" Cepat pergi!! Aku akan menahan mereka sampai kalian semua bisa pergi sejauh mungkin dari sini!! " Galen mendorong sangat istri yang tengah menggendong King Grif untuk segera pergi menyusul anggota keluarga lainnya.
" Nggak.. Aku nggak mungkin ninggalin kamu sendirian, Len.. Kita hadapi sama-sama. " Dengan linangan air mata yang membasahi wajahnya, Lucena enggan menolak ucapan Galen.
" Luce.. Jangan egois, pikirkan si kembar!! " Sentak Galen antara tega dan tidak tega.
" Nggak, Len.. Aku nggak bisa pergi begitu saja sedangkan aku tahu, kamu.. Kamu... Enggak, Len. " Galen pun langsung membawa Lucena masuk ke dalam pelukannya. Galen tahu bagaimana perasaan Lucena saat ini, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain meminta Lucena untuk meninggalkan dirinya.
" Aku akan segera menyusul begitu aku berhasil mengalahkan mereka. Tunggu aku bersama si kembar, oke. " Ujar Galen menenangkan Lucena. Galen sendiri tidak yakin apakah dirinya bisa memenuhi janjinya kali ini pada Lucena, tapi yang terpenting saat ini Lucena bisa pergi dari sini bersama si kembar.
" Len.. " Ghadi yang sejak tadi melihat adegan perpisahan sepasang suami istri itupun maju untuk mengingatkan jika mereka tidak lagi memiliki waktu musuh sudah memasuki bagian dalam mansion utama. Bukan lagi masalah waktu, karena musuh pasti akan segera sampai di jalan rahasia ini.
" Aku titip mereka, Ghadi.. Berjanjilah pada ku, kau akan melindungi mereka dengan segenap hidup mu. " Ghadi mengangguk mantap.
Dengan sedikit menarik Lucena yang tengah menggendong King Grif dan Ghadi sendiri tengah menggendong Queen Fay, mereka pun meninggalkan Galen di sana. Tatapan Galen tidak pernah terputus, terus menatap kepergian dari sang istri dan kedua buah hatinya. Senyum tipis Galen tunjukan untuk bisa membuat wanita yang telah merajai hidupnya itu bisa pergi dengan tenang.
Ekspresi yang menenangkan itu berubah sedetik kemudian ketika bayangan istri dan kedua buah hatinya sudah tidak lagi nampak. Galen tahu dan sadar betul bahwa ini adalah akhir dari semuanya. Untuk bisa memperoleh kemenangan maka harus ada pengorbanan. Dan dari semua orang di keluarganya, hanya dirinyalah yang memang patut untuk berkorban karena dia adalah kepala keluarga de Niels.
" Ketos.. Billcan.. Setelah hari ini, aku berharap kalian berdua membantu keluarga ku untuk kembali bangkit. Serta satu permintaan ku, anggap saja permintaan terakhir ku.. " Ketos dan Billcan menunduk menahan sesak di dada mereka. Perpisahan ini terlalu cepat, dan mereka tidak sanggup melepaskan tuan yang selama ini begitu mereka hormati itu.
" Pastikan jalan King Grif untuk menduduki puncak tertinggi tidak akan dihalangi oleh siapapun. Dan biar Queen Fay, princess kecil ku menjadi wanita paling bahagia di dunia ini.. Kalian sanggup? " Galen menatap dua orang kepercayaannya penuh harap.
" Kami.... Sanggup, tuan muda.. " Ucap Billcan dan Ketos serempak.
Setelah mengatakan hal itu, pesan terakhirnya pada kedua orang kepercayaannya, Galen pergi untuk menyongsong musuh yang berani menginjak daerah yang merupakan wilayahnya. Galen siap mati, jika memang itu adalah hal yang bisa membuat semua anggota keluarganya selamat.
" Selamat tinggal cinta ku, berbahagialah bersama dengan cinta yang memang sudah seharusnya menjadi milik mu sejak dulu.. "
BOOOOMM.... BBOOOOOMMMM.
" TIIIIDDDDAAAAAAAAAAKKKK... GGGAAAAAALLLLLEENNNNNNN...!!! "
HAH.. HAH.. HAH..
