Tok….
Tok…..
Tok…..
"Ya sebentar," jawab seorang wanita beranjak dari ruang tengah untuk membuka pintu karena ada tamu yang datang.
"Mama buka pintu dulu sayang," elusnya pada putrinya yang berumur 4 tahun.
Anak perempuan itu mengangguk dan wanita dewasa itu membuka pintu. Namun saat pintu di buka, wanita itu berteriak terkejut saat melihat tubuh suaminya bersimbah dengan darah.
"Mas….!!"
Wanita itu merengkuh tubuh suaminya yang telah terbujur kaku dengan darah yang memenuhi tubuh.
Wanita itu menangis histeris. Namun tangisan itu tak berlangsung lama karena sebuah pistol tiba-tiba berada tepat di depannya, siap peluru menembus isi kepalanya.
Wanita itu mendongak, melihat seseorang yang menodongkan pistol ke arahnya. Pria tersebut menggunakan penutup wajah, membuat wanita itu tidak mengenali siapa pria itu dan seperti apa wajahnya.
"Sia….pa___?"
Door…
Satu peluru melesat menembus isi kepala wanita itu dan membuatnya langsung mati, ambruk di atas tubuh suaminya.
Pria yang membunuh itu hanya menatap dingin dan setelah itu masuk bersama dengan rekan-rekannya.
Di ruang tengah, anak perempuan yang mendengar langkah kaki mendekat langsung bertanya, "Siapa ma?"
Tidak ada jawaban, membuat anak kecil itu turun dari kursi dan menyusul. Namun saat beberapa langkah, langkah kaki kecil itu langsung berhenti saat melihat beberapa orang asing berdiri di hadapannya.
"Siapa?"
Beberapa pria itu tidak menjawab dan malah menodongkan pistolnya tepat di depan anak perempuan tersebut. Perlahan jari itu menarik pelatuk dan menembak.
Door….
Satu peluru melesat dan menembus kepala anak kecil itu dan membuatnya langsung mati seketika.
Tampa berbelas kasih para pria yang tidak di ketahui siapa mereka dan dari mana asalnya membunuh satu keluarga dengan keji. Meraka menggeledah seluruh ruangan mencari sesuatu yang di carinya. Namun hasilnya nihil, mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan sesuatu itu.
.
.
Di dalam taksi seorang pemuda tersenyum senang, tak sabar untuk bertemu dengan keluarganya. Di tangannya terdapat sebuah boneka yang akan di berikan kepada keponakan cantiknya.
"Om yakin kamu pasti akan suka." Gumamnya masih dengan senyum manis di bibirnya.
Taksi pun telah sampai di depan rumah. Pemuda itu turun dan tak lupa membayar ongkos taksinya. Langkahnya terus mengayun, matanya melihat ke arah rumah dengan keningnya berkerut. Kenapa sepi? Itulah pertanyaan yang ada di benaknya.
Saat berada di teras, perlahan tangannya membuka gagang pintu. Namun matanya menatap sesuatu yang aneh di lantai, darah? Kenapa ada ada darah? Darah siapa ini?
Entah kenapa jantungnya berdetak tak karuan, perasaannya sangat tidak enak. Berbagai pikiran yang tidak-tidak berputar di kepalanya.
Ckleek…
Saat pintu di buka, boneka yang di bawanya langsung terjatuh di lantai, tubuhnya bergetar dengan hebat saat matanya melihat sesuatu yang sangat mengerikan di sana.
Perlahan kaki itu melangkah dengan gemetar dan ambruk tepat di depan dua orang yang tergeletak di lantai dengan keadaan mati mengenaskan.
"Kak, apa yang terjadi? Bangun kak! Kenapa seperti ini! Siapa yang melakukannya?"
Pemuda itu mengguncang tubuh kakak nya dan kakak iparnya yang telah mati dengan darah yang memenuhi tubuh. Namun usahanya sia-sia, keduanya tidak bergeming membuat pemuda itu meraung dan menangis histeris, tahu jika mereka telah mati.
Pikiran nya teringat dengan gadis kecil kesayangannya, dan dengan cepat dia mencari keberadaan gadis kecil itu. Namun saat menemukannya, betapa tak berdayanya dia melihat tubuh kecil itu juga tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir menggenang di lantai.
