Sebuah mobil mini bus melaju dengan kecepatan tinggi di ruas jalan TOL. Tak lama kemudian mobil itu hilang kendali dan menabrak pembatas jalan di kiri jalan hingga akhirnya terpental. mobil terhenti dengan keadaan remuk terbalik. Seketika kecelakaan tragis itu menjadi sebab macet yang sangat panjang. Polisi dan ambulance datang langsung ke tempat kejadian. Terlihat dua orang terjebak di dalam mobil dalam keadaan luka parah. Satu orang laki-laki meninggal di tempat dan satu lagi wanita mengalami luka berat yang harus segera di larikan ke rumah sakit. Tak ada mobil lain yang terlibat, kejadian itu murni kecelakaan tunggal.
Bunyi sirine ambulance terdengar kencang sepanjang jalan. Di perempatan lampu merah semua kendaraan otomatis bergerak menepi ke kanan dan ke kiri untuk memberikan lajur tengah kepada ambulance diikuti dengan sebuah mobil polisi dengan yang melaju kencang.
Belum juga jauh ambulance pembawa korban kecelakaan itu lewat. Ada lagi terjadi kecelakaan di lampu merah itu antara dua sepeda motor. Seorang ibu setengah baya menyerobot lampu lalu lintas yang masih berwarna merah dan menyerempet seorang pemuda dengan sepeda motor maticnya. Keduanya terguling. Sang ibu segera bangkit dan melajukan kembali motornya, takut kalau ada polisi menghampirinya karena tak punya SIM. Alhasil pemuda tadi berstatus sebagai korban tabrak lari.
Melihat kejadian di depan matanya, Fay membelokkan mobilnya lalu keluar untuk menolong pemuda yang tergeletak di atas aspal panas siang itu. Luka di kaki dan kepalanya cukup parah. Melihat kondisinya yang kesakitan dan berdarah-darah, Fay pun menawarkan agar pemuda itu dibawa ke IGD secepatnya menggunakan mobilnya. Sepeda motor dititipkan di sebuah bengkel dekat tempat kejadian. Fay meminta pemilik bengkel agar menjada sepeda motor itu hingga pemuda tadi kembali mengambilnya. Dengan dibantu dua orang warga, Fay membawa pemuda tadi segera ke Rumah Sakit.
Fay dan dua orang warga itu membopong pemuda tadi masuk ke dalam IGD. Setelah mendapatkan tindakan medis, Fay berdiri di depan ruang IGD untuk menunggu keluarga si pemuda itu. Matanya menangkap sebuah pemandangan yang mencuri perhatiannya. Beberapa perawat tampak berjalan setengah lari dengan membawa beberpa peralatan medis menuju ke sebuah pojok. Penasaran, Fay berjelan mendekat ke arah kerumunan.
Oh, seorang korban kecelakaan juga dengan luka yang cukup parah. Sayup-sayup Fay mendengar beberapa orang berbincang-bincang membicarakan orang itu. Seorang wanita, korban kecelakaan tunggal di ruas jalan tol siang tadi. Keadaannya sangat mengkhawatirkan. Pendarahan kepala. patah tulang kaki dan tulang belakang.
"Mungkin ini pasien ambulance yang tadi papasan di perempatan lampu merah." batinnya.
Fay semakin penasaran dengan kondisi wanita itu. Pelan-pelan Fay mencuri-curi untuk bisa melihat seberapa parah lukanya. Alisnya menyatu di tengah mengamati wajah wanita itu. Selang beberapa detik mencerna, mata Fay terbelalak.
"Karin??!!!!!!" teriaknya dalam hati
Mendadak jantungnya berdebar kencang, semakin penasaran benarkan itu Karin?? seseorang yang selama ini dia cari? Fay mencoba semakin mendekat namun perawat melarangnya dan memintanya mundur menjauh.
"Suster, apa dia korban kecelakaan?" tanyanya
"Iya pak betul, Maaf bapak sebaiknya menunggu di depan."