Mimpi yang sama, selalu mimpi yang sama meski telah berlalu dua tahun lamanya. Seolah mimpi itu memang sengaja ingin untuk terus diingat olehnya. Mimpi buruk yang menjadi kenyataan, merenggut pria yang teramat dia cintai seumur hidupnya. Pernikahan bahagia dengan hadirnya sepasang anak kembar, berujung petaka yang membuatnya harus kehilangan hidupnya dan hancur.
Ceena, terbangun setelah memimpikan peristiwa dua tahun lalu. Usianya kini telah menginjak imut tiga pulih tujuh tahun. Dan selama usia yang dia lalui ini, kejadian dua tahun lalu adalah kejadian yang paling tidak pernah Ceena harapkan terjadi tapi telah benar terjadi. Matanya yang masih sembab karena menangis dalam mimpi tadi, menatap ke arah sebuah pigura kecil di nakas samping tempat tidurnya.
Dalam sebuah pigura yang dianggap sebagai harta berharga Ceena saat ini. Pigura yang di dalamnya adalah foto seorang pria yang menjadi pemilik hatinya. Dalam foto itu, si pria tersenyum begitu hangat tapi apakah pria itu tahu bahwa senyum itu kini justru membuat Ceena menderita. Senyum yang tidak akan pernah Ceena lihat seumur hidupnya lagi.
Sambil menangis, Ceena mendekap erat pigura itu. Ingin melampiaskan kerinduan dan ingin mengadu berapa berat hidupnya saat ini setelah kepergian pria ini untuk selamanya. Ceena berharap jika saat itu bisa diulang kembali, maka Ceena lebih memilih untuk tetap di sana. Mati bersama sesuai janji mereka yang pernah terucap saat pernikahan. Janji untuk sehidup semati selamanya.
BRAK...
" CEENA.. KAU TIDAK APA-APA? " seorang pria masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu sama sekali.
Ceena menatap tajam pria yang baru saja masuk itu. Pria yang teramat Ceena benci karena keberadaannya dan juga karena takdir sialan yang mengharuskan dirinya menikahi pria di depannya ini. Berapa tidak tahu malunya pria ini, menikahi janda saudara kembarnya sendiri dengan dalih demi nama baiknya dan kedua anaknya.
" Apa peduli mu? Kau tahu sendiri dengan baik jika selama ini aku tidak baik-baik saja. Kenapa masih bertanya? Kau dungu?? " Sentak Lucena tanpa sedikit pun berpikir jika ucapannya bisa saja melukai perasaan pria di depannya ini.
" Aku mendengar mu berteriak, jadi aku langsung kemari. Apa kau bermimpi buruk lagi? " Tanya pria ini tanpa peduli dengan ucapan kasar Ceena tadi. Sudah terbiasa bahkan setiap hari memang selalu seperti ini dan itu sudah berlangsung selama dua tahun lamanya.
" Ya.. Aku memang bermimpi buruk, dan semua itu karena kau. Kenapa bukan kau saja yang mati saat itu? Jika saja kau yang ada di sana maka aku tidak akan pernah kehilangan dia.. Aku membenci mu, sangat membenci mu jadi berhenti bersikap baik pada ku!! " Hardik Ceena.
Setelah melampiaskan emosinya, Ceena bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan sekedar meredam emosi nya. Bertahan terlalu lama di dalam satu ruangan dengan pria itu, hanya membuatnya semakin kehilangan kewarasannya. Ceena tidak ingin ituterjadi karena anak-anak bisa melihat pertengkaran mereka lagi.
Nolan hanya bisa menatap sedih pintu kamar mandi yang tertutup rapat itu. Nolan sendiri tidak tahu harus seperti apa lagi mendekati Ceena. Dua tahun, sudah selama itu mereka menikah dan tidak ada perubahan apapun dalam hubungan mereka. Selalu pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi. Selama ini pula, Nolan selalu mengalah dengan alasan yang sama dengan apa yang selalu dituduhkan Ceena. Andai dia yang menjadi korban di malam naas itu.
" Maafkan aku, Len.. Aku hanya bisa menjaga mereka seperti ini tapi tetap aku tidak bisa menyentuh hatinya agar mau menerima kenyataan. Jangan salahkan Ceena karena aku yang salah. Aku tidak mampu membahagiakannya. " Gumam Nolan kemudian pergi meninggalkan kamarnya dan Ceena.
