Baru saja membuka mata, Pearl dikejutkan dengan ucapan mamanya. Pantas saja selama ini papanya tidak pernah membiarkan menjalin hubungan dengan siapa pun, tidak tahunya Pearl sudah dijodohkan dengan keluarga Wesly. Keluarga itu merupakan orang terdekat dengan papanya. Hanya saja selama ini Pearl belum pernah bertemu dengan pria itu.
Pearl bisa melanjutkan pendidikannya ke luar negeri berkat Vincent Wesly yang merupakan papa dari pria itu. Dia merasa tidak memiliki kekuatan sebab perbedaan status yang cukup jauh. Meskipun Pearl dianggap keluarga berada yang tidak kekurangan apa pun, tetapi sangat jauh dengan keluarga Wesly yang memiliki mansion mewah di tengah kota.
“Mam, bagaimana kalau pria itu sudah memiliki kekasih? Bagaimana kalau akulah orang ketiga itu?”
Pearl menyadari kalau dirinya tidak sejajar dengan pria itu. Terlebih sebagai seorang anak dari karyawan rendahan, mana mungkin memiliki kedudukan yang sama. Bisa saja alasan perjodohan ini untuk merendahkan papa atau keluarga Pearl sendiri. Dia tidak siap kalau sampai itu terjadi.
Secepatnya dia meraih laptop yang ada di meja. Buru-buru dia mengetikkan keluarga Wesly pada bagian pencarian, tetapi ketika laman tersebut terbuka, Sadie segera menutupnya dengan cepat.
“Kau tidak akan mengenalnya melalui internet, Sayang. Kau harus datang ke rumahnya untuk bertemu langsung.”
Pearl merasa malas kalau dia yang harus datang ke sana, tetapi Sadie, mamanya itu langsung mengambilkan gaun yang menurutnya cocok untuk dikenakan. Bukan karena keinginan Sadie ataupun Jackob, melainkan permintaan Vincent Wesly sendiri.
“Pakai ini! Mama akan memanggilkan taksi untukmu.”
Pearl beranjak dari kamar menuju ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri. Sementara di kediaman Wesly sudah tampak persiapan untuk menjamu calon gadis yang akan dijodohkan dengan putra sulungnya.
“Papa, apakah kau sudah bicara dengan Zack?” Sarah Samantha bertanya pada suaminya, Vincent Wesly.
“Tak perlu bicara apa pun dengannya. Akulah pemimpin di mansion ini. Jadi, siapa pun harus tunduk dan patuh kepada semua keputusanku, baik itu Sam maupun Zack.”
Sarah tidak bisa lagi membantah. Sebenarnya kalau dia mau, Sarah bisa mencarikan jodoh dari kalangan miliarder yang sejajar dengan putranya. Entah apa yang ada di dalam pikiran Vincent saat ini sehingga membuat keputusan sepihak.
Tidak hanya itu juga, Sarah memang belum pernah bertemu dengan gadis ini. Antara layak atau tidak menjadi menantunya pastinya penuh dengan pertimbangan. Mengingat keluarga Wesly sejak dulu selalu menuntut untuk menjodohkan putra dan putrinya dengan orang-orang yang sejajar serta dari kalangan yang sama.
Sementara Vincent, dia memiliki pemikiran khusus yang katanya gadis inilah yang terbaik dan layak menjadi pendamping Zack. Dari kedua putranya, Zack merupakan sosok yang introvert. Berbeda dengan putra bungsunya yang merupakan pria extrovert.
“Pokoknya apa pun yang terjadi, gadis ini harus menjadi istri Zack. Kalaupun anak itu menolak, kau harus meyakinkan Zack. Aku sudah banyak mengalah dengan membiarkan anak itu bekerja dari mansion. Aku tahu kalau dia bisa menjalankan perusahaan meskipun dari belakang layar, tetapi aku mau mengubah pandangan hidup Zack dari gadis ini. Kau pasti akan menyukainya, Sarah. Aku yakin itu.”
“Kau sudah mengubah aturan keluarga kita, Vincent. Seharusnya kau carikan dari golongan bangsawan agar di kemudian hari semuanya berjalan dengan mudah. Aku tidak mau kalau rumor keluarga kita mulai memilih gadis-gadis yang tidak sejajar untuk menjadi jodoh anak-anak kita. Cepat atau lambat, media akan mengetahui selera kita turun drastis.”
