Braaakkkkkk
Yiesha yang sedang beristirahat di kamarnya terbangun saat Davinka menendang pintu kamarnya dengan sangat keras.
"Enak banget ya hidupnya, bisa santai seperti ini. Memangnya kamu nyonya di rumah ini hah!! Cepat bangun dan siapkan cemilan dan minuman. Teman-teman aku datang. Ingat, jangan berbuat ulah," ucap Davinka memperingatkan.
Sejujurnya Yiesha masih merasakan lemas di tubuhnya, semalam Yiesha membereskan rumah hingga hampir tengah malam, kekacauan yang di buat ibu tirinya akibat acara arisan harus dibereskan oleh Yiesha.
Setelah ayah kandung Yiesha meninggal karena sakit, ibu dan saudaranya tirinya Davinka sering memperlakukan Yiesha dengan semena-mena. Seluruh pekerjaan rumah tangga dipikul seluruhnya oleh Yiesha seorang, belum lagi Yiesha harus bekerja demi memenuhi kebutuhan rumah tangga padahal ayah Yiesha meninggalkan uang pensiun yang jumlahnya lebih dari cukup.
Sayangnya ibu dan saudara tirinya tidak menganggap Yiesha sebagai bagian dari keluarga. Status Yiesha tak ubahnya seperti pembantu. Terkadang Yiesha tak diberi makan dengan layak, nasi putih dan lauk telur ceplok atau dadar sudah hal yang mewah bagi Yiesha.
Usai menyiapkan beberapa camilan yang masih tersedia dan sirup sebagai minumanya, Yiesha mengantarkannya ke ruang tengah untuk temen-temen Davinka yang datang.
Tatapan mencemooh selalu di terima olehnya karena penampilannya yang lusuh. Belum lagi baju tak layak pakai yang digunakan oleh Yiesha lebih pantas dijadikan kain lap karena sudah bekel dan banyak jahitan.
"Aaahhhhh," pekik seseorang.
Tak sengaja tangan Yiesha menyenggol gelas dan menyebabkan minumannya tumpah dan mengotori baju teman Davinka.
"Kurang ajar, apa Lo ga pernah bisa berhati-hati. Bajuku jadi kotor seperti ini, apa kamu sanggup ganti," bentak Bella dengan mata melotot.
"Ma-maaf, aku tidak sengaja. Sekali lagi maaf, akan aku bantu bersihkan," ucap Yiesha dengan bibir bergetar.
Plaaakkkk
Bella menangkis tangan Yiesha yang hendak mengelap bajunya dengan kain lap yang dia bawa.
"Apa-apaan kamu!!! Ini kain kotor, yang ada bajuku semakin kotor. Kamu jual diri saja belum tentu bisa menggantikannya," hina Bella.
Kata-katanya sangat merendahkan Yiesha, tak sekalipun teman-teman Davinka menghargainya. Terkadang mereka justru ikut menyiksa Yiesha setiap kali ada kesempatan.
"Aaaaahhhkkkk, sakit Ka. Ampun!!" pekik Yiesha kesakitan, Davinka menarik rambutnya dan menyeretnya ke halaman belakang.
Kepala Yiesha langsung pusing dan pening seakan-akan kulit kepalanya terlepas. Teman-teman Davinka justru puas menertawakannya, sama sekali tak memiliki rasa iba maupun peduli.
Bbyyyuuurrrr
Seketika seluruh baju Yiesha basah karena disiram seember air bekas pel oleh Davinka. Tidak hanya basah, kotor dan bau cairan pembersih lantai dirasakan oleh Yiesha.
"Itu hukuman buat kamu yang sudah bikin temanku marah Yiesha. Ini belum ada apa-apa. Tunggu setelah temanku pulang akan aku berikan hukuman yang sesungguhnya!!!" Hardik Davinka dengan puas.
Lelehan air mata tak kuasa dibendung oleh Yiesha, adik tiri yang dulu dia bawa dan lindungi ternyata telah berubah. Davinka kecil selalu di bully oleh teman-temannya disekolah karena tidak memiliki ayah. Merasa kasihan Yiesha sering menolong Davinka dan membawanya ke rumah.
Hingga akhirnya Yiesha meminta sang ayah untuk menikah dengan ibu Davinka agar memiliki keluarga yang lengkap. Ibu Davinka berbuat baik kepada Yiesha untuk menarik perhatian ayah Yiesha dan mau menikah dengannya.
Yiesha pada akhirnya merasakan kebahagian dalam bentuk keluarga yang lengkap. Meskipun ibu tirinya sering kali lebih memanjakan Davinka dibanding dirinya. Yiesha masih menganggapnya wajar, bahkan saat sang ayah lebih membela Davinka. Yang terpenting kebahagiaan sang ayah yang sudah mendapatkan pendamping hidup dan melupakan kesedihannya atas kehilangan ibu kandung Yiesha.
