Alex tersentak bangun di tempat tidur, keringat membasahi tubuhnya. Mimpi buruk lagi. Ia mengusap wajahnya dan tertegun. Ada yang salah dengan tangannya, kulitnya terlalu halus dan lentik. Ia menatap sekeliling kamar tidur yang asing, hiasan kertas dan lukisan naga di dinding batu.
"Di mana aku?" bisiknya bingung.
Ia melompat turun dari tempat tidur dan berlari ke cermin. Bayangan seorang gadis cantik berambut hitam panjang balas menatapnya. Alex terkesiap dan jatuh terduduk.
"Ti-tidak mungkin..."
Ia kini berada di tubuh seorang gadis. Otaknya berputar, berusaha mengingat apa yang terjadi. Terakhir kali Alex ingat, ia sedang bekerja di kantornya sebagai insinyur perangkat lunak. Bagaimana bisa ia berakhir di sini, di tubuh orang lain?
Sebuah suara misterius tiba-tiba bergema di benaknya.
"Selamat datang, Alex. Aku telah memanggil rohmu ke tubuh Li Mei untuk membantunya membalaskan dendam atas penderitaan yang dialaminya."
"A-apa? Siapa kau?! Mengapa aku berada di sini?" Alex berteriak frustrasi.
Sosok di cermin itu pastilah Li Mei. Alex ingat membaca tentang reinkarnasi dan transmigrasi, tapi ini kenyataan, bukan dongeng! Ia harus segera pulang, pekerjaannya menunggu. Namun suara itu kembali berbicara, menjelaskan asal-muasal Li Mei yang tragis dan memberinya kekuatan sihir serta ilmu bela diri.
Alex masih kebingungan saat pintu kamar terbuka dan seorang pria tinggi besar melangkah masuk. "Li Mei! Kau terlambat lagi untuk latihan pagi!"
Mendadak amarah membakar di dada Alex. Kenangan-kenangan akan penderitaan Li Mei memenuhi pikirannya. Inilah salah satu penyiksanya, harus dibalas! Tangannya mengepal dan aura kekuatan sihir menguar. Waktunya pembalasan dendam dimulai!
Melihat sosok yang dibencinya, amarah Alex membuncah. Ia merasakan kekuatan sihir mengalir di tangannya saat aura biru menyala menyelimutinya.
"Cukup sudah penderitaan yang kau sebabkan!" geram Alex. Ia melemparkan bola api biru ke arah pria itu. Sang pria terbelalak dan melompat menghindar.
"Apa yang kau lakukan, bodoh?! Beraninya kau menyerangku!"
Alex tidak peduli lagi. Ia melesat maju dengan kecepatan luar biasa dan meninju perut pria itu. Sang pria terpental dan menabrak dinding dengan suara berdebum. Alex akan menghabisinya saat itu juga, namun suara di kepalanya kembali bicara.
"Hentikan, Alex! Kau tidak bisa membunuh sembarangan di sini. Ada aturan yang harus kau ikuti."
Alex menggeram kesal, tapi ia tahu suara itu benar. Ia melompat keluar dari jendela kamar dan mendarat mulus di halaman istana. Beberapa pengawal berlarian ke arahnya.
"Itu Li Mei! Tangkap gadis sinting itu!"
Dengan gerakan anggun, Alex menghindari setiap serangan dan balas menjatuhkan para pengawal itu satu per satu, hanya dengan menggunakan ilmu bela diri. Tubuh Li Mei sungguh luar biasa lentur dan gesit.
Setelah menumbangkan seluruh pengawal, Alex melompati tembok istana dan melarikan diri ke hutan lebat di luar kota. Ia bersembunyi di balik semak-semak, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
Tiba-tiba perutnya berbunyi minta diisi. Alex baru sadar sejak tadi belum makan apa-apa. Ia memetik beberapa buah liar dari pohon terdekat untuk mengganjal perut.