Kepalanya melongok, bertanya-tanya, apa benar? atau bukan? Seorang polisi memberikan keterangan kepada perawat. Terdengar polisi itu sedang menegaskan identitas wanita itu dengan bukti tanda pengenal yang ditemukan di dalam mobil.
"Iya, namanya Karina Sartika."
Fay semakin membelalak mendengar nama itu.
"Karin, itu Karin."
Kakinya segera mendekat kembali ke arah perawat.
"Suster, itu betul Karina Sartika? Korban kecelakaan maut itu? Keadaannya bagaimana?" Beribu pertanyaan ia ajukan
"Maaf bapak ada hubungan apa dengan korban?"
"Saya.. saya saudaranya." Fay mengaku
"Sebentar ya pak kami sedang melakukan tindakan terhadap saudari Karina, Setelah ini kami membutuhkan bapak untuk mengisi beberapa keterangan dalam administrasi"
Fay mengikuti arah berjalan perawat tadi. Saat mendekat ke arah wanita itu Fay semakin yakin bahwa wanita itu adalah Karina yang dia kenal. Sayang Fay tidak dapat melihat lebih dekat lagi. Perawat mengajaknya untuk datang ke meja administrasi. Fay duduk dan mendengarkan segala penjelasan perawat.
Datang sepasang bapak-ibu mendekat ke arah meja administrasi di mana ada Fay di sana. Kedua orang tua itu memasang wajah panik, menanyakan keberadaan Karina. Anak mereka. Fay menengok dengan terkejut,memandangi kedua orang tua itu dengan wajah tegang.
"Saya Wisnu Hutama, ayah Karina" si bapak menyalami perawat.
Istrinya berdiri disebelah Pak Wisnu, berderai air mata. Fay masih memperhatikan mereka berdua. Ingin bertanya namun terbata. Hingga Bu Fatma, yang masih menangis tadi menyadari keberadaannya.
"Mas ini siapa? Apa yang menolong anak saya?" tanya Bu Fatma heran dengan keberadaan Fay di sana.
"Saya Fay, Faizal Aria, Dosen Karin sewaktu kuliah dulu."
Mendengar nama Faizal disebut, Pak Wisnu menengok ke arahnya dengan wajah garang. Dia menarik kerah baju Fay dengan cengkeramannya dan mata yang hampir lepas.
"Siapa Faizal? kamu Faizal? Dosen anak saya waktu kuliah?" tanya Pak Wisnu
Fay terkejut dengan perlakuan Pak Wisnu padanya.
"Iya pak, saya Faizal."
Tiba-tiba satu kepalan tangan melayang di pipinya membuat Fay tersungkur di lantai. beberapa perawat dan orang-orang di dalam ruangan itu menjerit melihat seorang bapak melayangkan jotosannya kepada seorang pemuda. Entah apa alasan pak Wisnu menghantamnya dengan penuh amarah. Beberapa orang pun melerai mereka. Bu Fatma mencoba menenangkan Pak Wisnu dan menyuruhnya untuk fokus saja pada Karin. Fay dibantu oleh beberapa perawat, berdiri menjauh dari Pak Wisnu dan mengobati luka pukulan yang cukup membuat pipinya membiru.
Selesai dengan administrasinya, Pak Wisnu kembali mendekati Fay yang sedang duduk.
"Kamu!! Pergi jauh-jauh dari anak saya!!! Saya tidak mau lihat wajah kamu mendekati anak saya lagi!!"
Beliau lalu pergi, ditarik paksa oleh istrinya untuk tidak mengurusi Fay lebih dulu. Fay masih tidak tahu alasan kenapa Pak Wisnu sangat marah, padahal ini adalah pertama kalinya Fay tahu bahwa mereka adalah orang tua Karina. Ini juga pertama kalinya mereka bertemu.
Pak Wisnu menandatangani persetujuan operasi untuk Karina. Dengan mata marah, beliau melirik ke arah Fay yang masih duduk di salah satu sudut ruang IGD.
