"Jadi ini yang kamu lakukan saat aku ada di luar kota ?"
Seorang pria tampan dengan wajah memerah menahan amarah nampak mengepalkan tangannya ketika melihat sang istri sedang tidur berduaan dengan seorang pria di atas ranjangnya.
Sungguh pria itu tak habis pikir jika istrinya tega menghianatinya di kamar yang selama ini menjadi saksi cinta mereka, apalagi saat melihat bagaimana penampilan wanita itu saat ini.
Hanya mengenakan pakaian tidur tipis dan di sebelahnya terlihat seorang lelaki sedang bertelanjang dada.
Tanpa berpikir panjang pria itu segera menghajar laki-laki tersebut sampai babak belur dan tak sadarkan diri.
"Mas, ini tidak seperti yang kamu pikirkan." ucap Kirana dengan wajah panik setelah melihat apa yang suaminya itu lakukan, ia yang baru terbangun pun langsung beranjak dari ranjangnya.
"Lalu kami harus berpikiran bagaimana Kirana? jelas-jelas kamu sudah tidur dengan pria itu, dasar wanita murahan. Dari awal kamu memang tidak pantas menjadi menantu keluarga besar Adiguna." sinis seorang wanita paruh baya dengan angkuhnya menatap anak menantunya tersebut.
"Ma, ini tidak seperti yang Mama pikirkan. Aku tidak mengenal laki-laki ini Ma dan aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba bisa tidur dengannya, karena seingatku aku sedang menyusui Keanu di kamarnya tadi." Kirana langsung membela diri, karena memang itu yang ia ingat sebelum peristiwa menggemparkan ini terjadi.
"Mas, ku mohon percayalah padaku." imbuhnya lagi seraya mendekati suaminya tersebut.
"Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu itu !!" Hardik Kendra Adiguna, seorang pria berusia 28 tahun tersebut.
"Mas, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi." mohon Kirana berharap suaminya itu mau sedikit saja percaya padanya.
"Pergi dari rumah ini !!" Hardik Kendra tanpa perasaan dan tentu saja itu membuat Kirana seperti tersambar petir di siang bolong.
Sudah tiga tahun ia menempati rumah ini sejak suaminya itu menikahinya, lalu kemana ia harus pergi karena sejak kecil ia besar di panti asuhan.
"Mas, ku mohon maafkan aku Mas aku benar-benar tidak tahu apapun." Kirana langsung bersimpuh di kaki suaminya itu, meminta belas kasih agar tidak di usir pergi dari rumahnya.
Nyonya Ranti sang ibu mertua langsung naik pitam, ia tak ingin putranya itu luluh karena air mata palsu wanita itu. Kemudian dengan kasar nyonya Ranti menarik tangan Kirana lalu menyeretnya keluar dari rumah tersebut.
"Ma, tolong jangan lakukan hal itu padaku." mohon Kirana meminta ampun, namun ibu mertuanya yang sedang berdiri di depan pintu langsung membuang muka.
"Mas, tolong jangan usir aku dari sini." imbuh Kirana lagi seraya mendekati suaminya itu namun sang ibu mertua langsung mendorongnya hingga jatuh ke lantai.
"Pergi dari sini atau satpam akan menyeretmu keluar !!" Hardik wanita itu.
Namun Kirana sepertinya tak ingin menyerah, ia segera beranjak bangun dan kembali memohon. "Mas, Keanu sedang membutuhkan ASI ku Mas. Ku mohon injinkan ku bertemu dengannya, dia pasti sudah haus lagi mas." bujuknya dengan kedua tangan menangkup di depan dadanya.
Tetapi Kendra yang sudah terlanjur sakit hati karena merasa di hianati nampak tak mempedulikan wanita yang sebelumnya sangat ia cintai itu.
Bahkan pria itu rela menentang keluarga besarnya agar bisa menikahinya yang waktu itu hanya seorang gadis yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan.
Kendra jatuh cinta pada pandangan pertama saat datang ke pantai asuhan sebagai seorang donatur, sosok Kirana yang lemah lembut dan penyayang membuatnya ingin segera mempersuntingnya meskipun mereka dari kalangan berbeda.
Hampir satu tahun Kendra berjuang untuk mendapatkan restu keluarganya dan pada akhirnya pria itu dapat menikahi wanita pujaan hatinya tersebut.