Malam semakin larut. Udara dingin menusuk tulang, apalagi Alex hanya mengenakan pakaian tipis ala Li Mei. Ia bergelung di akar pohon besar, menggigil kedinginan sambil berusaha mencari jalan keluar dari masalah pelik ini.
Keesokan paginya, Alex terbangun dengan tubuh kaku dan perut kosong. Ia memutuskan pergi ke kota untuk mencari makanan. Dengan menyamar dan berhati-hati, ia berhasil mencuri beberapa potong roti dari sebuah kedai makanan.
Saat akan pergi, matanya menangkap sosok seorang anak laki-laki kurus yang sedang memungut remah-remah roti di tanah dengan lapar. Melihat kemiskinan sang anak, hati Alex terenyuh. Ia pun memberikan roti curiannya untuk anak itu.
Sang anak terkejut menerima roti utuh, air mata bahagia berlinang di pipinya. "Terima kasih Kakak baik hati!" katanya riang sambil melahap rotinya. Melihat senyum polos itu, amarah dendam di hati Alex sedikit mereda.
Ia pun memutuskan menyelinap kembali ke istana, mencuri sedikit uang dan perhiasan untuk dijual guna membeli makanan serta selimut tebal. Dengan bekal itu, ia kembali ke hutan tempat bersembunyinya.
Hari-hari berlalu. Alex mulai terbiasa dengan kehidupan di alam liar dan tubuh Li Mei. Ia berlatih bela diri dan mengasah kekuatan sihirnya agar bisa bertahan hidup. Suara misterius di kepalanya sesekali masih terdengar, memberi petunjuk jalan cerita atau kekuatan baru jika Alex kebingungan atau kesulitan.
Pada suatu hari, saat mencari kayu bakar di hutan, Alex menemukan sesosok makhluk aneh terluka parah di antara semak-semak. Makhluk itu berwujud campuran rubah dan manusia, ekornya yang berbulu keemasan penuh darah.
Melihat makhluk itu sekarat, hati Alex tergerak. Ia membalut luka sang makhluk dan merawatnya dengan tabib ala kadarnya selama beberapa hari sampai si rubah sembuh.
"Terima kasih, Nona Manusia. Namaku Yipao, aku salah satu Siluman Rubah. Kau menyelamatkan nyawaku, aku berhutang budi," kata sang Siluman dengan suara serak saat sadar.
Alex membalas ramah. Ia pun menceritakan perihal dirinya yang terperangkap di tubuh Li Mei dan misi balas dendam yang harus ia penuhi. Yipao mendengarkan dengan serius.
"Izinkan aku membantu misimu, Nona Alex. Aku tahu banyak rahasia istana dan punya banyak teman makhluk ajaib yang bisa diajak kerja sama," tawar Yipao. Alex setuju dan mereka pun bersahabat. Dengan bantuan kemampuan Yipao, perjuangan Alex mencari cara pulang sambil menuntaskan misi balas dendam Li Mei dimulai.
Suatu malam, Alex yang tengah tertidur pulas tiba-tiba terbangun karena cahaya terang dari arah barat hutan. Ia menyelinap mendekat dan melihat sosok tinggi besar dengan sayap putih bercahaya tengah bersimpuh lemas. Sosok itu tak sadarkan diri, pakaiannya compang-camping dan sayapnya penuh luka.
Alex mengenali makhluk itu sebagai malaikat dari buku dongeng masa kecilnya! Ia pun dengan hati-hati membawa sang malaikat yang terluka ke pondok kecilnya dan mengobati luka-lukanya.
Beberapa hari kemudian, sang malaikat siuman. "Terima kasih telah menyelamatkanku, gadis manusia..." ucapnya lemah.
"Namaku Alex," sahut Alex ramah. Ia pun menceritakan kisahnya pada sang malaikat bernama Mikael itu. Mikael mendengarkan dengan penuh rasa ingin tahu.