Vincent menatap tajam Sarah. Sebagai seorang pria yang sudah tahu asam garam kehidupan dan semua alasan perjodohan ini, cuma dari keluarga Harris yang layak menjadi pendamping Zack. Tidak ada yang lain, begitu juga dengan Sam nantinya. Putra bungsu keluarga itu pasti akan dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya meskipun saat ini pria itu sudah memiliki kekasih.
“Ini bukan tentang selera, melainkan kelayakan. Kau pikir aku tidak melakukan survey kepada semua anak gadis klien dan rekan bisnis keluarga kita? Semuanya sudah masuk daftar dan tidak ada yang layak.”
“Bagaimana dengan Victoria Taeta?”
“Ah, gadis manja itu? Kau tidak akan tahu, cepat atau lambat Sam pasti akan meninggalkannya. Dia hanya akan menjadi beban hidup Sam kalau sampai anak bungsumu itu tidak segera menyadari kekeliruannya.”
Sarah tidak lagi berkomentar sebab pelayan telah mengisyaratkan untuk segera keluar kamar. Tamu yang mereka tunggu telah datang. Sarah semakin resah karena dia pasti akan kesulitan meminta Zack untuk keluar dari kamar.
“Kau mau turun bersamaku atau bagaimana?” Sarah tidak mau bertemu dengan gadis itu seorang diri.
“Bersama-sama.” Setelah menyisir rambut kemudian menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Vincent keluar bersama sang istri.
Gadis itu duduk di ruang tamu dengan cemas. Pertama kalinya diminta datang ke mansion mewah yang tidak pernah terpikirkan sekalipun. Ketika menundukkan kepala, sebuah suara membuatnya mendongak.
“Selamat datang, Pearl! Angkat wajahmu!” sapa Vincent.
Pearl terkejut lalu mendongak. Tatapannya beradu dengan pasangan suami istri yang baru pertama kali dia temui.
“Kau terlihat cantik sekali,” puji Vincent lagi.
Vincent tahu semua perkembangan Pearl dari sahabatnya yang merupakan papa Pearl. Meskipun anak-anak mereka tidak pernah dipertemukan, tetapi janji Vincent untuk menjodohkan salah satu putranya dengan anak tunggal Jackob harus tetap dilaksanakan.
Pearl berdiri dengan perasaan gugup, tetapi beberapa saat kemudian dia bisa menguasai keadaan. Dia tidak boleh menyerah atau tunduk pada keluarga itu sehingga membalasnya dengan senyuman.
“Terima kasih, Tuan. Aku ke sini karena permintaan orang tuaku. Sebenarnya aku sudah menolak, tetapi mereka meyakinkan aku untuk tetap datang kemari.”
“Kau menolak ataupun tidak, sudah seharusnya kalau kau datang kemari. Duduklah kembali!” perintah Vincent.
Pearl duduk lalu menatap kembali wajah kedua orang itu. Dia berharap segera bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya kemudian pulang. Setelah itu dia baru memutuskan untuk melanjutkan hubungan atau mengakhirinya.
Wanita yang ada di sebelahnya tampak diam dan terlihat mengamati Pearl. Dari segi kecantikan, Sarah mengakui kalau standar pemilihan Vincent layak untuk diacungi jempol. Namun, dari segi kedudukan, gadis itu layak menjadi pelayan ketimbang calon menantu bagi keluarganya. Lagi pula, Sarah tidak yakin kalau Zack akan menerima gadis itu.
“Sarah, panggilkan putramu! Minta dia datang ke ruang tamu sebab ada seseorang yang ingin bertemu dengannya.”
Sarah bahkan belum beranjak dari tempat duduknya, tetapi suara seorang pria membuat rasa penasaran Pearl memuncak. Ketika tahu pria itu menatap matanya, seketika Pearl merasakan sesuatu menjalar ke tubuhnya, perasaan pada pandangan pertama. Pearl suka itu, suka pada pria yang baru saja tiba itu.
“Oh, rupanya sedang ada tamu. Siapa gadis ini, Ma? Pa?” tanya pria itu membuat hati Pearl berbunga-bunga.
“Dia calon kakakmu, Sam,” sahut Sarah cepat.
Semula senyum yang mengembang itu mendadak pudar. Kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi. Dia pikir kalau pria ramah itu yang akan dijodohkan dengannya, rupanya Pearl salah.
“Oh, Zack. Dia masih bersemedi dan akan keluar kalau terjadi gempa,” ujar Sam meledek kakaknya sendiri.
