dan tidak pernah foto bersama. Dustin jadi teringat dengan kejadian setengah tahun yang lalu, dimana saat dia sudah di perbolehkan pulang oleh dokter dan Jade yang mengurusi semuanya.

Jade berkata selama dia menjadi istri Dustin, maka dia yang akan mengurusi semua tentang Dustin.

Flashback on..

"Aku sudah menyiapkan semuanya, kita hanya tinggal pulang saja." Ucap Jade yang sudah selesai memasukan semua barang Dustin kedalam koper.

"Di mana Ben?" Tanya Dustin. Dan itu berhasil membuat Jade menatap Dustin.

"Ada istrimu bersamamu, kenapa harus mencari Ben?" Ucap Jade, Dustin hanya tersenyum remeh mendengarnya.

"Jangan gila, ini belum ada siapapun." Ujar Dustin." Jade kesal, dia langsung mendekat kearah Dustin, lalu berbisik.

"Totalitaslah dalam bersandiwara, sayang.. dinding juga punya telinga." Bisik Jade, sangat dekat. Bahkan Dustin bisa mencium wangi tubuh Jade.

Dan tiba - tiba sodara kembar Dustin yaitu Justin masuk kedalam. Dia terkejut melihat posisi Jade yang sedang sangat dekat dengan Dustin, dia jadi merasa tidak enak. Tapi kemudian Jade menjelaskan pada Justin bahwa dirinya dengan Dustin sudah menikah diam - diam di luar negeri. (Ada di Eps. 150, di Novel Pacar idiotku seorang Mafia.)

Justin sangat terkejut awalnya, tapi akhirnya dia menerima Jade sebagai adik iparnya. Setelah Justin pergi, Jade memberitahu Dustin bahwa Justin sudah mulai mencurigai Dustin, musuhnya bisa saja sudah memberi tahu Justin tentang perasaan terlarang Dustin pada istri Justin.

Setelah pulang dari rumah sakit, Dustin lebih terkejut lagi ketika dia pulang ke penthousenya. Entah bagaimana caranya, ada banyak sekali foto kebersamaan Dustin dan Jade, bahkan salah satunya adalah foto pernikahan palsu mereka.

"Apa - apaan dengan foto - foto ini?" Tanya Dustin marah, karena penthousenya menjadi ramai dengan foto.

Terdapat foto kebersamaan mereka yang seperti tampak sangat saling mencintai, bahkan salah satunya ada yang tampak berpelukan dengan mesra. Jade hanya melirik sekilas lalu berkata..

"Salah satu ketotalitasan, jangan cerewet dan lihat saja hasil akhirnya." Ujar Jade, lalu berjalan masuk ke kamar tamu.

Flashback off..

Tanpa sadar, senyum Dustin terus mengembang sambil menatap foto pernikahan palsunya bersama Jade dan membayangkan kejadian lalu, sampai dia tidak sadar Ben sudah berdiri di depannya sambil melambai - lambailan tangannya di depan wajah Dustin.

"Tuan, tuan. Tuan baik - baik saja?" Panggil Ben, untuk yang kesekian kalinya.

"Kenapa bayangannya menjadi tampak nyata?" Gumam Dustin.

Ben hanya bisa mengernyit kebingungan dengan tingkah Dustin yang tersenyum tidak jelas padanya, karena Dustin sangat jarang tersenyum. Tapi Ben jadi tahu Dustin mungkin sedang membayangkan Jade, karena sejak tadi Dustin hanya menatap foto pernikahan Dustin dan Jade.

"Tuan, ini saya, Ben." Ucap Ben.

"Ben?" Gumam Dustin.

Dustin tersadar dan terkejut karena bayangan wajah Jade berubah menjadi wajah asistennya, Dustin langsung berdehem dan memperbaiki posisi duduknya.

"Ekhem! Kenapa kau masih ada di sini? Ini sudah sangat larut." Ujar Dustin.

"Ada banyak hal yang harus saya kerjakan, tuan. Tuan, apakah tadi tuan sedang membayangkan Jade?" Tanya Ben sambil senyum - senyum.

"Lancang. Sejak kapan kamu jadi kepo dengan urusanku?" Ujar Dustin dengan sedikit nada kesal, tapi Ben justru semakin semangat.

"Tuan, saya sangat berharap tuan sudah melupakan nyonya Qilin. Dan saya yakin saat ini tuan sudah terkena racun asmara dari Jade." Ujar Ben.

"Sudah tidak sayang nyawa, kau? Pergi sana!" Usir Dustin.

