Seorang gadis cantik duduk dengan kondisi tubuh gemetar serta merasa kedinginan, gadis cantik yang memiliki mata biru bening, dengan bulu mata lembut dan lentik dan hidung mancung, paras yang sempurna secantik malaikat apalagi rambut pirang nya yang panjang bergelombang begitu halus tergerai.
"Nyonya, "DIA" yang tidak bisa di sebutkan namanya sudah tiba." Bisik seorang pelayan.
Mendengar kalimat dari sang pelayan, tubuh gadis cantik itu langsung meremang,menegang dan semakin kaku, tangannya gemetar, kakinya pun juga lemas.
"DIA" yang tidak boleh di sebutkan namanya telah menjadi sosok mengerikan dan juga monster paling ganas yang pernah di dengar ceritanya, semua manusia bahkan mahkluk-makhluk lain tak berani menyebutkan namanya.
Keringat dingin terus keluar dan semakin deras menetes di punggung gadis tersebut, gaun pengantin yang ia gunakan memang tidak mewah bahkan tidak menjuntai hingga bermeter-meter di lantai.
Pakaian pengantin berwarna putih yang sederhana dan pas di tubuh Callista, namun tetap membuatnya kerepotan untuk Callista bergerak, karena tekanan mental yang sedang ia alami saat ini.
Pendingin ruangan pun tidak berguna sama sekali bagi gadis tersebut. Semakin lama, ia merasa seperti frustasi, banyak keringat menetes dan tak kunjung berhenti namun beberapa waktu sekejab keringat tiba-tiba mengering berganti dengan suhu dingin yang berulang kali menerpa diri, dan itu terjadi terus menerus tanpa henti.
"Nyonya Abigail, saya mohon lepaskan saya, jangan usir saya, jangan buang saya, saya tidak mau menjadi tumbal untuk "DIA" Nyonya." Pinta Callista.
"Lalu kau mau terus-terusan menjadi parasit di keluarga ini?" Mata Abigail mendelik.
"Saya akan bekerja lebih giat dan tekun lagi, saya akan memenuhi semua perintah anda, saya tidak akan melanggarnya. Saya mohon ibu...."
"PLAKKK!!!" Tamparan keras mendarat di pipi Callista membuat pipi Callista menjadi merah.
"Siapa yang kau panggil ibu!!! Benalu tetap akan menjadi benalu, lebih baik kau bermanfaat untukku dengan ku jadikan tumbal untuknya, kau akan menjadi tumbal paling sempurna untuk kekayaanku."
Callista memegangi pipinya yang panas dan sakit, kembali lagi hatinya sakit di perlakukan seperti itu oleh ibu tirinya, meskipun ini bukan yang pertama kalinya ia mendapatkan tamparan dan tendangan atau pukulan yang di berikan pada tubuh dan wajahnya, namun entah mengapa moment ini menjadi sangat menyedihkan bagi Callista.
"Saya... Tidak mau Nyonya Abigail, jangan jadikan saya tumbal!" Kata Callista berteriak sembari menangis.
Kemudian Abigail meraih sebuah foto, dan itu adalah foto satu-satunya mendiang ibu Callista, dan satu-satunya yang ia miliki.
"Aku akan membakarnya jika kau tidak mau!" Kata Abigail.
"Jangaannn.... Jangann foto itu Nyonya.... Saya mohon, itu satu-satunya kenangan yang saya miliki dengan ibu saya, itu adalah barang berharga saya."
"Kalau begitu jangan banyak bicara, dan lakukan peran mu dengan baik!"
"PYAARR!!!"
Abigail melemparkan foto itu ke lantai dan pecah.
Dengan isak tangis Callista merosot duduk di atas lantai yang dingin dan mengambil foto dimana bingkai kaca itu telah pecah berkeping-keping seperti hatinya, sebuah kaca pecahannya pun menusuk jarinya hingga membuatnya berdarah.
"Aakh!" Pekik Callista, dengan menahan sakit.
