Su Lingyu mengerutkan kening ketika membaca isi sebuah novel yang tengah dibacanya. Sesekali dia akan mengutuk dan menggerutu diam-diam.
“Gadis yang menjadi batu sandungan itu pasti bodoh dan bodoh! Bagaimana dia bisa menjadi otak cinta dan begitu berkulit tebal untuk mengejar protagonis pria? Dan protagonis pria benar-benar hanya memiliki protagonis wanita di matanya. Ini menyebalkan!”
Su Lingyu menguyah permen lemonnya hingga hancur. Rasa asam manis memenuhi mulut. Tapi dia tidak peduli!
Yang menyebalkannya lagi, karakter penjahat di dalam novel yang dibacanya saat ini memiliki nama yang sama dengannya. Su Lingyu!
Pooh! Apa-apaan ini? Dia, Su Lingyu adalah bintang keberuntungan. Mudah mempelajari sesuatu, tidak takut apa pun, pandai berpura-pura dan memiliki banyak kemampuan.
Ia seperti ikan koi yang berenang lincah dan diberi makan oleh tuannya. Bagaimana nama yang dipilih dengan hati-hati oleh guru spiritualnya sendiri, dilambangkan menjadi karakter penjahat dalam novel?
Penulisnya pasti tidak punya otak! Ya, pasti begitu!
Waktu berlalu dan Su Lingyu telah menyelesaikan bacaannya. Novelnya tidak tebal tapi singkat, padat dan jelas.
Gadis yang berbaring santai di dahan pohon tebal pun bangun. Ia sangat marah hingga menutup buku novel dengan keras.
"Ahhh! Bagaimana bisa begini! Jika aku adalah Su Lingyu dalam novel ini, pasti tidak akan menjadi otak cinta! Ucapkan selamat tinggal pada protagonis pria kejam itu lalu bercerai! Apa gunanya menjadi selir yang pada akhirnya menjadi batu sandungan protagonis wanita!"
Suaranya keras hingga beberapa burung yang bertengger di pepohonan terdekat pun terbang melarikan diri.
Untungnya ini adalah hutan, jadi tidak masalah. Tidak ada orang yang akan mendengarnya.
"Zaman kuno sungguh mengerikan. Tiga istri dan empat selir, pangeran bupati Bo Mingchen ini sungguh mampu!"
Su Lingyu mendengkus kasar dan bersiap untuk turun dari pohon. Namun tangannya yang bertumpu pada dahan pohon tergelincir karena kurang konsentrasi.
Terlambat untuk bereaksi, ia pun terjatuh begitu saja.
"Ahhh!!" Ia kaget saat tubuhnya terjun bebas.
Embusan angin menerpa tubuhnya. Saat jatuh mencium tanah, tubuhnya sakit bukan main!
Su Lingyu mendesis kesakitan. Kepalanya pusing untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia mendengar suara gadis muda yang berteriak khawatir.
Terdengar langkah kaki mendekati Su Lingyu.
"Nona! Nona, apakah kamu baik-baik saja?"
Huh?
Su Lingyu bingung. Siapa yang memanggilnya 'nona'? Murid-murid di bawah ajaran guru spiritualnya selalu memanggil dirinya 'imut kecil' atau 'adik perempuan'.
Tidak ada yang memanggilnya 'nona' dengan santai. Kecuali orang asing.
Su Lingyu mencoba menenangkan diri. Kepalanya yang pusing mereda sedikit demi sedikit. Ia memperhatikan seorang gadis yang sekiranya berusia 16 atau 17 tahun berjongkok di depannya.
Gadis itu memiliki dua sanggul kiri kanan, seperti roti. Memakai gaun pelayan kuno seperti era-era kerajaan zaman dahulu. Tidak terlalu cantik tapi juga tidak jelek.
Melihat Su Lingyu seperti orang linglung, Xiao Mo memanggilnya lagi.
"Nona, apakah kamu baik-baik saja? Kenapa memanjat pohon lagi? Pangeran bupati sama sekali tidak akan datang ke sini karena sekarang mengajak nona Ling ke Taman Pir."
Nada bicara Xiao Mo terlihat agak mengasihani nona mudanya.
Nona mudanya adalah anak yatim piatu yang dijemput Pangeran Bupati, Bo Mingchen dari pedagang manusia dua tahun lalu. Xiao Mo sendiri diberikan oleh Bo Mingchen untuk melayani nona mudanya.
"Hah? Apa?" Su Lingyu yang merasa lebih baik sekarang, kini bingung lagi.