"Sekarang saya semakin yakin, tuan jatuh cinta pada Jade." Ucap Ben sambil menjentikan jarinya.

"Ben! Aku hitung sampai tiga, kau mau pergi atau aku tarik kau keluar dengan caraku." Teriak Dustin, dan Ben langsung mengacir pergi.

"Ada - ada saja, mana ada aku jatuh cinta sama gadis bar - bar macam Jade." Gumam Dustin.

Akhirnya Dustin membereskan semua pekerjaan nya dan mematikan laptopnya. Saat dia hendak berjalan keluar dari ruang kerjanya, tiba - tiba Ben kembali memunculkan kepalanya di balik pintu, Dustin sampai terkejut melihatnya dan mundur kebelakang.

"Sialan kau! Apa lagi?!" Ujar Dustin sambil mengusap dadanya.

"Maaf tuan sudah membuat tuan terkejut, itu.. apakah saya boleh menginap di unit sebelah?" Tanya Ben.

"Terserah kau saja." Ujar Dustin.

"Terimakasih, tuan. Selamat malam menjelang pagi, selamat beristirahat dan semoga bermimpi indah." Ujar Ben berentet, lalu pergi dari sana.

Dustin hanya bisa mengela nafas, dia merasa asistennya itu semakin kurang ajar saja akhir - akhir ini. Dia pun keluar dari ruang kerja lalu pergi masuk ke kamarnya.

Keesokan harinya..

Jade sudah bangun dan sudah rapi dengan pakaian olah raganya, dia dan Dustin tidak tidur satu kamar jadi dia memiliki kebebasannya sendiri di kamar itu. Dia memasang headset di telinganya lalu keluar dari kamarnya menuju ke ruang olah raga.

Bukan musik yang sedang Jade dengarkan, melainkan percakapan seseorang. Dustin juga sudah bangun dan dia melihat Jade yang sedang berlari dengan mesin treadmill, tapi tatapan Jade sangat dingin.

"Apa yang membuat dia emosi sepagi ini, sampai tatapan matanya lebih tajam dari ujung pisau?" Gumam Dustin.

Merasakan dirinya sedang di tatap, Jade melirik kearah Dustin lalu wajahnya dinginnya seketika hilang. Jade menghentikan mesin treadmill nya lalu melepas headset di telinganya.

"Kamu sudah bangun? chef membuatkan menu sarapan baru hari ini." Ucap Jade dengan ramah.

'Kemana kilatan dinginnya tadi?' Batin Dustin heran.

"Hm." Hanya itu saja sahutan Dustin.

Jade membantu melayani sarapan Dustin, dia benar - benar melakukan tugas seorang istri, kecuali untuk urusan ranjang. Jade bahkan melarang Ben membantu Dustin dan Ben hanya menurut saja.

"Ben, bisa ambilkan dasi di kamarku, aku lupa." Ujar Dustin.

"No! aku saja. Ben, kau diam saja di sana." Ujar Jade, Ben langsung mengangguk patuh. Dan Jade pun pergi ke kamar Dustin.

"Kenapa kau lebih patuh padanya? Aku ini tuanmu." Ujar Dustin kesal.

"Um, saya sakit perut tuan, maaf." Ujar Ben, lalu langsung pergi ke belakang.

"Asisten kurang ajar." Gumam Dustin.

Jade kembali dan mendapatkan dasi untuk Dustin, dia langsung mengalungkannya di leher Dustin dan memasangkannya saat itu juga. Dustin memperhatikan Jade yang sedang sangat serius memasang dasi di lehernya dan tiba - tiba senyum kecil yang nyaris tidak terlihat terbit di sudut bibir Dustin.

"Done." Ujar Jade lalu mengibas pelan sisi kanan dada bidang Dustin.

"Terimakasih, aku pergi." Ujar Dustin, dan Jade mengacungkan jempolnya.

"Kabari jika ada sesuatu yang membutuhkan kehadiranku." Ujar Jade, dan Dustin berdehem saja.

Singkat cerita, malam harinya setelah jam kerja Jade berakhir, dia datang ke rumah ayahnya setelah beberapa bulan ini dia amati. Kali ini dia tidak hanya berdiam di mobil dan mengintai dari jauh, kali ini dia masuk ke pekarangan rumah ayahnya.

Tatapannya sangat tegas dan dingin, dia turun dari mobil dan melihat rumah masa kecilnya yang tidak banyak berubah setelah lebih dari sepuluh tahun tidak pernah dia singgahi lagi. Dia berjalan dengan sangat tegas dan masuk kedalam rumahnya di sambut seorang pelayan yang masih mengenali Jade.