"Izinkan aku membantu misimu juga, Alex..." pinta Mikael. Alex mengiyakan dengan senang hati. Mereka bertiga; Alex, Yipao si Siluman Rubah, dan Mikael si Malaikat, berbagi informasi dan menyusun rencana pembalasan dendam pada musuh-musuh Li Mei.
Alex dan kedua teman barunya kini tinggal bersama di pondok kecil di tengah hutan. Setiap pagi, mereka berlatih bela diri dan mengasah kemampuan masing-masing. Yipao dengan lincah mempraktikkan jurus silat rubah. Mikael mempertontonkan teknik bertarung anggun khas malaikat. Sementara Alex menyempurnakan ilmu pedang warisan Li Mei. Mereka bertiga kian hari kian kuat dan mahir.
Pada suatu senja, ketika Alex sedang berlatih pedang sendirian di halaman pondok, tiba-tiba Yipao melesat masuk dengan tergopoh-gopoh.
"Ada berita penting!" seru Yipao. "Aku baru mendengar desas-desus bahwa Pangeran Mahkota akan mengunjungi kota besok. Inilah kesempatan kita!"
Mata Alex berkilat tajam. Inilah saatnya melancarkan serangan balas dendam pada sang Pangeran, salah satu orang yang bertanggung jawab atas penderitaan Li Mei di masa lalu.
"Kita harus bersiap," ujar Alex. Ia memanggil Mikael dan bersama-sama mereka menyusun rencana serangan keesokan harinya. Malam itu juga Alex tidak bisa tidur, hatinya dipenuhi rasa dendam dan amarah Li Mei yang membara.
Keesokan paginya, ketiganya berangkat menuju kota sebelum fajar menyingsing. Mereka menyamar dan berbaur dengan kerumunan warga yang memenuhi jalanan menyambut kedatangan sang Pangeran.
Tak lama kemudian, iring-iringan kuda putih mulai memasuki gerbang kota diiringi tabuhan genderang dan sorak sorai warga. Di atas kuda putih jenjang bagaikan seekor elang, Pangeran Mahkota duduk angkuh melambai-lambaikan tangan ke arah rakyat jelata.
Melihat seringai arogan di wajah sang Pangeran, amarah Alex makin membuncah. Ia memberi isyarat pada Yipao dan Mikael bahwa saatnya sudah tiba. Ketiganya segera melompat ke tengah jalan, menghadang iring-iringan kuda Pangeran.
Para pengawal berteriak marah dan mencabut pedang, tapi dalam sekejap, Yipao dan Mikael sudah menumbangkan mereka semua. Kini tinggal Pangeran Mahkota sendirian di atas kuda putihnya. Napas sang Pangeran menderu ketakutan menatap Alex yang berjalan perlahan mendekat dengan aura membunuh.
"Si-siapa kalian... Apa mau kalian?!" pekik sang Pangeran gemetar.
Alex menyeringai, matanya berkilat dendam. "Aku Li Mei, datang kembali dari kematian untuk membalaskan dendamku padamu."
Sang Pangeran membelalakkan mata tidak percaya. "Ti-tidak mungkin! Li Mei sudah lama mati!"
Alex mengacungkan pedangnya ke leher Pangeran. "Memang. Tapi jiwa balas dendamnya hidup kembali di dalam tubuh ini. Dan kini saatnya kau membayar semua penderitaan yang kaubuat dia rasakan!"
Dengan gerakan kilat, Alex menebaskan pedangnya. Pangeran memekik dan refleks melompat turun dari kuda putihnya yang juga ikut meringkik kaget. Alex kembali menyerang, tapi sang Pangeran dengan gesit menghindar. Mereka pun terlibat pertarungan sengit di tengah kerumunan massa yang ketakutan dan berhamburan melarikan diri.
"Dasar gadis sinting! Beraninya kau menyerangku!" raung Pangeran sambil terus menangkis tebasan demi tebasan pedang Alex. Namun kemampuan berpedang Alex jauh di atas sang Pangeran. Dalam waktu singkat Alex berhasil melukai bahu dan paha Pangeran. Darah segar mengucur dari luka-lukanya.
