Satu bulan lalu...
Dalam sebuah ruangan yang penuh dengan buku tertata rapi di setiap sudutnya, seorang wanita berambut ikal melangkah perlahan sambil membuka lembaran buku ditangannya. Tanpa Ia sadari sedari tadi seorang pria bersandar di tiang pintu menatap larut ke arahnya.
"Astaga... "
Buku itu terjatuh saat ia terkejut melihat seseorang di sana.
"Oh, sorry sepertinya aku mengagetkan mu,"
"Who are you?!"
Seketika wanita tadi bertanya kebingungan kepada pria yang menyapanya dengan senyuman.
"Ian... kau temannya Joshua atau... ?!"
"Oh... Aku temanya Josh, Caleste!"
Perkenalan singkat antara kedua lawan jenis itu sangat cepat, namun suasana dalam ruangan itu malah terasa hangat.
Senyuman Caleste membuat Ian juga terus menatapnya dengan senyuman tanpa mengalihkan pandangan, padahal ia tau kalau warna mata Caleste bukanlah dari kaumnya.
Ya, sorot mata Caleste yang berwarna kuning keemasan itu merupakan ciri khas seorang Werewolf, dan tak mungkin pria yang sudah berusia hampir seribu tahun itu tak mengetahuinya.
Tak lama Ian melanjutkan langkah mendekat ke arah Caleste di sana,
"Bagaimana bisa seorang Werewolf berteman baik dengan Vampire... " ucap Ian di dekat telinga Caleste perlahan sambil memindahkan helaian rambutnya dari leher indah wanita itu.
"Berapa usia mu?! Kau terlihat kuno sekali... " lanjut Caleste sambil sedikit menggigit bibir bawahnya.
"Tapi aku takkan salah menilai dengan seorang wanita cantik seperti mu... "
Ian dengan lembutnya kemudian mengambil jari jemari halus Caleste dan mengecupnya perlahan sambil membungkukkan badan ala seorang pangeran di Kerajaan. Caleste tentu terpukau melihat pria tampan yang kini menunduk di hadapannya itu.
Hembusan nafas Caleste menjadi cepat seketika seiring wajah Ian yang makin lama makin mendekat ke arahnya.
Braaaakk!!!
Suara barang-barang berserakan dari atas meja yang berada tepat di samping Caleste berdiri saat ini, Ian dengan perlahan mengosongkan meja lebar itu sambil terus menatap wajah Caleste dari dekat. Lantas diangkatnya pinggang ramping Caleste dan di dudukannya di atas meja yang sudah kosong itu.
"My little wolf!"
Bisik Ian di telinga Caleste.
Di kecupnya perlahan daun telinga indah milik Caleste, seketika Caleste terbuai, nafasnya makin dan semakin cepat, tanpa sadar di cengkramnya tubuh kekar Ian dalam pelukan.
"Tidak kah kau takut akan gigitan seorang Serigala? Bahkan sangat mematikan untuk Vampire seperti mu!" bisik Caleste di telinga Ian.
Tanpa basa basi Ian menjambak rambut Caleste, dan mencium bibirnya yang indah di sana.
Caleste pun tak tinggal diam, dia membalas kecupan Ian, digigitnya tipis bibir Ian.
Bagaikan melayang di atas awan, seorang Vampire dan gadis Werewolf tak memperdulikan siapa mereka lagi di atas meja itu. Ciuman hangat dari bibir Ian pindah sampai ke bagian leher Caleste.
"Sssssssssssh..."
Desahan tak tertahan keluar dari mulut Caleste.
Seketika warna matanya kembali berubah menjadi keemasan terang yang merupakan ciri khas dari seorang Werewolf. Dilepaskannya kancing baju Ian satu persatu sambil menikmati sentuhan yang diberikan Ian.
Suasana semakin memanas, kini Caleste tak mampu lagi menahan pesona seorang Vampire tampan bertubuh kekar di hadapannya, mereka terdiam dan saling bertatapan dalam kini.
Disentuhnya perlahan dada bidang Ian yang berbulu tipis itu dengan jarinya telunjuknya, oh Caleste tentunya semakin membuat Ian tertantang, lantas Ian dengan segera mencumbu wanita yang bersamanya itu dengan segala aksinya. Kedua mata Caleste seketika terpejam menikmati sensasi rasa yang Ian berikan.