"Nona Jade.. akhirnya nona pulang." Ujarnya dengan uraian air mata.

"Halo bibi Rima, lama tidak berjumpa." Ujar Jade ramah.

"Saya senang melihat nona baik - baik saja." Ujar pelayan bernama Rima itu.

"Dimana semua orang?" Tanya Jade.

"Di meja makan." Ujar Rima, dan Jade mengangguk.

Jade berjalan masuk dengan berani dan dia sampai di meja makan, dimana semua orang sedang makan malam. Kedatangan Jade membuat ibu tirinya terkejut sampai menjatuhkan sendok di tangannya.

"Halo semuanya.. Lama tidak berjumpa." Ujar Jade dengan seringai tipis di bibirnya.

TO BE CONTINUED..

EPS. 3. Kembali setelah 14 tahun.

Jade berjalan lalu duduk di kursi meja makan. Baru saja dia duduk, ibu tirinya sudah berdiri dan menatap tajam Jade.

"Apakah kamu sangat merindukan anak tirimu ini, mama tiri? Kamu sangat terkejut sampai bangun dari dudukmu." Sindir Jade.

"Siapa yang mengijinkannya masuk?!" Teriak ibu tiri Jade, Malina namanya.

"Shhh.." Jade mengusap telinganya, karena teriakan Malina sangat melengking.

"Tentu aku yang mengizinkan diriku sendiri masuk, aku anak papa dan aku adalah anggota keluarga ini." Ujar Jade dengan tatapan lurus kearah ibu tirinya.

Jade kemudian melirik kearah ayahnya yang kemudian menunduk membuang muka. Jade masih sangat ingat dengan ucapan ayahnya yang mengusirnya dari tanah air, ayahnya yang mengirimnya pergi ke negara ibunya.

"Kamu tidak mau menyambut kepulangan anakmu ini, papa?" Tanya Jade pada ayahnya. Tapi ayah Jade hanya menatap sinis Jade sesaat dan membuang muka.

"Sedih rasanya, aku di usir secara terang - terangan dan hidup menderita dengan mamaku, tapi kamu di sini hidup bahagia dengan anak tirimu dan ibunya." Ujar Jade menyindir ayahnya.

"BRAK!!" Suara sendok yang di banting ke meja, sampai semua orang terkejut.

"Jaga bicaramu!" Bentak ayah Jade, Derec namanya.

"Sudahlah, aku pulang bukan mau membuat keributan dengan papa." Ujar Jade dengan tenang.

"Sebenarnya aku juga tidak sudi pulang kemari, aku lebih ingin melihat papa mati dengan penyesalan. Tapi apalah daya.. aku memiliki ibu berhati malaikat yang terus mengkhawatirkan papa dan mengecualikan nyawanya sendiri." Ujar Jade dan tatapannya melirik ke arah ibu tirinya.

"Kenapa kau pulang, huh?!" Tanya Derec dengan tatapan tajam pada Jade.

"Aku pulang atas pesan terakhir mama, dia meminta aku untuk menjagamu. Karena dirumah ini ada banyak monster yang menggerogoti keluarga ini dari dalam." Ucap Jade lagi sambil melirik bergantian ibu tiri dan kakak tirinya dengan dingin.

"Maksudmu aku dan anakku adalah monter yang menggerogoti dari dalam, Jade??" Ucap Malina, tersindir.

Jade mengangkat kedua bahunya dengan tatapan seolah tidak tahu dan berkata. "Aku tidak bilang kamu orangnya, aku bahkan tidak menyebut nama." Ujar Jade dengan tidak bersalah.

"Jade, kamu baru pulang kenapa kamu harus membuat keributan? Kakak dan mama tidak memusuhimu, jadi tolong jangan bersikap keras dengan kami, bukankah kita keluarga?" Ucap kakak tiri Jade akhirnya angkat bicara, Logan namanya.

Jade tersenyum mendengarnya, tapi bukan senyum ramah melainkan senyuman dingin. Kakak tirinya itu adalah orang yang sangat manipulatif, dulu dia berpura - pura membela Jade ketika kejadian keguguran ibu tirinya terjadi, tapi di saat yang bersamaan juga dia seakan menggiring opini dan menunjuk Jade sebagai pelaku.

"Benarkah? Kalian tidak memusuhiku? Tapi aku melihat mamamu langsung bangun dan marah ketika melihat aku datang." Ujar Jade menatap Logan.

"Mama hanya terkejut, tolong maafkan mama, ya? Kita keluarga, tidak seharusnya kita ribut." Ujar Logan dengan senyumnya.