.
.
Yiesha lebih memilih menghabiskan waktu liburnya dengan beristirahat di dalam kamar. Apalagi untuk urusan membersikan rumah dan memasak sudah dikerjakan sejak pagi. Keberadaan teman-teman Davinka membuatnya malas keluar, setelah membersihkan diri Yiesha berdiam dikamarnya.
Namun perutnya tak dapat berkompromi, sejak pagi hanya diisi oleh sebungkus roti dan teh tawar nyatanya tidak mampu menahan lapar hingga sore. Setelah memastikan teman -teman Davinka sudah pulang, barulah Yiesha keluar dari kamarnya.
"Bu, bolehkah Yiesha minta makan? Yiesha lapar Bu, pekerjaan rumah juga semuanya sudah beres," pinta Yiesha sambil menundukkan kepalanya.
Belva, ibu tiri Yiesha sedang bersantai sambil menonton acara di televisi merasa terganggu dengan kedatangan Yiesha.
"Bu.. bu. Sudah saya bilang berulang kali saya bukan ibu kamu. Panggil saya Nyonya!! Lagi pula ayah kamu sudah mati, kenapa sih tidak ikut mati saja!!" Seru Belva tanpa memperdulikan perasaan Yiesha.
Deg
Seperti sebuah pisau tertancap, hatinya begitu sakit mendengar ucapan sang ibu tiri. Yiesha hanya bisa menahan tangisnya di pelupuk mata, Yiesha tak menyangka Belva akan mengeluarkan kata-kata seperti itu.
"Maaf Nyonya," ucapnya dengan lirih.
Jika bukan karena pesan almarhum ayahnya sebelum meninggal, sudah sangat lama Yiesha pergi dari rumah itu. Ayahnya menginginkan Yiesha menjaga Belva dan Davinka hingga akhir hidupnya dan tidak melupakan jasa Belva yang sudah bersedia merawat ayahnya dan Yiesha selama ini.
"Sekali lagi saya mendengar kamu memanggil saya dengan sebutan selain Nyonya, kamu akan menerima hukuman. Kamu hanya boleh makan nasi putih dan sayur saja. Ikan dan ayam yang di atas meja tidak boleh kamu ambil, itu untuk Davinka. Nasinya tidak boleh lebih dari tiga centong. Minumnya juga air putih, bukan teh manis, kopi atau susu. Kamu paham???" Seru Belva, kedua tangannya dilipat di depan dadanya dan memperlihatkan sikap angkuh nya
"Baik nyonya, terima kasih," ucapnya dengan sendu.
Yiesha tak banyak protes, masih bersyukur bisa mendapatkan makan. Apapun yang diberikan oleh Belva, Yiesha selalu menerimanya denga ikhlas. Padahal Yiesha juga bekerja dan menghasilkan uang, terlebih dia juga yang membersihkan dan membereskan pekerjaan rumah. Sungguh apa yang di terima Yiesha tidak sebanding dengan apa yang sudah dia korbankan.
.
.
.
Dengan langkah yang terburu-buru, Lesya menuju ke ruang kerja Brata, paman kandungnya. Kali ini perbuatan Brata tak bisa di maafkan.
Tok
Tok
Tok
Dengan cukup kuat, Lesya mengetuk pintunya. Emosi yang dia tahan selama ini harus dia luapkan saat ini juga. Karena tak kunjung dibukakan pintu akhirnya Lesya memilih untuk menendang pintu tersebut hingga terbuka.
Braaakkkkk
Kedua orang yang terdapat didalan ruang terkejut saat pintu tiba -tiba terbuka. Buru-buru mereka merapikan pakaian mereka yang terbuka. Lesya yang melihat hal tersebut tak bisa menyembunyikan kemarahannya.
"Ini kantor bukan losmen yang bisa kalian pakai buat bertindak me-sum. Dan kamu, mulai besok tidak perlu datang kembali ke kantor ini. Kamu saya pecat!!" ucap Lesya sambil menunjuk kearah perempuan yang ada di samping Brata.
"Ma-maaf kan saya Bu. Saya terpaksa," kilah Sinta.
Dia adalah sekertaris Brata, wanita cantik dan seksi. Bukan sekali dua kali mereka bermain di kantor, banyaknya kesempatan mereka menghabiskan waktu bersama membuat keduanya semakin leluasa bermain api.