"Damn!" ucap Caleste lirih.
"Mmmmmh..."
Akhirnya terjadilah permainan yang indah yang seharusnya tak terjadi diantara mereka berdua.
༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶
Setelah melakukan permainan beberapa ronde, mulai dari sensasi dinding tembok yang dingin, hingga ke meja kerja, sampai ke atas ranjang akhirnya permainan menakjubkan antara Vampire dan gadis Werewolf itu selesai.
Kini Caleste tengah memeluk hangat badan Ian yang berkeringat di atas ranjang, sambil mengatur nafasnya kembali. Hanya dengan sehelai selimut tipis menutupi mereka.
"Waaaw..."
Kata yang terlontar dari mulut Caleste sambil memainkan jari telunjuknya di dada bidang Ian.
"You're my naughty wolf girl!"
Ucap seorang Vampire tampan bernama Ian Gavin McKenzie sambil membelai halus bahu Caleste disampingnya.
"Damn it, I'm making love with the devil!" ucap Caleste di sana sambil tertawa kecil.
"Not Fallin Love?" saut Ian dengan senyum menyeringai menatap Caleste yang terbaring memeluknya.
Seketika Caleste terbangun sambil mengikat rambutnya.
"Oh come on Ian, aku tau aku takkan masuk dalam kriteria mu dibandingkan semua wanita yang pernah kau tiduri, sialnya aku tidak bisa menahan godaan Iblis seperti mu!" jawab Caleste sambil tersenyum manja ke Ian.
"Damn it, jadi kenapa kamu melakukannya?" tanya Ian balik sambil tersenyum menatap tajam bibir Caleste.
"Maybe I'm hot!" ucap Caleste sambil menggigit bibirnya.
Seketika Caleste mendatangi Ian dan kembali menciumnya.
Muuaach... Muuaacch...
Lalu Ian melepaskan ciuman itu.
"Okee... Okee... Enough, kita tidak akan bisa berhenti, sayangnya aku akan mengurus beberapa hal penting sekarang!" ucap Ian sambil memasang bajunya kembali.
"Ooooukay!" kata Caleste sambil perlahan menurunkan kakinya dari ranjang.
Ternyata saat itu Ian melihat ada tanda bulan sabit di Bahu belakang Caleste.
"Bulan sabit?!" tanya Ian sambil memegang bahu belakang Caleste.
"Ia tanda itu sudah ada saat aku lahir!" ucap Caleste.
"Yaap, De Martell, kumpulan Serigala langka yang telah lama menghilang!" ucap Ian sambil tersenyum sumringah menatap Caleste.
"Jadi kau tau tentang asal usul keluarga ku?" tanya Caleste cepat.
"I've been lived a thousand years, ya tentu aku tau!" ucap Vampire yang berumur ribuan tahun itu.
"Tell me!" tegas Caleste si gadis Werewolf yang sedang mencari keberadaan orang tuanya di kota itu.
"Mmmm okey love, tapi tidak sekarang karena ada beberapa hal penting yang harus aku bereskan!" ucap Ian dan seketika ia melesat dengan kekuatan supranaturalnya pergi meninggalkan Caleste dari kamar itu.
"Ian!!! Damn it!" teriak Caleste di sana.
Niat hati ingin menemui Joshua di rumahnya, namun malah terjebak oleh pesona tampan Vampire lain di sana.
༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶
Selang beberapa waktu ponsel Caleste berdering sambil Ia membenahi dirinya.
Kriingg... Kriingg...
📳📳📳
"Hallo Matthew?" jawab Caleste.
"Hey, where are you? Dari tadi aku mencari mu, kumpulan Witch sudah mengetahui keberadaan kita di kota ini, segera kembali ke hutan!" tegas Matt salah satu kumpulan Serigala kawanan Caleste.
Dengan cepat Caleste mematikan telfon dan mengenakan bajunya lalu pergi meninggalkan kota itu.
Di tengah perjalanan Caleste bertemu seorang pria dengan jas hitam berjalan pelan menatapnya dari kejauhan.
"Ternyata kota ini sudah banyak ke datangan Vampire!" bisik Caleste saat melihat pria berjas hitam itu.
Tak jauh dari sana Caleste berhenti di sebuah toko obat herbal, dia masuk dan menemui seorang.