Luka yang di sebabkan oleh pecahan kaca itu cukup dalam menggores jarinya, namun Callista lebih takut dengan apa yang akan terjadi padanya setelah ia di tumbalkan, pada akhirnya Callista tak memikirkan luka tersebut.
Callista meraih rok Abigail, yang notabene adalah ibu tirinya. Abigail berdiri di samping Callista, dan kini gadis itu mulai paham bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan lagi.
Callista benar-benar tidak percaya bahwa dirinya di jadikan tumbal kekayaan bagi Abigail. Selama ini Abigail memang tidak pernah baik padanya, namun menjualnya dan menjadikannya tumbal untuk vampire? Itu benar-benar keterlaluan.
"Aku tidak akan memaafkan kalian." Geram Callista menggertakkan gigi sembari meremas gaun Abigail, noda darah pun berbekas di gaun Abigail.
"Diam! Bisa apa kau!" Bentak Abigail kesal.
"DUUGGG!!!" Sebuah tendangan meluncur di bahu Callista.
"Jaga dia, jangan sampai kabur." Kata Abigail pada sang pelayan.
"Sialan, gaunku kotor!" Kata Abigail berlalu pergi.
"Baik Nyonya."
Kemudian Abigail keluar untuk menemui "DIA" yang tak boleh di sebutkan namanya. Saat itu tidak banyak iring-iringan, hanya 2 mobil yang terparkir di halaman mansion lama dan tak terlalu besar, namun mobil tersebut adalah mobil mewah yang bahkan 1 mobilnya saja bisa untuk membeli 10 mansion seperti milik Abigail.
Di dalam ruangan lain, Callista memejamkan mata, air mata mengalir di kedua pipinya, meski Callista tak memakai riasan, ia tetap terlihat begitu cantik, gadis itu berulang kali menarik nafas dan membuangnya, ia mencoba yang terbaik untuk menenangkan jantungnya yang berdebar seperti genderang perang.
"Kau terlihat menakjubkan, Nona Callista. Vampire itu pasti akan sangat menyukai darah segarmu." Cemoh sang pelayan dengan senyuman mengejek.
Callista tidak mengindahkan kalimat sang pelayan, ia tahu tidak ada satu orang pun di keluarga Fernando yang simpati padanya, tidak ada satu orang pun di keluarga Fernando yang akan menolong atau mendukungnya, apalagi setelah kematian Berto Fernando Ayah kandungnya.
Tepat beberapa jam setelah kematian sang ayah, ibu tirinya mulai benar-benar berkuasa, para pelayan lama yang berusaha melindungi Callista di ganti dengan pelayan yang baru dan mereka begitu kurang ajar pada Callista.
Abigail ibu tiri Callista, memutuskan membuat perjanjian hitam dengan sang makhluk malam, agar ia menjadi kaya raya serta awet muda, namun sang makhluk malam memberikan syarat agar Abigail memberikan seorang gadis perawan sebagai tumbal dengan memakai baju pengantin.
"Aku tidak pernah membayangkan bagaimana hidupku akan menjadi seperti ini, karena setelah ayah meninggal aku bahkan tidak tahu bagaimana menjalani kehidupanku di kemudian hari. Apalagi kematian ayah membuat kehidupanku semakin terbalik, tidak punya masa depan dan tidak memiliki suara untuk membela diriku. Tapi, kenapa aku juga harus menjalani hal yang menjijikkan ini! Kenapa aku harus mati untuk tumbal, kenapa harus makhluk malam yang mereka sebut sebagai Vampire!" Geram Callista.
"Lalu kenapa aku harus memakai gaun pernikahan ini, jika pada akhirnya aku akan di tumbalkan, jika pada akhirnya aku akan mati di hisap darahnya. Memakai gaun pernikahan seharusnya menjadi hal yang baik dan di berkati, mendapatkan doa-doa dari para tamu, mendapatkan restu dari para kerabat, mendiang dan leluhur, tapi pertumbalan dengan memakai pakaian pengantin adalah kutukan dan aku juga mengutuk mereka semua yang telah menjadikan aku tumbal!" Callista berbicara dengan geram dan memangis.