"Ukh, sialan!" umpat sang Pangeran. Ia mulai kewalahan.
Melihat sang Pangeran kepayahan, Alex menyeringai puas. Ia melancarkan jurus mematikan Li Mei yang baru diasahnya kemarin. Sebilah pedang halus melesat dan menggores leher Pangeran. Darah segar muncrat kemana-mana.
"Arrrgghhh!" Pangeran jatuh berlutut sambil memegangi lehernya.
Alex menodongkan ujung pedangnya ke dada sang Pangeran. Inilah saatnya, balas dendam Li Mei akan segera terwujud! Namun, tiba-tiba saja bayangan senyum polos anak kecil penerima roti waktu itu melintas di benak Alex. Amarah dendamnya sedikit mereda digantikan keraguan. Apakah pembunuhan ini benar-benar harus dilakukan demi tercapainya keadilan?
Keraguan sesaat tadi memberi kesempatan bagi sang Pangeran untuk melompat mundur dan melarikan diri sambil terseok-seok memegangi lehernya yang terluka.
"Jangan lari kau, pengecut!" raung Alex marah. Ia segera mengejar sang Pangeran yang sudah jauh berlari menuju istana.
Namun baru beberapa langkah, jalannya terhalang oleh puluhan prajurit bersenjata lengkap yang tiba-tiba muncul memenuhi jalan. Mereka dikerahkan Raja untuk melindungi Pangeran Mahkota.
"Itu Li Mei! Tangkap perempuan sinting itu!" komando sang Jenderal.
Para prajurit itu menyerbu maju. Alex bersiap bertarung meski jumlah lawan jauh lebih banyak. Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, bersiap menyambut gelombang serangan.
Namun tiba-tiba Yipao melesat maju dan berdiri melindungi di depan Alex. "Pergilah, biar kami yang mengurus mereka!" seru Yipao.
Disusul Mikael yang juga turun tangan. "Cepat kejar Pangeran sebelum terlambat! Kami akan menahan mereka!" tambah Mikael sambil menghentakkan sayapnya, menerbangkan puluhan prajurit hanya dengan satu kepakan.
Melihat kedua sahabatnya rela bertarung demi dirinya, Alex terharu. Ia pun mengangguk dan segera melompati atap rumah demi atap rumah, melesat mengejar sang Pangeran yang hampir mencapai gerbang istana.
Alex melompat dengan lincah di atas atap demi atap rumah penduduk, berusaha mengejar sang Pangeran yang sudah hampir mencapai istana. Sayup-sayup terdengar suara dentingan pedang dan teriakan dari arah Alex datang tadi, pertanda Yipao dan Mikael sedang sengit bertarung melawan pasukan istana.
Tak jauh di depan, Pangeran terhuyung-huyung berusaha berlari secepat mungkin menuju gerbang istana dengan darah segar terus mengucur dari luka di lehernya. Beberapa meter sebelum gerbang, tiba-tiba Alex melesat turun dari atap dan mendarat tepat di hadapan Pangeran, menghadang langkahnya.
"Mau ke mana kau?! Aku belum selesai denganmu!" desis Alex geram. Matanya menatap tajam bak elang mengunci mangsanya.
Pangeran mundur selangkah dengan wajah pucat pasi. "Menyingkirlah, perempuan sinting! Pengawalku akan segera datang!"
"Pengawalmu sedang disibukkan teman-temanku. Sekarang hanya ada kau dan aku!" Alex mengacungkan pedangnya.
Pangeran menelan ludah gugup. Ia memutar otak mencari cara meloloskan diri. Retakan tembok tua di sisi kirinya memberinya ide. Dengan sisa tenaga yang ada, Pangeran mendorong tembok itu hingga roboh menimpa Alex.
"Awaaas!" pekik Alex sambil melompat mundur menghindari reruntuhan tembok. Debu tebal berhamburan ke udara.