"Hey, what are you doing here?!" ucap seseorang di sana ke Caleste.
"Sabine, bisakah kau memberiku Vervain?" bisik Caleste dengan temannya itu yang seorang manusia.
"Vervain, tapi itu sudah sangat langka di sini, jika aku ketahuan memberikannya kepadamu, Daniel akan membunuhku!" bisik Sabine dengannya.
"Aku hanya butuh sedikit saja, cepatlah, kumpulan Penyihir telah merasakan kedatangan kaum Serigala di sini!" ucap Caleste.
"Ini!"
Sabine memberikan Vervain itu yang merupakan racun Vampire, dan Caleste segera menyembunyikan dalam bajunya.
"Thanks Sabine!"
"Apakah kau akan kembali ke hutan sekarang, bagaimana dengan pencarian orang tuamu?" tanya Sabine dengan Caleste.
"Aku tidak bisa melakukannya sekarang, tapi aku tau siapa yang bisa membantu ku!" jawab Caleste yang memikirkan perkataan Ian tadi.
Kemudian dengan cepat Caleste pergi meninggalkan toko Sabine, dan meninggalkan kota itu lalu kembali ke hutan.
Alexandria, Virginia, merupakan kota baru yang dituju Caleste, seorang Werewolf yang telah lama mencari keberadaan orang tua dan kawanan Serigalanya.
Saat terakhir keberadaan kaum Serigala Celeste masih berusia 8 tahun, ia melihat orang tuanya dibawa oleh kaum Vampire dan kawanan mereka dibunuh, lalu Caleste di sembunyikan oleh orang tua Sabine yang saat itu sedang berada dikediaman orang tua Caleste di tepi hutan.
Akankah Caleste mengetahui keberadaan orang tuanya?
Dan akankah Ian membantu Caleste?
⚜️Nantikan di Next Bab⚜️
༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶
Alexandria, Virginia, kota yang begitu indah di mana banyak para turis lalu lalang. Kota ini dahulunya dihuni oleh ribuan kawanan Serigala, sampai suatu saat terjadi perang karena kaum Vampire menyabotase dengan berkomplot kepada Penyihir.
Akhirnya banyak kawanan Serigala yang tewas saat itu, dan kini kota ini dikuasai oleh Daniel, Vampire berumur 500 tahun.
༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶
"Hello brother!"
Sapa Ian dengan taring yang berdarah dan tangan yang memegang kepala tanpa badan seorang Vampire di markas Daniel.
Sontak seisi ruangan yang tengah ramai dipenuhi Vampire bawahan Daniel itu menjadi hening.
"Arrrrrggh..."
Seketika Daniel melesat dari lantai atas dan menyambut kedatangan Ian.
"Apa yang kau lakukan pada sahabatku!" teriak Daniel dengan taring Vampire-nya yang terbuka.
"Santai, seorang pecundang tidak bisa jadi sahabat, Right!" ucap Ian sambil melemparkan potongan kepala itu kehadapan Daniel.
"Persetan dengan kau Ian, kenapa kau kembali ke sini?!" tanya Daniel di sana.
"Oh came on Daniel, kau akan jadi lebih hebat jika memimpin kota ini bersamaku!" ucap Ian sambil merangkul pundak Daniel.
Seketika Daniel melesat terbang ke lantai atas dan bersuara di sana.
"This is my Town!" tegas Daniel sambil menunjuk Ian dari atas.
Ian hanya tersenyum sumringah, lalu dengan cepat Ia membunuh 5 kawanan Vampir anak buah Daniel yang berada didekatnya.
"Aku yang membangun kota ini dulu, dan ya aku lebih tua and stronger than you!" ucap Ian yang sudah berlumuran darah dari anak buah Daniel.
Lalu Daniel turun kebawah mendekati Ian.
"My Town is My Rules, tidak membunuh sesama Vampire dan aku tidak perlu bantuan siapapun, because I'm The King!" teriak Daniel di sana sambil menepuk dadanya.
Seketika semua kawanan Vampire yang berada disitu mengepung Ian yang datang sendiri, siap untuk berperang.
"Hahhaha, of course yours!" saut Ian sambil tersenyum sumringah dan melesat pergi meninggalkan markas Daniel.
Sesampainya diluar,
"F*ck!"
Teriak Ian sambil meninju dinding bangunan. Lalu Ian melesat lagi dan pergi ke arah Bar.