"Ciihhh terpaksa atau tidak tapi kamu menikmatinya bukan. Memangnya saya ini atasan yang bodoh dan bisa kamu bohongi begitu saja. Cepat kemasi barang-barang kamu dan keluar dari kantor ini sebelum saya berbuat kasar dan menyuruh security untuk menyeret paksa kamu keluar!!!" Ancam Lesya, sudah cukup muak dengan wanita penggoda yang ada dihadapannya saat ini.
Sinta tak lagi membalas perkataan Lesya, dia memilih keluar dari ruangan tersebut daripada dipermalukan di hadapan rekan kerjanya yang lain.
Lesya menatap nyalang paman yang masih terlihat biasa saja paska kepergok berbuat tidak se-nonoh di kantor. Dia begitu yakin keponakannya itu tidak akan tega memecat apalagi mengusirnya dari kantor almarhum kakaknya.
Lesya melemparkan berkas ke meja kerja Brata hingga beberapa lembar kertas berhamburan ke lantai. Itu adalah bukti Brata telah melakukan penggelapan dan penyalah gunaan wewenang.
"Jelaskan apa maksud ini semua Paman!!!" Tegas Lesya
"Saya mengambil hak apa yang seharusnya menjadi milik saya. Tapi kamu serahkan dan mengambil semuanya padahal saya juga berhak atas sebagaian harta milik kakak saya Lesya!!" ucapnya dengan tidak tahu malu
"Apa hak?? Hak yang mana paman hah??? Apa anda lupa bagaimana sikap anda saat ayah saya meminta bantuan anda untuk sekedar meminjam uang 100 juta? Perusahaan ini murni atas kerja keras ayah dan ibu saya tanpa bantuan sepeserpun yang dari anda paman Brata yang terhormat."
"Bahkan ayah saya sudah memberikan anak cabangnya untuk Anda kelola. Tetapi tabiat busuk anda yang membuat perusahaan itu pada akhirnya bangkrut. Jika bukan permohonan ayah saya, sudah sangat lama saya ingin menendang anda Pak Brata!!!" sungut Lesya, dia tak lagi bermanis-manis di depan pamannya
"Ternyata ini hasil didikan Yudha, kamu setelah besar menjadi anak yang kurang ajar dan berani dengan orang tua hah!!!" ledek Brata, dia memang tak pernah sadar akan kesalahannya.
Lesya mengepalkan tangannya, rasanya sudah habis kesabaran untuk pamannya yang tidak pernah tahu rasa terima kasih.
"Jangan bawa-bawa orang tua saya paman. Saya bersikap seperti ini karena anda sendiri memang pantas mendapatkannya. Sudah banyak dibantu tapi tidak pernah tahu terima kasih. Semakin dikasih hati malah semakin ngelunjak. Sepertinya saya sudah seharusnya bertindak tegas!!!" Hardik Lesya.
"Kau berani dengan paman Lesya!!! Jaga sikapmu!!!" ucapnya setengah teriak, telunjuknya bahkan mengarah ke wajah Lesya.
"Jangan anda kira saya anak kecil kemarin sore Paman. Selama ini saya diam karena saya menghormati dan menghargai Paman dan berharap paman kelak akan berubah. Tetapi paman tak ubahnya seperti batu yang tidak akan berubah sebelum hancur menjadi butiran debu. Jangan salahkan saya jika pada akhirnya Paman akan mendapatkan balasan atas perbuatan Paman selama ini termasuk mendekam di hotel prodeo," ucap Lesya dengan lirih tetapi tegas.
Brata menggerakkan giginya menahan emosi, tak menyangka Lesya sudah berani bertindak tegas kepadanya. Dia berfikir masih bisa memanfaatkan Lesya dan mengambil kekayaan milik kakaknya sebanyak-banyaknya.
Lesya pergi meninggalkan ruangan kerja Brata dan kembali mengerjakan beberapa pekerjaannya yang sempat terbengkalai. Kali ini Lesya harus bekerja keras untuk menutupi kerugian perusahaan akibat penyelewengan dana oleh pamannya.
Brata menghempaskan tubuhnya di kursi miliknya, lemas yang dia rasakan. Dia harus memikirkan cara lain untuk segara menguasai seluruh harta yang ditinggalkan oleh almarhum kakaknya.
Tak lama ponsel miliknya berdering, ternyata sang istri yang menelepon.
"Apa Mah kartu kreditnya di blokir??? Bagaimana bisa??" Jawabnya sambil melotot, salah satu tangannya memijat kepalanya yang berdenyut hebat.
"Gimana ini Pah, mamah ga bisa bayar belanjaan. Mamah malu pah!!!" rengeknya.
Kepalanya semakin mumet terpaksa mematikan teleponnya sepihak karena istrinya terus berbicara tanpa jeda. Brata tak menyangka Lesya akan memblokir kartu kreditnya yang tak lain fasilitas dari kantor yang seharusnya digunakan saat berdinas keluar kota atau menjamu klien.
