NovelToon NovelToon

Dia Istri CEO, Bukan Pelakor

Bab 1. Melawan Perampok

"Neng, awas di belakangmu!" teriak laki-laki setengah baya berteriak dari arah belakang.

Ada perkelahian tiga laki-laki kekar melawan seorang gadis sendirian di jalan yang sepi. Yang awalnya ingin mencari bengkel karena mobil terkena ranjau paku bertemu dengan mereka yang bertarung. Tiga laki-laki memegang senjata badik, sedangkan seorang gadis menggunakan tangan kosong.

"Hyaaat!" teriak Gadis itu memiringkan badannya karena mendengar diperingatkan dari jauh.

Badik itu hanya mengenai angin padahal awalnya diayun ke arah punggung, "Awas jangan mendekat, Pak!" teriak gadis itu sambil terus menangkis, menendang, dan sekuat tenaga bertarung melawan semampunya.

"Tenang saja, Neng. Bapak juga bisa melawan mereka!"

Pertarungan mulai seimbang setelah dua lawan tiga. Saling membelakangi berada di tengah dikelilingi musuh, "Mengapa kalian tidak gentleman bermain keroyokan?" tanya laki-laki setengah baya sambil terus bertarung.

"Gadis ingusan itu tidak mau menyerahkan tasnya," jawab salah satu dari tiga laki-laki.

"Siapa yang sudi memberikan tas pada perampok, gila aja kali, hyaaat!" Gadis itu terus melawan perampok yang menyerang dengan senjata andalan.

"Neng, hati-hati!"

"Panggil Fa saja, Pak."

"Ok, Fa. Panggil Pak Darma, ayo semangat lumpuhkan lawan!" semangatnya.

Hampir setengah jam berlalu, tetapi pertarungan tetap berlangsung. Laki-laki setengah baya mulai kelelahan. Pukulan dan tendangan mulai tidak fokus, "Silakan mundur, Pak. Beristirahatlah, Fa sanggup melawan mereka sendirian, Hyyaaat!" dengan semangat Fa berhasil menendang satu badik yang dipegang musuh.

"Brengsek, tangguh juga gadis ingusan ini!" teriak perampok yang ditendang lengannya.

Suara badik yang jatuh tepat diatas aspal terdengar keras. Kemungkinan tiga perampok itu juga mulai kelelahan. Sehingga membuat Fa mulai bersemangat, "Terimalah ini, Brengsek, bug!" Fa menendang kaki salah satu perampok yang masih memegang badik.

"Tangguh juga kamu, ya!"

Dua perampok langsung menyerang gadis muda yang bernama Fa bersamaan. Fa mulai kewalahan sedangkan Pak Darma yang awalnya berniat mundur langsung berniat bergabung membantu Fa. Hanya sayangnya, perampok yang badiknya terjatuh langsung diambil dan diayunkan di pinggang Pak Darma sebelah kanan, "Mampus lo!"

"Aaaarrg!" Pak Darma perlahan mulai terduduk mengerang kesakitan.

"Pak Darma!" teriak Fa sambil menendang musuh yang berhenti menyerang dan melihat lawan bersimbah darah.

Fa langsung berlari mendekati Pak Darma yang mulai terduduk. Badik masih menancap di pinggang Pak Darma sebelah kanan, "Pak Darma, bagaimana ini?" tanya Fa panik.

Tiga perampok itu juga mulai panik melihat salah satu lawannya tumbang. Mereka panik dan saling pandang memberikan kode satu sama lain, "Ayo kita kabur saja!"

"Kita pergi dari sini!"

Fa tidak memperdulikan tiga perampok itu pergi meninggalkan tempat. Lebih fokus pada Pak Darma yang terkena badik di pinggang. Fa memperhatikan badik tidak menancap terlalu dalam kemungkinan karena terkena tulang rusuk bagian bawah.

"Bertahan dan jangan bergerak, Pak Darma. Fa akan mencabut dan memberikan pertolongan pertama!"

"Ya, lakukanlah!"

Fa mencabut badik yang menancap perlahan. menekan dengan luka menggunakan telapak tangan agar darah tidak terus mengalir. Membuka kemeja putih yang dikenakan dan merobeknya menjadi panjang.

Kemeja langsung dililit di pinggang diikat dengan kuat, "Maaf, Pak Darma. Bertahanlah Fa harus menggendong Anda di belakang."

"Bapak mau dibawa ke mana, Fa?"

"Di ujung jalan ini ada klinik kecil, semoga Fa kuat menggendong Anda."

Sambil menggendong Pak Darma di punggung, Fa berlari sekuat tenaga. Menyusuri jalan sepi yang kebetulan tidak ada orang satu pun yang melintas. Tidak mempedulikan peluh mengalir deras kaki hanya bisa dilangkahkan sekuat tenaga dan secepat mungkin.

