“Tuan Evan Barack, Maukah kau menerima Belinda Caleste sebagai istrimu dalam suka mau pun duka?” pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang pendeta yang hendak menikahkan pasangan pengantin yang tiba-tiba datang menemui dirinya.
“Yes, I do. Cepat jawab!” dua anak kecil yang berada di samping Evan mengatakan hal itu dan mereka adalah kembar yang berusia 3 tahun. Evan menelan ludah, dia tampak ragu untuk menikahi Belinda Caleste.
Pria itu, Evan Barack adalah aktor papan atas yang berusia 33 tahun. Dia adalah aktor terkenal yang digandrungi oleh banyak wanita bahkan dia terkenal sebagai Playboy karena dia sudah memacari banyak wanita tapi hari ini dia memutuskan untuk menikah dengan gadis luar biasa yang berdiri di hadapannya sambil tersenyum sehingga memperlihatkan deretan gigi kawat yang tersusun dengan rapi.
Gadis itu adalah Belinda Caleste, gadis berusia 26 tahun yang tinggal di samping rumahnya. Penampilannya tidak menarik, Belinda memiliki tubuh gemuk dan sedikit pendek. Rambutnya selalu dikepang dua dan wajahnya dipenuhi dengan bintik-bintik jerawat.
Belinda bekerja di sebuah Cafe sebagai seorang pelayan. Pertemuan pertamanya dengan Evan adalah di tempat kerjanya. Evan selalu datang untuk menikmati segelas kopi secara diam-diam dan hal itu membuat Belinda jatuh hati dengan sang aktor. Belinda yang tidak memiliki penampilan menarik itu mulai mencari tahu apa saja tentang Evan Barack. Dia membeli poster Evan dan menempelkannya di dinding kamar. Dia juga mencari tahu apa yang disukai oleh Evan dan apa yang dibenci oleh Evan. Dia bahkan menguntit Evan hanya untuk mencari tahu lebih banyak tentang Evan Barack.
Aksinya semakin didukung karena tiba-tiba saja sang idola yang dia gilai tinggal di samping rumahnya. Belinda semakin menjadi karena setiap hari dia mengintip untuk melihat apa yang Evan lakukan. Tak perlu diragukan lagi, dia sudah menjadi stalker sejati semenjak jatuh hati pada Evan.
Pakaian dalam milik Evan, bekas sikat giginya yang sudah rusak, baju kaos milik Evan, semua itu dia curi secara diam-diam bahkan dia tidak ragu untuk mendapatkan barang bekas yang digunakan oleh pria itu dari tong sampah hanya untuk menambah koleksi yang telah dia kumpulkan.
Selama ini Evan tahu apa yang Belinda lakukan tapi dia tidak peduli karena dia menganggap Belinda sebagai fans fanatik yang gila. Selama tidak mengganggu dirinya maka dia akan diam namun aksi Belinda justru semakin menjadi lalu kenapa mereka bisa menikah padahal Evan anti dengan wanita jelek dan gendut karena pacarnya selama ini adalah artis atau Putri para konglomerat tapi dia justru harus menikah dengan wanita yang jauh berbeda dengan wanita yang selama ini dia pacari selama ini?
Semua itu berawal dari aksi gila Belinda yang setiap hari dia lakukan. Pagi itu, Belinda dikejutkan dengan suara anak-anak yang begitu berisik dari rumah Evan. sebagai seorang stalker, tentu dia sangat penasaran apalagi selama ini tidak pernah ada orang lain yang tinggal di rumah Evan selain Evan sendiri. Belinda pun nekat, dia pergi mengintip hanya untuk melihat siapa anak kecil yang ada di rumah Evan.
“Bangun Daddy, bangun!” Teriakan dari salah satu anak kecil itu tentu saja mengejutkan Belinda yang sedang mengintip dari luar jendela kamar Evan. Belinda semakin penasaran saja oleh sebab itu dia semakin ingin tahu siapa yang memanggil Evan dengan sebutan Daddy. Jangan katakan selama ini Evan telah memiliki istri rahasia dan jika sampai hal itu terjadi dia tidak harus segera berkabung.
