NovelToon NovelToon

Peri Manis Mematikan

Pertaruhan

"Rasanya sudah lama sekali aku tidak kembali kesini. Saat ini kusadari bahwa ternyata istana Yeurylizei sebesar ini, padahal selama ini aku hidup di dalamnya."

"Tentu saja besar, namanya juga istana Kekaisaran. Tuan putri saja yang tidak pernah mencoba untuk keluar istana, makanya baru menyadari hal itu sekarang."

"Benar juga ya.. Perasaan ini mengingatkanku waktu pertama kalinya meninggalkan istana."

"Yah, tuan putri yang sekarang pasti akan dengan mudah dikenali oleh orang - orang kan ? Apalagi dirimu itu memiliki julukan 'Peri manis mematikan'. Uwahh ! Apa - apaan julukan yang penuh dusta dan pencitraan itu. Ya kan, tuan putri ?" lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah Rydia dengan menunjukkan raut mengejek.

"Ish.. hentikan itu, Raven ! Aku tidak ingat pernah menerima julukan itu. Siapa pula yang membuat julukan aneh seperti itu, hal yang penuh kebohongan dan dibuat - buat." sanggah Rydia menolehkan wajahnya ke arah lain dan cemberut.

"Hahahaha... tidak masalah juga kan ? Yang terpenting sekarang ini kamu telah menerima pengakuan dan masalah penerus Kekaisaran kini terselesaikan atas kemandirian mu yang luar biasa." lelaki itu menepuk pelan punggung Rydia dan tersenyum.

"Padahal niatku ingin menyembunyikan identitas, tetapi entah siapa yang membocorkannya. Kejutan untuk ayah dan ibu pun musnah."

"Siapa lagi kalau bukan si bodoh Vano. Dia kan memang tidak bisa menyembunyikan apapun, semua keluar begitu saja dari mulutnya."

"Mari.. tuan putri, kita kembali dan menghadap yang mulia Kaisar."

Raven mempersilahkan Rydia untuk berjalan dahulu dan mengikutinya menghadap sang kaisar. Petualangan mereka berempat telah memberikan hasil diluar dugaan pun pengakuan tuan putri kini berjalan dengan lancar.

***

Di ujung utara dunia, berdirilah sebuah Kekaisaran besar nan penuh kedamaian dengan beberapa kerajaan di bawah naungannya. Berpusat di istana Yeurylizei, kini seorang pemimpin Kekaisaran itu hadir. Duduk tegap dengan raut wajah serius menanti seseorang yangencuri perhatiannya sejak dilahirkan ke dunia ini. Seorang perempuan yang merupakan satu - satunya pewaris Kekaisaran, Rydia V'elf Sphyra.

"Ada apa, ayah ?" terbukanya pintu, seorang perempuan berlari mendekat kepada sang kaisar.

"Rydia, salam paginya kemana ?" jawab kaisar menghela nafas panjangnya.

"Huh ? Oh, pagi."

"Rydia, ayah ada permintaan untukmu. Bisakah kamu serius menanggapi apa yang akan ayah katakan ? Kali ini saja serius, bisa ?" raut wajah sang kaisar kembali menegang.

"Baiklah, apa itu ayah ?" Rydia duduk di lantai tepat dihadapan ayahnya duduk.

"Ini bukan salah siapapun, bahkan ibu, ayah dan kamu sekalipun. Sepertinya kamu sudah mendengar bahwa orang - orang yang berada di Kekaisaran V'elf ini merendahkanmu dan tidak memandangmu tinggi seperti halnya mereka memandang ayah dan ibu."

"Ayah tahu kalau kamu tidak terlalu memperdulikannya, tetapi ayah tidak menyukai hal ini karena secara tak langsung pun mereka juga menghina ayah. Bagaimana menurutmu ?"

"Ayah putuskan sesuatu saja, nanti aku yang akan lakukan. Tetapi lebih seru dan menyenangkan kalau itu pertaruhan atau hal yang berkaitan dengan persaingan. Dengan begitu aku akan 100% memiliki niat untuk menuntaskannya meskipun harus seorang diri." jawab Rydia dengan lantang dan penuh senyum.

"Pertaruhan atau persaingan ya ..? Rasanya seperti Rydia sekali mengajukan ide ini. Jangan - jangan kamu sudah memperhitungkan masalah ini, nak ?"