Meski satu kamar, mereka tidur di ranjang yang berbeda. Mereka sengaja tidak pisah kamar karena masih memikirkan pendapat si kembar andai tahu bagaimana hancurnya pernikahan mereka. Saat mereka menikah, si kembar masih berusia lima tahun sehingga tidak sepatutnya si kembar tahu alasan kenapa kedua orang tuanya ini menikah.
Awalnya mereka memang tinggal satu atap tanpa adanya hubungan apapun selain sebagai saudara ipar. Tapi kemudian gunjingan para tetangga tentang mereka yang dianggap pasangan berselingkuh membuat Nolan memutuskan untuk menikahi Ceena. Meski alot sekali saat perundingan mengenai pernikahan ini, tapi ketika Nolan memakai anak-anak sebagai alasannya, Ceena pun menyetujui namun memberikan segudang persyaratan.
Demi menjaga nama baik Ceena dengan terpaksa Nolan menerima persyaratan dari Ceena meski sebenarnya dia keberatan. Nolan mengalah dan percaya jika waktu yang akan mereka lalui mampu membuat Ceena luluh. Tapi lagi dan lagi tebakan Nolan salah. Jangankan luluh, Ceena justru semakin membencinya dan dengan terang-terangan memusuhinya di depan anak-anak.
" Bertengkar lagi, dad?? " Pertanyaan dari Griffin berhasil membawa Nolan kembali ke dunia nyata.
" Hehe.. Begitulah. " Nolan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena canggung dan malu. Anak-anak sudah bangun rupanya.
" Apa yang daddy masak? " Tanya Fayre. Dia berusaha mengalihkan perhatian daddy Nolan agar tidak memikirkan tentang pertengkaran dengan bunda mereka tadi.
" Omelette daging kesukaan kalian. " Griffin dan Fayre tersenyum senang.
Usia mereka tujuh tahun bulan depan. Meski usia mereka baru menginjak tujuh tahun kurang sedikit, tapi cara berpikir dan pemahaman mereka sudah bisa setara dengan remaja usia lima belas tahunan. Gen ayah mereka benar-benar kuat sehingga mereka bahkan bisa membaca ketika baru berumur kurang dari tiga tahun.
Meski begitu, Nolan selalu berpesan agar mereka tidak terlalu mencolok dalam menunjukan kemampuan mereka. Nolan tidak ingin si kembar menjadi perhatian banyak orang dan bisa saja mengundang mereka yang selama ini mencari mereka. Nolan dan keluarga kecilnya ini tengah dalam pelarian dari kejaran musuh yang telah menghancurkan keluarga bahagia mereka.
Nolan ingin memastikan kedua keponakannya yang sekarang berstatus anak tirinya ini aman hingga waktu dimana mereka mewarisi apa yang telah ayah mereka wariskan pada mereka berdua. Nolan ingin memastikan semua itu berjalan lancar, demi bisa mengurangi rasa bersalahnya karena telah hidup disaat saudaranya telah meninggal dunia.
Sarapan pagi ini berlangsung layaknya sarapan di pagi hari sebelum-sebelumnya. Hanya ada interaksi antara si kembar dengan mama dan daddy mereka, tapi untuk kedua orang dewasa itu, keduanya sama sekali tidak ada pembicaraan apapun. Memang sudah seperti itu, kalaupun ada pembahasan yang mereka bicarakan pastinya hanya tentang pendidikan si kembar. Selebihnya, mereka berdua akan bersikap seolah mereka tidak saling kenal.
Griffin dan Fayre tahu ada sebuah kejanggalan dalam hubungan kedua orang dewasa itu. Saat usia mereka lima tahun, peristiwa naas di malam kelam itu membuat mereka kehilangan papa mereka. Setelahnya, paman mereka lah yang menggantikan posisi papa mereka. Sejak pernikahan itu, Ceena selalu menekankan pada kedua anaknya jika pria yang di panggil daddy itu adalah paman mereka, bukan papa kandung.
