Alea gadis 25 tahun yang akhirnya kembali pulang kerumahnya, setelah lama pergi. Alea gadis cantik yang berprofesi sebagai seorang Dokter. sudah lebih dari 5 tahun tidak pulang kerumahnya.
Bukan tanpa alasan kenapa Alea tidak pulang kerumahnya. Alea tidak pernah mendapatkan keadilan di rumahnya. Alea harus menerima perlakuan tidak adil dari wanita yang membesarkannya. Membesarkannya namun tidak melahirkannya.
Monica Sanders. Adalah seorang wanita yang memiliki wajah yang sangar, sangat bengis dan begitu tegas. Monica Sanders yang menikah dengan Delon Sanders. Delon Sanders adalah ayah Alea. Ibu Alea meninggal saat usianya 3 tahun, setelah kepergian ibunya sang ayah memutuskan untuk menikah.
Dari hasil pernikahan itu mereka di karunia seorang putri yang bernama Livia Sanders. Monica sebagai ibu tiri tidak bisa adil antara anak kandungnya dengan anak bawaan dari suaminya. Sejak kecil Alea selalu mendapatkan perlakuan buruk, selalu di salahkan dan tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Monica dan bahkan Delon sang papah sering membela istrinya.
Hubungan Alea dan adiknya perempuannya yang terpaut 3 tahun. Tidak ada masalah. Mereka adik yang saling menyayanginya. Namun karena pilih kasih orang tuanya yang sangat berlebihan membuat hubungan mereka terkadang tenggang.
Selalu di bandingkan dengan adiknya membuat Alea tidak merasa adil dan jika Livia yang berbuat salah. Maka Alea yang di salahkan. Dan selalu mendapatkan hukuman. Baik dari Monika maupun dari Sanders ayah kandungnya sendiri. Hal itu membuat Alea tumbuh menjadi orang wanita yang sangat pembenci dan berusaha mendapatkan cinta kasih dari orang lain dan makanya dia ikut-ikutan merusak hubungan Brian dan Naomi.
Setelah lulus SMA Alea pindah ke Jerman. Bisa di katakan melarikan diri dari keluarga. Tapi tidak juga. Alea melanjutkan pendidikannya di Jerman dan mengambil jurusan kedokteran. Dan Alea lulus menjadi seorang Dokter dan sudah menjadi Dokter di Jerman dan juga di Jakarta. Di rumah sakit terbesar. Namun Alea mendapatkan masalah yang membuatnya harus di pecat dari rumah sakit tersebut.
Taulah kenapa hal itu terjadi yang belum tau silahkan di baca Brian Sang Pemain.
Setelah 5 tahun Alea akhirnya kembali ke rumahnya. Alea kembali kerumahnya bukan atas keinginannya, melainkan Alea di perintahkan Delon Sandres dan akhirnya Alea kembali dengan terpaksa.
***********
Mobi Alea berhenti di depan rumah mewah seperti istana Kerajaan Inggris.
"Aku harus kembali lagi ke rumah ini dan kau akan kembali hidup dalam Neraka. Tidak ada kebebasan dan akan di atur terus. Aku tidak akan bisa menjadi Alea yang di takuti. Namun ketika di rumah ini. Aku akan menjadi Alea yang lemah dan selalu mengangguk dan mengatakan iya dan tidak akan bisa menjadi diri sendiri," bayinya dengan melihat rumahnya itu.
Dia sudah begitu lelah dan pasti tidak sanggup jika harus kembali kerumah itu. Semua itu bukan tanpa alasan tapi semua harus di jalaninya.
Tok-tok-tok-tok pintu mobil itu di ketuk yang Ternyata yang mengetuknya adalah salah satu Bodyguard di rumah itu dan Alea menghela napasnya perlahan kedepan. Dengan keyakinan yang penuh Alea langsung membuka pintu mobil tersebut.
"Silahkan Nona. Nona sudah di tunggu!" ucap Bodyguard tersebut.