Pearl jadi tahu kalau nama pria itu adalah Sam, sedangkan calon suaminya adalah Zack. Pertemuan pertama sudah membuat Pearl salah paham. Bagaimana kalau dia bertemu dengan pria itu?
“Mama akan panggil Zack,” pamit Sarah kepada anak dan suaminya.
Sarah tahu bahwa memanggil Zack adalah masalah yang rumit. Anak sulungnya itu hampir tidak pernah melangkahkan kaki keluar kamar, apalagi sampai keluar mansion. Tidak seorang pun dari kalangan pebisnis yang mengenal Zack lebih baik. Dia tidak pernah muncul dalam pertemuan apa pun. Hanya Sam lah yang dikenal banyak orang dan dianggap sebagai penerus perusahaan bisnis Vincent Wesly.
Semua kegiatan dilakukan Zack di mansion orang tuanya. Mulai dari bangun tidur, mengurus kantor, sarapan, senam, dan semua yang menyangkut dirinya sendiri benar-benar dilakukan di mansion. Dia juga tidak pernah pergi ke restoran, kafe, bahkan klub malam. Sungguh kehidupannya tentang dirinya sendiri.
Bagi Sarah, Zack adalah berlian yang disimpan cukup lama. Makanya ketika tahu kalau anak sulungnya akan dijodohkan dengan gadis dari kalangan biasa, rasanya ada penolakan batin. Zack hanya akan cocok bila disandingkan dengan sesama miliarder.
Mengetuk pintu dan menunggu beberapa detik sampai pintu kamar itu dibuka. Zack terbiasa mengunci kamarnya agar tak sembarang orang tahu ataupun lancang masuk tanpa persetujuan darinya. Dia memang tidak menjawab ketukan itu, tetapi sesegera mungkin membukanya.
“Mama? Ada apa?” tanyanya dari balik pintu yang terbuka setengah, tentunya setelah melihat ke luar.
“Papa memintamu untuk turun. Ada tamu yang akan bertemu denganmu.”
“Perjodohan? Aku tidak mau.”
Sebenarnya Zack sudah tahu kabar ini dari papanya, tetapi dia pikir masih membutuhkan waktu lagi. Dia juga pernah mendengar kabar gadis itu, hanya saja Zack sama sekali tidak tertarik. Kehidupannya adalah tentang dirinya sendiri dan kepuasan berada di dalam mansion. Zack bukan pria yang tidak normal, tetapi dia juga tahu betul kelak kehidupannya akan berubah secara drastis. Tinggal menunggu waktu saja.
Vincent sadar betul kalau sekarang putranya berusia 30 tahun. Jika tidak segera menikah maka Sam yang akan menikah terlebih dahulu. Namun, Vincent tidak pernah setuju sebab kekasih Sam tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan Vincent.
“Zack, sekali ini saja. Turunlah! Jangan buat papa kecewa pada pilihannya!” Ini adalah inisiatif pertama Sarah untuk membujuknya, tetapi dari dalam lubuk hati Sarah suka sekali dengan penolakan Zack.
“Aku tidak mau. Bukankah Mama bisa menyampaikan kepada papa? Mengapa harus aku yang turun?”
“Zack,” ucap Sarah pelan. “Temui gadis itu! Kalau kau ingin menolak, sampaikan saja dengan baik. Gadis itu pasti mengerti.”
“Bagaimana kalau dia tidak mengerti?” Zack menyudutkan posisi mamanya.
“Kau tidak perlu khawatir, Zack. Gadis itu sudah kuminta pulang, tetapi pernikahan kalian tetap akan dilangsungkan. Papa sudah menyusun tanggalnya dan semua persiapan dimulai pada esok hari,” sahut Vincent yang tiba-tiba sudah berada di belakang istrinya.
Setelah Sarah meninggalkan ruang tamu, Vincent segera menyadari satu hal kalau Zack pasti tidak akan mau turun. Dia sempat berbincang sebentar dengan Pearl yang kebetulan terlihat memandang Sam cukup lama. Vincent menyadari kalau gadis itu awalnya mengira akan dinikahkan dengan Sam, tetapi setelah penjelasan panjang lebar, gadis itu mau menuruti permintaan Vincent.