"Tentu saja tidak. Aku hanya menyukai persaingan, kalau tidak ada persaingan, pasti semua hal akan menjadi membosankan."

"Kalau begitu nanti ayah pikirkan bersama ibu dan penasehat ayah dahulu. Kamu boleh datang ke ruang kerja ayah nanti malam."

Kaisar Rexmird bangkit dari duduknya dan mendatangi Rydia. Dia membelai kepala putrinya dengan lembut, kemudian melangkah keluar ruangan meninggalkan putrinya yang sedang duduk di lantai sendirian.

"Hmm... sepertinya aku akan berpisah dengan ayah dan ibu dalam waktu yang lama."

"Aku akan membuat mereka berdua menerima permintaanku sebelum aku pergi. Hihihi, tidak buruk juga menjadi anak yang manja terhadap orang tuanya meski sesaat."

Rydia meninggalkan ruangan itu, dia berlari ke arah perpustakaan untuk mengemas buku - buku yang hendak dia bawa sebagai teman petualangannya. Meskipun sikapnya sangat menyerupai lelaki, Rydia adalah perempuan yang sangat cerdas, cerdik, pintar, dan ingin tahunya tinggi. Selain itu pun dia tidak pernah memandang renda orang lain meskipun mereka adalah pelayan istana sekalipun. Perlakuan Rydia terhadap mereka adalah sebagai teman, bukan pelayan majikan. Memang aneh anaknya.

***

Malam hari tiba, Rydia berlari ke arah sang ayah dan ibunya berada. Menepiskan segala pemikiran anehnya, dia membuka pintu ruang kerja ayahnya dan mendapati mereka yang sedang menunggu kehadirannya. Senyum merekah sebagai sapaan pertemuan Rydia dengan kedua orang tuanya. Melangkah lebar mendekati ayah dan ibunya, kemudian duduk di kursi berhadapan dengan mereka.

"Rydia.." panggil sang ibunda dengan suara lembut.

"Iya, ibunda.."

"Sebelumnya maafkan ibunda karena belum bisa membesarkanmu menjadi perempuan yang mampu diterima oleh para rakyat Kekaisaran V'elf ini. Ibunda tidak menyalahkanmu terlahir sebagai perempuan, pun juga tidak menyalahkan siapapun sama seperti apa yang ayahmu katakan tadi. Ibunda merasa bahwa inilah saatnya kamu memilih satu dari dua permintaan ayah dan ibunda." jelas Keyvara Retta V'elf, sang ibunda dari Rydia yang merupakan keturunan kaisar sebelumnya.

"Baik, ibunda. Rydia telah siap memilih salah satu dari permintaan yang akan dikatakan oleh ayah dan ibunda."

"Kalau begitu mari ayah katakan apa permintaan itu." timpal ayah Rydia.

Menegakkan tubuhnya, menatap intens kedua mata Rydia. Setelah menghela nafas panjangnya, sang ayah akhirnya angkat suara.

"Rydia, silahkan pilih salah satu permintaan ayah dan ibunda dengan jujur tanpa paksaan..."

"Untuk permintaan pertama, ayah dan ibunda ingin kamu menerima perjodohan untuk pernikahanmu dengan lelaki yang telah ayah pilih sebagai calon suamimu sekaligus penerus Kekaisaran V'elf ini..."

"Berarti menikah.. ? Dengan umurku yang masih dini seperti ini ?"

"Benar sekali. Permintaan yang tidak sulit bukan ?" tanya Liebe Rexmird V'elf, ayah Rydia.

"Mm.. bagaimana permintaan yang kedua ?"

"Itu- ekhem.."

"Pertaruhan. Permintaan kedua adalah pertaruhan." lanjut ayahnya.

"Pertaruhan ? Ehhh ! Apa itu ayah !??" Rydia menaikkan nada bicaranya, menandakan dia tertarik dengan hal ini.

"Membuang nama, jabatan, dan istana. Hidup sebagai warga biasa dengan nama baru dan semua kamu lakukan seorang diri tanpa adanya pengawal."

Rydia menelan kembali ludahnya yang hendak keluar. Suasana tegang memenuhi ruangan kerja sang kaisar. Bergantian saling menatap mata dengan kedua orang tuanya, Rydia menundukkan kepalanya.