Nona apa? Pangeran siapa? Bo Mingchen? Nona Ling?
Bukankah ini karakter dari novel yang baru saja dibacanya.
Apakah dia terlalu bersemangat karena marah hingga berhalusinasi?
"Kamu siapa?" Su Lingyu sama sekali tidak mengenali orang di depannya.
Xiao Mo sedikit ketakutan dan panik. "Nona, kepalamu tidak terbentur saat jatuh kan? Ini aku, Xiao Mo, pelayan nona."
"Xiao Mo?" gumam Su Lingyu.
Tak lama kemudian, dia tiba-tiba bangkit, mengejutkan Xiao Mo.
Su Lingyu sepertinya baru menyadari ada yang salah dengan sekitarnya. Bukan hanya itu, ia merasa bahwa pakaiannya juga berbeda. Lingkungan berbeda. Suara bukan miliknya dan masih banyak lagi.
"Nona?" Xiao Mo masih tidak tahu harus berkata apa.
Su Lingyu melihat tubuhnya sendiri yang memakai gaun biru laut. Lengan dan tubuh kurus, kulit putih, rambut panjang sepinggang yang indah.
Kemudian menatap sekitarnya. Ini bukan lagi di hutan, tapi sebuah taman salah satu halaman belakang sebuah rumah bergaya kuno.
Tak lama, dia merasakan kepalanya berdenyut hebat. Ia meringis kesakitan. Dan berbagai fragmen diputar seperti potongan film.
Dari awal seorang gadis diselamatkan dari sebuah perdagangan manusia hingga memasuki halaman Istana Pangeran Bupati. Tak ada satu pun yang terlewat di kepalanya.
Apa maksud semua ini? Su Lingyu sangat bingung hingga kepalanya tak bisa berhenti berdenyut.
Sangat sakit ketika menerima beberapa fragmen asing itu.
"Nona, apakah kamu baik-baik saja?" Xiao Mo benar-benar khawatir ketika melihat nona mudanya terlihat linglung.
Akhirnya Su Lingyu menatap Xiao Mo dengan saksama. "Di mana ini?" tanyanya.
Xiao Mo merasa heran. "Nona, ini Istana Pangeran Bupati."
Mungkinkah gadis itu mengalami gegar otak dan lupa tentang sesuatu yang penting. Ia sudah memperingatinya untuk tidak menaiki pohon tapi Su Lingyu sangat keras kepala.
"Nona, aku tahu kamu sangat menyukai pangeran, tapi cara seperti ini sangatlah tidak disukai pangeran. Jika nona benar-benar ingin mendapatkan perhatian pangeran, maka ubahlah caranya."
Jika terus seperti ini, gadis itu akan diusir cepat atau lambat.
"Apa? Pangeran? Bo Mingchen?" Su Lingyu memastikan.
Pelayannya itu mengangguk.
Su Lingyu merasakan rasa sakit di lengannya. Tampaknya lengannya patah.
Tunggu, ingatan yang baru saja menyerang pikirannya adalah milik Su Lingyu. Itu artinya, dia berada di tubuh Su Lingyu?
Su Lingyu dalam novel itu?
Dia meraba dirinya sendiri dengan tangannya yang sehat. Baru kemudian dia menyadari jika dirinya memang berada di tempat yang asing.
Hingga akhirnya Su Lingyu terkejut luar biasa. Kini dirinya berada di tubuh karakter penjahat wanita dalam novel yang selesai dibacanya.
Ia menyeberang ke dalam novel dan menjadi Su Lingyu, si wanita jahat dengan otak cinta???!
Kenapa bisa? Ke mana perginya hewan peliharaan miliknya itu? Apakah dia ikut juga bersamanya atau mati sendiri?
Lalu bagaimana dengan tuan dan para senior yang menyayanginya?
Akankah mereka bersedih untuknya?
"Ahhhhh!!! Tidak mungkin!!" teriaknya syok hingga akhirnya pingsan.
Rasanya roh keluar dari mulutnya. Apakah ini karma karena memaki dan mengutuk si penulis novel?
Dia, gadis dengan berkah keberuntungan dari zaman modern. Suatu hari akan jatuh ke titik di mana menjadi karakter penjahat wanita novel zaman kuno.
Xiao Mo melihat Su Lingyu pingsan, lagi-lagi terkejut.
"Ah, Nona! Bangun!"