Pangeran segera memanfaatkan kelengahan itu untuk kabur. Namun baru beberapa langkah, ujung pedang Alex sudah menempel di tengkuknya. Rupanya sang putri petarung itu dengan gesit sudah menyusulnya.
"Kena kau!" desis Alex.
Keringat dingin membanjiri wajah pucat pangeran. Ia mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Ba-baiklah... kau menang. Lakukan apa pun sesukamu, asal jangan bunuh aku..."
Alex menyeringai puas. Akhirnya, inilah saatnya dendam Li Mei akan terbalaskan! Ia mengayunkan pedangnya, bersiap menebas leher sang Pangeran untuk membayar semua dosanya di masa lalu.
Namun lagi-lagi keraguan muncul menghantuinya. Apakah pembunuhan benar-benar jalan satu-satunya untuk mendapatkan keadilan dan kebebasan? Bukankah kebencian hanya akan melahirkan kebencian baru? Apakah inilah yang Li Mei inginkan?
Sementara batin Alex bergelut, tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki banyak orang mendekat. Rupanya para pengawal istana akhirnya tiba. Mereka pasti sudah berhasil menumbangkan Yipao dan Mikael!
"Itu Li Mei! Serang dia!" komando sang Jenderal begitu melihat sosok Alex.
Puluhan prajurit itu menyerbu maju mengepung Alex dengan pedang dan tombak teracung. Situasi berbalik genting bagi sang putri petarung. Ia kini terkepung sendirian oleh musuh yang jauh lebih banyak.
Tanpa pikir panjang Alex segera meraih tubuh Pangeran dan menempelkan ujung pedangnya ke leher sang Putra Mahkota.
"Mundur! Atau leher Pangeran kalian ini putus!" ancam Alex.
Para prajurit kontan menghentikan langkah. Sang Jenderal menggeram marah tetapi tidak berani gegabah, nyawa Pangeran taruhannya. Ia memberi isyarat pasukannya untuk menurunkan senjata.
"Lepaskan Pangeran sekarang juga!" bentak Jenderal.
Alex menggeleng tegas. "Suruh prajuritmu mundur dulu! Aku akan membawa Pangeran pergi!"
Sang Jenderal menggeretakkan gigi menahan amarah, tapi ia terpaksa menurut. Satu per satu prajurit itu mulai mundur menjauh. Begitu merasa aman, Alex pun mulai berjalan perlahan menjauhi gerombolan prajurit sambil terus menodongkan pedangnya ke leher Pangeran.
Tetapi baru beberapa langkah, tiba-tiba terdengar suara desingan panah melesat ke arahnya. Alex sigap menangkisnya dengan pedang, tapi selang beberapa detik kemudian puluhan anak panah sudah melesat dari segala arah.
Rupanya beberapa prajurit istana yang mundur tadi adalah pemanah elit. Mereka kini memenuhi atap rumah dan menghujani Alex dengan hujan panah dari posisi yang lebih tinggi.
Alex berusaha sekuat tenaga menangkis laju panah yang bagai hujan badai itu, tapi jumlahnya terlalu banyak. Seekor panah akhirnya menembus bahunya, membuat Alex mengerang kesakitan dan lengah. Para prajurit di tanah pun menyerbu maju menyerangnya.
Dalam sekejap Alex sudah terkepung puluhan pedang dan tombak dari segala penjuru. Ia tidak mungkin bisa melawan sendirian. Apalagi bahunya kini berdarah-darah terkena panah. Tenaganya mulai menipis.
Ini adalah akhir jalan bagiku, batin Alex pasrah. Setidaknya aku sudah berusaha sekuat tenaga membalaskan dendam Li Mei...
Saat pasukan istana hendak menangkapnya, tiba-tiba terdengar suara raungan harimau menggelegar. Sosok harimau raksasa menerjang masuk ke kerumunan prajurit, diikuti seekor rubah oranye besar dan sesosok pria tinggi berbadan kekar dengan sayap putih lebar di punggungnya.