"Akan aku buat kamu menyesal bocah ingusan. Sebentar lagi kamu akan menyusul kedua orang tuamu ke alam baka."
Di ruang kerjanya Lesya memeriksa beberapa dokumen yang harus segera dia tandatangani. Paska terbongkarnya kasus penggelapan dana dan penyalah gunaan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, jabatan Brata sebagai manager pemasaran telah di non-aktifkan.
Karena tidak terima dengan keputusan sepihak Lesya dan dewan direksi, Brata masih sering kali mendatangi kantor untuk melakukan protes. Aktivitas Brata sudah menganggu aktivitas para karyawan bahkan tak segan untuk mengancam security yang berjaga di depan gerbang.
"Apa pelaksanan tender kali ini di kota Bandung??" tanya Lesya memastikan.
Matanya bergerak ke kanan kiri membaca dokumen dengan teliti. Pikirannya tetap fokus meski sambil berbicara dengan sang asisten.
"Iya Bu, tender untuk proyek pengadaan rumah subsidi dilaksanakan di Bandung besok lusa. Semua keperluan sudah saya persiapkan seperti dokumen dan materi presentasi. Untuk hotel, sudah saya pesankan di tempat biasa Ibu Lesya setiap kali ke Bandung. Tim peninjau dan saya akan berangkat satu hari sebelumnya," terang Rendra.
"Okey bagus jika semuanya sudah dipersiapkan. Semoga tender tersebut bisa kita dapatkan ya. Nanti tolong fotokopi dokumen yang ada di map biru, saya perlu salinannya," perintah Lesya.
"Baik Bu, akan segera saya fotokopi. Ada yang lain Bu?"
"Tidak ada. Kamu bisa kembali bekerja. Terima kasih Rendra," ucapnya
Rendra pun pamit dan kembali ke meja kerjanya. Tinggallah Lesya sendirian di ruang kerjanya. Bekerja mengelola perusahaan yang di tinggalkan oleh ayahnya harus Lesya lakukan. Padahal Lesya bercita-cita ingin menjadi designer terkenal.
Lesya yang merupakan anak tunggal tentu menjadi pewaris tunggal kekayaan yang dimiliki orang tuanya. Tak ada saudara atau kerabat dekat yang mampu menjalankan roda bisnis, hany ada Brata yang merupakan adik kandung ayahnya. Tetapi karena sifat Brata yang tamak, sombong dan suka bermain perempuan, Lesya tidak mempercayainya. Oleh karena itu Lesya mengorbankan keinginannya untuk menjadi seorang desainer.
***
Karena pulang terlambat karena harus bekerja lembur untuk persiapan tender di Bandung, Lesya bangun kesiangan. Dari rencananya berangkat pukul 10 siang, berubah menjadi jam satu siang. Lesya yang sedang terburu-buru justru di kagetkan dengan kedatangan Brata ke rumahnya.
"Mau ngapain lagi Paman datang ke rumah ini? Dan apa yang sedang paman lakukan disini??" Lesya memperhatikan gerak-gerik Brata yang sedikit mencurigakan.
"Paman hanya ingin kamu mengembalikan jabatan paman di kantor Lesya. Kamu sudah bertindak seenaknya sendiri. Jelas-jelas paman sudah berjasa banyak untuk kemajuan perusahaan. Paman tidak bisa kamu tindas Lesya!!!" bentak Brata.
"Sudah lama paman, sadar diri. Masih baik aku tidak melaporkan paman ke polisi dan tidak menyebar bukti perselingkuhan kepada istri Paman," ancam Lesya.
Brata tak dapat berkutik, dia tidak menyangka Lesya akan bertindak tegas. Apalagi dia memiliki bukti perselingkuhannya, dia tak mau pernikahan dengan istrinya kandas begitu saja. Dia pikir Lesya tidak berani mengungkapkan kelicikannya, ternyata salah besar.
"Awas kau Lesya, dasar keponakan kurang ajar. Tidak tau di untung!!!" Umpat Brata tiada kapoknya.
"Minggir Paman, anda mengangguku saja menyingkir atau satpam akan menyeret paksa paman keluar," ucap Lesya dengan tegas. Dia sudah terlambat ditambah pamannya yang tak pernah bosan merongrong kehidupannya.
Begitu mendapatkan jalan, Lesya langsung masuk kedalam mobilnya. Enggan meladeni pamannya lebih lama lagi karena hanya akan membuang waktu berharga miliknya.
Perlahan mobil Lesya mulai meninggalkan pekarangan rumahnya dan menghilang di kejauhan. Sorot mata Brata memandang kepergian keponakan dengan senyuman, Brata mulai menjalankan mobilnya dan pergi dari kawasan rumah Lesya.