"Baiklah," sahut Alea yang langsung pergi dengan melewati Bodyguard tersebut Alea langsung memasukinya rumah mewah.
***********
Di ruang tamu ada Monica, Sanders dan juga ada Livia. Melihat Alea membuat Livia tersenyum dan berdiri dari tempat duduknya.
"Kak Alea!" ucap Livia gadis cantik yang rambutnya di gerai dan memakaikan dres biru yang sangat anggun yang langsung memeluk Alea yang seperti sangat merindukan Alea.
"Kakak apa kabar. Livia sangat merindukan kakak," ucap Livia dengan melepas pelukan itu dari tatapan matanya sangat tulus begitu merindukan sang kakak.
"Aku baik-baik saja," jawab Alea yang tersenyum tipis.
"Kakak tambah cantik!" puji Livia memegang pipi Alea.
"Kamu juga," sahut Alea datar.
"Jika tidak di cari. Kamu tidak akan tau jalan pulang!" suara datar itu mulai terdengar tidak enak.
Suara siapa lagi. Jika bukan Delon Sanders yang masih duduk di sofa, menatap dirinya seolah marah padanyanya dan wanita yang duduk di sampingnya terlihat sinis melihatnya yang siapa lagi. Jika bukan Monica ibu tirinya.
"Ayo kak Alea. Sapa mama dan papa!" Livia memegang tangan Alea dan mengajak Alea mendekati Delon Sanders dan juga Monica. Alea pun menyalam dua orang itu dengan bergantian.
"Duduklah!" titah Sanders setelah Alea selesai bersalaman dan Alea menurut saja. Jika harus di perintahkan untuk duduk
"Papa tidak tau harus marah-marah sama kamu, atau mengurung kamu di kamar dengan perbuatan kamu yang kelewat batas. Kamu sudah cukup untuk main-main selama 5 tahun di luaran sana," ucap Sanders dengan tegas.
"Aku tidak main-main pah. Aku belajar dan aku sudah lulus menjadi seorang Dokter," tegas Alea yang meralat tanggapan orang tuanya yang mengatainya main-main.
"Kebiasaan kamu yang tidak pernah hilang. Papa kamu masih bicara Alea. Jadi jangan di potong," sambung Monica sinis.
"Mau kamu menjadi Dokter atau tidak. Itu bukan kebanggaan bagi papa," sahut Sanders.
Deg.
Bagaimana tidak sakit hati, tidak terluka dengan apa yang di katakan Sanders. Kuliah capek-capek di Luar Negri. Sudah menjadi Dokter dirumah sakit terkenal dan tidak membanggakan kata Sandres. Jadi bagaimana dia tidak sakit hati. Namun harus di tahannya dengan menghela napasnya atas perkataan kata ayahnya itu yang memang sering menyakiti hatinya.
"Kamu baru akan membanggakan jika kamu membantu Perusahaan dan kamu ingat tidak ada menyuruhmu untuk kuliah di kedokteran dan papa juga tidak pernah setuju akan hal itu,"lanjut Sandres dengan suara rendahnya.
"Tidak pernah mengikuti aturan selalu menyimpang. Kamu seharusnya belajar dari Livia yang banyak membantu Perusahaan dan tidak membantu Perusahaan orang lain," sambung Monica yang membandingkan Livia dengan Alea.
"Mah!" tegur Livia yang kurang setuju dengan ucapan mamanya.
"Sudahlah papa tidak mau bicara panjang lebar. Papa hanya ingin mengatakan kepada kamu untuk pernikahan kamu dengan Galang!" sahut Sandres yang langsung bicara to the point tanpa ada basa-basi dan mengejutkan Alea.
"Papa akan menikahkan aku dengan Galang?" tanya Alea dengan wajah kagetnya.
"Jangan sok kaget seperti itu. Kamu seharusnya bersyukur, meski sudah membuat susah keluarga. Kamu itu masih di carikan calon suami. Kamu lihat usia kamu. Kamu itu seharusnya menikah bukan melakukan hal tidak jelas menjadi apalah itu yang sangat tidak berkepentingan di rumah sakit. Kalau sakit juga kamu itu butuh Dokter. Jadi jangan bangga dengan gelar kamu itu," sinis Monica dengan kata-kata kasarnya.