"Baik, aku akan memilih yang kedua." ucapnya tegas.

"Benarkah, Rydia ? Kamu yakin ?" khawatir sang ibunda.

"Iya, aku yakin. Jadi, bolehkah aku meminta sesuatu sebelum aku pergi ?"

Anggukan kedua orang tua Rydia sebagai jawabannya. Rydia berdiri melangkah ke arah kedua orang tuanya dan memeluk mereka berdua seraya membisikkan sesuatu.

"Ayah, ibunda, jangan meninggal dahulu sebelum Rydia berhasil dengan pertaruhannya.. ya ? Aku mencintai kalian."

Identitas Palsu

"Yosh, aku harus pikirkan nama baru dan tempat tinggal baruku. Lebih baik aku juga merombak penampilanku, kan ? Agar tidak ketahuan dan tidak ada yang mengenaliku."

Rydia sudah meninggalkan istana sejak 30 menit yang lalu dan kini bersamanya adalah sebuah tas besar dengan jubah besar menutupi pakaian dan wajahnya. Berupaya dengan penampilan seadanya Rydia membeli pakaian baru di sebuah toko. Kemudian dia kembali melanjutkan perjalanannya sampai petang datang menyambut. Hari ini rydia telah melangkahkan kaki setidaknya sekitar 10 km dari istana, bisa dibilang bahwa Rydia telah berada diluar ibukota.

"Hari ini sudahi saja mungkin ya ? Aku harus mencari tempat menginap untuk malam ini, kalau bisa sekalian makan malam."

Rydia menoleh ke arah sekitarnya, sembari memperlambat langkahnya, Rydia tidak memperhatikan langkahnya dan beberapa menit kemudian dia terjatuh.

"Aduh.. eh- kok aku bisa jatuh ?" ungkapnya tertawa, kemudian kembali berdiri.

"Nona kecil, apakah anda sedang kesulitan ? Aku tidak pernah melihat seorang perempuan yang berjalan dengan jubah besar sepertimu di malam hari. Apakah kau orang baru ? Petualang ?"

Seorang pemuda menghadang jalan Rydia membuatnya berhenti sejenak. Menundukkan kepalanya, kembali berbicara.

"Adakah yang bisa kubantu, nona kecil ? Butuh tempat istirahat ?"

"Iya, aku butuh tempat menginap semalam." jawabku pelan.

"Baiklah, ikuti aku. Tetapi hati - hati karena sudah petang, jalanan menjadi sangat gelap. Aku tidak ingin bila seorang perempuan manis nan cantik sepertimu sampau terluka lagi karena terjatuh ketika berjalan." suaranya sangat menggoda, dalam dan santai.

"Bukan urusanmu, bocah." ketusku.

"Pffft- hahahaha.... ke arah sini."

Rydia mengikuti lelaki tadi dari belakang. Memang benar bahwa daerah yang mereka lalui lebih gelap daripada daerah yang tadi. Banyak bebatuan, pohon, dan rumah - rumah penduduk semakin berkurang. Rydia menelusuri sekitarnya dan tidak lagi menemukan rumah penduduk, hal itu membuatnya khawatir.

"Anu..."

"Tenang saja, penginapannya cuma sekitar 2 km lagi dari sini. Apakah butuh istirahat sebentar ?" lelaki itu menghadap Rydia.

"Ah tidak- lanjutkan saja."

"Baiklah, nona manis."

Sekitar 30 menit kemudian sebuah penginapan besar terlihat megah dan berkilauan karena lampu - lampu yang menyinari daerah itu. Rydia merasa lega karena lelaki itu tidak berbohong dan tidak mencurigakan. Setelah memasuki area penginapan, lelaki tadi memberikan sebuah gelang berwarna hitam kepada Rydia.

"Terima kasih banyak atas bantuannya."

"Iya, Lena."

Lelaki itu tersenyum dan meninggalkan Rydia sendirian. Rydia berjalan ke arah penginapan dan beristirahat untuk perjalanan hari esok.

***

"Lena.. ? Siapa itu ?"

Rydia mengambil kembali gelang hitam pemberian lelaki tadi, terdapat sebuah kertas kecil di sela - selanya. Rydia membuka kertas itu dan menemukan sebuah tulisan.