Xiao Mo memanggil pelayan lain untuk membantunya membawa Su Lingyu yang pingsan ke kamar. Lalu dia pergi untuk mendapatkan tabib.
Karena Bo Mingchen tidak menyukai Su Lingyu, pasti tidak akan peduli dengan ia sakit atau tidak. Kemungkinan besar jika Bo Mingchen tidak akan percaya jika Su Lingyu jatuh sakit.
Sebelumnya, Su Lingyu telah menggunakan trik yang sama untuk menarik perhatian Bo Mingchen. Tapi selalu berakhir gagal.
Akhirnya, Xiao Mo hanya mencari kepala pelayan untuk meminta bantuan.
"Kepala Pelayan, Kepala Pelayan, tolong, tolong bantu aku memanggil tabib," katanya dengan napas terengah-engah.
Berjalan cepat dari halaman tempat Su Lingyu tinggal menuju halaman utama lumayan jauh. Sebagai selir yang tidak disukai, Su Lingyu ditempatkan di halaman terjauh di Istana Pangeran Bupati.
Kepala Pelayan melihat Xiao Mo pun terkejut lalu mengerutkan kening.
"Ada apa? Kenapa membutuhkan tabib?"
"Nona mudaku, nona mudaku jatuh dari pohon dan patah tangan. Ia juga pingsan."
Mendengar ini, Kepala Pelayan tidak berdaya. "Xiao Mo, apakah kamu yakin ini bukan pura-pura?"
Kemudian Xiao Mo langsung berlutut. "Kepala Pelayan, ini bukan pura-pura, kumohon panggilkan tabib. Pangeran tidak perlu tahu soal ini."
Melihatnya dengan tulus berlutut dan memohon berulang kali, Kepala Pelayan tidak tega dan segera pergi untuk memberi tahu seseorang.
Tanpa diduga, Kepala Pelayan berpapasan dengan Bo MIngchen yang berjalan berdampingan dengan Ling Hua.
"Apa yang terjadi? Kenapa begitu terburu-buru?" tanyanya langsung mengerutkan kening.
Kepala Pelayan menjelaskan apa yang terjadi. Bo Mingchen awalnya enggan untuk mempercayai cerita semacam itu, namun ia tak mau menunjukkannya di depan Ling Hua.
Setelah menghela napas, Bo Mingchen akhirnya membiarkan tabib terdekat untuk datang memeriksa Su Lingyu. Lalu dengan sopan meminta Ling Hua untuk pulang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Su Lingyu sendiri yang pingsan belum siuman. Namun kesadarannya telah memasuki ruang spiritual yang dimilikinya sejak kecil.
Ia merasa sesuatu yang berbulu lembut dan berbau rumput di wajahnya. Mau tidak mau, dia membuka mata dengan susah payah.
Hal pertama yang menghalangi pandangannya adalah hewan kecil berbulu putih, menginjak wajahnya.
Tanpa sadar, Su Lingyu menyingkirkannya. Kenapa ia merasa hewan kecil itu familiar?
"Tuan, kamu akhirnya bangun!" Seekor hamster putih menggemaskan memandang Su Lingyu dengan mata merahnya.
"Hah? Kiwi?"
Su Lingyu memiliki hewan peliharaan yang menjaga ruang spiritualnya, seekor hamster putih. Ia menamainya Kiwi. Jelas tidak hijau seperti buah kiwi. Tapi entah kenapa Su Lingyu menyukai nama tersebut.
"Di mana aku?" tanya Su Lingyu masih bingung.
"Kamu di ruang spiritual sekarang. Wooo ... Tuan, aku minta maaf. Aku hanya pergi sebentar tapi kamu tiba-tiba menyeberang ke sini. Ini semua gara-gara perampokan* petir."
Suara Kiwi seperti hewan peliharaan yang teraniaya.
Su Lingyu baru ingat jika dia punya hewan peliharaan konyol ini.
Beberapa hari lalu sebelum dia menyeberang ke novel ini, Kiwi pergi ke pegunungan tak berpenghuni untuk melakukan perampokan petir.
Ini bertujuan untuk meningkatkan ruang spiritual.
"Lalu apa yang terjadi? Kenapa aku bisa ada di sini?" Ia sangat kesal.
Kiwi merasa bersalah jadi menceritakan segalanya tanpa ada yang disembunyikan.
Dia dipukul oleh petir ungu besar. Merasa bahwa dewa telah mempermainkannya, Kiwi sangat marah. Dia tahu, pasti tidak akan selamat dari perampokan ini dan dihancurkan oleh petir.