Meski Callista terus menerus mengumpati mereka semua namun pada kenyataannya, Callista tak bisa membalas atau memberontak.
Dalam hati dan benak Callista semakin bergejolak, ia tidak terima kenapa ia harus menikah dan dijadikan tumbal dengan cara yang mengerikan.
"Untuk apa aku harus menggunakan gaun pengantin ini!" Kata Callista semakin frustasi.
"Diamlah kau cerewet sekali. Jelas-jelas untuk pernikahan." Kata Pelayan tersebut.
"Untuk apa menikah dengannya jika akhirnya aku akan mati." Kata Callista sedih.
"Sebenarnya aku juga memiliki pertanyaan yang sama dengan mu, biasanya tumbal yang di berikan akan langsung di bawa lalu di hisap darahnya, namun yang kali ini berbeda, apakah "DIA" yang tak boleh di sebutkan namanya akan membuatmu sebagai istrinya sekaligus kucing peliharaannya sebelum akhirnya darahmu habis di hisap?" Kata sang pelayan dengan wajah angkuh.
Callista tak menggubris perkataan sang pelayan, membuat pelayan itu murka dan menoyor kepala Callista.
"AAarghh!!!" Pekik Callista kesakitan.
Setelah puas menoyor dan menjambak Callista, pelayan tersebut kembali berdiri tegap.
Malang benar nasib Callista. Alih-alih kegembiraan dan kesenangan ketika memakai gaun pernikahan, kali ini Callista justru memakai gaun pernikahan untuk di tumbalkan pada sang makhluk malam.
"Jika pun ada Pernikahan, pernikahan ini akan di kutuk! Pernikahan yang menjijikkan! Pernikahan yang tidak waras karena antara manusia suci dengan vampire yang tak memiliki jiwa." Kata Callista berulang kali seolah ia sedang merapal doa.
"Yaaa... katakan terus hingga "DIA" mendengarnya dan langsung menghisap darahmu sampai kering." Kata Pelayan tersebut marah.
Bersambung~
Callista terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Jika dirinya di jadikan sebagai pertumbalan, kenapa ia harus memakai gaun pengantin, apakah akan ada pernikahan?
Jika Ya, pernikahan dengan makhluk malam adalah hal yang sangat mengerikan atau lebih tepatnya ini semua bukan hanya sekedar di mangsa lalu mati, apakah akan terjadi hubungan malam pertama?
Callista memikirkan perjanjian dengan makhluk malam itu jelas tak bermoral, bagaimana ibu tirinya begitu tega menumbalkannya sekaligus menikahkannya dengan makhluk menjijikkan.
Callista tentu sangat kecewa, ia putus asa, sangat sedih, menikah tanpa adanya pendeta, tanpa di gereja dan tanpa para undangan, apalagi di laksanakan pada malam hari dengan hati yang dipenuhi ketakutan dan kegelisahan, tentu saja membuat hati Callista terus menerua sedih dan sangat terpukul.
Ya, yang jelas di tumbalkan atau pun menikah, semua akan tetap terlaksana, mau atau tidak mau pertumbalan atau pernikahan itu akan tetap terlaksana.
Jika benar akan ada pernikahan, tidak akan seperti gadis-gadis lainnya, calon suaminya bukanlah manusia, dia adalah seorang Vampire.
Yang paling parah Vampire adalah musuh mereka, musuh bebuyutan manusia, karena Vampire menghisap darah manusia.
"Sudah waktunya. Tidak perlu terharu, hapus air matamu dan berhenti mengatakan hal-hal yang mengundang amarah Tuan Vampire, atau kita semua akan di makan hidup-hidup. Apa kau paham!" Teriak pelayan tersebut.
Suara pelayan itu menggema di ruangan kecil berukuran 3X3, dimana mereka menyekap Callista, tentu saja suara sang pelayan yang mengatakan sudah waktunya langsung membuat Callista mati lemas.
Callista menghela nafas panjang dan dalam-dalam berkali-kali, meski kakinya terasa lemas tak mau berjalan dan tidak berdaya namun ia harus keluar untuk menemui "DIA" yang tak boleh di sebutkan namanya, karena jika tidak ia tahu ibu tirinya pasti akan datang menyeretnya.