Itu pasti Yipao, Mikael, dan... harimau siapa? pikir Alex bingung.
Sang harimau liar mengamuk membabi-buta, menerkam dan mencakar para prajurit malang yang berusaha melarikan diri ketakutan. Sementara Yipao melompat gesit menerkam leher prajurit yang lengah, juga merobohkan pemanah-pemanah di atap dengan ekornya yang kuat.
Mikael terbang rendah sambil menghempaskan sayapnya, menerbangkan prajurit-prajurit seperti boneka kain ringan. Ketiganya beraksi bak tim kerja sama sempurna, dengan cepat menumbangkan seluruh pasukan istana hanya dalam hitungan menit, menyisakan sang Jenderal yang gemetar ketakutan seorang diri.
"A-ampuni aku..." rintih Jenderal sambil bersujud di hadapan keempat makhluk mengerikan itu. Si harimau mengaum garang, membuat sang Jenderal pingsan seketika.
Yipao dan Mikael segera menghampiri Alex yang bersandar lemah memegangi bahunya yang berlumuran darah.
"Kau tidak apa-apa, Alex?" tanya Mikael khawatir.
Alex menggeleng lemah. "Aku baik-baik saja, terima kasih telah menyelamatkanku..."
Yipao mendekati harimau besar yang mulai berubah wujud menjadi sesosok pemuda gagah berotot. "Ini Xiong, sahabat baikku. Dia datang membantu begitu dengar kita kesulitan," jelas Yipao.
Sang pemuda jelmaan harimau itu tersenyum lebar penuh rasa bangga. Alex balas tersenyum dan mengucap terima kasih. Xiong hanya mengangguk singkat dengan wajah memerah malu-malu.
"Luka di bahumu cukup parah, Alex. Kita harus segera mengobatinya," ujar Mikael cemas.
Alex hendak mengiyakan ketika matanya menangkap sosok Pangeran yang tengah merangkak mencoba melarikan diri di tengah kekacauan.
"Tunggu! Jangan lepaskan Pangeran dulu!" seru Alex. Ia masih belum selesai dengan urusannya.
Dengan langkah terseok Alex menghampiri sang Pangeran dan menodongkan pedangnya. "Kita belum selesai!"
Apa yang akan Alex lakukan pada Pangeran? Apakah ia tetap berniat membalaskan dendam Li Mei atau tidak? Penasaran kelanjutannya?
Sang Pangeran gemetar ketakutan saat Alex kembali menodongkan pedangnya.
"Ja-jangan bunuh aku... kumohon..." pinta sang Putra Mahkota dengan suara gemetar.
Alex mendengus jijik. "Setelah semua penderitaan yang kauakibatkan pada Li Mei, sekarang kau memohon pengampunan? Menjijikkan!"
"A-aku benar-benar menyesal... tolong maafkan aku..." air mata mengalir di pipi pucat Pangeran.
Namun Alex sudah dibutakan amarah. Ia mengayunkan pedangnya, bersiap menghabisi nyawa Pangeran untuk selamanya.
Tiba-tiba bayangan senyum polos bocah penerima roti muncul lagi dalam benaknya, menyadarkan Alex. Tangannya yang memegang pedang bergetar hebat, bimbang antara dendam dan ampunan.
Melihat keraguan itu, dengan sisa tenaga yang ada Pangeran bangkit dan melarikan diri secepat kilat. Alex sudah kehabisan tenaga untuk mengejarnya akibat luka tusuk panah di bahunya. Ia hanya bisa mengumpat pelan melihat Pangeran lolos.
"Sudahlah Alex, biarkan saja dia pergi. Lukamu harus segera diobati," bujuk Mikael lembut.
Alex pun menurut. Ia membiarkan ketiga sahabat setianya itu membopong tubuhnya yang lunglai kembali ke pondok di tengah hutan. Xiong dengan cekatan membersihkan dan mengobati luka tusuk di bahu Alex. Untungnya panah itu tidak merusak organ dalam.