Sepanjang perjalanan Lesya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Timnya yang sudah berada di Bandung terlebih dahulu pasti menunggu kedatangan dirinya. Ada rasa sesal mengapa dia tak berangkat sehari sebelumnya.
Ditengah perjalanan Lesya mulai merasakan sesuatu yang aneh pada mobilnya. Tiba di sebuah jalanan yang menurun, Lesya kesulitan mengendalikan mobilnya melaju sangat cepat. Lesya menyadari jika rem mobil tidak berfungsi.
"Aahhh apa yang terjadi, kenapa remnya tidak berfungsi!!" Lesya mulai panik apalagi jalanan menurun.
"Aaaaaaahhhkkkkkkk" pekik Lesya
Dia tak mampu menghindar saat sebuah truk muncul di hadapannya. Dan Lesya membanting stir hingga mobilnya masuk kedalam jurang.
Lesya masih merasakan tubuhnya yang teramat sakit, kakinya telah mati rasa karena tergencet badan mobil. Da--rah keluar cukup banyak dan mengalir dari atas kepalanya.
"Ayah, bunda, Lesya akan mengunjungi kalian," ucap Lesya dengan sendu. Dia menyadari waktunya tak lama lagi
Duaaarrr
Duaaarrr
Terdengar dua ledakan, mobil Lesya terbakar. Beberapa orang yang ada di sekitar kejadian tak bisa berbuat apa-apa karena lokasi kecelakaan yang sulit untuk segera di jangkau. Tubuh Lesya ikut terbakar bersama dengan mobilnya.
.
.
❤️❤️❤️
Tiga bulan berlalu...
Karena pengunjung cafe sangat ramai, Yiesha terpaksa pulang terlambat. Yiesha sudah menduga jika sesampainya di rumah nanti ibu tiri pasti akan marah-marah dan tak segan memberikan nya hukuman.
Hari ini juga bertepatan dengan pemberian gaji. Sayangnya Yiesha mendapatkan gaji yang lebih sedikit dari biasanya karena bulan lalu dia banyak tidak masuk bekerja dikarenakan sakit.
Untuk menghemat uang, Yiesha terpaksa pulang dengan berjalan kaki. Padahal langit sudah menampakkan awa mendung dan benar saja tak lama hujan turun dengan cukup deras, Yiesha harus berlari sebelum seluruh badan dan bajunya basah kuyup.
"Bagus ya, jam segini baru sampai rumah. Makin lama kamu semakin tidak tau aturan hah. Sudah bagus aku masih mau menampungmu di sini. Jika saja gaji pembantu tidak cukup tinggi, tidak sudi tinggal bersamamu disini!!!" Hardik Belva.
"Ma-maaf Nyonya. Pengunjung cafe sangat ramai hari ini sehingga pulang terlambat," jawab Yiesha dengan bibir bergetar bahkan sudah memburu karena menahan rasa dingin yang menyerang.
"Alasan saja. Mana uang gajimu, bukankah hari ini kamu gajian??" tanya Belva dengan angkuh.
Yiesha mengeluarkan amplop yang dia simpan didalam tas, untung saja tidak basah. Belva langsung merebutnya dan menghitung banyaknya uang yang ada.
"Kenapa cuma segini hah? Kamu kemana kan sisanya? Kamu buat foya-foya hah??" tuduh Belva
"Gaji saya cuma segitu Nyonya. Bulan lalu banyak tidak masuk kerja sehingga di potong absen. Nyonya liat aja keterangan struk gajinya. Saya tidak berbohong," sahut Yiesha ketakutan.
Dia gemetaran membayangkan saat mendapatkan hukuman beberapa minggu lalu yang menyebabkan dirinya jatuh sakit. Belva merogoh kembali amplop dan mendapatkan secarik struk kemudian dia remas dan buang.
"Kamu bereskan ruang tamu sekarang, cuci piring dan gelas bekas tamu. Sebelum jam sembilan malam harus selesai semua. Cepat!!!" pekiknya memberikan perintah.
Tanpa banyak berkata, Yiesha menganggukkan kepalanya dan bergegas menuju kamarnya untuk berganti baju, Yiesha tak ingin membuat ibu tirinya kembali marah dan menghukumnya.
Pppyyyaaaarrrrr
Tak sengaja sebuah guci tersenggol oleh Yiesha, terjatuh dan pecah. Yiesha yang membawa setumpuk gelas dan piring kotor tak melihat keberadaan guci yang ada di sebelah tangga.
"Ya ampun guci kesayanganku!!" pekik Belva dari lantai dua.