Selama menikah dengannya pun Kendra menyadari sang ibu belum begitu merestuinya namun istrinya itu tak pernah menyerah untuk mengambil hati ibunya hingga membuatnya semakin hari semakin mencintainya.
Siang ini ia yang baru pulang dari luar kota sengaja tak memberitahu istrinya itu karena ia ingin memberikannya sebuah kejutan apalagi hari ini adalah hari pernikahan mereka ke tiga tahun serta hari ulang tahun wanita itu.
Namun justru ia sendiri yang di buat terkejut oleh wanita itu, tidak mungkin jika istrinya itu tidak tahu apapun. Karena di rumahnya tersebut hanya ada wanita itu, putranya yang baru berusia satu tahun dan juga seorang pembantu.
Ada pun seorang satpam yang sebelumnya meminta izin untuk datang telat dan pasti itu sudah di manfaatkan oleh istrinya tersebut, benar-benar keterlaluan pikir Kendra.
Karena pria asing tidak mungkin tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya apalagi kamar pribadinya jika sang pemilik rumah tidak membukukannya pintu.
Mengingat hal itu Kendra kembali murka, kemudian segera masuk ke dalam rumahnya tanpa mempedulikan istrinya itu lagi.
"Mas, ku mohon biarkan aku masuk." Kirana langsung mengejarnya tapi ibu mertuanya itu lagi-lagi mendorongnya menjauh.
"Pak, usir wanita itu dari sini !!" teriaknya pada satpamnya dan seorang pria dengan tubuh tinggi tegap serta kulit sedikit gelap itu bergegas mendekat.
"Silakan pergi dari sini Bu, jika tidak saya tidak akan segan berbuat kasar." tegas pria itu seraya memegang lengannya dengan kuat.
Kirana yang tak bisa membela dirinya akhirnya pasrah saat satpam rumahnya itu membawanya keluar dari rumah tersebut.
"Saya tidak bersalah dan bapak tahu sendiri bagaimana aku selama ini kan ?" ucap Kirana sebelum benar-benar pergi, selama ini ia sudah berusaha menjadi seorang istri dan ibu yang baik.
Ia tak pernah keluar dari rumahnya jika tanpa suaminya jadi bagaimana bisa ia mengenal pria asing itu dan pasti ada yang tidak beres dengan ini semua.
"Maafkan saya Bu karena tidak bisa berbuat apapun, pakailah jaket saya dan tolong ambil ini untuk pegangan ibu di jalan." security tersebut nampak menyerahkan jaketnya serta sedikit uang untuk istri majikan tersebut.
"Apa bapak tidak tahu apapun tentang laki-laki itu ?" tanya Kirana lagi yang sepertinya belum terima dengan keadaannya.
"Saya tidak tahu Bu, karena ibu tahu sendiri saya tadi ijin datang terlambat karena harus mengantar istri saya pergi berobat." terang sang security.
"Bukankah ada cctv di sini ?" tanya Kirana lagi.
"Cctv rusak dari kemarin Bu dan hari ini petugas baru bisa memperbaikinya." terang security itu lagi yang langsung membuat Kirana nampak tak memiliki harapan lagi.
"Tolong ambil ini Bu dan jaga diri baik-baik." Security itu meletakkan jaket serta uangnya di tangan Kirana.
"Hm, terima kasih banyak pak." Kirana akhirnya memakai jaket tersebut untuk menutupi pakaian tipisnya lalu pandangannya beralih ke arah rumah besar di hadapannya tersebut.
"Tunggu ibu ya Nak, suatu saat ibu pasti akan datang menjemputmu." gumamnya lalu setelah itu dengan berat hati Kirana melangkahkan kakinya meninggalkan rumah yang ia tempati 3 tahun terakhir ini, meninggalkan semua kenangan indahnya bersama sang suami dan juga buah hatinya.
"Cin, yey di dalam ?" teriak seorang pria berperawakan gemulai yang nampak sedang mengetuk kamar Kirana.
"Iya Bobby." Kirana yang tadinya sedang melamun kembali pada masa lalunya, langsung beranjak bangun saat sang sahabat sekaligus dewa penolongnya memanggilnya.