Pertunangan tidak akan pernah terjadi, tetapi Vincent secara resmi sudah menjelaskan bahwa kedatangan Pearl ke mansionnya merupakan kesepakan perjodohan dan pernikahan akan segera dilangsungkan. Awalnya gadis itu lama sekali menyetujui, tetapi Vincent berhasil meyakinkan kalau Zack adalah pria yang tepat untuk menikah dengannya.
“Aku suka heran, mengapa Papa tidak bertanya dulu padaku?”
“Mengapa kau tidak menghargai usaha papa untuk mempertemukan dengan gadis itu? Setidaknya kalian bisa mengenal lebih dekat.”
Harapan Vincent begitu besar untuk mengubah pola hidup Zack. Dia berharap ketika sudah menikah nanti, gadis itu bisa mengeluarkan Zack dari mansionnya. Awalnya, mereka akan berbulan madu. Setelah itu, banyak jadwal yang harus diselesaikan Zack setelahnya.
“Baiklah. Aku akan menghargai usaha Papa dengan menerima pernikahan. Terserah dengan siapa pun, aku tak peduli.” Zack menutup pintu kamarnya dengan perlahan sebagai wujud penolakannya barusan. Dia memang menerima, tetapi dengan tidak melanjutkan perbincangan itu sudah menjadi lawan dari keputusan yang sebenarnya.
Sementara itu, Pearl kembali ke rumah dengan perasaan gundah. Dia belum bertemu dengan Zack, tetapi sudah menerima pernikahan yang akan dilangsungkan beberapa minggu lagi. Perihal kepastian tanggalnya, Vincent yang akan berbicara dengan Jackob, papanya.
“Sayang, kau sudah pulang?” tanya Jackob yang sudah menunggu kedatangan gadis itu.
Wajah Pearl ditekuk, kesal, dan terlihat sangat kacau. Dia pulang ke rumah membawa kebahagiaan untuk orang tuanya, tetapi kekecewaan untuk dirinya sendiri. Dia meletakkan tasnya di atas meja ruang tamu.
“Apakah ini merupakan perjodohan bisnis, Pa? Sebenarnya perjanjian apa yang sudah Papa buat dengan Tuan Vincent?”
“Papa dan Vincent adalah sahabat, Pearl. Jadi, ….”
“Oh, jadi karena persahabatan itu, Papa akan merendahkan diri Papa sendiri?”
“Apa maksudmu?” Jackob terkejut. Sepertinya ada masalah penting yang membuat putrinya marah.
Vincent adalah orang kaya. Dia memiliki mansion yang sangat luas, bahkan rumah Pearl sendiri hanya sebagian kecil bila dibandingkan dengan kekayaan calon mertuanya. Pearl juga harus segera menikah tanpa bertemu dengan calon suaminya. Bagaimana kalau pria itu jahat? Bisa saja Pearl akan dijadikan mangsanya ketika sudah terikat secara khusus dengannya.
“Keluarga kita pernah disokong oleh Tuan Vincent. Jika tidak, kau tak akan mungkin bisa kuliah di luar negeri. Dia pria yang baik, Pearl. Makanya papa setuju ketika kalian akan dijodohkan.”
“Tuan Vincent memang baik, Pa. Namun, Papa tidak tahu dengan anak-anaknya, bukan? Asalkan Papa tahu, aku tidak dijodohkan dengan Sam, melainkan dengan Zack.”
Seketika Jackob terkejut. Dia memang kerap kali bertemu Sam, bahkan dia menyetujui sebab menganggap kalau Vincent memiliki anak tunggal. Selama ini Vincent tidak pernah menceritakan anaknya yang lain.
Seketika kepala Jackob mendadak pusing karena merasa dibohongi. Baginya, Sam adalah pria yang pantas untuk mendampingi putrinya. Dia sangat hangat, ramah, dan peduli kepada sesama.
“Papa akan menghubungi Tuan Vincent.”
Ketika tahu Jackob menghubungi, Vincent terlihat bahagia sekali. Sebenarnya dia memang akan menghubungi lebih dulu, tetapi karena ada pekerjaan yang penting sampai dia lupa.
“Ah, akhirnya kau menghubungiku dulu, Jackob. Aku sudah merencanakan semuanya. Terima kasih sudah mengirimkan putrimu kemari.”
Perbincangan dua pria melalui telepon tampaknya terdengar biasa saja, bahkan tidak ada sanggahan dari Jackob sendiri. Mungkin saja Vincent menjanjikan lagi kebahagiaan yang tidak bisa didapatkan dari pihak lain. Dari dalam diri Pearl sendiri rasanya muncul gejolak emosional, tetapi dia tidak mampu mengungkapkannya, sehingga memutuskan untuk membiarkan papanya fokus dengan panggilan telepon.
