NovelToon NovelToon

BOS KU MUSUH KU

Awal

Di meja makan kediaman Adi Surya nampak terdengar dentingan sendok yang beradu hingga keheningan itu terpecah saat kepala rumah tangga Adi surya membuka mulut nya.

"Bagaimana kantor cabang Sel?" Tanya Adi surya pada gadis yang duduk di sebelah ibu kandung nya.

"Baik ayah, tidak ada kendala sama sekali, ayah bisa fokus di kantor pusat." Jawab nya dengan lembut membuat bibir kepala rumah tangga itu melengkung ke atas.

"Oh iya Via, besok datang lah ke kantor MM GROUP ayah sudah melamarkan pekerjaan untuk mu, besok interview nya." Perkataan yang membuat gadis cantik yang duduk di barisan sendiri itu membola.

"Apa? Kerja di MM, untuk apa?" Adi menghela nafas nya, putri nya ini memang sedikit susah di atur.

"Kerja untuk mencari pengalaman nak, kamu baru lulus kamu butuh pengalaman sebelum kamu terjun ke kantor pusat." Olivia memutar mata nya malas.

Kenapa diri nya harus susah payah kerja di tempat orang lain hanya untuk berusaha masuk ke kantor milik nya.

"Kenapa Via harus kerja di perusahaan orang lain sedang kan dia bisa langsung masuk ke kantor cabang sebagai pimpinan di sana, apa ayah lupa kami sama sama baru lulus." Tunjuk Via pada Seli yang sedang menunduk.

"Panggil dia kakak, walaupun kalian lahir di tahun yang sama tapi dia januari dan kamu desember hormati dia sebagai kakak mu." Ucap Adi berusaha memberi peringatan.

"Aku tak pernah menginginkan kakak, bukan kah ayah yang membawa nya ke sini tanpa bicara dengan ku, jadi dia putri mu bukan kakak ku." Jawab Via santai.

"Via kamu." Ucapan Adi terhenti ketika istri nya memegang tangan nya.

"Sudah mas." Lirih Sisi pada suami nya.

"Pokok nya ayah nggak mau tahu, besok datang ke perusahaan MM, kalau tidak kamu tidak bisa mengambil alih kantor pusat." Via mencengkram sendok nya, dia hanya diam enggan menatap ayah serta ibu tiri dan kakak tiri nya.

Selalu seperti itu, diri nya yang selalu mengalah mengalah dan mengalah, sebenar nya siapa di sini yang anak kandung.

"Besok ayah dan ibu serta kak Seli akan keluar kota, kita akan melihat lokasi kantor cabang." Via mendongak menatap ayah nya, tak habis pikir dengan jalan fikiran ayah nya.

"Jadi kalian mau bertamasya, sementara aku di suruh melamar kerja di perusahaan lain hanya untuk agar masuk ke kantor pusat, sedang dia." Tunjuk Via pada Seli.

"Begitu mudah nya masuk ke kantor tanpa pengalaman, apa ayah lupa, aku selalu sekolah dan bahkan bisa kuliah di luar negri dengan jalur prestasi, kepintaran ku tak bisa di ragukan lagi, aku tak butuh pengalaman, sedangkan dia, sekolah dari smp menggunakan biaya dari ayah, tapi masuk ke kantor dengan mudah, masih kah ayah bilang itu semua adil untuk ku?" Via menatap ayah nya dengan mata memerah.

"Via ayah lakukan ini demi kebaikan mu nak." Via terkekeh hingga air mata nya jatuh.

"Ayah membawa mereka kemari setelah ibu meninggal, apa ayah menanyakan aku mau atau tidak? Suka atau tidak? dan ayah tak tahu betapa aku membenci mereka berdua di sini." Mata Adi membola.

"OLIVIA.!" Via menatap ayah nya yang rela membentak nya demi dua rubah di hadapan nya ini.

"Dan kini aku juga membenci mu, AKU BENCI KALIAN SEMUA.!" Teriak Olivia berlari menuju kamar nya yang berada di lantai dua.

Brak.

Pintu di tutup dengan kencang. Tubuh nya luruh ke bawah dengan air mata yang semakin deras.

"Aku semakin membenci kalian hiks hiks. Ibu, aku merindukan mu." Isak tangis Olivia tak terelak kan lagi, sungguh dada nya sangat sesak menerima semua takdir yang begitu kejam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hai hai hai jumpa lagi dengan macil 😘

Kali ini cerita dari si Mar tit tit kecil yah hahaha.