Jika dia mati, maka ruang spiritual juga akan menghilang selamanya. Bukan hanya itu, Su Lingyu pasti akan terkena dampaknya dan menjadi bodoh di masa depan.
"Tuan, dari pada kamu menjadi bodoh seperti anak berusia tiga tahun, jadi aku mengambil risiko untuk membawamu ke dimensi lain. Aku membawamu ke tempat di mana kamu memikirkannya."
Su Lingyu marah. "Katakan saja, kamu tidak mau mati!"
"..." Kiwi terdiam, ini sepertinya terpapar.
Kiwi terbatuk canggung dan kembali ke topik.
"Lalu, di mana kamu mendarat sekarang? Kamu tidak memikirkan dunia binatang buas atau sarang penjahat kan?"
"..." Mengenai ini, Su Lingyu menyesali dirinya sendiri.
Kenapa dia harus membaca novel berantakan seperti itu? Jika dia membaca novel yang bagus dan menjadi karakter yang menyenangkan, dicintai protagonis pria dan menjadi hewan peliharaan kelompok*, pasti menyenangkan.
"Menurut mu di mana ini? Aku baru saja membaca sebuah novel berantakan dan kini menjadi penjahat wanita dan batu sandungan protagonis wanita!"
"Ah, ternyata begitu. Sepertinya tidak buruk. Lagi pula penampilan tuan masih sama."
"..." Su Lingyu benar-benar ingin merebus hamster putih itu sekarang.
Apanya yang tidak buruk? Dia berakhir menyedihkan di dalam novel.
"Jadi, aku tidak kembali bukan?" Su Lingyu merasa sedih.
"Jangan sedih, Tuan. Dunia kuno ini juga baik-baik saja. Mungkin suatu hari nanti, ketika aku mengalami perampokan petir lagi, kita bisa kembali ke zaman modern."
"..." Dia tidak mau mati lagi! Su Lingyu kesal.
Kiwi khawatir jika Su Lingyu dendam padanya jadi segera mengatakan hal penting.
"Tuan, meski perampokan petir kali ini bisa dikatakan gagal namun ruang spiritual telah ditingkatkan. Bukan hanya itu, kesadaran tuan rumah jika diperluas," katanya dengan bangga.
Su Lingyu sudah kehilangan mood untuk gembira. "Apa saja itu?"
"Kini tuan bisa mempelajari apa pun dengan cepat, memiliki kemampuan yang dimiliki para peramal, dan ...."
Semua kemampuan yang bisa dimiliki Su Lingyu setelah perampokan petir ruang spiritual disebutkan. Kini sangat bersemangat.
Bahkan jika ini dunia novel, tuannya tidak terkalahkan!
"Tidak masalah jika ini dunia novel, meski mungkin beberapa karakter adalah ciptaan penulis, tapi kehidupan di sini nyata, Tuan. Ada banyak tempat dan karakter yang tidak disebutkan dalam alur novel. Itu karena ruang dan imajinasi penulis sangat terbatas pada plot yang ditentukannya.
Kita tidak tahu kehidupan apa yang terjadi di dunia novel itu sendiri. Ini dunia imajinasi penulis yang belum terjamah secara menyeluruh. Secara tidak sengaja, penulis menciptakan dunia yang tidak dikenal. Jadi jangan khawatir dengan bakat yang menantang surga di masa depan."
"Apakah perampokan petir juga termasuk?" tanya Su Lingyu.
"... Tidak." Kiwi agak sedih ketika memikirkan ini.
"Jadi tidak ada bedanya."
"..." Kiwi tidak berkata-kata lagi.
Untungnya topik ini tidak berlangsung lama. Kiwi langsung bertanya pada intinya.
"Jadi Tuan, apa yang akan kamu lakukan setibanya di dunia ini? Menjadi selir dan melanjutkan plotnya?"
Kiwi bisa membaca apa yang dipikirkan Su Lingyu karena keduanya terikat kontrak hidup dan mati.
"Tentu saja bercerai! Tinggal di istana pangeran bupati sungguh menyedihkan. Biarkan dua pemeran utama itu saling jatuh cinta. Aku pun bebas!"
Dari pada terikat dengan plot yang menyedihkan, dia lebih suka bebas. Setelah bercerai, dia akan berkeliaran untuk menjelajahi banyak tempat. Lalu bermain saja.
Ketika bercerai nanti, ia juga akan memiliki hadiah perpisahan sesuai dengan yang dijanjikan Bo Mingchen.