Setelah keluarga pemuda yang ia tolong datang, Fay tidak lantas pergi dari rumah sakit. Kini hatinya semakin penasarn dengan keadaan Karin dan sikap Pak Wisnu yang sangat tidak marah. Banyak pertanyaan dalam kepalanya yang harus dijawab. Siapa yang akan menjawab?
***
Fay menyenderkan kepalanya di dinding. Pusing akibat tinjuan Pak Wisnu tadi masih sangat terasa. Seorang perempuan dan laki-laki berjalan cepat menghampiri pak Wisnu dan Bu Fatma, menanyakan keadaan . lalu mereka berdiri menepi, tepat dihadapan Fay yang marih merem lantaran pusingnya.
"Pak Fay?" Kata perempuan tadi memanggil Fay seolah kenal
Mendengar namanya dipanggil, Fay membuka matanya dan melihat ke arah perempuan yang tadi memanggilnya.
"Iya?"
"Anda pak Fay kan? Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Harapan?"
"Iya? Kamu kenal? atau mantan mahasiswa saya?"
"Saya Bella pak, teman dekatnya Karin waktu di kampus dulu. Bapak ingat nggak?"
"OOh iya, saya lupa-lupa ingat wajah kamu."
"Yang bapak ingat pasti cuma Karin sih. Bapak ngapain di sini? Bapak sakit?
"Oh, saya nganter orang korban tabrak lari tadi. Terus tiba-tiba saya liat Karin di sini."
"Iya pak, saya juga kaget banget denger Karin kecelakaan. Saya langsung ke sini. Bapak Udah pulang dari Swis?"
"Kamu tahu saya ke Swis?"
"Tahu pak, semua tentang bapak dan Karin saya tahu. Karena Karin selalu cerita sama saya."
"Kebetulan Bela, ada yang saya ingin tanyakan ke kamu tentang Karin."
Fay pun menanyakan banyak hal tentang Karin yang selama ini menghilang hingga sikap ayahnya yang begitu marah melihatnya.
"Sebelumnya saya mau tanya dulu,"
"Iya, boleh."
"Apa pak Fay sudah selesai S3 nya?
"Iya sudah."
"Kapan pak Fay pulang dari study di Swiss?
Fay berpikir,
"Bulan lalu, oh tidak, belum sebulan ini." Fay mencoba mengingat ingat
"Lalu kenapa Pak Fay nggak langsung ketemu sama Karina setelah pulang?"
"Itu Dia, aku kehilangan kontak dengan Karina sebulan setelah memulai studyku. Aku pun bingung kenapa Karina menghilang. Aku coba hubungi tapi nomornya sudah nggak aktif, emailpun gak pernah dibalas. Sosmed Karina sangat terbatas, bahkan dia nggak pernah update kegiatannya di sosmed. 2 tahun lebih aku kehilangan Karina. Aku mencoba focus dengan studyku, aku nggak bisa pulang sebelum aku lulus. Lalu akhirnya aku pulang, aku mencari tahu keberadaan Karina. Aku datang ke rumahnya yang dulu, tapi dia sudah pindah cukup lama dan nggak ada yang tahu dia pindah ke mana. Sampai akhirnya kita bertemu dengan keadaan seperti ini." Fay menjelaskan dengan detail kepada Bela.
Bella mengeluarkan ponselnya, membuka galeri foto lalu menunjukkannya kepada Fay
"Ini Karina?? Lalu anak ini? Karina gak pernah cerita dia punya adik." Fay melihat foto Karina yang sedang memeluk seorang bayi laki-laki.
"Itu anak Karina Pak. Axel Namanya. Di foto itu Axel masih umur 1 tahun." Bella mengambil kembali ponselnya dari tangan Fay
"M.. maksudnya? Karina sudah punya anak?" Fay merasa sangat terkejut
Bella mengangguk, "Iya ini Karina dan anaknya, namanya Axel."