Jangan lupa like and komen masukan ke favorit kalian biar tahu kalau macil up tiap hari🤫

bertemu mommy

Kriiinnnggg

Olivia terjingkit kaget saat mendengar bunyi alarm di jam yang berada di atas meja nakas.

"Anying siapa yang pasang alarm di sini coba." Gerutu Olivia sambil mematikan alarm.

Mata nya mengerut saat ada not kecil menempel di jam.

Mandi dan ke kantor!

Isi not kecil yang membuat Via berdecak.

"Kerjaan bibi ini pasti." Via berjalan menuju kamar mandi.

Hingga beberapa menit Via berjalan menuju ruang ganti.

Lagi dan lagi ada not kecil.

'Pakai ini.'

Via menghela nafas nya, namun dia juga tersenyum baju itu sangat pas sesuai selera nya, elegant dan simpel.

Tak tak tak.

Via menuruni anak tangga hingga bertemu dengan bibi Cu.

Bibi Cu asisten rumah tangga sewaktu ibu nya masih hidup.

"Bekal non untuk sarapan ke kantor." Ujar bibi Cu tersenyum pada anak majikan nya.

"Terimakasih bi, oh iya lain kali alarm nya jangan kenceng kenceng ya bi Via kaget." Bisik Olivia membuat bi Cu terkekeh.

"Akan di perbaiki non." Olivia melangkah kan kaki nya menuju keluar kediaman nya, entah lah masa bodo dengan penghuni lain nya.

Selama di perjalanan Via selalu mengunyah sandwich yang enak menurut nya.

"Sudah sampai non." Via menatap gedung besar perusahaan MM.

"Terimakasih pak." Via turun dari mobil nya menuju lobi.

"Anak sultan di suruh kerja yah gini di anter pake mobil mewah." Gerutu Olivia saat melihat diri nya menjadi pusat perhatian.

"Huh blepotan nggak yah." Gumam Via sembari melangkah menuju Toilet, untunglah ada petunjuk yang memudah kan nya menemukan toilet.

"Hiks hiks hiks." Langkah kaki Olivia terhenti saat mendengar suara tangis anak kecil.

Ceklek

Dengan pelan pelan Olivia membuka pintu, meyakinkan diri bahwa tak akan ada hantu di kantor semegah ini. Apa lagi ini masih pagi.

"Sepi, kemana anak itu." Gumam Olivia saat melihat sekeliling di depan nya kosong mlompong.

"Mommy." Olivia terjingkit kaget.

"Astaga." Ucap nya dengan mengelus dada nya saat melihat bocah cilik nan ayu sedang berada di belakang pintu, pantas saja tak kelihatan.

"Mommy." Cicit nya membuat Olivia melihat ke kanan dan ke kiri.

Tak ada orang lain selain diri nya namun kenapa bocah berkuncir dua yang miring ini memanggil mommy, jangan jangan.

"Sayang, kamu kenapa di sini sendirian, kemana mommy mu?" Tanya Olivia lembut dan membawa bocah cilik itu ke tengah dan mendudukan nya di sebelah wastafel.

"Ini mommy." Dahi Olivia mengkerut saat telunjuk bocah itu menunjuk ke arah nya.

"Aku?" Olivia menghela nafas nya saat melihat anggukan antusias dari bocah cilik ini.

"Yes, and you, my mom."

"Begini nak, aku bukan mommy mu ok, panggil aku kak Olivia." Jelas Olivia dengan lembut berharap bocah ini bisa mengerti sebab diri nya belum memiliki anak, bahkan belum pantas di panggil mommy.

"Mommy Oliv." Olivia menghela nafas nya, susah ternyata membicarakan hal ini pada bocah piyik ini.

"Di mana orang tua mu." Tanya Olivia mencoba mengalihkan pembicaraan soal mommy yang tak ada habis nya.

"Kerja mom." Olivia mengangguk mengerti, dia fikir mungkin orang tua nya bekerja di kantor ini juga, dia seorang duda jadi harus bawa anak, ah mungkin seperti itu. Pikir Olivia dalam hati.

"Kalau di lihat lihat kau mirip seseorang." Gumam Olivia saat menatap lekat lekat bocah berusia enam tahunan kira kira.

"Kata orang orang aku mirip daddy mom." Adu nya membuat Olivia terkekeh.

"Benarkah?"

"Iya mom, padahal aku mau nya mirip ayah aja, soal nya daddy galak." Olivia membola, ayah, daddy waduh apakah ibu dari anak ini memiliki suami dua.

"Kau punya ayah dua." Olivia bertanya kembali sebab dia sangat penasaran dengan kehidupan bocah ini.

"Satu."