Bahkan diawal pernikahan Ceena dan Nolan, dengan terang-terangan Ceena melarang kedua buah hatinya memanggil Nolan dengan sebutan daddy. Menurut Ceena itu tidak pantas dan lagi posisi papa mereka sampai kapan pun tidak akan pernah tergantikan. Hingga baru beberapa bulan belakangan ini, Ceena nampak biasa saja ketika si kembar memanggil Nolan dengan sebutan daddy, entah apa alasan dibalik diamnya Ceena.
" Kita berangkat sekarang.. Oke! " Nolan segera membantu kedua anak sambungnya itu untuk bersiap pergi ke sekolah. Seperti biasa dia yang akan mengantar dan Ceena akan pergi ke restoran kecil milik mereka guna melihat persiapan di resto kecil itu.
Sedikit informasi, untuk memenuhi semua kebutuhan mereka selama masa pelarian ini, Nolan membuka sebuah restoran kecil bernama REGN. Sebuah restoran yang menjual makanan dan minuman yang familiar untuk kalangan muda dan tua. Lumayan ramai karena letaknya cukup strategis karena dekat dengan perkantoran dan sebuah universitas.
" Hari ini akan ada barang datang, tolong bantu awasi pengecekannya ya. " Ujar Nolan pada Ceena yang hanya mendapat lirikan saja. Istri Nolan ini masih enggan bicara.
" Kami berangkat. " Ceena mengabaikan Nolan tapi tetap menyapa kedua anaknya dan memberikan kecupan di kening kedua buah hatinya itu.
" Belajar yang rajin, dan selalu ingat untuk tidak membuat masalah di sekolah. Kalian mengerti? " Pesan Ceena yang selalu setiap pagi akan disampaikan pada kedua buah harinya.
" Kami mengerti, ma.. Kami berangkat dulu, mama hati-hati pergi ke resto. " Ceena mengangguk.
Di dalam mobil yang disupiri Nolan, si kembar nampak tengah bercerita tentang banyak hal pada Nolan. Tentang teman mereka, guru mereka, lingkungan sekolah mereka, dan juga tentang salah seorang teman mereka yang suka sekali para Fayre. Nolan selalu senang mendengar si kembar bercerita tentang apapun itu. Dia akan menjadi pendengar setia.
Disaat seperti inilah, Nolan merasa benar-benar dianggap sebagai daddy si kembar. Karena jika ada Ceena di tengah mereka, si kembar akan berubah menjadi pendiam, takut untuk mengajak Nolan bicara karena Ceena pasti akan marah. Jadi, mengantar jemput si kembar memang sengaja Nolan pinta dari Ceena agar momen seperti ini biasa sering dia rasakan.
" Fayre cantik, itulah kenapa banyak anak laki-laki suka padanya. " Ujar Nolan memberi tanggapan.
" Tentu saja.. Mama saja cantik, bagaimana bisa Fayre jelek, daddy. " Nolan terkekeh. Putri mendiang kakak kembarnya itu narsis sekali, entah menurun dari siapa.
" Ya.. Mama kalian cantik, bahkan sangat cantik. " Puji Nolan dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.
" Are you okay, dad? Maksud ku tentang bagaimana mama memperlakukan daddy? " Tanya Griffin.
Nolan menghela nafas, Griffin adalah tipe anak yang sangat peka dan untuk anak usia tujuh tahun, cara berpikirnya sudah jauh dari anak seusianya. Fayre juga begitu, tapi karena Fayre itu manja sehingga menutupi keistimewaan nya itu.
" Baik.. Tentu saja daddy baik. Jangan khawatir, mama hanya sedang marah atas keadaan yang sangat tiba-tiba dan mungkin daddy adalah tempatnya untuk melampiaskan semua emosinya. " Terang Nolan.
" Kalian masih kecil, jadi jangan memikirkan sesuatu yang seharusnya dipikirkan oleh orang dewasa. Fokus kalian adalah belajar dan membanggakan kami orang tua kalian. " Nolan melanjutkan. Tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala si kembar, karena bertepatan dengan mobil mereka yang sudah sampai di depan sekolah si kembar.
Sebuah sekolah elite, dimana hanya orang-orang yang berkantong tebal juga orang yang memiliki latar belakang tidak biasa yang bisa sekolah di sekolah elite ini. Meski ekonomi keluarga Nolan dan Ceena bisa dikatakan jauh dari semua itu, tapi si kembar bisa masuk sekolah ini melalui jalur prestasi dan mereka mendapatkan beasiswa penuh.