"Kamu benar kak Logan, kita keluarga tidak seharusnya ribut." Ujar Jade, lalu duduk.

Ibu tiri Jade makin kesal saja, padahal dia sudah menyewa orang di luar negeri untuk membunuh Jade, tapi malah Jade bisa pulang ke tanah air.

"Jangan lupa bahwa kamulah monster yang sebenarnya, karena kamu sudah membuatku keguguran, dulu." Ujar Malina.

Jade memutar bola matanya malas, senjata Malina hanya satu dan itu - itu saja sejak dulu. Dia tahu ayahnya sangat menyayangi Malina dan calon anak mereka dulu, tapi karena sebuah insiden, anak mereka harus keguguran.

"Apakah aku perlu memutarkan rekaman cctv kejadian yang sudah lewat sepuluh tahun itu, sekarang??" Ucap Jade, dan Malina sedikit tertegun mendengarnya.

Jade tersenyum tipis, lalu dia mengambil sebuah apel dari meja dan memakannya. Logan menggenggam tangan ibunya seakan menenangkan emosi ibunya, Jade tersenyum samar melihat ibu dan anak yang masih saja saling melindungi itu.

Tiba - tiba terdengar suara remaja laki - laki dengan suara yang masih baru pecah sedang bernyanyi - nyanyi. Jade mengernyit mendengarnya, sampai yang punya suara masuk ke ruang makan dan menyapa..

"Aku pulang." Ucapnya dengan suara bass yang masih pecah. Seketika suasana mencekam disana berubah, Derec yang sebelumnya berwajah tegang juga langsung sumringah ketika remaja itu datang.

"Sayang, kemari. Bagaimana les pianonya?" Tanya Malina. Remaja itu memeluk Derec, Malina dan Logan secara bergantian.

Jade yang melihat itu semakin tidak mengerti, dia tidak pernah mencari tahu dan tidak pernah tahu perkembangan keluarganya itu. Dia tidak tahu bahwa dirinya memiliki seorang adik.

"Lancar dong.." Ujar remaja itu. Lalu tatapannya teralihkan pada Jade.

"Kita kedatangan tamu, ma?" Tanya remaja itu, Logan lalu bangun dan memperkenalkan remaja itu kepada Jade.

"Liam, perkenalkan dia adalah kakak perempuanmu, kak Jade namanya." Ujar Logan. Baik remaja bernama Liam maupun Jade, keduanya sama - sama terkejut.

"Papa, aku punya adik??" Tanya Jade terkejut pada ayahnya, tapi ayahnya tidak menjawab.

"Ya, Jade. Dia adikmu, Wiliam namanya. Liam, sapa kakakmu." Ujar Logan.

"Dia kakakku? Kenapa wajahnya blasteran, kak?" Tanya Liam, seketika wajah Malina dan Logan sedikit kaku.

"Dia adalah saudara beda ibu denganmu. Kamu tahu bahwa papa pernah menikah sebelum menikah dengan mamamu, bukan? Dia adalah putri papa dengan istri papa terdahulu." Ujar Derec menjelaskan.

Wajah Liam langsung sumringah dan menghampiri Jade, remaja laki - laki itu terlihat sangat masih polos dan lugu.

"Wahh.. jadi aku punya kakak perempuan. Halo kak, aku Liam." Ujar Liam dengan sangat ramah.

Jade sedikit terkejut mendengar bahwa ayahnya tidak menyembunyikan kebenaran bahwa dia memiliki istri lain, Wajah jade yang terkejut tadi langsung berubah menjadi sangat ramah lalu dia bangun dari duduknya dan menjabat tangan Liam.

"Halo adik, aku adalah Jade, kakak perempuanmu. Kakak tidak tahu bahwa mama dan papa memiliki anak lagi, ternyata kakak ketinggalan banyak informasi." Ujar Jade sangat ramah juga. Tapi kata - katanya sangat penuh dengan sindiran.

"Sepertinya papa mencoba membangun keluarga bahagia tanpa diriku, Bagaimana? Apakah papa bisa membentuk keluarga bahagia tanpa bayangan masalalu papa?" Tanya Jade.

"Kamu yang tidak mau kembali, kenapa berkata seolah aku yang melarangmu pulang." Ujar Derec.

Jade mengernyit mendengarnya, jelas - jelas di negaranya ada banyak mata - mata yang mengamati pergerakannya, dan juga Derec sendirilah yang menyuruh Jade pergi ke negara ibunya, lalu mengapa Derec berkata seolah dia tidak tahu apapun?

'Apa ini? Apakah bukan papa yang mengirim mata - mata di sekelilingku?' Batin Jade.