"Tadi kata nya ada daddy sama ayah, arti nya kau punya orang tua lelaki dua." Seru Olivia jengkel, kesel juga ternyata bicara sama bocah piyik.

"Iz, aku punya nya daddy satu, ayah satu, papah satu, papih satu." Jelas nya membuat Olivia memegang kepala nya berapa tadi, empat ayah?

"Ah sudah lah, bodo amat dengan orang tuamu, sekarang aku tanya, siapa nama mu nak?" Cari jalan aman agar tak emosi pikir Olivia.

"Maria." Olivia terkekeh saat mengingat satu nama Mar.

"Baik lah Maria sini aku perbaiki kunciran mu yang miring ini." Ujar Olivia di sambut riang oleh Maria.

"Kamu bisa makan ini sambil nunggu aku selesaikan kunciran mu." Ucap Olivia memasukan sandwich milik nya ke mulut Maria agar diam dan dia bisa fokus.

"Daddy memang nggak bisa nguncir mom, yang bisa cuma ayah." Olivia mengambil sisir di tas nya, masa bodo lah dengan bocah ini yang bilang soal daddy kek, ayah kek, papah papih sekalian aja dan babeh engkong bapak supri di bawa. Decak Olivia dalam hati.

"Nguncir nggak kira kira daddy mu, jelas jelas terlihat se miring ini." Ucap Olivia sembari melepas semua kunciran nya dan menguncir dari awal.

"Kata daddy ini kunciran terbaru mom, model medeng." Olivia terkekeh bisa bisa nya bocah cantik ini percaya begitu saja dengan kibulan orang tua nya.

"Medeng gemblung kali." Maria menatap Olivia. Mulut nya masih mengunyah.

"Apa itu Medeng gemblung mom?"

"Medeng kalau di kampung buyut ku orang setengah waras alias gila." Jelas Olivia membuat Maria kaget.

"Jadi Mar gila?" Olivia kelabakan saat melihat mata Maria berkaca kaca saat menyebut diri nya gila.

"No. Bukan kamu, tapi daddy mu." Maria mengelus dada nya lega, ternyata daddy nya.

"Sudah cantik, yuk kita keluar kebetulan aku ada urusan di sini, aku tak bisa menemani mu lebih lama." Ujar Olivia menurunkan Maria dengan hati hati.

"Mar ingin bersama mommy." Olivia menggeleng.

" Nggak bisa sayang, aku ada urusan, cepat temui daddy mu."

Ceklek.

Olivia dan Maria keluar toilet menuju lobi.

"Ya ampun Maria!" Sentakan suara itu membuat Langkah kaki Olivia dan Maria terhenti.

"Daddy." Seru nya dengan riang berlari menuju lelaki gagah di depan nya.

"Kemana aja kamu hem." Maria tersenyum.

"Maria habis main dengan mommy dad." Maria menunjuk satu wanita yang sedang terpaku di tempat nya.

"Kamu?" Seru daddy Maria.

"Joni kecil?"

"Apah!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

olivia terpaku

"Apa itu joni kecil mom?" Ujar Maria membuat Olivia dan Marvel kaget.

"Ah, itu anu ah nggak usah di bahas. Apa dia daddy mu?" Tunjuk Olivia pada lelaki di hadapan nya.

"Iya mom, dia daddy ku, tampan tapi galak." Bisik Maria namun masih bisa terdengar dengan jelas membuat lelaki yang di panggil daddy mendelik.

"Mommy?" Tanya Marvel pada Maria.

"Yes mommy." Tunjuk Maria dengan semangat pada Olivia yang sedang menggeleng.

"Tidak nak kau salah paham, aku diam bukan karna mengijinkan mu memanggil ku mommy, ah ya ampun aku sudah terlambat, dan kau!" Tunjuk Olivia pada Marvel yang kaget karna di tunjuk tepat di depan muka nya.

"Daddy macam apa dirimu hah yang membiarkan anak mu sendirian di belakang pintu kamar mandi menangis di pojokan, ck tidak becus." Sentak nya sembari berjalan melewati Marvel yang sedang menganga mencerna semua nya.

"Daddy." Panggil Maria menarik ujung jas yang di kenakan Marvel.

"Iz, kau ini, bagaimana bisa aku menemukan kekasih jika kau saja memanggil ku daddy." Gerutu Marvel sembari menggendong bocah yang memanggil nya daddy menuju kantin untuk sarapan.

"Tadi ada mommy nggak daddy peluk." Sahut nya membuat Marvel menghela nafas nya, berat sudah jika titisan biang kerok ini berbicara.