Melalui perbincangan itu sudah diputuskan bahwa pernikahan akan dilangsungkan tiga minggu lagi. Selama itu, Pearl diberikan kesempatan untuk mengenal dan bertemu dengan Zack. Hal yang paling dinantikan oleh Vincent sebelumnya dan Jackob pun setuju. Begitulah kekuatan kekayaan seseorang yang mendominasi sehingga tidak muncul penolakan sama sekali.
Sementara itu, Sam sebagai pembawa kabar gembira ingin sekali menggoda kakaknya. Sejak tadi, dia menguping pembicaraan papanya sehingga Vincent menugaskan Sam untuk memberikan beberapa jadwal penting yang harus dilakukan sebelum pernikahan.
“Sam, apa kau yakin bisa meyakinkan kakakmu?”
“Itu masalah kecil, Pa. Serahkan saja padaku! Hanya waktu tiga minggu sampai mereka menikah, bukan?” Sam berusaha memastikan kembali bahwa pendengarannya tidak salah.
Sam juga sudah tahu bagaimana menjelaskan wajah gadis itu pada kakaknya. Ini akan menjadi pertunjukan yang seru selama puluhan tahun hidup bersama. Kalau tidak ada hal yang begitu penting, Sam juga tidak bisa bertemu atau sekadar mengobrol. Zack benar-benar menjauh dari jangkauannya sebagai kakak, padahal Sam ingin sekali memiliki waktu sebentar bersamanya.
“Kau sudah menjadi penguping ulung rupanya. Jangan-jangan kau juga mendengarkan apa saja yang kubicarakan dengan Jackob?”
Sam mengangguk lalu tersenyum. Tentunya dia tahu Jackob, tetapi tidak dengan putrinya yang baru dia temui beberapa waktu lalu. Namun, yang menjadi pertimbangan lagi untuk Sam adalah seandainya dia berada di posisi Zack, dia pasti langsung menerima perjodohan itu tanpa drama apa pun.
“Hanya sedikit, Papa. Tak ada salahnya demi kebahagiaan kakakku.”
“Kau juga harus mempertimbangkan lagi hubunganmu dengan Victoria. Pikirkan masa depanmu juga seperti pemikiran papa untuk Zack.”
“Itu sangat berbeda, Papa. Aku dan Victoria belum membuat keputusan untuk serius dengan masa depan. Namun, seandainya Zack menolak menikah dengan Pearl, aku siap menggantikannya.”
Vincent segera mengusir Sam agar segera menemui kakaknya. Semakin lama berbincang, pembicaraan putra bungsunya sudah keluar dari jalur. Bagaimana kalau Zack mendengar penuturannya barusan? Sudah pasti akan menolak pernikahan ini sampai kapan pun karena Zack sulit sekali diajak
bercanda.
Sam mengetuk pintu kamar kakaknya berulang kali, tetapi tidak segera mendapatkan tanggapan. Tepat beberapa detik dia mengucapkan namanya, barulah Zack membuka pintu kamar. Sam langsung tersenyum ketika tatapan mata mereka beradu.
“Ada apa?”
“Boleh aku masuk?” tanya Sam, tetapi tanpa menunggu persetujuan kakaknya, dia langsung masuk ke kamar.
Zack langsung mengunci kamarnya seperti biasa membuat Sam terheran-heran dengan kelakuannya. Dia merasa kalau Zack seperti anak gadis yang kamarnya takut dimasuki oleh siapa pun, bahkan Zack terkenal tidak ramah kepada beberapa pelayan yang tidak mematuhi kemauannya. Selain introvert, Zack sangat dingin sikapnya.
“Kamar ini sangat luas kalau kau huni seorang diri, pasti rasanya membosankan. Aku datang kemari membawa titah Raja Vincent Wesly untuk memberikan kabar kepada putra mahkotanya. Siapa lagi kalau bukan Pangeran Zack,” goda Sam kemudian menjatuhkan tubuhnya di ranjang besar itu secara terlentang.
“Menurut titah yang kubawa, kau diperintahkan untuk bertemu dengan calon istrimu. Jadi, pernikahan kalian akan digelar tiga minggu lagi setelah hari ini. Kau tahu, aku mendapatkan tugas lagi untuk menghias kamar pengantin ini menjadi kamar yang paling indah. Jadi, kau bisa ….”