Nolan dan Ceena bukan tidak mampu menyekolahkan mereka di tempat ini, bahkan membeli sekolah ini saja mereka bisa. Sayangnya karena peristiwa dua tahun lalu, membuat mereka harus menyembunyikan jati diri dan semua aset mereka dibekukan sementara waktu. Jadilah mereka hanya bisa mengandalkan kemampuan mereka untuk bertahan hidup.
Tidak lama, itulah janji saudara Nolan yang saat ini masih berusaha memulihkan kondisi keluarga mereka di negara asalnya sana. Nolan pun tidak pernah menuntut karena dia tahu, merombak semua hal tidaklah mudah. Kursi kepemimpinan keluarga juga belum diputuskan siapa yang akan menggantikan mendiang papa si kembar. Jadi yang bisa Nolan lakukan saat ini adalah memenuhi misinya untuk menjadi Ceena dan si kembar.
" Ingat pesan mama kalian. Dan jangan terlalu menonjolkan kemampuan kalian, hindari keramaian dan pusat perhatian. Kalian berdua paham kan. " Si kembar kompak mengangguk.
" Siap, capt.. " Nolan terkekeh. Sungguh suatu anugrah baginya karena dipilih oleh mendiang saudara kembarnya untuk merawat kedua anak super jenius itu. Tentang ibu kedua anak itu, entahlah, Nolan sendiri tidak lagi tahu harus berbuat seperti apa.
********
Jika dipikirkan apakah semua ini mudah bagi Ceena, tentu saja jawabannya adalah tidak. Ditinggal pergi selamanya oleh sang suami, yang merupakan satu-satunya pria di dalam hidupnya tentu bukanlah sebuah hal mudah. Belum lagi sekarang ini dia dipaksa untuk menikah dengan saudara kembar dari suaminya sendiri dengan alasan untuk dirinya dan kedua buah hatinya. Tidakkah takdir seolah tengah mempermainkannya.
Ceena sadar bukan salah Nolan hingga suaminya meninggal dua tahun lalu. Tapi karena rasa sakit dan kecewa yang amat besar membuat Ceena harus melampiaskan hal itu pada seseorang dan yang beruntung adalah Nolan. Terkadang Ceena merasa dirinya keterlaluan, seperti tadi pagi yang mana dia menyumpahi agar Nolan saja yang mati dan bukan Galen. Tapi karena rasa sakit hatinya, Ceena pun membenarkan semua perbuatan dan kata-kata yang menyakitkan itu.
Setelah membuka resto untuk para karyawan yang berjumlah tiga orang ini, Ceena yang menunggu barang stock datang seperti kata Nolan hanya duduk termenung saja di pintu belakang resto kecil mereka ini. Resto kecil yang Nolan beli dulunya dari pemilik lama yang mana dulu resto ini sudah hampir bangkrut tapi karena kepiawaian seorang Nolan yang memang rajanya restoran, akhirnya resto kecil ini mulai diperhitungkan oleh masyarakat.
" Bos.. Kenapa melamun? Itu mobil barang sudah datang.. " Tepukan dipundak Ceena membuyarkan lamunannya.
" Oh.. Lovi... Maaf, aku sedikit kehilangan fokus tadi. " Ujar Ceena menutupi apa yang dia pikirkan.
" Jangan keseringan melamun, bos.. Anda bisa cepat tua nanti. " Lovita, salah seorang pelayan yang bekerja di resto menggoda Ceena.
" Ck.. Mana ada yang seperti itu. Kalau suka marah-marah itu baru cepat tua. " Ceena menatap sengit Lovita yang hanya bisa terkekeh karena berhasil menggoda bosnya itu.
Disaat Ceena tengah fokus untuk mengecek semua barang yang akan menjadi stock untuk restoran mereka selama satu minggu ke depan. Di suatu sudut tempat yang tidak terlalu terang, Nolan berdiri menatap ke arah Ceena. Entah apa yang dia pikirkan tapi jelas dari ekspresinya saja tidak terbaca. Saking fokusnya memperhatikan keberadaan Ceena, Nolan sampai tidak sadar jika sudah ada seseorang yang berdiri di sampingnya dan ikut memandang ke arah Ceena berada.