"Rasanya aku ingin kabur dan pergi, tapi harus kemana? Sejauh apapun, mereka akan tetap menemukanku." Kini Callista berdebat dengan dirinya dan di dalam hatinya.
Pintu dibuka oleh pelayan, Callista melangkah dengan gemetar, dan sebenarnya tubuhnya sudah mulai menggigil, jika Callista benar-benar tidak berjuang dengan keras, pasti ia sudah pingsan dan terjatuh di atas lantai.
Setelah melewati ambang pintu dan melanjutkan berjalan ke sepanjang koridor, Callista tidak bisa menghitung berapa kali dia menarik nafas dalam-dalam agar ia tidak lemas dan terjatuh di lantai.
Callista sempat berpikir atau kah dia pura-pura pingsan saja, atau pura-pura mati lemas, agar pertumbalan itu di batalkan.
Tetapi Callista berfikir kembali, tidak akan semudah itu mengelabui Vampire, dan tidak semudah itu perjanjian hitam di batalkan, pada akhirnya niatan itu pun ia singkirkan dari kepalanya, karena Vampire pastilah tahu jika ia sedang berbohong.
"Aku... Membenci kalian semua! Aku mengutuk kalian semua tidak akan pernah bisa hidup tenang!" Akhirnya yang Callista bisa hanyalah mengutuk mereka dari dalam hatinya.
Callista terus berjalan dengan menundukkan kepala dan wajahnya, lalu ia melirik dan mengangkat sedikit kepalanya, antara penasaran serta takut dengan "DIA" Si Makhluk Malam.
Jantung Callista semakin berderu, bagaimana sosok dan wujudnya, karena dalam angannya, pria di depannya tentu saja berbeda dengan pria-pria yang ada di kehidupannya, dan pastinya pula pria yang ada di hadapannya berbeda dengan semua pria yang di lihatnya karena mereka adalah manusia, sedangkan pria yang ada di hadapannya bukanlah manusia melainkan vampire.
Dan yang di tunggu-tunggu pun tiba, akhirnya Callista justru terkejut, itu adalah hal yang paling mengejutkannya.
Ketika Callista mengangkat sedikit kepalanya dandapat melihat sedikit wajah pria itu, Jantung Callista langsung berdenyut, pria Vampire itu berbeda dari ekspektasinya, bahkan dari bayangannya yang telah berhari-hari menghantuinya dan memggerogoti hati serta pikirannya, berhari-hari ia memikirkan sosok Vampire itu sangat menyeramkan.
Sosok Vampire yang ada dalam angan-angannya adalah sosok yang memiliki wajah menjijikan, dan tubuh seperti monster yang kotor.
Tentu saja itu di luar dugaan Callista, mata pria Vampire yang ada di hadapannya berwarna kuning terang sedikit lebih orange, dalam bayangan Callista mata Vampire pasti berwarna merah darah menyala dan menakutkan.
Kemudian yang berbeda lagi dari bayangan Callista adalah giginya.
"Kenapa taringnya tidak terlihat? Apakah Vampire itu tidak memiliki taring, apakah dia adalah Vampire dengan spesies yang berbeda dari yang biasanya di ceritakan oleh orang-orang di dalam buku?" Kata Callista dalam hati.
Yang paling mengejutkan jantung Callista adalah, pria Vampire itu ternyata sangat tampan. Benar-benar sangat tampan, belum pernah Callista melihat pria dalam bentuk manusia yang bisa setampan itu.
Meski wajahnya sedikit pucat namun tidak sepucat Vampire yang pernah Callista baca di dalam buku sebelumnya, atau gambar-gambar yang Callista lihat dimana semua foto Vampire yang tersebar di internet memiliki kulit yang sangat putih dan pucat ssperti mayat hidup.
Tapi, tetap saja pria itu terlihat pucat dibandingkan dengan manusia, dan hal yang paling mencolok lagi adalah, Vampire itu memiliki tubuh yang tinggi, tubuhnya juga sedikit berotot berbeda dengan manusia, Vampire itu tubuhnya lebih besar dan tinggi. Apalagi parasnya begitu tampan dan mempesona.