“Sudah selesai?” Zack sengaja memotong ucapan adiknya yang membuat kepalanya semakin pusing.
Zack pikir kalau papanya akan memberikan waktu beberapa bulan lagi, tetapi dia hanya memiliki waktu tiga minggu untuk memasukkan orang asing ke dalam kamarnya. Selama itu juga, Zack merasakan kehidupannya terganggu. Inikah yang dinamakan komitmen, tetapi bukan keinginannya sendiri?
“Kalau kau masih mau mendengarkan, masih banyak lagi yang harus kukatakan. Jadi, bagaimana keputusanmu untuk bertemu gadis itu? Setelah aku lihat, sepertinya dia sangat penasaran denganmu, Zack.”
“Pertemuan itu akan terjadi pada hari pernikahan.”
“Zack, kau serius?” Sam mengubah posisinya dari terlentang kemudian duduk di ranjang.
Sam merasa kalau Zack benar-benar membuatnya terkejut. Sempat meragukan jati diri kakaknya, tetapi ketika menerima pernikahan itu sendiri, Zack sama sekali tidak menolak. Papanya meminta Pearl untuk datang ke perusahaan supaya bisa bertemu dengan Zack, tetapi kalau Zack menolak, Sam lagi yang ikut andil dalam perjodohan ini.
“Kalau kau sudah selesai memainkan drama, pintu keluar ada di sana. Putar kuncinya lalu keluarlah!” Zack menunjuk pintu yang tertutup rapat.
Sam beranjak dari ranjang lalu turun. Dia melangkah perlahan menuju pintu sambil memikirkan kata-kata yang akan diucapkan untuk kakaknya. Tepat ketika memegang kunci lalu bersiap memutarnya, Sam menoleh lagi.
“Jangan sampai kau menyesal kalau gadis itu lebih tertarik padaku.”
Zack tidak peduli. Apa pun yang terjadi nanti, dia berharap kalau itu hanyalah sebuah mimpi. Tepat ketika dia bangun, semuanya kembali seperti semula. Diri sendiri, kebahagiaan di dalam mansion, dan tidak ada drama menyakiti hati lawan jenisnya.
Keesokan harinya, drama baru lagi di mulai. Saat Pearl berniat pergi bekerja, tiba-tiba papanya mengetuk pintu. Dia segera beranjak untuk membukakan pintu sebab semalam dia sengaja mengunci pintu sebagai wujud pemberontakan kepada papanya.
“Selamat pagi, Pa!” sapanya.
“Sempatkan mengunjungi perusahaan milik Tuan Vincent. Hari ini Zack akan berada di sana ketika makan siang. Bawakan makanan yang menurutmu baik supaya kalian bisa saling mengenal.”
“Papa yakin kalau pria itu akan datang ke sana? Sedangkan aku datang ke mansion mewahnya saja, dia tidak mau menemuiku.”
“Pearl!” tegur papanya. “Tolong ikuti saja kemauan Tuan Vincent!”
Pearl menarik napas panjang lalu mengembuskannya. “Kalau tahu akhirnya akan seperti ini, lebih baik aku tidak pergi ke luar negeri.”
Pearl mengambil tasnya lalu pergi tanpa sarapan pagi. Baginya rumah sudah berubah seperti neraka sejak perjodohan itu berlangsung. Suasana damai mendadak hilang berganti perintah yang harus dituruti dan dipatuhi tanpa adanya bantahan.
Seharian berada di luar rumah membuat Pearl malas sekali. Makan siang yang biasanya dilakukan di restoran dekat tempatnya bekerja harus diubah menjadi makan siang pendekatan kepada calon suaminya. Harusnya kalau pria itu serius, dialah yang akan datang menemui Pearl, bukan sebaliknya.
“Papa sudah menjadi budak orang lain. Sampai kapan akan terus seperti ini? Nantinya aku pasti akan menjadi pelayan di mansion mertuaku sendiri.” Pearl menggumam sambil menaiki lift menuju ke ruangan CEO.
Sesampainya di ruangan yang ditunjuk, dia enggan sekali masuk ke sana. Dia berdiam diri sebentar di depan pintu tersebut sampai memberanikan diri untuk masuk. Dia mengetuk pintu lalu mendapati respons orang yang sedang berada di dalam ruangan membuat jantung Pearl berdetak lebih cepat.
“Masuk!”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!