" Bukankah sudah saatnya anda mengatakan semuanya, tuan muda keempat? Bahkan mendiang tuan muda pertama saja telah mengetahui semua ini dan apa yang terjadi saat ini juga termasuk campur tangan beliau. " Clovis bicara. Manager restoran milik Nolan, sekaligus pria yang merupakan tangan kanan Nolan.
" Aku selalu berharap, andai dia mengetahui semua itu seharusnya dia mengetahui dengan sendirinya tanpa ada yang memberi tahu. Aku takut dia semakin membenci ku jika mengetahui semua itu. " Sanggah Nolan tidak setuju dengan ide Clovis.
" Beliau serang tersesat tuan. Karena sakit hati yang mendalam serta kecewa dengan keadaan karena itu nyonya muda sampai berbuat seekstrem itu pada anda. Melimpahkan semua yang terjadi pada anda. " Clovis mendesah sedih. Merasa semua ini tidak adil untuk tuannya. Bukan tuannya yang membuat semua jadi seperti ini, karena sebenarnya tuan mudanya juga korban.
" Karena itu aku diam saja, membiarkan dia melampiaskan semuanya pada ku. Clovis, aku jauh lebih rela dia berbuat seperti ini daripada dia terpuruk dan melakukan hal tak terduga. Aku selalu takut, dia memilih pergi menyusul Galen daripada hidup di dunia ini. " Terlihat wajah Nolan berubah sendu.
Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, waktu dimana Nolan harus menjemput kedua anak kembar sambungnya. Tepatnya status mereka adalah Nolan yang paman mereka, tapi yah akhirnya Nolan menjadi daddy mereka karena seribu alasan yang si kembar sendiri malas untuk memikirkannya. Tidak tepat jika anak-anak ikut memikirkan masalah orang dewasa, begitu pesan daddy mereka.
Mata Nolan terbelalak saat melihat bagaimana kondisi si kembar yang sangat jauh dari kata baik. Jika saat berangkat sekolah tadi si kembar sangat rapi, maka kini justru terlihat sekarang sangat berantakan sekali. Tatanan rambut Fayre yang pagi tadi dia kepang, saat ini sudah acak-acakan mirip gembel di tepi jalan. Oh, jangan tanyakan bagaimana Griffin, karena tampilannya tidak jauh beda dengan Fayre.
Baju kedua anak itu juga basah kuyup bahkan kemeja Griffin sampai copot beberapa kancingnya. Satu kata yang bisa menjelaskan semua ini adalah Kacau. Nolan segera saja berlari mendekat pada si kembar. Fokusnya tadi hanya melihat tampilan si kembar tanpa melihat jika ada seorang wanita yang usianya mungkin sepantaran dirinya dengan pakaian glamour tengah menunjuk-nunjuk si kembar.
" Grif.. Fay.. Ada apa ini? " Nolan lekas berdiri di depan si kembar dan langsung memeluk tubuh mungil kedua anak itu. Tidak peduli jika bajunya akan ikut basah.
" Oh.. Jadi kamu orang tua dari anak tidak berpendidikan ini. Pantas saja anaknya buruk dalam perilaku, nyatanya orang tua mereka hanya sebatas orang miskin tanpa pendidikan. " Sarkas wanita berpakaian glamour tadi.
" Maaf nyonya.. Tolong jaga ucapan anda di depan anak-anak. Ucapan buruk orang tua bisa ditiru oleh anak mereka, seharusnya sebagai orang tua yang berpendidikan anda tahu mengenai hal itu. " Balas Nolan tak kalah sengit.
" Kau... Didik anak mu dengan baik. Lihat putra kecil ku yang malang, karena ulah anak kembar mu ini beberapa bagian di tubuh anak tampan ku ini terluka. " Mengikuti arah pandangan wanita glamour tadi, bisa Nolan lihat memang anak laki-laki seusia si kembar itu memang mengalami luka di beberapa bagian. Tapi jika dibandingkan dengan apa yang terjadi pada si kembar, bukankah yang seharusnya marah itu Nolan.