Di gapainya tubuh kecil itu dan peluknya dengan erat.
"Princess, bangun sayang. Apa yang terjadi dengan mu? Kenapa seperti ini, kenapa seperti ini?"
Pemuda itu terus memeluk sambil berderai air mata. Sesekali memberikan kecupan di wajah mungil yang di penuhi oleh darah.
.
.
Setelah memakamkan ketiga keluarganya, pemuda yang semula selalu menunjukan senyum manisnya kini berubah dingin. Sorot matanya dipenuhi dengan dendam. Siapa sebenarnya pelaku yang membunuh keluarganya.
Pemuda itu kembali di kediaman kakaknya berada, berdiri di sebuah cermin, menatap pantulan wajahnya disana dan mengusapnya dengan kasar.
Bayang-bayang keluarganya yang penuh dengan kebahagiaan melintas di pikirannya dan sedetik kemudian muncul bayang-bayang kematian mereka yang mengerikan.
Pyaar….
Kaca itu pecah karena di pukulnya dengan kuat, membuat kaca itu berserakan di lantai.
Aaaaa……. !!
Jerit pemuda itu masih tidak menerima kenyataan yang terjadi. Keluarganya mati dan kini hanya tinggal dirinya yang tersisa.
"Akan ku cari sampai ujung dunia. Siapapun itu tak akan ku biarkan kalian hidup dengan senang setelah membunuh keluarga ku,"
Gumam pemuda itu dengan dendam membara. Walaupun dia belum mengetahui siapa pelakunya, pemuda itu yakin suatu saat pasti akan menemukannya, hanya perlu bersabar saja untuk membalaskan dendam kepada sang pelaku.
Pemuda itu berjalan masuk dalam kamar sang kakak. Terlihat kamar itu sangat berantakan, seperti pernah di geledah. Pemuda itu duduk di ranjang dan termenung. Cukup lama berada di sana, matanya menangkap sesuatu silau cahaya dari bawah meja. Pemuda itu melangkah dan mengambil sesuatu itu dan ternyata sebuah kalung berbentuk hati yang dapat di buka.
Pemuda itu membuka bandul dari kalung tersebut, keningnya berkerut saat melihat di dalamnya ada sebuah memori kecil, entah memori apa itu pemuda itu tidak terlalu memperdulikan. Mungkin memori biasa yang di gunakan kakaknya untuk menyimpan foto kenangan-kenangan masa lalu.
Pemuda itu berencana akan meninggalkan tempat itu, tempat yang menjadi kenangan menyakitkan. Butuh waktu untuknya menenangkan diri
.
.
.
Jay Abimanyu, seorang pemuda yang memiliki paras tampan. Berusia 28 tahun. Postur tubuh tinggi, tegap dan berotot. Hidup bersama dengan kakak satu-satunya setelah kedua orang tuanya meninggal. Jay Abimanyu adalah seorang pemuda yang pandai bertarung dan juga menembak.
Pekerjaan sebelumnya adalah menjadi seorang perampok besar, ikut dalam sebuah kelompok besar yang menjalani pekerjaan di dunia gelap. Kadang kalinya dirinya juga harus terlibat mencari uang dengan menjadi pengawal saat mengirim barang terlarang seperti narkoba ke bandar besar. Entah kematian kakaknya karena ada sangkut pautnya dengan pekerjaan sebelumnya atau tidak Jay belum mengetahui.
Jay kini berencana menjauhi pekerjaan itu dan akan mencari pekerjaan yang lebih layak. Walaupun harus menjadi seorang sopir menurutnya tidak masalah.
Saat dirinya sampai di kota besar, Jay turun dari bis, melihat ramainya kota yang akan menjadi tempat dirinya hidup dan mencari uang. Namun baru saja sampai di kota itu sebuah mobil datang dan terlihat beberapa orang berpakaian hitam rapi turun menghampirinya. Jay yang tidak tahu siapa mereka tentu saja memberontak saat mereka membawa paksa dirinya masuk dalam mobil mewah tersebut.
"Hei, lepaskan aku! Siapa kalian! Kenapa kalian membawa ku!"