Belinda yang mengintip pun terkejut mendapati dua anak laki-laki kembar sedang melompat di atas ranjang untuk membangunkan Evan. Dia pun semakin penasaran untuk melihat semakin jauh tapi perhatiannya justru teralihkan ketika melihat Evan bangun dari tidurnya tanpa memakai baju. Otot-otot tubuh pria itu membuat Belinda hampir meneteskan air liur. Sial, dia sudah seperti penguntit mesum tapi dia menikmatinya dan tak akan melewatkan pemandangan indah yang dia dapatkan pagi ini sehingga dia lupa waktu dan sekitarnya.
“Tertangkap!” teriakan dua anak kecil dari arah belakang mengejutkan Belinda yang sedang mengintip sang idola. Belinda berpaling dan terkejut mendapati dua anak kembar berlari ke arahnya lalu melompat ke atas tubuhnya sehingga membuat Belinda tidak bisa melarikan diri dan jatuh ke atas tanah.
“Tertangkap Daddy, Kami menangkap Winnie the Pooh!” salah satu dari mereka sedang menduduki tubuh gemuk Belinda.
“Lepas, lepaskan. aku bukan Winnie the Pooh!” teriak Belinda berontak namun dia kesulitan untuk bangun apalagi tubuhnya ditindih oleh si kembar.
“Cepat Daddy, sebelum Winnie the Pooh melarikan diri!” Belinda mendapatkan julukan Itu sebab tubuhnya yang gemuk dan pendek.
Evan buru-buru menuju jendela dan menggeleng melihat Belinda menjadi sasaran empuk bagi si kembar nakal yang tak bisa dihentikan oleh siapa pun. Belinda berteriak karena si kembar memperlakukan dirinya bagaikan kuda.
“Cepat tangkap, kita mendapatkan targetnya!” teriak mereka dengan keras.
“Bawa ke dalam!” perintah Evan dengan rasa sakit kepala luar biasa akibat aksi Belinda yang semakin memperburuk paginya.
“Cepat bangun, cepat. Kau akan segera dihakimi oleh Hakim neraka!” kedua anak kembar itu menarik tangan Belinda agar Belinda bangun dari atas tanah namun kekuatan mereka tidaklah cukup untuk menarik tubuh gemuk.
Belinda yang tertangkap basah dibawa masuk oleh si kembar untuk menghadap Evan yang sudah menunggu mereka. Wajah Belinda dipenuhi dengan tanah Begitu juga dengan bajunya yang kotor. Dia tampak ketakutan karena aksi gilanya hari ini justru tertangkap basah oleh si kembar yang asing, yang tak pernah dia lihat sebelumnya dan Entah kenapa mereka justru memanggil Evan dengan sebutan Daddy. Sungguh dia penasaran dengan hal itu.
“A-Aku minta maaf,” minta Belinda sambil menunduk.
“Aku tahu kau selalu melakukan hal ini, Belinda. Apa sebenarnya yang kau mau? Kenapa kau selalu Mengintip dan mengikuti aku?”
“Aku tidak sengaja. Aku sedang tidur tapi tiba-tiba saja begitu aku bangun aku sudah ada di sini,” ucap Belinda berdusta.
“Tidak perlu menipu, aku tahu kau selalu mengikuti aku dan mengintip di sepanjang waktu. Sepertinya aku terlalu bermurah hati sehingga kau bisa melakukan hal itu sesuka hati dan aku rasa aku harus mengambil tindakan atas apa yang telah kau lakukan!”
“Tidak, jangan Evan. Aku benar-benar minta maaf,” celaka, semoga saja Evan tidak melaporkannya pada polisi karena dia bisa ditangkap dan dipenjara. Jika sampai hal itu terjadi bagaimana dia bisa mengintip Evan lagi dan siapa yang akan memberikannya makanan enak?
“Kita jual saja Daddy, kita jual saja Winnie The Pooh-nya!” ucap salah satu dari si kembar.
Mereka berdua adalah Oliver dan Xavier dan mereka adalah si kembar yang super nakal dan yang membuat Evan sakit kepala dengan apa yang mereka lakukan dan lihatlah, mereka mulai berulah melakukan apa yang mereka mau.
Oliver dan Xavier berlari Kian kemari sambil melemparkan bantal kursi yang mereka temukan. Suara teriakan dan tawa mereka membuat kepala Evan berdenyut sakit dan rasanya sudah mau pecah. Barang-barang yang melayang sana-sini akibat dilempar oleh si kembar hampir mengenai Evan dan barang-barang itu pun memecahkan beberapa pajangan mahal yang ada di atas meja.