Keesokan malamnya, saat ketiganya tengah terlelap, Alex dikejutkan oleh suara rintihan dan isak tangis dari luar pondok. Meski masih pincang, ia memaksakan diri bangun dan perlahan melangkah keluar untuk memeriksa sumber suara.
Betapa terkejutnya Alex saat mendapati sosok Pangeran duduk bersimpuh dengan tubuh dipenuhi lebam di depan pondok. Pakaiannya compang-camping seperti habis disiksa. Air mata membasahi pipinya yang memar.
"Ke-kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Alex heran bercampur waspada.
Pangeran mendongak menatap Alex. "To-tolong... lindungi aku... mereka ingin membunuhku..." pintanya lirih di sela isak tangis pilu.
Melihat penampilan mengenaskan Pangeran, amarah dendam Alex sirna digantikan iba. Ia membantu sang Putra Mahkota berdiri dan membawanya masuk ke dalam pondok, membaringkannya di dipan bambu miliknya sendiri.
"Istirahatlah. Kau aman di sini," ucap Alex seraya menyelimuti tubuh Pangeran yang gemetar ketakutan. Sang Pangeran langsung jatuh tertidur lelap karena kelelahan. Alex hanya bisa memandanginya dengan perasaan campur aduk.
Keesokan paginya saat terbangun, sikap Pangeran sudah berubah 180 derajat. Ia banyak tertawa dan bercanda seolah telah berteman akrab bertahun-tahun dengan Alex dan yang lainnya. Sangat berbeda dengan sosok angkuh yang dibencinya itu.
"Maafkan kelakuanku selama ini, Lady Alex..." ujar Pangeran tulus sambil menatap Alex. "Sebenarnya aku memiliki kepribadian ganda. Saat siang aku berkelakuan buruk karena pengaruh ayahku, tapi begitu tengah malam tiba, aku kembali jadi diriku yang sesungguhnya."
Alex tertegun mendengar penuturan itu. Jadi inikah sisi lain Pangeran yang sebenarnya? Batinnya bertanya-tanya. Apakah dendamku selama ini salah sasaran?
"Bolehkah aku tinggal di sini bersama kalian? Aku takut keluargaku di istana..." pinta Pangeran memelas.
Melihat ketulusan di wajah rupawan sang Putra Mahkota, hati Alex luluh. Ia pun mengizinkannya tinggal bersama mereka. Mikael dan yang lainnya awalnya curiga, tapi lambat laun mereka akrab dengan Pangeran yang ramah itu.
Malam itu saat bulan purnama bersinar terang, Pangeran mengajak Alex jalan-jalan di tepi danau tak jauh dari pondok mereka. Sang Putra Mahkota nampak gugup sepanjang perjalanan. Sesampainya di danau, ia menggenggam lembut tangan Alex.
"Lady Alex... sejak tinggal bersamamu, aku sadar satu hal..." ucap Pangeran dengan pipi merona. "Aku... aku mencintaimu..."
Jantung Alex berdebar kencang mendengar pernyataan cinta Pangeran. Tanpa sadar wajahnya ikut memerah. Selama ini ia terlalu sibuk membenci sosok angkuh sang Putra Mahkota hingga lupa Pangeran juga memiliki sisi lembut yang menawan hati.
Ketika Alex tenggelam dalam pergolakan batin, tiba-tiba ingatan akan senyuman polos sang bocah penerima roti kembali melintas. Entah mengapa bayangan itu selalu muncul setiap kali keraguan menghampirinya.
Alex memejamkan mata sejenak dan menarik napas dalam-dalam. Akhirnya ia tahu apa yang harus dilakukan. Inilah saatnya memaafkan dan membuka lembaran baru tanpa dendam. Demi masa depan yang lebih cerah bagi semua.
Alex menatap mata Pangeran dalam-dalam dan tersenyum lembut. "Pangeran, aku... juga mencintaimu..."