"Mama sudahlah," tegur Livia lagi.
"Kak Alea bukannya seharusnya kakak bahagia. Kak Galang itu sahabat kakak sejak dulu dan kakak bukannya sangat menyukainya," ucap Livia dengan tersenyum yang sepertinya Pria yang bernama Galang itu bukan pria asing di keluarga mereka dan Alea juga mengenalnya.
"Hanya ini yang bisa kamu lakukan dan paling tidak berguna lah sedikit untuk pernikahan ini," sahut Monica sinis.
"Jangan membuat ulah lagi dan protes apa-apa. Kamu sudah mengenal Galang dan keluarga Galang setuju pernikahan ini. Jadi bersiaplah untuk pernikahan ini," ucap Sandres yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi tanpa banyak bicara.
Bersambung
Di Novel kali ini saya menyatukan Alvian yang dewasa dan juga kisah Alea dengan cerita yang menarik. Buat para readers yang mengikuti novel saya akan mengerti. Jadi jangan lupa untuk di like, vote dan subscribe dan pasti komentar untuk menerima masukan dari kalian semuanya.
Bisa baca Brian Sang Pemain Doctors.untuk melihat Alea sebelumnya dan Alvian saat kecil di Novel Terpaksa Menikahi Dia Yang Telah Hamil. Terima kasih para readers.
"Hanya membuat susah saja dan melakukan hal yang tidak berguna selama bertahun-tahun. Apa tidak capek di marahi terus," sindir Monica yang langsung berdiri dan langsung pergi dari tempat tersebut.
Alea menghela napasnya yang terbiasa dengan kata-kata itu. Sakit sudah pasti dan dia akan menjadi sangat lemah ketika berada di rumahnya. Dia bukan Alea yang garang di luaran.
"Kak Alea. Kakak sebentar lagi akan menikah. Livia ikut senang melihat kakak dan kak Galang akan menikah," ucap Livia dengan tersenyum. Alea hanya tersenyum tipis mendengar tanggapan Livia kepada-nya.
"Kak Alea. Ayo kekamar kakak. Livia tadi sudah bersihkan kamar kakak dan kakak harus ceritakan pada Livia bagaimana pengalaman kakak selama ini selama kuliah di Luar Negri dan Livia sangat senang dengan kakak yang menjadi seorang Dokter, kakak sangat hebat," ucap Livia yang memang terlihat sangat mendukung Alea dan bahkan menjadi satu-satunya yang sangat menyukai Alea menjadi Dokter. Tanggapan Livia sangat positif berbeda dengan Sandres dan juga Monica.
"Ayo kak. Kekamar kakak!" ajak Livia lagi.
"Iya," jawab Alea dengan singkat. Livia tersenyum dan mengajak Alea untuk pergi.
***********
Alea hari ini bertemu dengan Galang. Galang adalah pria yang di kenalnya yang juga sahabatnya sejak dulu. Galang bertamu kerumah itu dan langsung bertemu dengan Alea dengan mereka yang mengobrol di taman sembari ke-2 berjalan.
"Selamat untuk gelar kamu!" ucap Galang.
"Makasih!" sahut Alea.
"Aku tidak percaya. Jika kamu selama di Luar Negri kuliah dengan baik dan sudah menjadi seorang Dokter. Kamu seorang Dokter dan aku bangga sama kamu," ucap Galang dengan tersenyum.
"Makasih Galang, aku juga bangga sama kamu. kamu juga menjadi seorang pengusaha yang sukses," sahut Alea.
"Iya, semua tidak terasa. Kita semakin dewasa dan punya cita-cita yang pelan-pelan kita raih," sahut Galang.
Alea hanya menganggukkan kepalanya, "Hmmmm, kamu tau tentang pernikahan kita?" tanya Alea.