"Fa, apakah masih jauh, Bapak sudah tidak tahan lagi?"

Bab 2. Rahasia

Hampir satu jam Faza menggendong laki-laki yang dipanggil Pak Darma. Berlari sambil terus mengajak berbicara agar laki-laki yang ada diatas punggung itu sadar dan terus terjaga. Setidaknya harus sadar saat masuk klinik yang ada di ujung gang.

Faza tidak melalui UGD saat sampai di klinik. Putri pemilik klinik adalah salah satu temannya dari kecil. Yang sekarang ini sedang menempuh pendidikan awal di fakultas kedokteran ternama.

Hanna Mardiyah pasti akan selalu di klinik jika malam hari. Faza langsung menerobos masuk melewati resepsionis sambil berteriak sekencang mungkin, "Hanna, tolong!"

Tidak hanya Hanna Mardiyah yang ke luar dari ruang dokter. Dua perawat pegawai klinik yang sedang bertugas juga ikut ke luar. Langsung membantu dengan menyiapkan brankar tempat tidur untuk Pak Darma berbaring.

"Apa yang terjadi, Fa?" tanya Hanna Mardiyah.

"Neng, tolong tangani Bapak, tetapi untuk sementara jangan seorang pun yang tahu jika Bapak terluka, setelah selesai pengobatan Bapak akan bercerita pada kalian!"

"Baik, Pak," jawab Faza dan Hanna Mardiyah bersamaan.

Hanna Mardiyah langsung memeriksa Pak Darma dengan teliti. Walau gadis manis teman Faza baru menempuh pendidikan di semester empat. Namun, kemampuannya sangat mumpuni karena dari kecil selalu membantu kedua orang tua yang berprofesi sebagai dokter.

"Fa, kamu mandi dan berganti baju sana. Hanna akan menjahit luka Pak Darma!"

"Baik, tolong sembuhkan beliau."

"Tentu, Hanna akan berusaha dengan keras."

Luka tusuk yang dialami Pak Darma tidak terlalu dalam. Bersamaan Faza selesai mandi, Hanna juga selesai melakukan tugasnya sebagai dokter. Pak Darma langsung meminta untuk ditempatkan di ruang klinik kelas satu.

"Fa, Hanna sini duduklah, Bapak akan bercerita sedikit!" perintah Pak Darma.

"Baik, Pak." jawab dua sahabat kompak dan duduk di samping brankar tempat tidur.

"Kalian kenal Pengusaha Darmawan Bisma?"

Faza dan Hanna saling pandang, kaget baru menyadari setelah orang yang ditolong adalah seorang pengusaha terkenal di Asia Tenggara. Wajahnya sering wara-wiri di televisi dan dunia bisnis, "Anda pengusaha kaya raya dan terkenal itu?" tanya Faza dan Hanna bersamaan.

"Ssstt, jangan kencang-kencang."

"Ups ...!" Faza spontan menutup mulutnya.

"Hanna mendengar Tuan Darmawan Bisma sakit kanker, mengapa sekarang Anda di sini?"

"Dengarkan Bapak bercerita, ya?" Dua sahabat itu hanya mengangguk bersamaan.

Darmawan Bisma bercerita sejak muda selalu mengkonsumsi sigaret. Sampai tua pun kebiasaan buruk tidak pernah bisa berubah. Walau diketahui paru-parunya bermasalah, tetapi kebiasaan buruknya tidak bisa hilang.

Akibat dari kebiasaan buruk itu, dokter sudah memvonis paru-parunya sudah rusak parah. Sekarang ini sudah pasrah dengan garis takdir jika sewaktu-waktu dipanggil Yang Maha Kuasa. Walau terlihat sehat, tetapi sejatinya kondisinya sudah parah.

Ingin merahasiakan tentang kejadian hari ini karena tidak ingin media tahu. Akan banyak perdebatan yang sangat menguntungkan lawan bisnis dan kekasih sang putra. Mereka akan bersorak dan membicarakan tentang warisan yang akan menjadi hak putra semata wayang dan kekasih yang terkenal berfoya-foya

Yang dikhawatirkan saat ini Paris Januar Bisma yang selalu berfoya-foya dengan sang kekasih. Belum bisa bertanggung jawab mengurus bisnis dan keluarga. Harus memiliki pendamping yang kuat dan tangguh bkan hanya berfoya-foya saja.

Darmawan Bisa memandang Faza dengan lekat. Baru pertama kali bertemu dengan gadis tangguh itu, tidak mengetahui latar belakang keluarga. Namun, sudah yakin dengan kemampuan yang dimiliki.

"Neng Fa, apakah bisa membantu Bapak untuk menyelamatkan bisnis?"

"Maaf, Pak. Fa hanya lulusan SMA mana mungkin bisa membantu bisnis Anda."