Sang Putra Mahkota terbelalak bahagia. Ia langsung memeluk erat tubuh mungil Alex. "Terima kasih, My Lady... kau telah memberiku kesempatan..." bisik Pangeran haru.
Alex membalas pelukannya erat. Perasaan hangat dan bahagia membuncah di dadanya, menyapu sisa-sisa dendam yang tersisa.
Keesokan paginya saat matahari terbit, Alex dan Pangeran kembali ke pondok dengan bergandengan tangan, disambut pekikan girang Yipao, Mikael dan Xiong yang turut bahagia atas jalinan cinta di antara mereka berdua.
"Selamat ya!" ujar Mikael tulus sambil memeluk bahu Alex.
"Terima kasih, Mikael..." sahut Alex tersenyum lebar. Ia bahagia bisa membuka lembaran baru tanpa dendam bersama orang-orang tersayang ini.
Tak lama kemudian terdengar suara keriuhan dari arah desa. Rupanya rombongan prajurit istana dipimpin Raja datang mengepung pondok mereka. Sang Raja nampak murka besar begitu melihat putranya bergandengan tangan dengan Alex.
"Beraninya kau menculik dan menodai putra mahkota!" raung Baginda marah bukan kepalang. Ia memerintahkan pengawalnya menangkap Alex.
Namun dengan sigap Pangeran segera melompat maju melindungi Alex dari sergapan pengawal istana. "Jangan sakiti Lady Alex!" serunya tegas.
Raja terperanjat kaget melihat putranya melindungi musuh bebuyutannya itu. "Minggir kau, Nak! Gadis itu berbahaya!"
"Tidak, Ayahanda... dialah pendamping hidupku..." tegas Pangeran. "Izinkan kami bersama..."
Mendengar penuturan putranya, amarah Raja langsung padam seketika. Digantikan senyuman haru melihat ketegasan di mata sang Putra Mahkota.
Hanya saja belum sempat Raja menyatakan persetujuannya, tiba-tiba raut wajah Pangeran berubah. Seringai kejam khas sosok angkuhnya kembali tersungging di wajah rupawannya.
Ia mendorong tubuh Alex menjauh hingga tersungkur. "Hahaha bodoh sekali kau percaya aku mencintaimu!" ejek Pangeran sambil tertawa mengejek.
Alex membelalakkan mata tidak percaya. Rupanya sosok asli arogan Pangeran hanya berpura-pura jadi baik selama ini demi mendapatkan kepercayaannya.
"Tangkap gadis itu! Akan kujadikan selir pribadiku!" perintah Pangeran angkuh.
Para pengawal segera menerjang dan menangkap Alex yang masih terpaku shock. Yipao, Mikael dan Xiong berusaha melawan tapi kalah jumlah. Mereka ikut ditangkap dan dimasukkan ke penjara bawah tanah istana.
Alex merasa sangat terkhianati. Hatinya hancur berkeping-keping. Rupanya takdir tetap memaksanya menerima pahitnya dendam Li Mei sampai akhir. Ia pasrah digelandang masuk ke dalam istana, menantikan nasib buruk apa lagi yang akan menimpanya sebagai selir Pangeran...
"Kau... pengkhianat kejam!" maki Alex pada Pangeran dengan air mata berlinang.
"Lepaskan aku! Kau sudah membohongi dan mempermainkan perasaanku! Dasar laki-laki brengsek! Kau akan menerima balasan setimpal suatu hari nanti!"
Pangeran hanya menyeringai jahat menanggapi umpatan demi umpatan yang dilontarkan Alex padanya.
"Berteriaklah sepuasmu, Sayang... sebentar lagi kau akan jadi mainanku yang patuh," kekeh sang Putra Mahkota.
Ia lalu memerintahkan pengawalnya, "Bawa gadis itu ke kamarku sekarang juga!"
"Tidak! Lepaskan aku! Dasar bajingan!" Alex memberontak sekuat tenaga dari cekalan para pengawal yang menyeretnya. Namun sia-sia, tenaganya tak sebanding dengan laki-laki kekar itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!