"Bukannya karena itu. Makanya kamu harus pulang dan jelas aku tau," jawab Galang.
"Kamu tidak masalah?" tanya Alea.
"Kamu menyukaiku bukan? Lalu kenapa itu menjadi masalah dalam pernikahan kita dan kita juga sudah saling mengenal satu sama lain," jawab Galang dengan singkat dan santai.
"Lalu bagaimana dengan kamu? Apa kamu menyukaiku?" tanya Alea dengan menghadap Galang dan menunggu jawaban dari Galang.
"Apa penting sebuah ucapan dari menyukai apa tidak?" tanya Galang.
"Kita akan menikah dan aku rasa pernikahan adalah jawaban dari pertanyaan kamu," lanjut Galang tanpa menjawab pasti.
"Kamu ragu?" tanya Galang melihat Alea yang diam.
"Tidak. Aku hanya tidak ingin salah langkah dan ingin merugikan siapa-siapa dengan pernikahan ini," jawab Alea.
"Jangan berpikir terlalu jauh Alea. Kita akan menikah dan aku akan tinggal di rumah kamu bersama kamu," ucap Galang.
Alea mengkerutkan dahinya mendengar pernyataan Galang.
"Tinggal di sini?" tanya Alea.
Galang menganggukan kepalanya, "kenapa apa itu hal yang salah?" tanya Galang.
"Tidak. Bukannya ketika menikah. Kebanyakan wanita akan ikut bersama suaminya dan bukan sebaliknya," ucap Alea menurut sepengetahuannya.
"Aku juga ingin mandiri. Namun ini permintaan keluargamu dan aku hanya mengikuti," jawab Galang.
"Aku pikir setelah menikah, aku bisa keluar dari rumah ini kembali. Tapi ternyata Galang justru tinggal di sini dan aku tetap saja akan terus menjadi Alea yang merasa hidup di neraka," batin Alea.
"Kamu kenapa Alea." tanya Galang yang melihat Alea bengong.
"Oh tidak apa-apa," jawab Alea.
"Kamu keberatan. Jika setelah menikah kita tinggal bersama keluargamu?" tanya Galang.
"Tidak kok. Aku tidak keberatan," jawab Alea bohong.
"Alea, kita juga tinggal di rumah kamu hanya akan sementara. Karena kita juga harus mandiri dan punya rumah sendiri," ucap Galang.
"Iya aku tau itu," ucap Alea yang membuat Galang tersenyum.
"Ya sudah ayo jalan lagi!" titah Galang mempersilahkan Alea. Alea mengangguk kepalanya dan berjalan terlebih dahulu.
"Tidak apa-apa Alea. Yang penting kamu punya Galang dan walau tetap tinggal di rumah ini. Paling tidak ada yang melindungi dan benar kata Damian, aku masih punya kehidupan yang indah di depan sana dan aku berharap pernikahan ku akan membawa kebahagiaan dan kenormalan hidupku," batin Alea yang terus berharap dengan semua kehidupanya yang di jalaninya.
*********
Mobil mewah berhenti di depan rumah yang mewah juga yang sangat pengemudi langsung keluar dari mobil mewah tersebut.
Pria tampan yang bertubuh kotak-kotak dengan berkulit putih itu langsung memasuki rumah mewah itu.
Pria itu langsung menuju kamarnya dan tiba di kamarnya dia langsung melonggarkan dasinya lalu membukanya. Pria itu juga langsung berdiri di depan cermin dengan membuka pakaiannya. Membuka kancing kemejanya 1 persatu dan mengambil pakaian ganti dari dalam lemarinya.
Pria berkulit putih itu itu kembali berdiri di depan cermin yang memerhatikan dirinya dan melihat bekas kemerahan di bagian lehernya.
"Wanita itu benar-benar. Dia sangat ganas dan seperti seorang pemain, padahal dia bahkan tidak pernah melakukannya," gumamnya dengan menyunggingkan senyumnya saat melihat tanda kemerahan itu.