Evan hanya bisa memijit pelipis dan menggeleng saat barang-barang pecah mulai terdengar. Belinda masih menunduk dan takut meski dalam hati penuh dengan pertanyaan akan keberadaan si kembar yang baru kali ini dia lihat padahal setiap hari dia mengintip dan mengintai Evan tapi dia justru melewatkan si kembar yang tak juga berhenti membuat keributan.
Evan melihat ke arah si kembar yang masih saja terus berlari dan membuat ulah lalu dia melihat ke arah Belinda dan pada saat itu sebuah ide gila terbersit. Dia merasa itu tidak saja ide gila tapi ide itu pun bisa membuatnya gila.
“Aku rasa aku harus membawamu ke kantor polisi!” ucap Evan pada Belinda.
“Apa? Jangan! Tolong maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya dan aku bersedia melakukan apa pun yang kau perintah jadi jangan bawa aku ke kantor polisi,” pinta Belinda memohon.
“Apa benar, kau mau melakukan apa pun yang aku perintahkan?”
“Benar, aku mau asalkan kau tidak melaporkan aku pada polisi.”
“Baiklah jika begitu, aku ingin kau menikah denganku!” itu adalah permintaan paling gila yang dia lontarkan sebab dia sudah tidak tahan lagi dengan Oliver dan Xavier. Belinda terkejut, kedua matanya melotot dari balik kacamata tebal yang dia gunakan. Apa dia tidak salah mendengar?
“Menikah, denganmu?” tanyanya memastikan.
“Yeah, menikah denganku tapi dengan syarat jika pernikahan kita?”
“Yahoooo!!” Belinda tidak mendengar lagi perkataan Evan sebab dia sudah melompat dan bersorak gembira. Evan sampai terkejut apalagi dengan apa yang Belinda lakukan karena Belinda berjoget untuk mengekspresikan rasa gembiranya. Dia benar-benar mendapatkan keajaiban pagi ini.
“Winnie the Pooh sedang berjoget, ayo kita juga melakukannya!” teriak Oliver dan dalam sekejap mata saja, si kembar itu berjoget dengan Belinda.
Evan menepuk dahi, bagus. Mereka bertiga sangat cocok dan karena hal itulah Evan menikahi Belinda untuk memecahkan masalah tapi sepertinya dia justru menambah masalah dalam hidupnya. Meski sempat ragu namun Evan tidak punya pilihan dan dia merasa itu adalah pilihan untuk menikahi Belinda, gadis tidak menarik itu.
Sebelum Evan memutuskan untuk menikah dengan Belinda yang tidak menarik sama sekali, kehidupannya sebagai aktor tentu baik-baik saja. Dia masih memacari beberapa wanita. Satu seorang artis dan satu lagi Putri konglomerat. Dia adalah aktor yang terkenal dan memiliki wajah tampan jadi para wanita itu tentu saja dengan senang hati menyerahkan diri kepadanya.
Julukan playboy yang dia dapatkan menjadi kebanggaan tersendiri apalagi dia memang menikmati kehidupannya tanpa berniat menjalin hubungan serius apalagi menikah. Entah sudah berapa banyak wanita yang dia kencani, Evan sendiri tidak tahu bahkan dia tidak tertarik untuk menghitungnya. Jika dia sudah bosan maka dia akan mengganti yang lainnya, mencari wanita sesuai dengan keinginannya.
Memiliki uang banyak juga popularitas yang tinggi tentu saja mempermudah dirinya Mendapatkan wanita mana pun yang dia inginkan tentunya mereka adalah wanita cantik yang memiliki kualitas tinggi sebab dia tidak pernah tertarik dengan wanita yang tidak menarik seperti Belinda.
Malam itu, sebelum segala yang ada di dalam hidupnya berubah. Evan baru saja pulang dari mengencani seorang artis yang tergila-gila dengannya. Dia kembali ketika waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi tentunya setelah bersenang-senang. Kehidupan sempurna yang dia miliki, dia yakin telah membuat banyak orang iri.
“Daddy,” suara dua anak kecil yang memanggil dirinya ketika Evan hendak membuka pintu rumahnya tentu saja mengejutkan pria itu. Evan berpaling melihat ke belakang dan sangat heran mendapati anak laki-laki kembar berusia 3 tahun dan mereka adalah Oliver dan Xavier.
“Daddy, akhirnya kau pulang juga. kami sudah menunggumu begitu lama,” ucap Xavier yang lebih tua dari pada Oliver. Mereka berdua membawa sebuah tas dan memakai mantel yang tebal agar tidak kedinginan.