Begitu mendengar suara keras dia langsung keluar dari dalam kamarnya dan tidak menyangka guci kesayangannya telah pecah dan hancur berkeping-keping.
"Dasar tidak berguna, pembawa sial!!! Seumur hidupmu bekerja siang dan malam pun tak akan sanggup mengganti guci ini," bentak Belva hingga kedua matanya nyaris keluar dari tempatnya.
Yiesha hanya tertunduk dan tak berani berkata apa-apa.
"Ada apa Mom?? Ooohh ya ampun guci mahal mommy pecah, pasti kerjaan si perempuan pembawa sial ini ya. Sebaiknya kita hukum Mom. Lama-lama ngelunjak dia kalo kita kasih hati," ucap Davinka berusaha mempengaruhi ibunya.
Tubuh Yiesha gemetaran, sudah ketebak hukuman apa yang akan dia dapatkan. Apalagi jika bukan di kurung di dalam gudang yang pengap, kotor dan bau.
"Aaaaahhhkkkk sakit Nyonya!!?" Teriak Yiesha kesakitan.
Belva menarik rambut Yiesha hingga badannya terseret. Dia tak sanggup melawan, apalagi tubuhnya sedang lemah karena belum sempat makan. Belva terus menariknya hingga pintu gudang tak peduli teriakan kesakitan Yiesha
"Ampun nyonya. Ampun. Saya minta maaf. Jangan masukkan saya kedalam sana. Saya mohon Nyonya, ampuni dan maafkan saya," ucap Yiesha dengan pilu. Ketakutan terus menghantuinya dirinya.
"Itu hukuman yang pantas buat Lo Yiesha. Pembawa sial!!! Kurung dia Mom, jangan di beri makan sekalian!!!" seru Davinka merasa puas.
Dugh
Dugh
Dugh
Yiesha berusaha memukul pintu gudang, berharap Ibu dan saudara tirinya berubah pikiran. Tubuhnya gemetaran dan mulai ketakutan, tak ada cahaya apapun di dalam gudang tersebut hanya seberkas cahaya lampu dari luar yang masuk dari celah ventilasi yang kecil.
"Ayah... ibu.. Yiesha takut," gumam Yiesha, dia akhirnya menyerah dan terduduk sambil memeluk kedua lututnya.
Belum lagi perutnya mulai merasakan lapar dan perih. Terakhir dia makan tadi pagi hanya dengan nasi putih bercampur garam dan kerupuk,Yiesha hanya bisa menangis, meratapi hidupnya yang sangat malang setelah sang ayah meninggal.
"Ayah, maafkan Yiesha tak bisa menepati janjiku pada ayah," gumamnya dengan lirih sebelum Yiesha tertidur dengan kondisi kelaparan.
.
.
Lalu lalang tikus di dekat tubuh Yiesha tak lagi dia pedulikan. Rasanya tubuhnya sudah mati rasa dan tidak merasakan apapun lagi, dadanya yang mulai terasa sesak karena menghidup udara yang pengap dan lembab.
Dua hari sudah Yiesha dikurung di gudang tanpa di berikan makan dan minum, tubuh Yiesha sudah sangat lemah, kelaparan dan dehidrasi. Hanya bisa berbaring di lantai, untuk duduk atau menggerakkan tangan pun tak ada lagi tenaga.
Hanya air mata yang keluar dari matanya, bibirnya bergetar menahan dinginnya hawa lantai dimalam hari.
"Ayah, ibu tolong segera jemput Yiesha. Yiesha sudah tak sanggup lagi bertahan lebih lama. Yiesha kangen ibu, Yiesha kangen ayah. Jemput Yiesha, Yiesha sudah tidak kuat. Yiesha kesakitan."
Air mata yang keluar membuat pandangannya semakin kabur, hawa dingin yang berasal dari lantai tak lagi dia rasakan. Seluruh syarafnya bagaikan telah mati rasa. Tubuh lemahnya semakin bergetar, bibirnya kian memucat. Hanya seteguk air liur yang mampu membasahi kerongkongannya yang begitu kering, entah sudah berapa lama dia berada di gudang yang pengap, kotor dan sesak ini.
Yiesha hanya bisa berharap sang malaikat maut menjemputnya dan mengakhiri penderitaannya selama ini, berkumpul bersama Ibu dan ayahnya yang telah terlebih dahulu berasa di surga.
Kelopak mata itu kian lama kian melemah, hingga akhirnya kedua matanya tertutup sempurna.
"Ayah, ibu, Yiesha rindu. Yiesha datang, ayah Ibu."
"Lesya.. Lesya.. bangunlah," panggil seseorang dengan suara yang merdu dan indah.