"Alvian!" tiba-tiba suara itu membuat Alvian kaget dan langsung memakai pakaiannya menutupi bekas itu.
"Mama," sahut Alvian dengan menelan salivanya yang gugup.
"Kamu kapan pulang, tiba-tiba sudah ada di kamar saja dan tidak tau masuk dari mana?" tanya Adara dengan menatap intens putranya itu.
"Kemarin aku baru pulang dari Amerika dan tadi tidak ada orang di bawah," jawab Alvian gugup.
"Kemarin pulang. Lalu kenapa baru ada di rumah ini hari ini?" tanya Adara dengan alisnya yang terangkat menatap selidik putranya itu.
"Oh itu, Alvian, Alvian tidur di tempat mama Shandra," jawab Alvian dengan wajahnya terpaksa bohong.
"Oh begitu. Jadi kamu kerumah mama Shandra terlebih dahulu. Ya sudah mama hanya bertanya," ucap Adara yang terlihat kecewa dengan jawaban Alvian.
Adara juga langsung pergi. Alvian memejamkan matanya yang tau salah bicara dan langsung menghampiri Adara dengan memeluk Adara dari belakang.
"Mama marah dengan Alvian yang pulang terlebih dahulu kerumah mama Shandra dari pada kerumah mama?" tanya Alvian yang menduga-duga.
"Mama tidak marah," jawab Adara.
"Tapi dari wajah mama terlihat mama sangat marah," ucap Alvian dengan lembut.
"Mama tidak marah kamu harus kemana terlebih dahulu. Mama dan mama Shandra sama-sama ibu kamu. Tapi mama tidak tau apa yang putra mama ini lakukan sampai tidak sempat menelpon mama, mengabari jika dia sudah pulang," jawab Adara
"Maaf mah, Alvian janji tidak melakukan hal itu lagi," ucap Alvian yang merasa bersalah.
"Tidak apa-apa. Mama tidak apa-apa sama sekali," ucap Adara terlihat kecewa.
"Bagaimana mama mengatakan tidak marah sama sekali dan tidak apa-apa. Wajah mama saja terlihat sangat jelas dan terlihat ngambek. Alvian jad merasa bersalah. Jika mama seperti ini," Icao Alvian.
Adara menghela napasnya dan melihat ke arah Alvian. Adara menghadap Alvian dengan memegang pipi Alvian.
"Mama tidak marah lagi. Tapi lain kali jangan seperti itu," ucap Adara pada Alvian.
"Alvian janji tidak akan seperti itu lagi. Jadi mama jangan marah lagi ya," ucap Alvian. Adara menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah mama mau buatkan kamu makan dulu, nanti kamu turun ya," ucap Adara memegang pipi putranya itu.
Bersambung
"Itu pasti mah, aku sangat ingin mencoba masakan mama. Aku sudah lama sekali tidak memakannya. Makanan di Amerika sangat tidak enak dan tidak cocok di lidahku. Jadi masakan mama yang paling the beat," ucap Alvian dengan memuji namanya supaya mood sang mama kembali.
"Kamu jangan terus memuji mama," sahut Adara.
"Itu bukan sebuah pujian. Tapi itu adalah kenyataan," sahut Alvian.
"Ya sudah Alvian, mama siapkan dulu makan untuk kamu. Kamu mandilah dan langsung turun ke bawah," ucap Adara.
Alvian menganggukkan kepalanya.
"Iya mah," jawab Alvian dan Adara langsung keluar dari kamar putranya itu.
"Seharusnya aku tidak bohong pada mama dengan aku yang mengatakan berada di tempat mama Shandra. Padahal aku tidak pulang ke rumah mama Shandra. Aku menginap di hotel tadi malam. Pasti mama sangat kecewa denganku dan jangan apalagi jika tau aku bohongkan," ucap Alvian yang berdecak kesal dengan mengehela napasnya.
"Wanita itu!" Alvian mendengus dengan kasar dan kembali melihat dirinya di cermin dan mengingat wajah wanita bersamanya malam itu.