Nolan memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa pening. Masalah ini akan jadi besar jika dia bersikukuh untuk mengajak wanita glamour ini beradu mulut. Melihat beberapa pria berpakaian hitam berdiri berjajar rapi di belakang wanita ini, sudah jelas bisa dipastikan status wanita ini bukan orang biasa. Belum lagi bisikan dari kepala sekolah yang mengatakan jika wanita ini adalah istri dari calon walikota.
" Sebaiknya anda mengalah tuan.. Saya tahu jika sebenarnya si kembar tidak bersalah, mereka hanya membela diri karena orang tua mereka dihina. Tapi jika dilanjutkan masalah ini, bukan hanya anda yang akan terkena masalah tapi sekolah juga akan mendapatkan masalah. " Begitulah kira-kira bisikan yang terdengar di telinga Nolan.
Mengambil nafas dalam, kemudian menghembuskan dengan perlahan, Nolan langsung membungkuk sembilan puluh derajat dan langsung mengucapkan kata maaf. Bahkan Nolan juga bersedia menanggung semua pengobatan anak yang katanya menjadi ' korban ' kenakalan si kembar.
Wanita glamour bernama Mrs. Rudolfo itu tersenyum miring mengejek tingkah Nolan saat ini. Bahkan sedikitpun Mrs. Rudolfo memberikan atensi pada apa yang tengah dilakukan oleh Nolan. Lebih tepatnya mengabaikan karena memang sudah seharusnya Nolan melakukan semua itu. Lebih baik lagi kalau Nolan sampai berlutut di bawah kakinya.
" Tidak perlu membiayai pengobatan putra tampan ku. Uang mu dari menjadi koki di restoran tak berkelas itu tidak akan mampu. Yang aku butuhkan kau meminta maaf dan disaksikan oleh semua orang disini, dan itu sudah cukup. " Mrs. Rudolfo melirik sejenak Nolan yang masih membungkuk sebelum pergi meninggalkan sekolah.
Tangan Nolan terkepal begitu kuat sampai telapak tangannya berubah menjadi putih. Penghinaan yang untuk pertama kalinya dia dapatkan ini selamanya tidak akan pernah dia lupakan. Mrs. Rudolfo akan masuk ke dalam daftar hitam dan suatu hari nanti pasti Nolan akan membuat wanita sombong itu melakukan hal yang sama dengannya.
Nolan meyakinkan dirinya sendiri, bahwa dulu ketika mendiang Galen menjadi OB di perusahaan sang mommy demi sebuah misi. Pastilah dia mendapatkan lebih banyak penghinaan. Berpegangan pada itu, sedikit demi sedikit wajah mengerikan Nolan berangsur membaik. Dia langsung berbalik menghadap di kembar sambil tersenyum, seolah tidak ada yang terjadi.
" Sorry, dad.. " Ucap Griffin merasa sangat bersalah. Mereka sudah ada di mobil dan sedang dalam perjalanan pulang.
" Jangan dibahas masalah itu lagi, boy.. Tapi bantu daddy berpikir alasan apa yang akan kita gunakan saat bertemu mama kalian. " Griffin dan Fayre serempak meringis. Yah, yang paling mereka takutkan adalah kemurkaan mama mereka.
" Daddy.. Apa sungguh daddy tidak apa sampai melakukan hal tadi. Aku melihat ada beberapa orang yang merekam semua itu. " Ganti Fayre yang bicara. Jujur saja dia merasa tidak enak, apalagi apa yang harus Nolan lakukan tadi pastilah menghancurkan harga dirinya.
" Hahahaha.. Kalian mencemaskan daddy? Jika seperti itu, tolong lain kali hindari semua hal yang berpotensi membuat masalah seperti tadi, ya. Daddy tidak marah, tapi mama kalian pasti marah dan pastinya urusannya tidak akan selesai semudah tadi. " Griffin dan Fayre serempak mengangguk.
Benar saja apa yang menjadi ketakutan ketiga orang ini tadi, karena begitu memasuki rumah Ceena sudah berdiri berkacak pinggang menatap marah mereka bertiga. Oh, tidak bertiga melainkan menatap marah ke arah Nolan saja. Bisa dilihat Ceena bahkan ingin sekali menelan Nolan hidup-hidup.
Tadi, tanpa sengaja Lovita melihat di sosmed miliknya tentang apa yang terjadi di sekolah milik si kembar. Lovita langsung memperlihatkan hal itu pada Ceena yang akhirnya langsung menutup resto saat itu juga dan memilih pulang untuk menunggu ketiga orang yang membuatnya bertanduk itu.