⚜️Saat ini di Bar⚜️
Di dalam sebuah Bar yang dipenuhi oleh manusia dan beberapa orang Vampire, Ian masih memperhatikan sekitarnya.
Tak lama Ian mendekati seseorang.
"Aku lihat kau tadi di markas Daniel, kau memata-matai ku?" ucap Ian dengan salah seorang Vampire di sana.
"Huh, Ciih, kau tidak akan bisa menang melawan Daniel!" ucap Vampire bawahan itu.
"Haha, aku perhatikan kau tidak memakai Daily Ring (cincin anti matahari), berarti kau hanya bisa berjalan di malam hari, Am I Right?!" ucap Ian sambil meminum Bir-nya.
"Apa peduli mu?" tanya Vampire itu.
"Aku punya seorang Penyihir yang bisa membuatkan mu cincin itu, tentu tidak mudah!" ucap Ian sambil tersenyum sumringah.
"Apa mau mu?" tanya Vampire bawahan itu langsung.
"Kau harus melaporkan setiap gerak Daniel kepadaku, kecuali kau ingin kekasihmu menjadi mangsaku jika kau berkhianat!" ucap Ian sambil menunjuk seorang wanita dalam bar itu.
Dengan terpaksa Vampire bawahan Daniel pun akhirnya menjadi mata-mata Ian.
༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶
Tak lama seorang bartender wanita datang mendekati Ian sambil menuangkan segelas Bourbon.
"Kau orang baru di sini?" tanya wanita bartender itu.
"Sepertinya, and you?" tanya Ian.
"Mmm Yaap..." jawab wanita blonde itu.
"Ian, My name is Ian!" kata Ian.
"Freya, nice to meet you Ian, jangan habiskan Bourbon-nya!" ucap Freya sembari pergi meninggalkan Ian dengan senyuman.
Ian hanya tersenyum memandang Freya dari belakang tanpa berkedip dengan sebotol Bourbon-nya. Ini adalah pertemuan pertama Ian dengan Freya. Seorang Vampire, dan manusia yang tidak tau bahwa di kota itu bukan hanya dihuni oleh manusia saja.
༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶
⚜️Dilain sisi⚜️
"Aaaaaah... "
Erang seorang pria bertubuh kekar yang tengah asik bercumbu dengan wanitanya.
"Mmmmmmh F*ck!"
Lirih wanita bugil itu sambil memejamkan mata dan menggigit bibirnya.
Di dalam sebuah apartemen tertutup rapat mereka bercinta. Di rebahkannya wanita itu di ranjang, dengan kaki terkangkang. Sembari mengikat kedua tangan wanita itu dengan tali di tepi tiang ranjang.
Sontak lelaki itu mengendurkan ikat pinggang celananya. Lalu Ia mendekat kebagian bawah wanita yang kini tidur terkangkang di ranjang itu.
"Mmmmmmmh..."
Lirih wanita itu saat prianya asik memainkan aksi di sana. Matanya terpejam dan terbelalak merasakan sensasi rasa.
"F*ck me Matt!" ucap wanita yang kini tengah berkeringat dengan nafas berat dan tangan terikat itu.
Pluuk... Plukk... Pluk..
Bunyi suaranya terdengar jelas, ditambah irama pacuan yang semakin cepat.
"Oo damn i'm coming!" teriak wanita tak berbusana itu.
"Aaaaaaaaaargh..."
Desahan tak tertahan juga keluar dari Matt yang mencapai puncak.
༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶
Selesai permainan itu Matt memeluk wanitanya,
"Kenapa kau mengambil resiko untuk datang ke sini Matt?" tanya wanita itu dengan kekasihnya.
"Aku sudah tidak tahan untuk bertemu denganmu!" jawab Matt sambil mendekat dan melumat bibir wanitanya.
Tiba-tiba,
TRAAAAAK...
Suara pintu apartemen yang hancur oleh tendangan Daniel.
"Hellow Sabine!" ucap Daniel di sana sambil tersenyum sumringah.
Seketika Sabine mengambil selimut dan menutupi badanya.
"Damn! Kedatangan ku tepat sekali, setelah kau selesai bercinta dengan seorang Werewolve!" tawa Daniel di sana dengan kedua anak buahnya.