Alvian terbayang dengan dirinya dan Alea yang bermain panas malam itu. Meski dalam pengaruh obat dari rekan bisnisnya yang membuat dirinya tidak bisa mengendalikan dirinya. Namun Alvian masih sadar dengan apa yang di lakukannya. Dia masih bisa merasakan malam itu yang penuh dengan kenikmatan dan panas itu.
Apa lagi melihat banyak tanda di lehernya yang pasti mana mungkin Alvian melupakannya. Jika dia saja mendapatkan kenang-kenangan dari wanita. Lalu bagaimana dengan wanita itu, Pasti lebih banyak lagi Karya yang di dapatkannya. Mengingat hal itu membuat Alvian mendengus kasar dan mengambil kemejanya yang sebelumnya di atas tempat tidur.
Alvian mengambil sesuatu dari sakunya. 1 ikat uang pecahan 100 ribu yang di nominalnya 10 juta.
"Berani sekali dia membayarku dengan nilai 10 juta. Apa menurutnya aku semurah itu. Jika malam itu kau begitu membuatku terkesan. Aku yang seharusnya yang membayar mu 100 kali lipat," desisi Alvian.
"Siapa namamu?" tanya Alvian saat dirinya mengakhiri permainan dan masih berada di atas tubuh wanita yang bersamanya. Permainan panas mereka yang berakhir dengan Alvian dan Alea yang di penuhi dengan keringat.
"Alea!" jawab Alea dengan napasnya yang putus-putus dan begitu sangat lelah.
"Alea. Namanya cukup bagus. Apa kita bisa bertemu kembali," desis Alvian yang sepertinya punya keinginan untuk bertemu Alea kembali.
*************
Akhirnya Alvian menuruni anak tangga dan menghampiri mamanya yang menghidangkan makanan untuknya.
"Aromanya sangat nikmat. Aku sudah tidak sabar untuk memakannya," puji Alvian yang langsung duduk dengan mengendus setiap jenis makanan yang di siapkan sang mama.
"Maka dari itu kamu harus makan yang banyak," ucap Adara yang menyendokkan nasi kedalam piring Alvian.
"Itu pasti mah. Masakan mama itu sangat enak dan belum lagi mama itu sangat cepat memasak nya. Mama itu chef yang handal," puji Alvian.
"Yang chef handal itu papa kamu dan mama adalah muridnya," sahut Adara dengan merendah diri.
"Tapi sekarang murid papa. Jauh lebih pintar," puji Alvian yang terus menerus.
"Kamu itu terus saja memuji mama. Nanti mama besar kepala. Mending sekarang kamu itu makan dan kamu mau makan lauk apa?" tanya Adara.
"Hmmmm, semuanya. Karena tidak akan ada satupun masakan mama tidak akan aku makan. Jadi aku ingin memakan semuanya," jawab Alvian.
"Iya-iya asal aja habis," ucap Adara dengan geleng-geleng yang langsung menyiapkan makanan untuk anak kesayangannya itu.
"Ini kamu makan yang banyak dan ingat, harus habi," ucap Adara.
"Itu pasti mama. Mama itu jangan khawatir," sahut Alvian yang mulai makan.
Adara tersenyum melihat putranya yang sangat lahap makan dan Adara hanya duduk di depan Alvian yang menunggui Alvian makan.
"Mama tidak makan?" tanya Alvian
"Melihat kamu makan, sudah membuat mama sangat kenyang," jawab Adara.
"Mama itu bisa saja dengan melihat ku langsung kenyang," sahut Alvian sembari mengunyah makanannya.
"Oh iya mah aku tidak lihat papa dan Fisya. Di mana dia?" tanya Alvian.
"Papa kamu lagi temani adik kamu ke Mall. Kamu harus maklum aja, adik kamu yang manja itu menagih janjinya pada papa kamu," jawab Adara.
"Janji apa itu?" tanya Alvian dengan alisnya yang terangkat.