“Tunggu, Siapa yang kalian panggil Daddy?” tanya Evan pada mereka karena dia merasa jika dia tidak memiliki anak apalagi anak kembar.
“Tentu saja Daddy, apa ada yang lainnya di sini selain Daddy?” ucap Oliver.
“Jangan sembarangan, aku bukan ayah kalian!” Evan hampir berteriak tapi dia teringat dengan situasi. Evan melihat sekitar, sial. Akan celaka jika ada Paparazzi yang saat itu mengikuti dirinya lalu mengambil gambar mereka bertiga. Akan muncul gosip tidak sedap dan itu bisa merusak reputasinya. Jangan sampai pekerjaan yang sedang dia lakukan saat ini jadi terhambat gara-gara dua anak laki-laki yang tiba-tiba datang dan mengaku sebagai putranya dan jangan sampai pula para kekasihnya pergi meninggalkan dirinya gara-gara anak kembar yang entah datang dari mana itu.
“Cepat masuk ke dalam!” Evan membukakan pintu untuk mereka berdua karena dia tidak mau ada yang melihat lalu salah paham. Dia akan bertanya baik-baik pada anak kembar itu karena dia menebak mereka melarikan diri dari rumah
“Wuaaahhhh… keren!” ucap Xavier dan Oliver melihat rumah mewah milik Evan. Tas yang mereka bawa dilepaskan, Xavier dan Oliver berjalan masuk sambil mengagumi rumah milik Evan.
“Kakak, kita akan tinggal di sini mulai sekarang,” bisik Oliver.
“Sttss, kita harus menjadi anak baik agar Daddy tidak mengusir kita pergi,” bisik Xavier pula.
Mereka berdua bersikap seperti anak baik pada umumnya bahkan mereka menahan diri untuk tidak menyentuh apa pun agar mereka tidak diusir oleh Evan karena mereka tidak memiliki tempat lagi selain di sana.
“Siapa kalian berdua? kenapa kalian ada di depan rumahku dan memanggil aku Daddy?” tanya Evan yang sudah sangat ingin tahu siapa anak kembar itu.
“Haus, Daddy. Kami haus!” ucap Oliver sambil mengusap lehernya.
“Aku mau jus jeruk,” Xavier yang memulai lalu adiknya mengikuti, “Aku jus semangka!” ucap Oliver.
“Enak saja, hanya ada air putih. Duduk di sana baik-baik, aku akan kembali!” ucap Evan.
“Yeah.. Daddy payah!” ucap mereka secara bersamaan.
Evan menggeleng dan melangkah pergi. Siapa sebenarnya kedua orang tua mereka? Apakah tebakannya benar jika kedua anak laki-laki itu sedang melarikan diri dari rumah? Dia akan menanyakan hal itu baik-baik lalu mengantar mereka pulang. Bisa gawat jika sampai dia dikira sebagai penculik anak karena reputasinya akan hancur dalam sekejap mata.
Dua kotak jus jeruk yang ternyata ada di dalam kulkas dibawa keluar. Oliver dan Xavier sudah duduk dengan manis tanpa menyentuh apa pun.
“Hanya ada ini!” ucap Evan seraya meletakkan dua kotak jus jeruk itu ke atas meja.
“Terima kasih, Daddy,” si kembar tersenyum dengan manis untuk menarik perhatian Evan.
“Aku bukan Ayah kalian. Sekarang katakan padaku, siapa ibu kalian dan kenapa malam-malam kalian ada di sini. Apa kalian melarikan diri dari rumah?”
“Tidak. Kami tidak melarikan diri. kami datang untuk menemui Daddy dan mulai sekarang kami akan tinggal di sini!” ucap Xavier.
“Jangan sembarangan bicara, sudah aku katakan aku bukan ayah kalian karena aku tidak pernah memiliki anak jadi jangan bermain-main lagi dan katakan di mana rumah kalian karena aku akan mengantar kalian pulang!”
“Tidak mau, kami sudah mencari Daddy sekian lama. Sekarang kami sudah bertemu dengan Daddy dan kami tidak mau pergi ke mana pun!” tolak Oliver.
Evan memijat pelipis, apa dia harus percaya dengan perkataan anak-anak begitu saja? Dia memang Playboy tapi selama ini dia tidak pernah membuat kesalahan sehingga wanita yang berkencan dengannya hamil. Dia tidak mungkin melakukan kesalahan itu dan dia yakin kedua anak kembar itu bukanlah anaknya.