Callista termangu, sejenak ia lupa bahwa dirinya kini benar-benar menatap terus menerus hingga tak berkedip pada wajah pria Vampire itu, hingga seolah sedang terjerumus jatuh dalam ketampanannya.
Memang benar, wajah Vampire yang cantik atau tampan dapat menyihir atupun menghipnotis setiap manusia, dan kali ini Callista merasa seperti sedang di hipnotis atau sedang tersihir dengan ketampanan tersebut.
Vampire menggoda para manusia dengan menggunakan ketampanan dan kecantikan mereka, lalu mereka akan menghisap darah para manusia dengan membuat mereka bergairah lebih dulu.
"Apakah aku sedang terhipnotis oleh ketampanannya, aku tidak bisa memalingkan wajah dan tidak dapat menahan diri untuk tidak memandanginya, aku terus saja ingin menatap wajah yang tampan itu." Kata Callista dalam hati.
Callista pun akhirnya tersentak kembali ke dunia nyata ketika merasakan bahunya di cengkram oleh Abigail dengan sangat kuat.
"Ulurkan tanganmu!" Perintah Abigail ketus dengan suara berbisik.
Callista masih kebingungan, apakah tangannya akan di hisap darahnya. Tentu saja Callista langsung bergidik ngeri.
Perlahan, dengan rasa takut yang menggerogoti dirinya Callista pun mengulurkan tangannya sembari menunduk dan memejamkan mata. Callista sangat takut dan ngeri. Hingga tubuhnya terlihat gemetaran.
Meski pria Vampire itu sangat tampan namun kini ketakutan akan gigitan Vampire lebih mendominasi diri Callista.
Tangan Callista di sambut dengan sentuhan lembut dari tangan pria Vampire itu.
"Aku Lucas Demian."
Callista terkejut, suara pria vampire itu datar, rendah, namun terdengar tegas dan dalam. Tak bisa lagi Callista nilai dengan kata-kata, bahkan suaranya seperti melodi yang dingin dan dalam.
Yang membuat Callista terkejut lagi adalah tangan yang seharusnya dingin dan kasar, ternyata begitu lembut dan cukup hangat. Semua hal yang Callista pelajari seolah menjungkir balikkan pikirannya.
Seharusnya Vampire memiliki tubuh yang dingin seperti es, kenapa Vampire ini berbeda.
"Ca... Callista Fernando." Kata Callista dengan terbata-bata dan tubuh gemetaran.
Bersambung~
Kini Callista juga bingung apakah pertumbalan juga harus saling memperkenalkan diri? Hal-hal aneh mencuat lagi. Dari ia harus memakai gaun lengantin, dan sekarang mereka saling memperkenalkan diri.
Namun, sekarang yang paling Callista pikirkan adalah kali ini ia benar-benar dapat melihat wajah Lucas dengan jelas sangat jelas dan dari dekat, mata Lucas berwarna kuning lebih ke orange, mata itu sedikit bersinar berbeda dengan warna mata para manusia, namun anehnya mata itu begitu indah dan memikat.
Mata Lucas yang bagai sunset di sore hari, begitu indah dan memikat. Namun juga menakutkan.
Lalu bulu matanya sangat panjang dan tebal untuk seorang pria. Bibirnya sensual dan sexy, rahangnya kuat, hidungnya mancung, setiap bagian dari tubuh yang melekat pada diri Lucas membuat Callista tidak bisa berkata apapun, semua itu sempurna!
Hingga Callista yakin, bahkan Dewa yang terkenal memiliki paras tampan pun pasti iri dengan ketampanan yang di miliki Vampire di hadapannya ini, bagaimana tidak? Vampire adalah makhluk yang di kutuk dan tak memiliki jiwa namun Faktanya Vampire di hadapan Callista begitu sempurna bahkan lebih sempurna dari yang sempurna.