"Pasti bisa!"

"Bagaimana caranya, Pak Darma?"

"Menikahlah dengan Paris putra Bapak!"

"What ...?"

Bab 3. Menuntut Balas Budi

Bukan hanya Faza yang terkejut dengan permintaan Darmawan Bisma. Hanna juga tersentak kaget dengan permintan yang terdengar aneh. Tidak mungkin mendadak menikah dengan laki-laki yang tidak dikenal.

Faza tidak bisa menjawab permintaan laki-laki setengah baya yang telah menyelamatkan nyawanya. Disamping sangat mengenal Paris Januar Bisma yang sudah memiliki kekasih. Juga karena perbedaan status sosial yang sangat jauh seperti langit dan bumi.

"Itu hal yang tidak mungkin, Pak. Fa sanggup membantu apa saja selain menikah dengan putra Anda."

"Kamu sanggup, Fa. Bapak percaya itu, anggap saja Bapak menuntut balas budi pada yang Bapak lakukan."

"Fa belum bisa menjawab permintaan Anda, Pak. Rasanya sangat berat."

"Akan Bapak beri waktu satu bulan untuk berpikir."

"Baik, akan Fa pertimbangkan lagi."

"Bapak tunggu, ingat ini semua hanya rahasia kita, yang akan mengetahui ini hanya Fa, Dokter Hanna, Asisten Yoga dan istri Bapak. Mengerti?"

"Mengerti," jawab Faza dan Hanna bersamaan.

Tiba-tiba ada suara berisik dan pintu terbuka masuk bersamaan seorang laki-laki memakai stelan jas. Dua laki-laki bertubuh kekar masuk membungkuk hormat bersamaan, "Selamat malam, Tuan."

"Selamat malam, kenalkan dia Neng Faza dan dia Dokter Hanna."

Asisten Yoga Harun memandang Faza dan Hanna sekilas. Tanpa menyapa dan tanpa tersenyum sedikit pun. Memandang dengan tatapan yang datar dan tanpa ekspresi.

Faza mencoba tersenyum dan membungkukkan badan menyapa asisten pribadi Darmawan Bisma. Hanya sayangnya, dia tidak merespon bahkan tersenyum pun tidak. Dua bodyguard saja yang membalas mengangguk dan tersenyum

"Yoga, di mana Paris saat ini?"

"Tuan Paris berada di Singapura mendampingi kekasihnya show, Tuan."

"Anak itu benar-benar membuat emosi saja," gerutu Darmawan Bisma.

"Apakah Anda ingin pindah ke rumah sakit sekarang, Tuan?"

"Tidak, Aku tetap di sini saja. Jangan sampai media tahu apa yang terjadi, kamu kabari Nyonya Niken saja agar segera ke sini!"

"Baik, Tuan. Saya permisi dan mereka yang akan menjaga Anda dari media." Asisten Yoga menunjuk dua bodyguard yang berdiri tegak di belakangnya.

"Bagus, kamu handle semua pekerjaan selama aku di sini!"

"Siap, Tuan."

Darmawan Bisma melihat asisten pribadi ke luar ruang rawat inap. Teringat sebelum bercerita kepada Faza dan Hanna sempat mengirim lokasi saat ini. Memerintahkan untuk mengurus mobilnya yang berada di dekat tempat kejadian pelawan perampok.

Memerintahkan sang asisten untuk merahasiakan kejadian yang baru saja terjadi. Untuk sementara memilih tinggal di klinik kecil tetapi nyaman daripada rumah yang sering untuk berselisih faham dengan sang putra.

Faza hanya tertegun dan saling pandang dengan sahabat saat Asisten Yoga ke luar rawat inap tanpa berpamitan. Laki-laki setengah baya itu terlihat galak, tegas, dan cenderung jutek. Seolah tidak perduli pada orang lain selain pekerjaannya sediri.

"Faza, kamu jangan pulang dulu sebelum istri Bapak datang ke sini ya!"

"Baik, Pak."

"Hanna pamit terlebih dahulu, Pak. Permisi."

Faza memeluk sahabatnya yang lama tidak bertemu, cipika-cipiki sejenak sebelum ke luar, "Kalau ada apa-apa kabari Hanna saja, ok!"

"Siap."

Faza duduk terdiam setelah melihat Darmawan Bisma terlihat mulai memejamkan mata. Termenung memikirkan permintaan laki-laki setengah baya yang hampir tidak masuk akal. Tidak mungkin akan bisa merebut kekasih wanita lain apalagi kekasihnya itu adalah model bertaraf internasional.

Tiba-tiba Faza terentak kaget datang wanita setengah baya yang anggun, cantik dan terlihat masih awet muda, "Papi, apa yang terjadi. Apakah gara-gara gadis itu Papi terluka?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!