"Siapa nama kalian?" tanyanya.
"Aku Oliver dan ini kakakku Xavier," jawab Oliver.
"See, wajah kita tidak sama jadi kalian bukan putraku!"
“Wajah kami mirip dengan Mommy dan kami sudah mencari Daddy begitu lama, jadi jangan mengusir kami dan biarkan kami tinggal di sini!” pinta Xavier.
“Apa buktinya jika kalian berdua adalah Putraku? Aku tidak pernah membuat kesalahan jadi berikan buktinya padaku agar aku percaya jika kalian benar-benar putraku!” dia yakin mereka tidak akan memiliki bukti karena dia sangat yakin karena dia memang tidak pernah membuat kesalahan.”
“Tentu saja kami ada buktinya!” Xavier segera mengambil tas ranselnya dan sibuk mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Evan sangat penasaran dengan bukti yang akan kedua anak laki-laki itu berikan. Selembar foto dikeluarkan dan itu adalah foto Evan bersama dengan seorang wanita cantik namun sangat asing baginya.
"Ini foto Mommy dan Daddy sewaktu kalian berdua masih berpacaran,” ucap Oliver. Evan mengambilnya dan melihat foto itu. Apakah benar? Sial, dia tidak ingat sama sekali tapi jika dilihat wanita yang ada di foto itu sangat cantik jadi kemungkinan dia adalah salah satu mantan pacarnya.
“Tidak, ini tidak bisa jadi bukti karena foto seperti ini bisa dimiliki oleh siapa saja apalagi aku ini seorang aktor jadi jangan menipu lagi. Katakan padaku di mana rumah kalian karena aku akan mengantar kalian pulang!” Evan masih bersikeras karena dia tidak percaya jika Oliver dan Xavier adalah putranya.
“Kami anak-anak, tidak mungkin berbohong. Setiap hari Mommy mengatakan pada kami jika ayah kami adalah seorang aktor terkenal yang bernama Evan Barack. Jika kami tidak mendengar perkataan Mommy, bagaimana kami bisa tahu jika kau adalah Ayah kami? Dan jika kami bohong, Kenapa kami bisa datang kemari mencari dirimu? kau adalah Ayah kami yang tidak peduli dengan kami selama ini!”
“Hei.. Hei, jangan asal bicara. Sebaiknya kalian pulang dan aku akan mencari kebenarannya apakah kalian putraku atau bukan.”
“Tentu saja benar, ini tes DNA-nya!” kali ini Oliver mengeluarkan selembar kertas yang menunjukkan jika mereka adalah putra dari Evan Barack.
“Apa?” Evan sangat terkejut melihat hasil tes itu. Apakah tidak salah?
“Ya sudah, Kakak. kita pergi ke kantor polisi saja dan mengatakan hal ini pada mereka. Percayalah, polisi pasti akan membawa kita kembali ke sini!” ucap Oliver.
“Kau benar, ayo kita pergi!”
“Tunggu…. tunggu. Jangan pergi ke mana pun atau pun kantor polisi!” cegah Evan. Situasi sungguh buruk, dia berada di dalam masalah besar. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengakui jika kedua anak itu sebagai putranya untuk saat ini karena dia akan tetap mencari kebenarannya.
Menampung mereka beberapa hari sepertinya tidak akan masalah. Dia pikir begitu karena dia akan berada di dalam masalah besar jika kedua anak itu berada di jalan atau kantor polisi lalu menyebut namanya. Reputasi benar-benar dipertaruhkan. Hanya perlu mencari ibu mereka saja maka semua selesai.
Evan pikir mudah tapi dia justru berada di dalam masalah karena harinya yang tenang mulai kacau oleh si kembar yang super nakal. Sebab itulah dia memanfaatkan Belinda karena dia membutuhkan seseorang untuk menjaga si kembar. Belinda yang begitu mengidolakan dirinya dan tidak mau ditangkap oleh polisi tentu saja bersedia menikah dengannya tentunya dengan persyaratan yang belum mereka bahas sama sekali.
Pernikahan kilat mereka yang hanya dihadiri oleh si kembar saja sudah selesai. Tidak ada gaun pernikahan karena tidak ada rencana sejak awal dari pernikahan mereka yang dilakukan secara mendadak sebab mereka langsung menikah setelah Belinda setuju untuk menjadi istri sementaranya.