Menikmati tidur panjang, Lesya mulai menggerakkan kelopak matanya. Entah berapa lama dia tertidur seperti ini, rasanya sungguh ringan dan nyaman seolah beban dalam dirinya hilang begitu saja.
Sinar cahaya yang menyilangkan sedikit mengganggu penglihatannya, meskipun tak terlalu jelas tetapi Lesya bisa melihat ada seorang perempuan cantik di depannya. Wajahnya yang bersinar dan putih, berpakaian gaun putih selutut mirip seperti bidadari.
Mendadak kepalanya terasa pusing, bayangan terakhir kali sebelum kesadarannya hilang. Lesya ingat, dia telah meninggal karena kecelakaan, kedua mata Lesya memindai keadaan disekitarnya, sebuah tempat yang asing tetapi indah.
"Apa ini di surga??" gumamnya dalam hati.
"Bukan Lesya, kita ada di dimensi penghubung," ucap Perempuan itu yang tak lain adalah Yiesha.
Lesya sedikit kebingungan bagaimana bisa perempuan di hadapannya saat ini bisa membaca pikirannya.
"Bukankah aku sudah mati?? Lalu kamu siapa?" tanya Lesya penasaran
"Aku Yiesha....."
Yiesha pun menceritakan semuanya kepada Lesya tentang kehidupanya dan takdir baru yang akan dijalani oleh Lesya nantinya.
Sungguh Lesya kebingungan dan merasa apa yang diceritakan oleh Yiesha sama sekali tidak masuk akal.
"Percayalah Lesya dan aku mohon bantuanmu untuk membalaskan dendamku. Waktuku sudah tidak banyak, aku harus pergi," ucap Yiesha sesaat sebelum dirinya menjauh dan menghilang.
.
.
"Eeeuuuggghhhhh," lenguh Lesya.
Dia merasakan rasa sakit yang teramat sangat dan kepalanya yang pusing. Lesya juga merasakan tubuhnya sangat lemah dan tidak bertenaga.
"Aku dimana sekarang?? Uhukkk, uuhhuuukk, uhuukkk."
Karena kondisi udara yang buruk, Lesya merasakan rasa sesak didadanya dan terbatuk. Dia mulai menyadari jika itu bukan tubuhnya.
"Jadi sekarang aku berada di tubuh dan diri yang baru??" Gumam Lesya sambil merangkak mencari sebuah kaca ato cermin. Dia harus memastikannya sendiri.
Lesya berusaha bangun dengan sisa tenaga yang masih ada untuk menghampiri sebuah almari yang terdapat cermin di depannya.
Lesya menatap wajah asing yang terpantul dicermin. Lesya teringat sosok perempuan yang hadir dalam mimpinya, meski wajah saat ini lebih dekil dan kusam tapi sangat mirip dengannya. Dan Lesya mulai percaya apa yang dia alami saat ini adalah nyata, dia telah diberikan sebuah kehidupan baru dan memiliki misi balas dendam.
"Terima kasih Yiesha aku tidak akan menyia-nyiakan kehidupan yang telah kamu berikan. Akan aku balaskan apa yang kamu derita selama ini, mereka akan mendapatkan sepuluh kali lipat dari apa yang mereka perbuat," janji Lesya.
Karena tenaga yang ada sudah habis, Lesya menyandar tubuhnya pada almari tersebut. Dia mulai memikirkan bagaimana caranya untuk keluar dari tempat ini. Belum lagi saat ini kondisinya sangat kelaparan dan haus, Lesya tidak begitu yakin akan bertahan hidup jika terus seperti ini.
.
.
Belva terpaksa membuka kunci pintu gudang untuk memeriksa kondisi Yiesha yang sudah terkurung selama tiga hari. Kondisi rumah yang berantakan, gelas dan piring kotor yang menumpuk dan baju-baju yang belum dicuci membuat Belva terpaksa mengeluarkan Yiesha.
"Uuughhhhhh bau!!" keluh Belva saat membuka pintu gudang. Bau tidak sedap langsung menyeruak menusuk indra penciumannya.
"Heii bangun Yiesha!!"
Belva menendang -nendang kaki Yiesha, tidak terlalu kuat tetapi membuat tubuh Yiesha bergerak. Lesya merasakan tubuhnya berguncang kemudian membuka matanya dan melihat sosok aslinya ada di depannya. Lesya lebih memilih memejamkan matanya kembali karena kondisi tubuhnya sangat lemah.
Belva syok melihat Yiesha yang tidak memberikan respon apapun kemudian dia mengecek apakah Yiesha masih hidup atau tidak.
"Aahhh jangan sampai dia mati," ucap Belva dengan sedikit panik.