Belum sempat Bella melanjutkan penjelasannya, teman laki-laki yang datang bersamanya tadi segera menarik tangannya untuk berdiri. Fay berusaha mencegah Bela untuk pergi sebelum dia menyelesaikan penjelasannya. Namun keadaan tida bisa membuat Bela banyak bercerita. Hingga akhirnya Fay kehilangan Bela karena Bela terlanjur pergi tanpa sempat ia tanya nomor telephone yang bisa dihubunginya.
Hingga beberapa saat lamanya Fay setia menunggu kabar karin lebih lanjut. Fay hanya bisa memantau dari jauh. Dia tak ingin pulang sebelum tahu kondisi Karin setelah operasi. Setia menanti, Fay tertidur di bangku panjang di depan ruang IGD. Karin dan keluarganya sudah tak lagi di sana. panik, Fay segera bertanya pada perawat kemana perginya Karin.
Rupanya Karin tengah menjalani operasi. Fay segera mendatangi ruang operasi. Belum sempat sampai di sana, seseorang mencegahnya.
"Nak Fay?"
"Bu...??"
"Saya ibunya Karin. Sebaiknya nak Fay jangan mendekat atau suami saya akan lebih marah lagi."
"Tapi kenapa om begitu marah padahal kita baru saja bertemu."
"Pulanglah dulu. Besok setelah situasinya memungkinkan, nak Fay bisa datang kembali."
Bu Fatma, memaksa Fay untuk pulang ke rumahnya. Dengan berat hati Fay menurut. Tanda tanya besar bersemayam di hatinya. Ada apa selama dia di Swiss kemarin?
Karina, perempuan yang masih ia anggap sebagai kekasihnya yang tiba-tiba menghilang saat dirinya menjalani studi di Swiss selama lebih dari 2 tahun , kini membuatnya semakin bertanya-tanya.
Kemana Karina selama ini?
Kenapa ayahnya begitu marah hingga memukulnya?
Karina sudah menikah?
Karina sudah mempunyai anak?
Mengapa Karin tidak pernah memberinya kabar?
Fay melajukan sepeda motornya dengan kencang. Pikirannya kacau, teramat kacau. Dia memarkirkan sepeda motornya di halaman rumah. Dengan lemas lunglai dia membuka pintu rumahnya, mengganti bajunya lalu menyeduh secangkir kopi panas di dapur. Fay pun duduk di depan meja makannya, kepalanya ia sandarkan ke kursi, lalu mengatur nafasnya yang masih naik turun dan tiba-tiba saja dia meneteskan air mata. Tangisnya tidak terbendung. Marah, sedih, kecewa pada dirinya sendiri. Fay merebahkan tubuhnya di Kasur, matanya kosong menatap langit-langit.
(Beberapa tahun lalu)
Suasana ruang dosen begitu riuh oleh tawa para dosen yang tengah merayakan ulang tahun salah seorang dosen senior. Fay terlihat asyik sendiri di depan komputernya. Bibirnya ikut tersenyum mendengar candaan rekan-rekannya namun matanya tetap tertuju pada barisan angka di layar computer.
"Eh, Pak Fay, tinggal dulu komputernya. Sini makan cake bikinannya Bu Diah. Kerja mulu iih," goda Bu Ufi, salah seorang dosen muda.
" Lagi kejar setoran bu.. biar cepat nikah." Sahut salah seorang lainnya.
" Emang udah ada calonnya?" timpal seorang dosen perempuan
"Cariin doong." Jawab Fay santai
Gelak tawa semakin ramai sore itu. Mereka saling bersahutan meledek Fay, satu-satunya dosen yang belum menikah di Prodinya.
"Bu Ufi, bantuin saya cari asdos dong. Saya agak kewalahan nih." Kata Fay beranjak dari kursinya dan meraih sepotong cake di meja
"Cariin yang cewek bu, yang cantik dan jomblo juga.. siapa tahu bisa nyantol tuh mereka." Sahut Pak Bambang
"Wah, betul banget nih pak Bambang." Fay menanggapi dengan tertawa
" Kayaknya ada mahasiswi akhir yang cantik dan pinter. Tapi gak tau deh jomblo apa enggak." Jawab Bu Ufi
"Nggak papa, kalaupun udah punya pacar kan bisa ditikung. Ya nggak Fay! Ha ha ha..'' jawab Dodi seorang dosen lainnya.