Callista sendiri bahkan belum pernah melihat manusia yang memiliki bentuk wajah dan tubuh seperti itu. Tapi Lucas memiliki semua keindahan dan kesempurnaan, dan sekali lagi, Callista ingat bahwa Lucas bukanlah manusia, dia adalah Vampire.
"Tidak bisa, aku tidak boleh terlena atau percaya dengan wajah penuh tipu daya itu, Vampire tetap lah Vampire, mereka mampu membuat manusia terperdaya, Vampire mampu membuat hati manusia lemah, dan bersedia menyerahkan diri mereka, dan sekarang aku yakin, vampire itu pasti sudah menghipnotisku dengan ketampanannya." Kembali Callista berperang dengan batin dan dirinya sendiri, ia ingin menyadarkan dirinya bahwa Vampire tetaplah makhluk yang sangat ganas.
Lucas kemudian sedikit mendekat pada Callista, lalu ia menyentuh lagi tangan Callista, kali ini lebih erat dan sedikit menggengamnya.
Callista hampir berteriak karena terkejut, detak jantungnya berdebar lebih keras. Lucas kemudian menuntunnya untuk berdiri tepat di sebelahnya.
Setelah Lucas melepaskan tangannya, anehnya Callista merasakan angin dingin menyentuh tangannya dari bekas genggaman Lucas, ya dia ingat bahwa sekarang adalah musim hujan.
Tangan Callista merasakan udara yang dingin menggantikan kehangatan saat tangan Lucas menggenggamnya, saat itulah Callista benar-benar percaya bahwa kulit Vampire itu tidak dingin.
Callista membaca dalam buku, bahwa vampire adalah berdarah dingin, dan bisa lebih dingin dari mayat. Dalam artian berdarah dingin yang kompleks! Sifat, insting, darah, dan tubuhnya.
"Tapi anehnya, tangan Lucas tidak dingin sama sekali. Mengapa itu? Kenapa tangannya hangat? Ya, dia pasti Vampire dengan jenis yang berbeda." Kata Callista bertanya-tanya dalam hati.
Pada saat itu Callista memiliki niat ingin mencari referensi buku lain tentang jenis-jenis Vampire. Namun, Callista tersadar, bahwa bukankah ia akan segera mati, untuk apa ia mencari tahu lagi. Toh, hidupnya telah di tumbalkan.
"Apa anda menyetujui gadis ini?" Tanya Abigail sangat berharap.
Lucas memandang datar dan dingin pada Abigail.
"Aku akan membawanya, kau bisa menandatangani itu." Kata Lucas.
Suara Lucas rendah, namun begitu terdengar berwibawa dan sangat dalam.
Kemudian seorang pengawal maju dan memberikan sebuah kertas yang sudah di tulis tangan dengan rapi. Tulisan latin yang terlihat jadul.
"Nama saya adalah Lazarus, pengawal pribadi sekaligus sekretaris pribadi Tuan Lucas. Ini adalah perjanjian hitam anda bersama Tuan Lucas, bahwa anda menginginkan kekayaan dan kekuasaan serta kecantikan yang abadi, namun dengan itu Tuan Lucas menerima imbalan seorang gadis perawan untuk di nikahinya, setelah kesepakatan ini anda tidak lagi memiliki hubungan apapun dengan Nona Callista."
"Saya mengerti, saya menerimanya, saya menerimanya." Kata Abigail antusias, keserakahan di wajahnya tentu sudah tidak bisa di sembunyikan lagi.
"Lalu, yang harus anda ingat adalah, setiap bulan purnama anda harus menyerahkan seekor kerbau jantan yang besar." Kata Lazarus.
"Itu tak menjadi masalah." Kata Abigail.
"Menikah? Di nikahi oleh Vampire? Aku menikah dengan Vampire?" Dada Callista bergemuruh.
Bagaimana bisa seorang Vampire akan menjadi suaminya? Callista terus merasakan tekanan mental yang menghujam jiwanya, bahkan pikiran-pikiran tentang pernikahannya dengan Vampire membuatnya langsung terasa linglung.
Air mata Callista menetes, lehernya tercekat sedih, andaikan ayahnya dulu tidak menikah lagi pasti hidupnya tidak akan menjadi seperti neraka.