Benar, Su Lingyu dan Bo Mingchen memiliki perjanjian perceraian di dalam plot novel aslinya.
Sebelum menjadi selir Bo Mingchen, Su Lingyu mengajukan beberapa persyaratan ketika bercerai di kemudian hari. Ini termasuk uang, perhiasan dan rumah.
Lagi pula, pemilik aslinya yatim piatu, tidak ada kerabat sama sekali. Jadi memiliki rumah sangat penting.
Meski Su Lingyu hanya berstatus selir di kediaman pangeran bupati, dirinya cukup disukai. Tapi semenjak kemunculan pemeran utama wanita, Ling Hua, gosip mulai beredar di antara pelayan.
Ini membuat Su Lingyu dalam novel sangat tidak nyaman. Akhirnya melahirkan kebencian pada Ling Hua yang sering terlihat berdua dengan Bo Mingchen.
Dan berbagai ide buruk untuk menyakiti pemeran utama wanita pun lahir.
Benar-benar diciptakan sebagai penjahat wanita dan baru sandungan kisah cinta keduanya.
Tragis.
Kali ini, dia tidak akan berjalan sesuai jalan cerita aslinya.
"Perjanjian perceraiannya masih berlaku. Itu satu bulan lagi. Bersabar saja."
Su Lingyu menghela napas pasrah.
Di dalam cerita aslinya, Su Lingyu terus menunda perceraian dengan Bo Mingchen. Berharap jika Bo Mingchen akan jatuh hati padanya.
Ini konyol!
Su Lingyu tidak ingin keluar dari lautan kesadarannya saat ini. Di dalam ruang spiritual, tangannya juga merasakan sakit namun tidak terlalu parah.
Ia memeriksa berapa banyak barang yang berhasil terselamatkan dari serangan guntur yang melecehkan Kiwi sebelumnya.
"Apakah barang-barang lain yang dari zaman modern tidak ada?" tanyanya bingung.
"Tuan, sebagian barang mungkin telah dihancurkan dan menjadi energi untuk mempertahankan ruang. Tidakkah kamu menyadari jika ruang ini sedikit lebih sempit dari pada sebelumnya?" Kiwi tidak berdaya.
Su Lingyu terkejut. Memang, rasanya ruang ini sedikit sempit dari pada sebelumnya. Tak lama, ia akhirnya menemukan buku novel yang sebelumnya dibaca
"Lalu kenapa buku ini juga ada? Kupikir ini akan tertinggal di hutan itu."
Untuk masalah ini, Kiwi sebenarnya tidak terlalu tahu. "Apakah bisa dibuka?" tanyanya.
Su Lingyu mencoba untuk membuka halaman pertama buku, memang bisa dibuka. Dan kemudian ada sederetan tulisan di kertas putih itu, menceritakan tentang plot awal.
Hanya saja ketika hendak membaca halaman berikutnya, ternyata tidak bisa. Rasanya kertas menempel satu sama lain.
"Sebenarnya, buku cerita macam apa ini? Kenapa ada energi spiritual yang terkandung di dalamnya. Ini bukan buku takdir kan?"
Kiwi tidak percaya dengan itu. "Tidak mungkin buku takdir. Tuan, buku takdir hanya milik dewa."
Ini juga benar, jadi Su Lingyu tidak lagi bersikeras. Tampaknya ada misteri yang harus dia pecahkan melalui buku ini.
"Mungkinkah plotnya akan berubah atau ... Aku harus mengikuti alur aslinya?"
"Tidak mungkin. Aku bisa merasakan jika tuannya tidak terikat dengan takdir di dunia novel ini. Lebih baik mencari tahu perlahan." Kiwi hanya menyarankan.
"Baiklah kalau begitu."
Ia meletakkan buku itu di salah satu rak buku yang sering ia kunjungi. Ia benar-benar ingin tahu apa yang akan terjadi di halaman berikutnya dari buku novel tersebut.
Akhirnya, Su Lingyu keluar dari lautan kesadaran spiritualnya.
Ketika dia membuka mata, ia sudah berada di kamar. Tidak ada seorang pun di kamar. Ketika mencoba menggerakkan lengan kirinya, ia merasa sakit.
"Bangun?" Suara seorang pria terdengar pertama kali di telinga Su Lingyu.
Gadis itu tertegun. Menyadari jika di kamarnya, bukan Xiao Mo yang menunggu tapi Seorang pria dengan jubah putih bercorak ular piton emas.