Mereka pun melanjutkan acara dengan menjadikan Fay bulan-bulanan hingga menjelang malam.
Fay, adalah seorang dosen muda di Program Studi Ilmu Komunikasi di sebuah Universitas. Usianya masih muda dan polos membuat Fay sering mendapat ledekan dari rekan kerjanya karena belum terlihat memiliki kekasih.
Parasnya yang tampan membuat Fay menjadi salah satu dosen Idola di Fakultasnya. Tak sedikit rekan dosen muda kepincut dengannya. Begitu juga dengan para mahasiswa perempuan. Mereka selalu histeris kala Fay mengajar di kelas. Namun dari sekian banyak wanita yang mencoba mendekatinya, belum ada yang mampu menembus dinding hatinya.
Esok paginya, Fay dikejutkan dengan beberapa lembar profil mahasiswi berprestasi di atas mejanya.
"Apa nih,?" dia membacanya satu persatu
Suasana ruang dosen masih sepi. Dirinya paling awal datang karena harus mengerjakan beberapa hal sebelum masuk kelas. Tak lama Bu Ufi datang menghampiri dengan membawa setumpuk map ke hadapannya.
"Itu beberapa profil mahasiswa kita yang pinter-pinter pak. Katanya kemarin minta dicariin Asdos" Bu Ufi menarik kursi dan duduk di hadapan Fay
"Aku pilih ini, ini, ini, ini." Fay memisahkan empat lembar dari yang lainnya " Aku belum pernah pegang anak-anak akhir semester sih, jadi kurang begitu paham kemampuan mereka di kelas. Cuma liat dari segi nilai keempat ini bagus IPK nya. Bu Ufi kenal mereka?
"Sini aku bantu pilih, kebetulan aku lumayan kenal nih beberapa di kelas. Dia, pinter banget kalo ujian Cuma agak pemalu waktu presentasi. Kalo yang ini pinter juga, public speaking nya bagus, Cuma anaknya agak kecentilan sih menurutku, fashionnya itu hemmh.. kayak mau fashion show. Pasti kamu nggak suka type begini kan?? Nah ini, ketua kelas plus ketua angkatannya mereka, kalo dari segi nilai masih di bawah yang dua sedikit, tapi aku suka attitude nya di kelas, ceria gitu dan pinter kalo presentasi, dan rajin banget kalo disuruh koordinir temen-temennya kumpulin tugas. Yaa nggak malu-maluin lah kalo nanti bantu ngajar di kelas. Kalo yang terakhir dia ngomongnya cepet banget, cara penjelasannya tuh satsetsatset, Cuma yang aku denger dia ada part time jadi penyiar radio gitu. Gimana?m pilih yang mana??" Bu Ufi menjelaskan penuh detail
"Waduuhh,, kayaknya ada yang paham banget nih sama mahasiswanya." Fay menyilangkan tangannya di depan dada.
"Iya dong, aku kan dosen senior. Ha ha ha. Kebetulan kan aku udah ngajar mereka dari semester satu, dan sekarang juga lagi pegang kelas mereka juga. Jadi udah agak paham sama karakter anak-anak ini nih. Pak Fay sendiri kan baru setahun di sini jadi belum kenal-kenal banget kaan." Jelas Bu Ufi dengan santai.
"Oke deh, kayaknya aku cocok yang ini nih." Fay menarik satu lembar dan menunjukkan kepada rekannya itu
"Nah, cocok. Aku juga suka nih sama dia,, pembawaannya enak gitu. Anaknya juga ramah banget. " Bu Ufi bersemangat.
Fay meneguk teh hangat di depannya sembari menatap lembar profil calon assisten dosennya yang sudah dia pilih. Sepucuk senyum tersembul di sudut bibirnya.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!