"Menang lomba berenang. Dan papa kamu menjanjikannya hadiah sepatu dan langsung menagih dan makanya mereka ke Mall," jawab Adara.
"Lalu apa mama tidak akan memberiku hadiah?" tanya Alvian.
"Kamu menang berenang juga?" tanya Adara.
"Menang di mana di kolam renang atau di laut?" tanya Adara.
"Bagaimana mau menang di laut. Air laut itu saja sangat mengerikan," jawab Alvian menggedikkan bahunya.
"Iya-iya mama bercanda. Kamu itu sangat takut dengan laut," sahut Adara.
"Lalu apa yang kamu menangkan?" tanya Adara yang masih menunggu jawaban putranya.
"Memang tender perusahaan mah," jawab Alvian.
"Benarkah?" tanya Adara dengan alisnya yang terangkat.
"Iya. Bagaimana apa mama bangga?" tanya Alvian.
"Mama sangat bangga dan kamu ingin hadiah apa?" tanya Adara.
"Mama harus memasakkan ku setiap hari seperti ini," jawab Alvian dengan singkat.
"Hanya itu?" tanya Adara dengan alisnya yang terangkat.
"Iya hanya itu saja," jawab Alvian.
"Kalau hanya itu mama pasti akan melakukannya," jawab Adara yang membuat Alvian tersenyum.
"Mama aku pulang," sahu Fisya dengan suara cemprengnya yang ternyata baru pulang dan langsing berteriak dengan hebohnya.
"Ihhhhhh ada kak Alvian! Kakak sudah pulang," sahut Fisya yang begitu terkejut dan langsung memeluk Alvian dari belakang dengan menciumi pipi Alvian yang kelihatan merindukan kakaknya itu.
"Fisya kamu apa-apaan sih, jangan seperti ini," Alvian benar-benar risih dengan Fisya yang menguasai Alvian sampai mengganggu makan Alvian. Adara dan Arhan hanya geleng-geleng melihat kakak dan adik itu.
"Namanya Fisya itu kangen tau," ucap Fisya dengan manja yang memeluk gemes kakaknya itu.
"Kakak akan mati tidak bernapas dengan kelakukan kamu seperti ini. Kamu minggir dulu Fisya!" tegas Alvian.
"Isssss!" kesal Fisya yang akhirnya melepas pelukannya dari Alvian dan Fisya yang berdiri tegak di samping Alvian.
Alvian menghela napasnya yang benar-benar baru selesai bernapas karena ulah Fisya.
"Kamu baru pulang Alvin," sahut Arhan
"Iya pah," sahut Alvian yang mencium punggung tangan arhan sementara wajah Fisya masih terlihat ngambek gara-gara Alvian memarahinya tidak memarahi hanya menegurnya saja.
"Percuma pulang, tidak rindu pada adiknya, baru di peluk aja sudah seperti kesetanan," oceh Fisya dengan wajah merengutnya. Alvian menghela napas dan langsung berdiri dari tempat duduknya dengan menghadap Fisya.
Alvian membuka kedua tangannya untuk memberikan ruang untuk memeluk adiknya.
"Tidak mau di peluk?" tanya Alvian dengan menaikkan alisnya dan Fisya tersenyum yang langsung memeluk Alvian yang membuat Adara dan Arhan tersenyum.
"Hmmmm, Fisya kangen tau sama kakak. Jadi jangan pergi-pergi lagi," ucap Fisya dengan suara manjanya.
"Kakak juga kangen sama kamu Fisya," sahut Alvian yang memeluk adiknya itu dengan erat. Fisya melonggarkan pelukannya dan mengangkat kepalanya melihat ke arah Alvian
"Kakak kangen sama Fisya?" tanya Fisya memastikan.
"Menurut kamu apa kakak tidak kangen sama kamu?" tanya Alvian.
"Kakak memang pasti kangen sama Fisya dan tidak mungkin tidak," jawab Fisya dengan tersenyum yang kembali memeluk Alvian
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!