Sekarang masalahnya sedikit teratasi meski Evan harus menikahi gadis jelek tetangganya itu tapi sekarang dia sudah bisa pergi bekerja sebab ada yang menjaga si kembar dan jika publik memergoki mereka maka dia sudah memiliki alasan untuk mengelak. Tidak salah memang dia mengajak Belinda menikah karena dia bisa memanfaatkan di gendut jelek itu. Para kekasihnya juga tidak akan curiga bahkan mereka tidak akan percaya jika dia telah menikah dan yang paling penting adalah, dia tidak perlu mencari orang untuk menjaga si kembar sebab dia sudah mendapatkan tenaga suka rela. Akhirnya kehidupannya bisa kembali seperti semula meski masih tidak utuh karena ada si kembar yang tak bisa dia usir.
“Ayo kakak Winnie The Pooh, kita pulang!” ajak Oliver dan Xavier seraya memegangi tangan Belinda.
“Apa kalian mau es cream?” tanya Belinda pada si kembar. Dalam sekejap mata saja mereka akrab dengan cepat dan Belinda mendapatkan julukan dari si kembar yang tak bisa diubah lagi sebab mereka suka memanggil Belinda dengan panggilan seperti itu tapi Belinda tidak keberatan dan membiarkan mereka memanggilnya dengan sebutan Winnie the Pooh.
“Mau, apa kakak Winnie The Pooh mau membelikan kami es cream?” tanya Oliver.
“Tentu saja, ayo kita pergi!” ajak Belinda.
“Horreee… ayo kita pergi!” sorak si kembar girang.
“Hei… tunggu, tunggu! Kalian mau pergi ke mana?” tanya Evan menghentikan mereka.
“Kenapa, Daddy? Kakak Winnie the Pooh ingin membelikan kami es, jadi ayo ikut. Apa Daddy tidak mau es cream?” tanya Oliver.
“Tidak… tidak ada yang boleh pergi. Sekarang pulang ke rumah karena jika sampai ada yang melihat aku bersama dengan kalian maka akan menjadi masalah besar. Sekarang pulang, tidak ada es cream untuk kalian!” bisa celaka jika sampai ada yang melihat mereka. Meski dia memiliki alasan tapi dia harus tetap berhati-hati.
“Yeaahhh… kami hanya ingin es cream dari kakak Winnie the Pooh,” si kembar terlihat kecewa padahal mereka sudah sangat ingin mendapatkan es cream.
“Kalian pulang saja, aku pasti yang akan memberikan es cream. Nanti aku akan membawanya pulang dan memberikannya untuk kalian. Bagaimana?” tanya Belinda.
“Aku mau yang strawberry, Kakak!” ucap Xavier.
“Aku yang mau yang blueberry,” ucap Oliver.
“Oke, akan aku belikan jadi kalian pulang saja terlebih dahulu!”
“Baik kakak. Kami akan menunggu kakak di rumah!”
“Oke, bye!” Belinda berlari pergi dengan perasaan gembira. Dia bahkan melompat-lompat karena dia tidak menduga jika dia akan menikah dengan sang idola. Dalam mimpi pun dia tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya dan sepertinya tongkat sihir sedang bekerja untuknya. Meski dia tahu pernikahan yang mereka jalani hanyalah pernikahan sementara sebab Evan berkata mereka harus membuat surat perjanjian tapi baginya, yang selalu mengidolakan Evan itu adalah keuntungan luar biasa yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dia bahkan tidak keberatan dimanfaatkan oleh Evan. Bagi gadis tak menarik seperti dirinya, tentu itu adalah keuntungan yang luar biasa.
Evan segera membawa Oliver dan Xavier pulang. Karena dia menyamar jadi tidak ada yang mengenali dirinya. Setelah ini kebebasannya akan kembali sebab dia tidak perlu mengkhawatirkan Xavier dan Oliver bahkan dia bisa pulang malam seperti yang biasa dia lakukan.
“Daddy, apa mulai sekarang kakak Winnie the Pooh akan tinggal bersama kita?” tanya Oliver.
“Kenapa kalian memanggilnya Winnie The Pooh? Apa tidak ada julukan lain yang bisa kalian berikan untuknya?”
“Tidak. Kami lebih suka Winnie The Pooh!” ucap si kembar.