"Tuan muda, lebih baik anda menurut dan ikut kami kembali. Tuan besar dan nyonya besar sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja."
"Aku bukan tuan muda kalian. Lepaskan aku!"
Walaupun Jay menjelaskan bahwa dirinya bukan tuan muda mereka, tetap saja mereka tidak mau mendengar dan tetap membawa mereka ke suatu tempat.
.
.
Bersambung
Jay kini sampai di rumah sakit, bingung kenapa orang-orang itu memaksanya datang ke rumah sakit ini. Jay sebenarnya mampu melawan mereka semuanya, hanya saja melihat sikap baik mereka yakin bahwa mereka adalah orang yang baik dan akhirnya ingin tahu apa yang membuat mereka membawa paksa tanpa mau mendengar penjelasannya.
"Silahkan tuan muda,"
Jay berjalan dulu dengan di ikuti oleh orang berpakaian hitam itu, menyusuri rumah sakit menuju tempat dimana ruang perawatan tuan besar dan nyonya besar mereka berada.
"Silahkan,"
Seorang pengawal itu membukakan pintu untuk tuan mudanya masuk di dalam ruangan kamar rawat itu, yang di yakini Jay pasti tuan besar para pengawal itu.
Jay menghela nafas dengan kasar dan melangkah masuk. Beberapa orang yang ada di dalam mendengar pintu di buka langsung menoleh melihat ke arah pintu. Di lihatnya seorang pemuda yang di yakini adalah anggota keluarga mereka, putra dari tuan besar dan nyonya besar keluarga Bramata, Chris Jay Bramata.
Keluarga Bramata yang melihat kedatangan Jay yang menurut mereka Chris tentu saja senang. Namun tidak dengan beberapa orang di antara mereka, mereka seakan tidak percaya jika yang berdiri di depan mereka adalah Chris. Bukankah Chris sudah mati? Pikir mereka dalam hati.
"Kamu sudah datang? Bibi senang melihat mu telah kembali. Ayo, bibi akan membawa mu menemui mama dan papa mu. Ku harap kamu tegar dengan kejadian ini Chris."
Seorang wanita baya datang menghampiri dan membawa Chris mendekat ke ranjang tuan besar dan nyonya besar yang saat ini sedang berbaring lemah dengan tubuh yang memprihatinkan.
Jay diam saja, bingung dengan semua yang terjadi. Sebenarnya apa ini dan siapa mereka? Pertanyaan demi pertanyaan melintas di benaknya tentang keluarga yang sangat tidak di kenalnya.
Jay hanya menatap dua orang yang berbaring di ranjang dengan alat-alat yang menempel di tubuh. Bibi Eroura yang melihat Jay diam berpikir Jay pasti syok dan sampai tidak bisa berkata-kata melihat keduanya orang tuanya yang berbujur di atas ranjang pasien.
Bibi Eroura mengelus bahu itu dengan lembut, memberikan kekuatan untuk pemuda yang tak lain adalah keponakannya.
Bibi tahu kamu pasti syok dengan apa yang terjadi kepada orang tua mu. Bibi pun sama. Saat mendengar kabar kakak dan kakak ipar mengalami kecelakaan, bibi seakan tidak percaya apalagi saat melihat keadaannya yang seperti ini." Ucap Bibi Eroura dengan sedih. "Mereka mengalami koma. Tidak tahu kapan mereka akan sadar. Bibi harap secepatnya mereka berdua sadar dan dapat berkumpul kembali dengan kita."
Jay tetap diam karena dirinya bingung harus menanggapi bagaimana. Dirinya bukan anggota keluarga mereka. Mereka hanya salah membawa orang. Dirinya bukan Chris melainkan Jay dari kota kecil yang jauh dari kota yang saat ini dirinya berada.
Jay sebenarnya bertanya-tanya bagaimana bisa mereka salah membawa orang, mungkinkah wajah mereka sama sehingga mereka menganggap dirinya Chris? Tapi bagaimana bisa wajahnya sama. Seperti tidak mungkin dan masuk akal. Mungkinkah benar juga yabg di katakan banyak orang, bahwa kita memiliki kembar tujuh di dunia dan sekarang terbukti keluarga Bramata menganggap bahwa dirinya bagian dari keluarga itu.