"Diam lah." Maria mengerucutkan bibir nya.

"Kenapa sih ayah kerja keluar kota nggak ajak aku, aku sebal kalau sama daddy, soal nya daddy galak." Marvel melirik Maria yang sedang bersidekap sembari bibir maju beberapa centi.

"Lebih baik kita makan, aku lelah pagi pagi sudah mencari mu." Gerutu Marvel mendudukan Maria di kursi dan duduk dengan tenang saat Marvel mengambil sarapan untuk nya.

"Daddy nggak mau suapi aku?" Marvel menggeleng.

"Makan lah, kau sudah masuk ke sekolah dasar kan, mandirilah." Jawab Marvel santai tanpa peduli pada Maria.

Rasanya Marvel sangat lelah pagi pagi harus lari ke sana kemari hanya untuk mencari bocah titisan biang kerok mana belum sarapan.

Sedang Olivia kini berada di ruangan CEO.

"Tanda tangani ini." Olivia mengerutkan alis nya.

"Tunggu tunggu pak, kenapa langsung tanda tangan? Kenapa saya tidak di tanya atau di uji misal nya." Protes Olivia saat tiba tiba saja langsung menuju ke ruangan bos dan lagi langsung tanda tangan bukan lah ini sedikit cepat, kenapa tidak ke hrd lebih dulu. Apa ini sistem di perusahaan ini, bukan kah ini sedikit ceroboh.

"Apa yang perlu saya tanyakan lagi, nilai mu sempurna, bahkan kau sekolah menggunakan jalur prestasi sedari smp dan kau sering menjadi perwakilan dari sekolah olimpiade matematik plus sains sangat menakjubkan bukan? Saya sedang mencari asisten pribadi bos besar, yang cepat tanggap dan pasti nya pintar seperti mu, jadi apa yang perlu di tanya lagi?" Olivia menganga, memang benar sih tapiii.

"Tanda tangan atau pergi." Pilihan yang sudah jelas jawaban nya kan.

Jelas gue terima lah, demi masa depan gue yang haru merebut kantor dari dua rubah itu. Decak Olivia dalam hati.

"Baik pak." Dengan semangat Olivia menandatanganinya tanpa membaca lembaran lembaran yang ia bubuhi tinta.

"Sudah pak."

"Baik lah, mulai besok kau bisa bekerja, ingat harus ke rumah bos dulu." Dahi Olivia mengerut saat mendengar harus ke rumah bos dulu.

"Maksud nya pak?" Olivia menganga saat di tunjukan lembaran lembaran kontrak tadi.

"Ini bapak cari asisten pribadi atau istri pak?" Pertanyaan yang membuat sekertaris bos ini terkekeh.

"Memang itu syarat nya, dan bukan nya anda sudah setuju? Ini bukti nya." Olivia kembali menganga saat sekertaris bos menunjukan tanda tangan nya.

Ah si.al ini mah. Batin Olivia berdecak karna kecerobohan nya.

"Coba di cermati kembali agar besok kau sudah siap apa saja yang harus kau lakukan pada bos kita." Olivia mengangguk sekali baca saja ia bisa mengingat nya.

"Sudah ingat dan sudah faham, ck ini sebenar nya mode cari istri berkedok asisten kenapa nggak sekalian aja pak suruh kelonin bos mu." Gerutu bocah anak sultan ini, dia nggak butuh pekerjaan ini untuk sekedar mendapat kan uang, namun dia butuh pekerjaan ini agar bisa masuk ke kantor pusat milik ayah juga ibu nya.

"Saya lupa menambah yang satu itu, kalau tahu anda menginginkan nya saya pasti menambahkan kembali." Ucapan yang di luar nalar bagi Olivia.

"Ck mana bi." Ucapan Olivia terhenti saat ruangan bos ini terbuka dan yang membuat nya kaget adalah sosok yang masuk ke sana.

Ceklek

"Mommy?"

"Selamat datang bos, saya sudah mendapatkan asisten pribadi yang bos inginkan." Ucap sang sekertaris mendekat pada bos nya. Mata Olivia membola saat mendengar siapa yang di panggil bos di sini.

"Dia orang nya?" Tunjuk Marvel pada Olivia yang sedang terpaku.

"Iya bos." Marvel mengangguk anggukan kepala nya hingga dia mengeluarkan beberapa kata yang membuat Olivia merinding.

"Bagus Bas, kalau dia, aku suka."

Glek.

Mati aku. Batin Olivia berteriak apa lagi melihat tatapan aneh dari bos nya.

Tatapan bos si pemilik joni kecil 👇👇👇👇

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!