Dan dengan demikian, seperti yang diharapkan oleh sang ibu tiri, kekayaan, kecantikan yang abadi telah ia dapatkan dengan melakukan perjanjian hitam memberikan tumbal gadis perawan.
Tentu saja sebuah pernikahan yang aneh dan di laksanakan pada malam hari tanpa pendeta sama sekali.
Saat itu darah Lazarus memberikan sebuah cawan berwarna keemasan, di sana Lucas mengiris ibu jarinya dengan pisau kecil yang sudah di sediakan, darah kental berwarna kehitaman pun keluar, namun beberapa menit kemudian lukanya pun menutup dan kemudian giliran jari Callista.
Saat itu Lucas mengulurkan telapak tangannya, lalu perlahan Callista memberikannya.
"Maaf ini akan sedikit perih tapi aku akan segera mengobatinya." Kata Lucas dengan suara yang rendah dan tajam.
Callista hanya menurut dan memberikan jarinya.
Saat itu Lucas mengiris tipis jari Callista dan memencetnya agar darah keluar, setelah darah Callista keluar, darah mereka pun tercampur menjadi satu dan kemudian darah yang tercampur itu berputar-putar seolah mengaduk dengan sendirinya, setelah tercampur menjadi satu tiba-tiba darah tersebut memuai dan menguap hingga menjadi sebuah asap yang kemudian pergi entah kemana.
Kemudian Lucas melihat jari Callista yang lain juga terluka, Lucas pun menggengamnya dan luka-luka di jari Callista langsung hilang sembuh dan tak berbekas sama sekali.
Tentu saja Callista terkejut, dan mematung dengan pertunjukan itu, apakah sihir atau kekuatan supra natural? Vampire itu menutup semua luka di jarinya, tanpa menghisap darahnya. Sama sekali tak menghisap darahnya, bahkan campuran darah milik Callista dan Lucas lun memuai dan menghilang.
Pada akhirnya pernikahan itu terlaksana dengan cepat dan berakhir dengan tergesa-gesa, serta di lakukan dengan cara yang berbeda.
"Tetap saja... Aku tidak menginginkan pernikahan ini, tapi tidak ada yang bisa ku perbuat, semakin aku melawan, semakin ibu tiriku akan menyiksa dan menekanku." Kata Callista dalam hati.
Tentu saja Callista terpaksa menikah dengan Vampire tersebut, dan pada akhirnya akan menjadi tumbal.
Callista menunduk dan menghapus air matanya, ia juga menghela nafasnya begitu berat, dan itu membuat Lucas melirik padanya.
"Dia terlihat seperti kelinci kecil yang tak berdaya." Batin Lucas.
Lucas kembali menawarkan tangannya lagi, Lucas tidak bisa melihat Callista menunduk takut dan sedih.
Tentu saja, pikiran berbeda pada Callista, menurutnya mau tidak mau ia harus menyambutnya, bukankah sekarang Vampire itu suaminya. Lagi pula Callista tidak ingin memprovokasi dan menyulut amarah sang Vampire.
"Kami akan membawa Nona Callista pergi ke kerajaan lebih dulu karena harus memperkenalkan Nona Callista pada keluarga besar Tuan Lucas, tepatnya Kekaisaran Vampire, di bagian Selatan dan mulai hari ini hubungan anda dengan Nona Callista terputus." Kata Lazarus.
"Baik Tuan." Kata Abigail.
"Callista jadilah penurut dan jangan merepotkan orang lain!" Geram Abigail dan melotot pada Callista.
"Kau tuli?" Kata Lucas dengan suara rendah yang sangat dingin, Lucas kemudian melihat Abigail dengan mata yang tajam bagaikan serigala malam.
"Ya.. Ya... Tuan?" Tanya Abigail tergagap dan ketakutan tak mengerti.
Mata Lucas seketika berubah menjadi merah darah, menatap pada Abigail dan tentu saja wajah Lucas berubah menjadi sangat menyeramkan seperti ingin menerkam Abigail.
Bersambung~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!