Jay tidak ingin memanfaatkan keadaan, ingin menjelaskan semuanya. Namun saat melihat beberapa mata yang menurutnya aneh, ia mengurungkan niat. Keluarga ini seperti nya keluarga yang rumit, apalagi saat melihat tatapan tidak suka dari beberapa orang yang seperti hendak menelannya hidup-hidup.
"Ada apa dengan tatapan itu?" Gumamnya dalam hati membalas tatapan yang mengisyaratkan tanda tidak suka akan kehadirannya.
Malam semakin larut, satu persatu anggota keluarga kembali hanya tinggal Bibi Eroura dan Om Dave yang masih tinggal di sana. Namun karena pagi sekali ada sesuatu yang harus di lakukan mereka tidak bisa menemani Jay disana.
"Maafkan Bibi dan Om tidak bisa menemani mu disini. Apakah tidak masalah jika Bibi dan Om pulang?"
"Tidak masalah," jawab Jay pendek membuat dua orang itu saling pandang. Entah kenapa sikap Jay hari ini sedikit aneh, tidak seramah seperti biasanya. Bahkan pemuda yang mereka anggap keponakannya ini lebih irit bicara dan sedikit dingin dan datar. Mungkin karena kejadian yang menimpa kedua orang tuanya membuatnya merubah seperti ini.
Bibi Eroura dan Om Dave memakluminya karena tahu Chris pasti sedang terpukul dengan kejadian yang menimpa keluarganya dan hanya bisa tersenyum dan mengelus bahu pemuda itu dengan lembut.
"Bibi pamit dulu. Jika kamu perlu sesuatu kamu bisa panggil mereka," ucap Bibi Eroura menunjuk pada pengawal yang berjaga.
Jay hanya mengangguk saja dan setelah itu suami istri itu pergi meninggalkan Jay sendiri.
"Hah, apa-apaan ini?" Gumamnya dengan keadaan yang di alami hari ini.
Jay menatap dua orang yang berbaring di ranjang pasien, mendekat dan menatap lekat wajah dua orang itu. Malang sekali nasib dua orang itu, seperti nasibnya yang buruk karena harus kehilangan keluarga tercintanya.
Sejak kejadian dimana dirinya dianggap sebagai Chris putra dari seorang pengusaha besar di kota tersebut, kini Jay berubah menjadi Chris. Sebenarnya dia tidak ingin melakukan hal ini, tapi saat mengingat tuhan bisa melakukan segala hal kepada setiap hambanya, pasti ini jalan yang harus di pilih untuk kebaikannya. Maka dari itu Jay akan menjalaninya, menjadikan dirinya sebagai Chris sampai Chris asli kembali pada keluarga aslinya.
Beberapa hari kemudian, kini Jay benar-benar resmi menjadi Chris, menjadi tuan muda dari keluarga Bramata. Jay sedang berdiri di depan cermin besar di kamar Chris, menatap dirinya di pantulan cermin itu. Berbeda, sangat berbeda. Jika sebelumnya dirinya terlihat berantakan dan tidak sekalipun rapi, kini dirinya menjadi lebih rapi dan terlihat keren apalagi saat mengenakan pakaian dan jas mahal rancangan Desainer ternama.
Namun satu yang tidak berubah, mimik wajahnya, tetap saja datar dan dingin seperti sebelumnya.
Bersambung
Jai keluar dari kamar, menuruni tangga dan menuju ruang makan untuk sarapan pagi.
Seorang pelayan pria menarik kursi, mempersilahkan tuan mudanya untuk duduk dan setelah itu melayaninya dengan baik, mengambilkan sarapan untuknya.
"Silahkan Tuan Muda," Jay hanya menanggapi dengan mengangguk dan menikmati sarapan pagi nya.
Setelah selesai Tuan mudanya sarapan, pria tua yang tak lain kepala pelayan di rumah tersebut membuka suara, menyampaikan pesan dari Dave, paman Chris.
"Tuan Muda, Tuan Dave menghubungi saya untuk meminta anda menunggu seseorang."
Jai menoleh dengan kening berkerut, menatap pria tua yang menjadi kepala pelayan di rumah. "Siapa?" Tanyanya.