" Griffin, Fayre.. Masuk kamar kalian dan bersihkan diri kalian. Jangan keluar kamar sampai mama memanggil kalian!! " Suara Ceena terdengar begitu menakutkan. Membuat tidak hanya si kembar, tapi Nolan pun menelan ludahnya kasar.
" Jangan terlalu keras pada mereka, Ceena.. Mereka masih..... "
" DIAMMMMM!!! " Ucapan Nolan langsung kembali dia telan begitu mendengar bentakan menggelegar dari Ceena.
" Tidak tahu malu.. Tidak bisakah kau membela mereka alih-alih melakukan perbuatan memalukan seperti tadi? Dimana harga diri mu? Kau membuat kami bertiga malu. Apa karena si kembar bukan anak kandung mu, jadi kau bersikap memalukan seperti tadi? " Ceena langsung mengeluarkan semua unek-unek nya. Tapi tidak sampai disini saja tentunya.
" Galen.. Dia tidak akan pernah membuat kami terlihat rendah dimata orang lain. Jika itu Galen, dia akan mempertaruhkan nyawanya demi melindung kami. Tapi apa yang kau lakukan? Merendahkan dirimu sendiri seperti tadi? Jika kau keberatan untuk menjaga kami maka lepaskan saja kami!! " Wajah Ceena berubah menjadi merah dengan air mata yang menghiasi nya.
Nolan lemah, jika sudah melihat Ceena menangis seperti ini Nolan akan langsung merasa teramat bersalah. Nolan ingin bergerak maju untuk memeluk tubuh wanita yang berstatus istrinya itu. Tapi Nolan jelas tadi, Ceena pasti akan mendorongnya enggan untuk melakukan kontak fisik dengannya.
" Maaf.. Aku hanya tidak ingin memperpanjang masalah dan berakhir keberadaan kita akan diketahui oleh mereka. " Suara Nolan terdengar sangat pelan dan sarat akan penyesalan.
" Selalu itu.. Selalu itu yang kau jadikan alasan untuk merendahkan diri mu sendiri. Aku membenci mu Ghadi.. Selamanya aku akan membenci mu!! " Ceena langsung pergi begitu saja tanpa peduli akan apapun lagi.
Tentu saja melihat Ceena pergi, Nolan tidak akan berdiam diri. Antara mengikuti Ceena atau menjaga si kembar di rumah, Nolan menjadi dilema saat ini. Nolan mondar mandir dengan kunci mobil miliknya yang terus dia genggam. Kelimpungan sendiri dia merasakan tingkat Ceena yang selalu bisa membuat seluruh hidupnya kehilangan arah seperti ini.
" Pergilah, dad.. Susul saja mama. Kami akan baik-baik saja di sini. Kami akan menghubungi bibi Loren untuk menemani kami. " Griffin keluar kamar dalam keadaan bersih, seperti seorang pahlawan yang menyelamatkan Nolan dari dilema berkepanjangan.
" Terima kasih.. Jaga Fayre sampai bibi Loren tiba, daddy pergi dulu. " Griffin mengangguk dengan senyum menghiasi wajahnya. Senyum inilah yang selama ini menguatkan Nolan dalam situasi apapun setelah keluarganya terpecah belah karena peristiwa malam naas itu. Senyum itu, adalah senyum milik Galen, panutan hidupnya dan juga pahlawan baginya.
" Grif.. " Fayre keluar dari persembunyian nya. Memang sejak setelah mereka selesai untuk membersihkan diri, mereka keluar dari kamar dan bersembunyi di balik tembok untuk melihat keadaan kedua orang tua mereka itu.
" Tenang saja. Daddy pasti bisa menemukan keberadaan mama.
" Sampai kapan semua akan seperti ini, Grif.. Jujur saja aku sedikit lelah. " Ucap Fayre terlihat sangat sedih saat ini. Bukan seperti ini keluarga impian mereka.
" Sampai mama mengetahui semua, dan daddy berhenti menjadi seorang pengecut untuk mengungkap semuanya. Sabar saja, tidak akan lama pastinya. " Griffin mengusap puncak kepala kakak kembarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!