"Mau apa kau?" tanya Sabine yang ketakutan melihat Daniel datang.
"Oh God, come on Sabine, kau sudah tau tujuan ku!" ucap Daniel sambil mendekati mereka.
Sontak Matt marah dan mengeluarkan taring serigalanya dengan mata yang berubah keemasan, lalu Ia melompat ke arah Daniel.
Namun kedua anak buah Daniel sudah bersiap dan menangkap Matt.
"Lepaskan dia Daniel, urusan mu hanya dengan aku!" teriak Sabine dari ranjang.
"Vervain, ternyata kau masih menyimpan Vervain yang sudah tidak ada sejak 500 tahun lalu, kepada siapa kau berikan Vervain itu?!" tanya Daniel ke Sabine yang mengetahui hal itu dari mata-matanya.
Lalu Sabine diam dan ketakutan, kemudian dengan cepat Daniel melesat kearah Sabine dan mencengkram lehernya.
"Sayangnya kau tidak bisa aku hipnotis dengan Vervain itu untuk mengatakannya!" ucap Daniel.
Sontak Matt yang marah melihat itu memberontak dan menggigit anak buah Daniel, perkelahian pun terjadi. Namun Daniel terlalu kuat untuk dikalahkan, Ia melesat dengan cepat dan mencabut jantung Matt.
"Nooooooooo!!" teriak Sabine histeris di sana melihat kekasihnya terjatuh dan Daniel yang memegang jantung Matt berlumuran darah.
"Nooo... Noo.. Matt!" teriak Sabine yang berlari mengejar dan memeluk Matt.
Kemudian Daniel mendekat dan melepaskan jantung Matt dari genggamannya tepat disebelah Sabine yang memeluk jasad Matt.
"Aku tidak suka orang yang berkhianat di wilayah ku, This is my Town, and you must know the Rules!" ucap Daniel saat itu dan ia segera meninggalkan Sabine.
"Aaaaaaaaaargh... "
Teriak Sabine kencang karena kematian Matt setelah Ia memberikan Vervain kepada Caleste kemarin. Tak lama kemudian Ia menelfon Caleste.
📳📳📳
"Hallo Caleste?"
"Sabine, kenapa kau menangis?" tanya Caleste di telfon yang mendengar suara Sabine histeris.
"Matt, Daniel membunuh Matt! Dia tau aku memiliki Vervain," jelas Sabine sambil menangis.
"F*ck! aku akan segera kesana!" kata Caleste.
"Tidak, dia datang mencari mu, aku tidak akan biarkan itu, biar aku membawa Matt ke hutan, kau tidak boleh nampak beberapa hari ini di kota!" tegas Sabine ditelfon lalu mematikannya.
Vervain adalah racun mematikan bagi kaum Vampire dan jika manusia menggunakannya maka mereka tidak bisa dihipnotis dan Vampire akan kekurangan makanan jika turis yang berkunjung mengetahui keberadaan mereka. Untuk itulah Daniel memusnahkan tanaman Vervain sejak 500 tahun lalu.
Namun ternyata Sabine masih memiliki lahan kecil tersembunyi dalam rumahnya untuk menumbuhkan Vervain dan melindungi keluarganya dari pengaruh Vampire.
Dengan kematian Matt kaum Serigala pun akan semakin membenci kaum Vampire, dan sekarang Caleste tengah berjuang mencari dan mengumpulkan kaumnya.
Akankah Ia menemukannya?
Dan apakah yang terjadi dengan Ian setelah ini?
⚜️Nantikan di Next Bab⚜️
༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶
Hari ini adalah hari yang Sakral untuk Dahlia, salah satu Penyihir yang juga tinggal di Alexandria Virginia, Ia menikahi seorang manusia. Di Gereja yang dihiasi dengan bunga, Dahlia memakai gaun putihnya menuju Altar.
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
"Now you can kiss the bride!" ucap pendeta di sana.
Mereka telah resmi menjadi suami istri, sorak sorai tepuk tangan para tamu undangan pun memenuhi ruang Gereja.
Pesta pun dimulai sampai malam tiba.
Pluuuuug...
Bunyi Botol Champagne telah dibuka.
"Enjoy your party!" teriak Dahlia di sana dengan teman-temanya.
Tak lama setelah segelas Champagne-nya habis Dahlia langsung menarik suaminya ke lantai atas hotel tempatnya menginap.