"Saya tidak tahu, Tuan muda." Jawabnya jujur.
"Baiklah,"
Jay mengelap mulutnya dengan tisu setelah itu beranjak, menunggu seseorang yang di maksud oleh Om Dave.
Beberapa menit kemudian, seorang pria muda datang menghampirinya, membungkukkan tubuhnya sedikit memberi hormat karena tahu dirinya berbuat salah, membuat Tuan barunya menunggu lama.
"Maaf membuat anda menunggu lama, Tuan muda,"
"Hm, siapa nama mu?" Tanyanya tanpa basa-basi karena tidak mengenal pemuda yang usianya di bawah dirinya.
"Nama saya Zack, Tuan muda," Jawab Zack masih dengan sikap sopan. Entah kenapa dia merasa tuannya ini berbeda, tidak seperti yang di katakan Tuan Dave sebelumnya, ramah dan baik. Tapi sebaliknya datar, dingin dan menakutkan.
"Baiklah, kita berangkat sekarang." Zack mengangguk dan mengikuti langkah Jay keluar, begitupun dengan kepala pelayan yang bernama Pak Dafi, mengantarkan tuan mudanya sampai di depan.
Zack membukakan pintu, mempersilahkan tuan mudanya masuk, begitupun dengan Zack sendiri. Sedangkan Pak Dafi membungkukkan badan, "Hati-hati di jalan Tuan muda." Jay hanya mengangguk dan setelah itu mobil melaju meninggalkan kediaman keluarga Bramata.
Baru saja Jay pergi, sebuah mobil mewah datang, membuat Pak Dafi yang hendak masuk menghentikan langkahnya, menunggu siapa tamu yang datang pagi-pagi seperti ini.
Saat melihat siapa yang datang, Pak Dafi langsung memberi hormat, ternyata orang tersebut adalah Kakak dari Tuan besarnya.
"Selamat pagi Tuan Fargeo," sapa Pak Dafi sopan.
Hm, jawabnya melangkah masuk walaupun belum di perintahkan untuk masuk, seolah dirinya adalah tuan rumah kediaman. "Apa Chris ada?"
"Tuan muda baru saja keluar bersama Tuan Zack, Tuan,"
Fargeo yang mendengar nama Zack langsung berbalik menatap Pak Dafi. Bertanya-tanya kenapa Zack bisa bersama dengan Chris. Bukankah Zack adalah asisten Dave, kenapa sekarang bersama dengan Chris. Ada apa sebenarnya. Apa yang terlewat darinya.
"Apa dia pergi ke perusahaan?"
"Benar Tuan,"
Fargeo yang mendengar tanpa berkata lagi langsung pergi dari kediaman Bratama dengan mimik wajah yang tidak enak di pandang. Pak Dafi yang melihat hanya diam dan setelah itu mengeluarkan ponselnya, mengirim pesan kepada seseorang.
Ting….
Bunyi pesan masuk. Seseorang yang menerima pesan tersebut membacanya dan sedetik kemudian senyum tersungging di bibirnya.
Jay yang melihat senyum Zack mengerutkan kening. Ada apa dengan pemuda itu? Namun Jay tidak memperdulikan, ia sibuk dengan pemikirannya, menjadi Tuan muda dadakan dari keluarga Bramata yang salah menganggap dirinya anggota keluarga.
Hah, Jay menghela nafas membuat Zack yang berada di depan langsung menoleh. Ada apa dengan Tuan mudanya, apakah ada sesuatu yang di pikirkan.
"Apa anda baik-baik saja Tuan muda?"
Hm….
.
.
.
Di lain tempat Fargeo mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
Tut….Tut….
Panggilan pun tersambung dan tak lama seseorang itu pun mengangkat panggilannya.
"Ada apa? Tumben kamu menghubungi ku,"
"Bajingan sialan! Apa yang kau lakukan sebenarnya? Kenapa mengurus satu orang saja kau tidak becus. Bukankah aku sudah meminta mu untuk membunuh nya, tapi kenapa kau malah membiarkan nya hidup,"
Pria yang ada di seberang telepon menjauhkan ponselnya mendengar makian dan kemarahan seseorang yang sangat di kenalnya.