Jade kemudian melirik kakak tirinya yang selalu menyunggingkan senyum munafiknya, lalu berganti menatap ibu tirinya yang tiba - tiba membuang muka.

"Benarkah? Lega mendengarnya, ternyata aku masih di anggap anak." Ujar Jade namun tatapannya tak lepas dari ibu tirinya.

Setelah makan malam itu selesai, saat ini Jade sedang berjalan mengelilingi kamar masa kecilnya. Foto - foto di kamarnya pun rupanya masih ada, hanya saja tidak ada foto dirinya dengan ibunya.

'Ada banyak teka - teki yang tidak aku tahu, mama.. aku sudah pulang kemari sesuai permintaan mama.' Batin Jade.

Jade turun dari lantai dua dan melihat adik laki - lakinya yang sedang duduk di ruang tv sendirian, tidak tahu dimana Derec dan yang lainnya berada.

"Kakak kenapa masih pakai pakaian rapi? Ayo main game denganku, kak." Ajak Liam.

"Kakak tidak bisa main denganmu untuk hari ini, kakak harus pulang." Ujar Jade.

"Pulang? Pulang kemana? Kakak tidak tinggal di sini?" Tanya Liam. Jade tersenyum mendengarnya, hanya adiknya yang bahkan tidak dia ketahui keberadaannya yang menyambutnya di rumah itu.

"Tidak, kapan - kapan kakak akan datang lagi." Ujar Jade lalu mengusap kepala adiknya.

"Kakak pulang, bye." Ujar Jade lagi, lalu pergi dari rumah itu.

Jade mengemudikan mobilnya pergi dari rumah besar itu. Dari jendela, ibu tirinya menatap penuh dendam pada Jade.

"Sudah bertahun - tahun lamanya, kau pulang untuk menghancurkan keluarga bahagia yang sudah dengan susah payah aku bangun? Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kau akan aku buat sama seperti ibumu, mati." Gumam ibu tiri Jade.

Singkat cerita, Jade sampai di penthouse Dustin. Dustin melihat wajah dingun Jade, dia mengernyit bertanya - tanya tapi dia tidak menanyakannya kepada Jade.

"Kamu sudah pulang?" Tanya Dustin.

Jade terkejut menyadari keberadaan Dustin di ruang tengah, dia pun mengangguk.

"Besok kita akan ke Villa." Ujar Dustin.

"Oke, aku akan beristirahat, Night." Ucap Jade dan Dustin mengangguk.

"Apa yang membuat moodnya buruk? Dia terlihat seperti singa yang siap menerkam." Batin Dustin.

Jade melemparkan dirinya di ranjangnya lalu air matanya meleleh, dia membayangkan wajah sang ibu yang sudah tiada.

"Oh my goodness.." Gumam Jade sambil menghela nafas panjang.

Di kepalanya tiba - tiba muncul bayangan kebersamaannya dengan sang ibu. Ibunya itu adalah wanita yang sangat berhati lembut dan penyayang. Dia di kecewakan oleh Derec pun rasa cintanya untuk Derec tetap lebih besar dari sakit hatinya.

Flashback on..

"Jade.. Apapun yang terjadi, jangan benci papamu ya, sayang? Papa memang sudah menyakiti mama, tapi kamu jangan membencinya. Papa hanya sedang di butakan oleh dunia." Ujar ibu Jade.

Saat itu Jade berusia 15 tahun, dia sudah tinggal di negara yang sama dengan ibunya selama 3 tahun. Jade sudah mengerti dengan keadaan keluarganya yang berantakan, di dalam hatinya sudah tumbuh kebencian dan dendam terhadap ayahnya dan ibu tirinya, serta kakak tirinya juga.

"Papa sudah membuang kita, ma. Kenapa mama masih saja membela papa!?" Ujar Jade marah.

"Sayang, mama mohon. Kamu bisa mendapatkan papamu kembali jika kamu bisa melindunginya." Ujar ibunya.

"Untuk apa aku melindungi dia!? Dia adalah papa paling buruk di dunia." Ujar Jade.

"Tolong berjanjilah dengan mama, sayang. Apapun yang terjadi, tolong jangan tinggalkan papamu sendirian. Kamu adalah putri kandungnya, lindungi dia dari perempuan kejam itu." Ujar ibu Jade.

"Berjanjilah sayang.." Mohon ibunya.

Flashback end..

Tak terasa Jade tertidur sambil mengenang kenangannya bersama ibunya saat dulu, air matanya bahkan masih mengalir dari sudut matanya.

TO BE CONTINUED..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!