"Ka-kamu ... Bo Mingchen?!' Su Lingyu membelalak tak percaya.
Rambut panjang pria itu disisir rapi, memakai ikat mahkota yang mengikat sebagian rambutnya. Seperti para pangeran di dalam komik!
Cantik! Tidak, tidak, ini jelas ketampanan sejati!
Pooh! Penulisnya benar-benar tahu bagaimana cara mendeskripsikan pemeran utama pria di depannya ini.
Ya, siapa lagi jika bukan Bo Mingchen, Pangeran Bupati yang dihormati di ibu kota kekaisaran. Belum lagi, Bo Mingchen ini merupakan keponakan kaisar saat ini.
Karena orang tua Bo Mingchen adalah jenderal di medan perang dan meninggal dengan hormat, ia dibesarkan oleh keluarga kekaisaran.
Demi menghargai jasa orang tua Bo Mingchen yang berkorban untuk perdamaian negara, kaisar langsung memberinya gelar pangeran.
Sayangnya, Bo Mingchen tidak mengikuti jejak orangtuanya di medan perang. Ia lebih suka belajar dan membaca hingga menjadi pangeran bupati saat ini.
"Kenapa kamu di sini?" Su Lingyu bingung.
Sudah berapa lama dia pingsan hingga Bo Mingchen sendiri ada di sini. Bukankah dia harusnya bersama Ling Hua sekarang?
Su Lingyu ingat jika di novel aslinya, Bo Mingchen mengajak Ling Hua ke restoran kekaisaran.
Plotnya masih sama. Su Lingyu yang jatuh dari pohon dan mematahkan lengannya. Kemudian ia meminta Xiao Mo memberi tahu Bo Mingchen tentang hal ini. Berharap jika pria itu akan datang melihatnya.
Tapi kenyataannya tidak datang sama sekali.
Lalu kenapa sekarang datang?
"Aku bisa datang atau tidak, kamu tidak bisa mengaturnya bukan? Lagi pula, apakah kamu tidak lelah?" Bo Mingchen menaikkan sebelah alisnya.
Ia merasa jika Su Lingyu di depannya saat ini berbeda. Tapi tidak tahu apa yang beda.
Jika biasanya Su Lingyu akan menatapnya dengan senyuman lebar dan banyak bicara, kali ini justru sebaliknya. Bahkan tampaknya tidak mengharapkan dirinya datang begitu saja?
"Lelah karena apa?" Su Lingyu tidak bisa menebak arah pembicaraannya.
Bo Mingchen menatapnya dengan datar, tanpa fluktuasi apa pun.
"Lelah untuk terus melakukan hal-hal konyol ini demi menarik perhatian ku. Kita akan bercerai dalam sebulan lagi. Kuharap kamu tidak melakukan hal-hal tidak penting ini. Aku sama sekali tidak berniat untuk memperpanjang kontrak."
"Lalu kenapa kamu menjadikan ku selir sebelumnya?" Su Lingyu ingin memastikan.
"Itu karena orang-orang tahu aku membawa mu secara pribadi dari sarang pedagang manusia. Kamu merasa kehilangan kepolosan dan memintaku untuk bertanggung jawab. Kemudian, jadilah selir."
Su Lingyu terdiam. Yang ini seperti nya agak berbeda dari plot aslinya. Benar saja, selalu ada celah.
Novel aslinya singkat, padat dan jelas. Jadi tentu hal ini kecil ini terlewatkan karena memang penulisnya tidak pernah membahas secara mendalam.
"Lalu ... Perjanjian tahun itu, apakah kamu berlaku?" tanyanya.
Bo Mingchen terdiam dan mengangguk ringan. "Tentu saja. Aku tidak akan kembali pada janji ku sendiri."
"Bagus lah kalau begitu. Aku tidak perlu khawatir bagaimana akan hidup di masa depan." Su Lingyu menghela napas lega.
Belum lagi, ada banyak barang di ruang spiritualnya sendiri. Dia tidak takut kelaparan atau kedinginan jika seandainya tidak punya rumah.
"..." Bo Mingchen terdiam lagi.
Su Lingyu tidak memperhatikannya. "Kamu dan nona Ling sangat dekat. Bukankah seharusnya kamu menemaninya sekarang? Kenapa datang ke sini?" Ia masih belum tahu alasannya.
"Pelayanmu mendatangi kepala pelayan dan meminta memanggil tabib. Jadi datang dan lihat saja."
"Lalu di mana nona Ling?"
"Dia kembali."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!