"Apa maksud mu, aku sungguh tidak mengerti," jawab orang tersebut tidak mengerti maksud kemarahan dari Fargeo.
"Bukankah aku sudah meminta mu untuk membunuh Chris saat dia kembali, tapi kenapa kau melepaskan nya, membiarkan dia kembali ke kediaman Bratama dengan keadaan sehat tidak terluka sedikitpun," jelas Fargeo dengan nafas memburu karena marah.
Seseorang yang disana mengerutkan kening saat mendengar penjelasan Fargeo, bahwa Chris masih hidup. Apa yang terjadi, bukankah dia sudah membunuhnya saat itu? Sangat jelas di ingatannya bahwa saat itu dia membunuh dengan tangannya sendiri.
"Apa kau mengada-ngada? Sudah jelas waktu itu aku sudah membunuhnya, bagaimana bisa kau mengatakan pemuda itu masih hidup,"
"Tapi itu kenyataannya," bantah Fargeo karena yang di ketahuinya Chris masih hidup.
"Aku tidak percaya dengan mu. Waktu itu dengan tangan ku sendiri aku membunuhnya. Aku menembak tepat di dadanya. Bagaimana bisa kau mengatakan dia masih hidup,"
"Terserah kalau kau tidak percaya, aku sudah mengatakan apa yang seharusnya sudah aku katakan. Intinya aku ingin dia mati,"
Fargeo memutus panggilan, memijit keningnya, terasa pusing. Bagaimana caranya menyingkirkan Chris secepatnya.
Bagaimana pun caranya secepatnya dirinya harus segera menyingkirkan Chris dan menguasai semua milik Bramata sebelum kakaknya yang sedang koma sadarkan diri.
.
.
Di tempat Bramata Company, Jay keluar dari mobil menatap bangunan tinggi besar menjulang yang ada di depannya. Tatapannya masih datar, namun dalam hati bertanya-tanya benarkah ini perusahaan milik keluarga Bratama, sungguh sangat besar.
"Silahkan tuan muda,"
Tanpa menjawab, Jay melangkah masuk. Di depan ada beberapa orang yang menyambutnya, yakin mereka adalah karyawan Bramata Company.
"Selamat datang Tuan Chris,"
Sapa mereka semua kompak sambil menundukkan kepala, menyambut kedatangan pemimpin baru perusahaan tempat mereka bekerja.
Jay hanya mengangguk, melewati semuanya. Semua orang yang melihat kepergian bos baru mereka saling pandang. Benarkah itu bos baru mereka? Tapi kenapa memiliki mimik wajah yang datar dan dingin. Bukankah rumornya Putra dari Tuan Simon Bramata sangat ramah, tapi kenapa sepertinya tidak.
"Sudah, jangan pikirkan. Rumor memang tidaklah benar. Lebih baik kita bekerja dengan sungguh-sungguh jangan sampai membuat bos yang sepertinya kejam itu memecat kita,"
Semuanya mengangguk dan melakukan pekerjaan masing-masing. Sedangkan di ruangan CEO, Jay melihat sekeliling. Menelisik ruangan yang akan menjadi tempat dirinya menghabiskan waktu untuk bekerja.
"Apakah anda suka dengan interior ruangan ini tuan muda? Jika anda tidak suka saya bisa meminta seseorang untuk mengubahnya,"
"Tidak perlu," Jay duduk di kursi kebesarannya dan setelah itu meminta Zack untuk menjelaskan dan mengajari semuanya tentang perusahaan.
Cukup lama Zack menjelaskan satu persatu, Jay akhirnya paham. Ternyata Zack memang pemuda yang bisa di andalkan.
"Jika ada yang tidak anda pahami, anda bisa memanggil saya tuan muda,"
"Hm, pergilah,"
"Baik tuan muda," Jawab Zack dan pergi dari ruangan tersebut meninggalkan Tuan mudanya sendirian.
Setelah kepergian Zack, Jay memikirkan sesuatu. Dirinya tidak boleh hanya seperti ini. Bagaimanapun caranya harus mencari seseorang yang benar-benar dapat di percaya untuk menjadi bawahan pribadinya. Tidak Zack maupun yang lainnya, karena tahu Zack menganggap dirinya adalah Chris bukan Jay Abimanyu.
.
.
.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!