Bagi Kirana Bobby adalah dewa penolong baginya, 4 tahun yang lalu saat ia tak tahu arah dan tujuan setelah di usir oleh suami dan mertuanya pria itulah yang menolongnya di pinggir jalan.
Pria kemayu yang memiliki sebuah salon kecantikan di pinggiran kota itu rela memungutnya dan memberikannya pekerjaan di salonnya.
Kirana sangat berterima kasih pada pria itu karena hingga kini ia masih bisa bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan perkotaan.
Sebelumnya ia pernah kembali ke panti asuhan di mana ia dulu di besarkan, namun ia harus menghadapi kenyataan pahit jika pantinya telah bangkrut dan tutup.
Sepertinya keluarga Adiguna yang selama ini menjadi donatur utamanya telah menghentikan pendanaannya akibat kebenciannya padanya dan pada akhirnya Kirana tinggal di tempat Bobby hingga saat ini.
"Ada apa Bob ?" Tukas Kirana setelah membuka pintu kamarnya, sebuah kamar sempit yang terletak di ruangan belakang bagian salon tersebut.
"Cin, eyke mau bicara penting pada yey." ucap Bobby dengan gaya kemayunya sembari nyelonong masuk ke dalam kamar wanita itu.
Kirana nampak menaikkan sebelah alisnya tak mengerti lantas segera menutup pintu kamarnya, karena salon sedang ramai ia tak ingin pembicaraan mereka di dengar oleh karyawan lain ataupun para pengunjung.
"Dengar ya Cin, apa yey serius ingin mengambil Keanu dari mantan laki yey yang kaya raya itu ?" ucap Bobby yang sebenarnya lebih suka di panggil Baby ataupun Betty.
"Tentu saja, aku mempunyai sedikit tabungan dan ku rasa aku masih mampu membiayainya dari aku bekerja di sini." terang Kirana, selama 4 tahun ini ia telah belajar menjadi seorang penata rambut profesional di salon kecil milik Bobby.
Meskipun penghasilan yang ia dapatkan tak begitu banyak tapi paling tidak ia bisa sedikit menabung, sungguh ia sangat bersyukur pada Bobby. Ia yang sebelumnya tak memiliki pendidikan tinggi akhirnya bisa mempunyai ketrampilan yang bisa membuatnya bertahan hidup hingga kini.
Tuhan memang begitu adil dan takkan menguji hambanya di luar batas kemampuannya, asalkan ia mau berusaha dan bertawakal maka jalan keluar pasti akan selalu ada.
"Baiklah jika itu sudah menjadi keputusan yey, lalu apa yang akan yey lakukan sekarang ?" tanya Bobby ingin tahu rencana wanita itu, tidak mungkin kan jika dia akan menculik anaknya karena tingkat keamanan orang kaya pasti sangat ketat.
"Aku akan mendatangi rumah kami dahulu." sahut Kirana.
"Yey yakin tidak akan di usir oleh mertua yey yang seperti nenek sihir itu, eyke sih tidak yakin ?" timpal Bobby yang sontak membuat Kirana tak bisa menahan gelak tawanya.
"Aku akan mencobanya Bob, semoga saja tidak ada kesulitan." timpal Kirana meyakinkan.
Bobby nampak menghela napasnya sejenak, kemudian pria gemulai itu segera beranjak dari tepi ranjang milik Kirana.
"Baiklah, semoga berhasil cantik." ucapnya lantas melangkah pergi.
"Oh ya, eyke lebih suka jika yey memanggilku Beti." imbuhnya sebelum kembali menutup pintunya dari luar.
Kirana hanya menanggapinya dengan menggelengkan kepalanya, meskipun Bobby memiliki kelainan hormon yang membuatnya menjadi pria gemulai tetapi pria itu sungguh sangat baik padanya.
Keesokan harinya...
Pagi itu Kirana nampak menaiki bus kota menuju ke kediaman mantan suaminya, setelah sampai terminal wanita itu melanjutkan perjalanan dengan naik ojek. Meskipun rumahnya dahulu terletak di pinggir jalan besar namun tak ada angkutan kota yang lewat mengingat kawasan tersebut lumayan elit.