"Hahahaha..."
Suara tawa Dahlia dan suaminya memasuki kamar pengantin. Lantas mereka langsung berciuman layaknya suami istri yang tengah berbahagia.
"Tunggu Steve,"
Ucap Dahlia sambil menuntun tangan Steve dan di dudukannya di kursi.
"Duduk di sini dan jangan bergerak!" ucap Dahlia yang tepat berada di hadapan Steve.
Lalu dengan perlahan Dahlia berjalan mundur dengan tatapan mata yang menggoda ke arah Steve di bangku sana sambil perlahan membuka gaun putih miliknya di depan Steve yang masih duduk dengan tenang.
Setelah gaun pengantinnya lepas, Dahlia juga membuka pakaian dalamnya dihadapan Steve hingga kini tak sehelai benang pun nampak oleh Steve.
Dahlia nampak begitu indah dipandangi Steve dengan tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, sambil menaiki ranjang pengantin Dahlia merangkak dan berpose di sana dengan cantiknya.
"Jangan memancingku... " ucap Steve dengan senyuman dan resah gelisah dibangku itu.
"Memangnya kenapa... " saut Dahlia sambil perlahan membuka lebar kakinya.
Tak tunggu lama, dengan cepat Steve bergerak melompat ke ranjang sambil mengendurkan ikatan dasinya.
"Now is my turn!"
Bisik Steve di telinga istrinya sambil mengelus paha indah di sana.
⚜️Dilain tempat⚜️
Dalam sebuah Bar yang penuh dengan manusia, kini Ian terduduk di meja Bartender dengan sebotol Bourbon. Detak jantung dan denyut nadi aliran darah manusia di sana terdengar jelas oleh Ian, karena Vampire memiliki ketajaman pendengaran dan kecepatan, apalagi saat sedang lapar.
Tiba-tiba datang seorang pria menepuknya dari belakang.
"Lebih baik kau tahan!" ucap seorang Pria Berjas Hitam.
"Oh came on Gill, kenapa kau selalu mengikutiku?!" saut Ian kesal.
"Setiap keonaran yang kau lakukan pasti aku yang membereskannya Ian, jadi tolong kali ini kita menetap di sini!" tegas Gill.
"Kau selalu menghantuiku lebih dari seribu tahun Gill!" kata Ian sambil menghabiskan segelas Bourbon itu.
"Minuman ini akan lebih membantumu saat kelaparan, jadi lebih baik fokuskan saja pandanganmu pada gadis bartender itu!" ucap Gill sambil menunjuk ke arah Freya.
Lalu Ian hanya tersenyum sambil memandang Freya yang sedang bekerja dan terus menghabiskan Bourbon-nya.
"Kau pikir aku tidak tau apa yang sedang kau pikirkan Ian, aku kakakmu bahkan sebelum kita menjadi Iblis, dan aku yakin sisi kemanusiaanmu masih ada di sana!" tegas Gill kepada Ian.
"Came on Brother! I'm immortal! Jangan melunak kepadaku," kata Ian.
"Entah kenapa aku berfikir akan ada perubahan besar untuk seorang Ian di kota ini, jadi jangan kacaukan apapun lagi!" ucap Gill yang tenang sambil meminum segelas Bourbon.
Gillbert adalah kakak kandung Ian, mereka hidup layaknya seorang manusia kakak beradik yang bahagia seratus tahun lalu sebelum akhirnya menjadi Vampire.
Gill sangat mengenal Ian, Gill kakak tertua jadi sikap tenangnya selalu meyakini bahwa Ian masih memiliki sisi kemanusiaan yang bisa di selamatkan, melihat beratus-ratus tahun Ian menjadi Vampire bengis yang tak merasakan apapun terhadap mangsanya.
Tak lama Freya datang mendekati dua bersaudara itu.
"Mau kuambil kan sebotol lagi?" ucap Freya
"Gill tidak akan menghabiskan sebotol Bourbon, dia terlalu tua untuk itu," kata Ian.
Kemudian Gill mengambil tangan Freya lalu menciumnya.
"Gillbert Gavin McKenzie," ucapnya.
"Oouh Gaya Klasik, Freya Elizabeth," ucap Freya membalas sambil menekukkan kakinya layaknya tuan putri kerajaan.