“Baiklah, terserah kalian saja!” sebaiknya dia segera mencari tahu keberadaan orang tua mereka agar dia bisa segera mengembalikan OLiver dan Xavier. Dia tetap yakin jika mereka bukanlah putranya dan dia pun tidak bisa menampung mereka terlalu lama.
Hari yang aneh setelah kedatangan OLiver dan Xavier dan dia berharap semua berjalan sesuai dengan rencana. Dia juga berharap tidak ada yang tahu meski dia sudah mengambil antisipasi. Dia juga tidak mau terikat terlalu lama dengan gadis gemuk dan jelek itu. Semakin cepat dia menemukan keberadaan kedua orang tua si kembar, maka semakin cepat pula hubungannya dengan Belinda berakhir. Jujur Saja, dia alergi dengan orang jelek. Sekarang saatnya pulang untuk membuat perjanjian yang tentunya menguntungkan dirinya.
Belinda sudah mendapatkan es cream-nya. Dia bergegas kembali agar es cream yang dia beli untuk si kembar tidak meleleh. Belinda kembali sambil bernyanyi karena hari ini dia bahagia. Dia bahkan sudah membayangkan dapat tidur bersama dengan Evan. Lalu memandangi wajah sang idola setiap bangun tidur. Dia juga bisa menyentuh otot tubuhnya yang dia kagumi selama ini. Membayangkannya saja sudah membuat wajah Belinda merona tapi sayangnya dia tidak akan mendapatkan semua itu.
Surat perjanjian yang harus mereka sepakati sudah berada di atas meja. Di dalam surat itu menyebutkan jika pernikahan mereka terjadi selama Evan belum bisa menemukan keberadaan kedua orang tua si kembar tapi setelah dia menemukan kedua orang tua si kembar maka pernikahan mereka selesai.
Belinda tidak boleh tinggal bersama dengannya karena mereka adalah tetangga. Belinda hanya boleh datang saat menyiapkan makanan untuk Oliver dan Xavier, menemani mereka bermain dan menjaga mereka selama Evan pergi. Dia juga tidak boleh melaporkan hal itu ke publik dan berbicara sembarangan karena jika sampai Belinda melakukannya maka Evan akan menuntutnya secara hukum dan meminta Belinda ganti rugi.
Itu adalah poin penting yang harus Belinda patuhi tapi perjanjian itu tentu tidak hanya menguntungkan sebelah pihak saja sebab Evan akan memberikan imbalan untuk Belinda dengan jumlah uang yang fantastis setelah perjanjian pernikahan mereka selesai. Dia juga ingin mereka memiliki privasi masing-masing dan tidak ada yang boleh ikut campur dalam permasalahan yang terjadi.
“Semua itu adalah perjanjian yang harus kau patuhi jadi segera tanda tangani dan ingat, kau harus mematuhi semua peraturan yang ada di surat perjanjian itu!” ucap Evan.
Belinda masih melihat isi surat itu, tidak ada larangan untuknya. Tidak disebutkan jika dia tidak boleh mengintip, tidak ada pula larangan baginya untuk mengambil barang Evan yang bisa dijadikan koleksi dan yang paling penting adalah, tidak ada larangan baginya untuk mengikuti Evan seperti yang biasa dia lakukan. Baiklah, selama tidak ada larangan itu maka dia akan menyetujuinya.
“Baiklah, aku akan menyetujuinya!” demi bisa dekat dengan sang idola dan mengambil hatinya, dia rela melakukan apa pun bahkan dia tidak keberatan meski dia tahu jika dia sedang dimanfaatkan oleh Evan. Tapi dia memang tidak mau dipenjara karena aksi mengintipnya yang ketahuan. Lagi pula dia tidak rugi apa pun bahkan dia merasa itu adalah keuntungan baginya.
“Aku setuju dengan semua persyaratan ini!” ucap Belinda tanpa ragu.
“Bagus! aku suka orang yang di mudah diajak bekerja sama!” keputusannya memang sudah tepat menikahi Belinda dan dia akan memanfaatkan gadis jelek itu. Sekarang, masalahnya selesai.
Belinda mendandatangani surat perjanjian itu begitu juga dengan Evan. Memang tidak disebutkan jangka waktunya jadi surat perjanjian itu bisa berlaku untuk waktu yang tidak ditentukan dan sekarang, waktunya mencari tahu siapa sebenarnya orang tua si kembar karena Evan masih yakin, dia tidak mungkin membuat kesalahan meski dia sudah membuang benihnya dibanyak tempat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!