Setelah menempuh 30 menit perjalanan dengan segala kemacetannya, kini Kirana telah sampai di sebuah rumah mewah yang dulu pernah ia tinggali itu. Namun rumah tersebut terlihat sepi bahkan hampir tak terawat.
Rumah yang dahulu selalu bersih dengan beberapa hiasan bunga di halamannya kini nampak seperti gedung tua yang tak berpenghuni bahkan catnya pun mulai pudar dan berlumut.
"Maaf mbak, mencari siapa ya ?" tanya seorang pria muda dengan pakaian security yang kebetulan sedang lewat.
"Ini rumahnya pak Kendra Adiguna kan mas, apa beliau masih tinggal di sini ?" tanya Kirana kemudian, meskipun itu tidak mungkin mengingat keadaan rumah yang tak terawat.
"Benar mbak ini rumahnya pak Kendra, tapi sudah lama kosong." terang security tersebut.
"Apa masnya tahu di mana pak Kendra sekarang tinggal ?" tanya Kirana lagi.
"Kalau itu saya kurang tahu mbak, sejak tiga tahun lalu saya bekerja di komplek ini rumahnya sudah kosong." sahut security tersebut.
Kirana nampak menghela napasnya sejenak, kemudian ia mengangguk kecil. "Baiklah, kalau begitu terima kasih banyak mas." ucapnya, kemudian wanita itu melangkah pergi.
Padahal sebelumnya Kirana sudah sangat senang karena akan bisa melihat sang putra, namun kini ia gagal lagi. Entah seperti apa wajah putranya saat ini dan sungguh ia sangat merindukannya.
Setiap malam Kirana hampir tak pernah bisa tidur nyenyak karena memikirkan darah dagingnya itu dan ia bertekad akan mengambilnya dari sang mantan suami.
"Jadi, mantan laki yey yang tajir melintir itu sudah pindah ?" tanya Bobby saat Kirana datang dengan wajah masam.
"Hm, aku tidak tahu sekarang dia tinggal di mana." sahut Kirana yang nampak duduk di atas sofa dengan tak semangat.
"Menurut eyke sih mungkin di rumah nenek sihir itu karena laki yey pasti kerepotan kalau harus ngurus anaknya sendirian." timpal Bobby memberikan pendapatnya.
"Bisa jadi, tapi aku tidak mungkin datang ke sana. Keamanan di sana lebih ketat dan tak ada yang bisa masuk jika tak memiliki kartu akses." terang Kirana mengingat rumah ibu mertuanya itu berada di perumahan elit dan untuk masuk ke dalam sana harus melalui pemeriksaan security komplek.
"Itu sih kecil Kirana, tunggu sebentar." Bobby nampak beranjak dari duduknya lalu mengambil tumpukan surat kabar di dalam salonnya.
"Eyke tidak tahu yey setuju atau tidak dengan ide ini, tapi ini satu-satunya cara agar yey bisa masuk ke dalam komplek itu." ucap Bobby sembari meletakkan tumpukan koran di hadapan Kirana, lalu membuka bagian lowongan pekerjaan.
"Ya kamu benar Bob, aku akan menjadi pembantu atau baby sitter di komplek itu dengan begitu aku akan lebih leluasa mencari keberadaan anakku di sana." Kirana nampak kembali bersemangat, kemudian wanita itu mencari satu persatu dari ratusan lowongan di koran tersebut.
"Cin, apa eyke sedang tak salah lihat? coba baca sepertinya semesta sedang mendukungmu." Bobby terlihat histeris dengan gaya kemayunya.
Kirana yang penasaran pun langsung mengambil koran di tangan pria tersebut. "Di butuhkan asisten rumah tangga di kediaman Adiguna...." ucapnya tak percaya.
"Astaga, apa ini mimpi? cubit tanganku Bobby." Kirana nampak tak percaya dengan yang ia baca tersebut, akhirnya keinginannya selamat 4 tahun untuk bertemu dengan sang buah hati sebentar lagi akan terwujud.
"Tunggu ibu Nak, sebentar lagi kita akan bertemu."
Pagi itu Kirana nampak mematut dirinya di depan cermin, rambutnya yang sebelumnya panjang dan hitam legam kini terlihat pendek setelah ia potong semalam.