Lalu Ian tertawa kecil,
"Dia adalah kakak tertua yang selalu menggangguku," kata Ian di sana.
"Pastinya kau kerepotan memiliki saudara seperti Ian," balas Freya ke Gill.
Seketika Gillbert menatap Ian dan mengedipkan matanya sembari memberi kode, dan Ian hanya tertawa kecil seperti biasa. Lalu Ian bertanya kepada Freya.
"Freya, besok malam ada pameran lukisan di alun-alun kota, kau akan ke sana?" tanya Ian.
"Tentu saja, aku sangat suka lukisan," kata Freya.
"Kau melukis?" tanya Ian.
"No, I'm good admirer!" ucap Freya sambil pergi.
Tak lama setelah Freya pergi Gillbert tertawa kecil ke arah Ian.
"Selalu blonde pintar dengan senyum tipis yang menjadi kegemaran Ian, Have Fun tomorrow brother!" kata Gill lalu pergi.
⚜️Keesokan harinya⚜️
Steve yang baru pulang dari rumah sakit tempatnya bekerja bergegas menemui Dahlia, istrinya telah menunggu di rumah, walaupun pengantin baru namun kewajiban seorang Dokter Steve tetap menjalaninya.
Saat ini Ian sedang berada di gang sempit, menahan rasa hausnya akan darah lebih mudah di tempat sepi, tak disangka Steve melewati tempat itu.
Karena bawaan jiwa seorang Dokter yang melihat Ian seperti sekarat, Steve mendekatinya.
"Are you okay?" tanya Steve di sana.
Ian sudah berusaha menahan rasa hausnya, namun denyut nadi Steve dihadapannya mengacaukan pikiran Ian.
"Aaaaaarg,"
Seketika Ian mengigit leher Steve dan memangsanya tanpa menyisakan setitik darah pun.
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
Dahlia yang merupakan seorang Penyihir tiba-tiba mengetahui suaminya sedang sekarat dari penerawangannya.
"Aaaaaa..."
Teriak Dahlia saat melihat gambaran Steve dimangsa Ian, ia tak mengenal Vampire ini sebelumnya karena Ian memang baru di Kota ini. Bergegas Dahlia ke tempat kejadian dengan Sihirnya.
Setibanya Di sana...
"Phasmatos Salves A Distum,"
Mantra Dahlia membuat Ian terpental dan kesakitan, seketika Dahlia berlari ke arah Steve, namun sayang Steve tak bisa di selamatkan.
"Incendia,"
Teriak Dahlia membakar Ian, namun dengan cepat Gill datang dan menyelamatkan Ian lalu membawanya pergi dari tempat itu.
"Aaaaaaaaaaa, We Just Got Married!"
Teriak Dahlia saat pengantinnya telah tewas di sana sambil memeluk Steve, dengan mata yang membara penuh dendam Dahlia segera membawa jasad suaminya ke tempat perkumpulan para Penyihir.
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
⚜️Disisi lain⚜️
Gillbert yang telah melarikan Ian ke dalam Hutan berusaha memadamkan api dari mantra Dahlia yang masih ada di kaki Ian. Vampire bisa mati jika terbakar, jantungnya dicabut, atau kepalanya ditebas.
"Kenapa kau membawa ku ke Hutan Gill?!" ucap Ian.
"Apa yang kau lakukan Ian, sudah ku bilang jangan buat keonaran lagi, menetaplah di kota ini, kalau Daniel tau salah seorang warganya mati tiba-tiba, kau akan tertuduh Ian!" tegas Gill di sana.
"Aku sudah berusaha menahannya Gill, seperti yang kau tau I'm the Devil!" ucap Ian tanpa merasa bersalah.
"Enough! Kau tau ternyata pria yang kau bunuh adalah pasangan seorang Penyihir, pasti mereka akan balas dendam!" kata Gill marah ke Ian.
"Tidak ada yang perlu ku takuti, even Witch!" ucap Ian dengan sombongnya.
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
Peraturan Daniel tidak ada masyarakat kota yang boleh mati secara tiba-tiba oleh pengikutnya, mereka hanya meminum darah manusia tidak sampai habis lalu menghipnotisnya untuk melupakan kejadian itu. Begitulah agar bisa para turis masih bertahan di kota itu dan perekonomian tetap berjalan.
⚜️Lanjut di Next Bab⚜️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!