Karena tidak mungkin mengangkat tubuh Yiesha seorang diri, Belva memutuskan untuk memanggil anaknya Davinka untuk membantunya.
Tubuh Yiesha yang terkurung berhari-hari sangat baik dan kotor membuat Belva dan Davinka harus menahan napas, saking baunya dapat membuat mereka merasa mual seketika.
Tak lama setelah di pindahkan ke dalam kamarnya Lesya akhirnya sadar, dia melihat keadaan di sekitar yang sudah berubah.
"Kasian sekali Yiesha selama hidupnya tinggal di kamar yang sempit ini. Bahkan kamar ART dirumahku jauh lebih besar dan bagus.
Melihat ada segelas air dekatnya Lesya langsung meminum hingga habis. Tetapi dia sama sekali tidak berselera makanan yang disediakan untuknya, hanya sepiring nasi dengan sayur bayam dan kerupuk. Sungguh kehidupannya yang paling miris.
Tetapi Lesya saat ini tidak boleh bersikap manja karena dia harus bertahan hidup dan membalaskan dendam terhadap orang-orang yang menyiksa bisa Yiesha dan merebut kembali miliknya yang kemungkinan sudah di kuasai oleh pamannya Brata.
Dengan tekat hidup yang kuat, Lesya memakan nasi dan sayur tersebut dengan lahap. Ternyata rasanya tidak terlalu buruk seperti yang dibayangkan. Setelah beristirahat yang cukup dan makan, tubuhnya saat ini sudah memiliki sedikit tenaga.
"Iyyuuuh bau sekali," keluh Lesya saat mencium bau tubuhnya yang busuk.
Lesya memutuskan membuka lemari yang ada di kamar tersebut dan mencari pakaian ganti. Hatinya sungguh pilu melihat pakaian tersedia. Beberapa diantara bajunya sudah sobek dan banyak jahitan, pakaian dalam juga sudah longgar dan lebih pantas di buang, terpaksa Lesya mengenakan pakaian yang ada.
Setelah mandi, Lesya merasa tubuhnya jauh lebih segar dan nyaman. Di cermin Lesya menatap wajah si empunya tubuh, jauh berbeda saat mereka bertemu di dimensi penghubung. Wajahnya jauh lebih cantik dan putih tetapi saat ini wajah Yiesha tampak suram, dekil dan ada beberapa jerawat.
"Aku akan merawat tubuh ini dengan sangat baik Yiesha. Dan aku pastikan tidak ada lagi seseorang yang berhak menyakitimu. Aku juga akan membalaskan dendam kepada ibu tiri dan saudara tirimu yang begitu kejam menyiksa dan menindasmu selama ini," gumam Lesya sambil menyentuh wajahnya yang kini sudah berganti.
Tapi dia juga tak begitu yakin dengan kehidupan nya saat ini, bak langit dan bumi kehidupan Lesya dan Yiesha sangat berbeda jauh. Di dompet yang dia temukan pada kantong lusuh milik Yiesha hanya berisi selembar uang berwarna hijau dan sisanya beberapa yang nominal dua ribuan. Sangat miris.
Sangat jauh dengan kehidupan Lesya sebelumnya, segala kebutuhannya terpenuhi. Bagi keluarga Lesya uang bukan masalah, meskipun Lesya selama ini tak tahu berapa berapa banyak uang yang dibutuhkannya untuk memenuhi kebutuhan. Hanya tinggal gesek, tap atau scan semua keinginan Lesya sudah di penuhi. Walaupun begitu, Lesya tidak seenaknya menghabiskan uang, dia juga paham dalam memperoleh kehidupan yang layak seperti ini kedua orang tuanya sudah bersusah payah.
❤️❤️❤️
Merasa muak dan kesal dengan sang ayah yang selalu saja memandang rendah kemampuannya, Kenzo lebih memilih pergi meninggalkan rumah ayahnya. Setelah menikah kembali, ayahnya bersikap acuh tak acuh dan tidak peduli, puncaknya saat Kenzo mengalami kecelakaan dan membuat separuh wajahnya mengalami luka bakar parah.
"Tuan anda mau kemana??" ucap Thomas sambil mengejar Kenzo
"Cari hal aneh, tak usah khawatirkan saya. Tidak akan akan ada yang mau dekat-dekat dengan saya kok. Apalagi dengan wajah monster seperti ini," jawab Kenzo tanpa ekspresi.
"Pakailah ini Tuan buat melindungi wajah anda dari sinar matahari. Cuaca hari ini sangat terik dan panas, jangan sampai wajah anda terbakar," ucap Thomas memberikan sebuah kacamata dan topi untuk tuannya.
"Jangan ikuti saya!!" Seru Kenzo setelah memakai topi dan kacamata.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!