Dahulu mantan suaminya sangat menyukai rambut panjangnya, namun kini Kirana tak peduli akan hal itu. Lalu pandangannya beralih ke wajahnya yang sebelumnya wanita itu memiliki kulit wajah yang putih bersih kini terlihat gelap kecokelatan berkat keahlian make up yang ia kuasai selama di salon.
Kemudian Kirana menambahkan sebuah tai lalat di atas dagunya lalu tak lupa ia juga menggunakan kaca mata baca tebal untuk menyempurnakan penampilannya agar tidak mudah di kenali.
Kini Kirana benar-benar seperti bukan dirinya, apalagi ia juga mengenakan pakaian panjang kebesaran yang terlihat sangat tidak cocok di badannya.
Setelah memastikan penyamarannya sempurna Kirana segera bersiap-siap berangkat, semoga saja ia di terima bekerja di keluarga mantan suaminya tersebut.
"Cari siapa mbak ?" seorang security langsung menghampiri Kirana saat wanita itu sampai di gerbang komplek perumahan sang mantan mertua.
Kirana langsung menegang saat melihat security yang pernah ia kenal sebelumnya itu karena dahulu ia sering ke rumah mertuanya bersama sang suami, semoga saja pria berkumis tebal itu tak mengenalinya.
"Saya ingin mencari kediaman pak Adiguna, kebetulan kemarin sudah telepon dan saya di suruh datang pagi ini." terang Kirana.
Security tersebut nampak memindai penampilan Kirana dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Kamu pembantu barunya ?" tanyanya menegaskan.
Kirana nampak menelan ludahnya, sepertinya penampilannya benar-benar meyakinkan hingga security itu pun bisa menebak maksud kedatangannya.
"Iya benar, pak. Saya dari kampung sebelah kebetulan kemarin lihat lowongan pekerjaan dari koran." Kirana langsung membetulkan, logat bahasanya pun ia buat semedok mungkin.
"Baiklah, ayo saya antar." Security tersebut langsung membuka palang gerbang lalu menyuruh Kirana masuk.
"Akhirnya." gumam Kirana lega.
Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di sebuah rumah mewah dan luas dengan gerbang yang lumayan tinggi, tak ada perubahan dari rumah itu selalu bersih dan juga terawat.
"Ayo masuklah, nyonya sudah menunggumu di dalam !!" perintah sang security setelah baru keluar menemui sang majikan di dalam rumah tersebut.
Dengan dada berdebar-debar Kirana mulai melangkah masuk, pandangannya nampak memindai sekitarnya berharap ada putranya di sana.
Lalu saat melihat seorang wanita paruh baya yang baru datang Kirana langsung menunduk sopan.
"Selamat pagi nyonya, perkenalkan saya Ira yang ingin bekerja menjadi pembantu di rumah ini." ucap Kirana mengenalkan dirinya.
Nyonya Ranti nampak menghempaskan bobot tubuhnya di sofa lantas memindai penampilannya, ada perasaan tak suka bercampur jijik di wajah mantan ibu mertuanya itu saat melihatnya dan Kirana berharap wanita itu tak mengenalinya.
"Apa kamu punya pengalaman sebelumnya ?" tanya nyonya Ranti kemudian.
"Sudah nyonya, saya sangat berpengalaman dalam membersihkan rumah dan juga memasak." terang Kirana.
Nyonya Ranti nampak mengangguk kecil. "Baiklah kamu bisa bekerja mulai hari ini." ucapnya kemudian yang langsung membuat Kirana nampak lega.
"Bangunlah lebih pagi dan bersihkan rumah ini sebelum sarapan pagi dan saat kami ada di rumah jangan pernah berkeliaran di sekitar kami kecuali kami memanggilmu." nyonya Ranti menjelaskan aturan di rumahnya.
"Baik, nyonya." Kirana langsung mengangguk setuju, tentu saja ia takkan berkeliaran di sekitar mereka apalagi di sekitar sang mantan suami.
Tiba-tiba terdengar teriakan seorang anak kecil dari lantai atas dan sontak membuat Kirana langsung mendongakkan kepalanya.
"Keanu, kau kah itu sayang ?" gumamnya, matanya langsung berkaca-kaca saat melihat seorang bocah berusia sekitar 4 tahunan nampak menuruni anak tangga.
"Dia satu-satunya cucu saya." terang nyonya Ranti yang langsung membuat Kirana kembali menatap wanita itu, ia tak boleh memperlihatkan sikap yang mencurigakan agar rencananya tak mudah di ketahui.
"Jangan pernah mendekatinya karena saya tidak suka cucu saya atau anak-anak saya bergaul dengan pembantu." imbuh nyonya Ranti lagi.
"Baik, nyonya." Kirana langsung mengangguk mengerti.
"Oma, siapa tante yang kulitnya hitam itu ?" tanya Keanu seraya menunjuk ke arah Kirana.
"Dia pembantu baru di sini sayang, apa kamu sudah bersiap untuk pergi ke sekolah ?" sahut Nyonya Ranti.
"Hm." Keanu langsung mengangguk, namun pandangannya masih ke arah Kirana.
"Keanu, sayang. Ibu sangat rindu sayang, ibu ingin memelukmu." gumam Kirana, akhirnya ia bisa bertemu dengan putranya tersebut meskipun ia takkan di kenalinya.
Tapi tak masalah asal bisa melihatnya setiap hari Kirana sudah sangat bersyukur dan ia akan merawatnya dengan baik.
"Siapa Ma ?" ucap seseorang tiba-tiba yang langsung membuat Kirana mematung di tempatnya berdiri.
Suara itu masih tak asing di telinganya meskipun 4 tahun telah berlalu, suara yang pernah menjadi favoritnya karena setiap saat selalu memujinya dan menyatakan cinta padanya.
"Ini pembantu baru dari kampung, lihatlah penampilannya kampungan sekali bukan? tapi sepertinya mama cocok karena pasti tidak akan berani menggodamu seperti pembantu sebelumnya yang tidak tahu diri itu." terang nyonya Ranti pada sang putra.
Pria itu adalah Kendra Adiguna, pria tampan berusia 32 tahun itu nampak melangkah ke arah sang ibu yang sedang duduk di sofa ruang tamunya.
Penampilannya sangat rapi dengan kemeja hitam lengan panjang, sepertinya pria itu akan pergi ke kantornya.
Kendra nampak menatap Kirana hingga pandangan keduanya nampak terkunci sesaat namun pria itu langsung membuang mukanya dengan angkuh.
"Aku ada meeting pagi ini Ma, jadi tidak ikut sarapan." ucapnya kemudian.
"Sepagi ini ?" protes nyonya Ranti.
"Hm, aku ada meeting dengan investor dari Singapura pagi ini." terang Kendra.
"Baiklah sayang semoga sukses dengan proyek barumu dan setelah itu segera lamar Alexa karena mama sudah tak sabar melihat kalian menikah." ucap nyonya Ranti seraya beranjak dari duduknya lalu mengikuti langkah putranya itu keluar dari rumahnya.
"Alexa? jadi kamu sudah memiliki kekasih baru mas." gumam Kirana, meskipun ia sudah berusaha menghilangkan perasaannya namun nyatanya seluruh hatinya masih menjadi milik pria itu sepenuhnya.
"Kamu pembantu baru ya? aku Bi Asih, ayo ku antar ke kamarmu di belakang, jangan sering berkeliaran di ruang utama karena nyonya besar tidak suka itu." ucap seorang wanita paruh baya saat mendekati Kirana yang masih berdiri di tempatnya.
Kirana sangatlah mengenal wanita itu, satu-satunya pembantu yang bertahan selama bertahun-tahun di rumah tersebut.
"Saya Irawati Bi, panggil saja Ira." ucap Kirana sembari mengiringi langkah wanita itu.
Sesampainya di kamar belakang Kirana segera menyimpan tas yang ia bawa tadi.
"Sementara waktu kamu akan tidur sendiri di sini sampai nyonya besar mendapatkan pembantu satu lagi terang Bi Asih.
Ranti nampak menatap 2 kasur lipat di sana. "Memang pembantu sebelumnya kemana, Bi ?" tanyanya penasaran, meskipun ia sudah tahu karena pasti mereka tidak betah dengan banyaknya aturan yang di buat mantan ibu mertuanya itu.
"Satunya ketahuan mencuri kue milik nyonya besar dan satunya lagi...." Bi Asih nampak menjeda ucapannya dan itu membuat Kirana sangat penasaran.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!