'Kashima Shizalena'

***

Keesokan hari pun tiba. Rydia terbangun ketika siang hari dan dengan gesitnya, dia merapikan semua keperluannya yang semalam dia keluarkan dari tasnya. Tanpa membuang waktu dan energi, Rydia segera mandi, sarapan, dan membayar sewa penginapannya.

"Ehhhh kok aku bangun jam segini !? Padahal niatku bangun pagi, ini sudah sangat siang sekali. Kemarin aku bisa bangun pagi karena... pelayan yang membangunkan ku ya ? hehehehe ternyata memang belum berubah."

Rydia kembali melanjutkan perjalanannya setelah memarahi dirinya sendiri. Hari ini dia akan menuju ke kota yang menjadi tujuannya sejak pergi dari istana. Kota Luchivt, kota elit yang banyak pelajar berbakat disana. Setelah menemukan sebuah kendaraan berkuda, Rydia pergi ke kota Luchivt.

"Butuh waktu 2 sampai 3 hari nona bila ingin ke kota Luchivt, apakah tidak masalah ?"

"Iya, tidak masalah. Bila bapak ingin istirahat, bilang saja. Aku tidak akan menginap di sebuah penginapan ketika malam hari hingga tiba di kota Luchivt." ucapku tersenyum.

"Wah, begitu ya.. Nona kecil yang sangat bersemangat dan mandiri ya.. Siapa nama nona ? Siapa tahu nanti bapak bisa membantu nona di masa yang akan datang. Oh iya, namaku Xiufen Keith. Panggil saja sesuka nona." kata pak Xiufen sembari menjalankan kudanya.

"Kashima Shizalena, Lena. Salam kenal pak Xiufen."

Mereka berdua tersenyum hangat. Sapaan yang tidak pernah Rydia rasakan di istana, sapaan dari seorang bapak pengendara kuda yang bekerja sebagai pengantar.

"Aku merasa bersalah padanya... namaku palsu-"

***

"Nak Lena, sudah sampai-"

Goyangan yang begitu kuat terjadi padaku. Perlahan aku membuka kedua mata, matahari terbenam memancarkan sinarnya. Langit berwarna jingga yang begitu mempesona, burung - burung berterbangan. Kini dihadapanku ada seorang lelaki yang sedari tadi membangunkanku.

"Oh.. pak Xiufen, selamat pagi." ucapku dengan jiwa yang belum terkumpul sepenuhnya.

"Pagi.. iya, selamat sore nak Lena. Sebentar lagi petang, tidak masalah bila kusebut masih sore. Bagi nona sekarang ini pagi ya ? Tidur yang nyenyak sekali, hahahaha." ejek pak Xiufen melihat penampilan dan jawaban Lena.

"Eh- ahhhh... maaf, pak. Ini sudah mau petang ya ? Aduh... bagaimana aku ini ? Anu- kenapa aku dibangunkan ? Apakah sudah sampai ?" Lena duduk dengan tegak, menoleh ke sekitarnya.

"Iya, sudah sampai. Butuh waktu 3 hari ternyata, akhirnya nak Lena bisa istirahat dengan baik. Mari, silahkan turun."

Pak Xiufen membantu Lena menurunkan barang bawaannya yang hanya tas besar satu. Lena ikut turun dan berpamitan dengan pak Xiufen pun tak lupa membayar serta berterima kasih.

"Akhirnya sampai-"

Lena mencari penginapan kecil yang nyaman untuk tempat tinggalnya sekarang. Tetapi karena dirinya belum makan semenjak pagi hari tadi di perjalanan, dia pun mengutamakan mencari restoran terdekat dahulu.

"Aku tidak boleh memakai jubah ini terlalu lama.. di tempat ini tidak ada prajurit kerajaan yang memakai jubah sepertiku karena kota aman."

Lena kembali memutar arah dari restoran ke sebuah penginapan kecil. Setelah memesan kamar, dia buru - buru melepas semua pakaian serba tertutupnya dan mengeluarkan isi tasnya.

"Cat rambut, lensa, kulit wajah palsu, baju ganti..."

Lena mengumpulkan keperluan pengganti identitasnya dan mulai memoles dirinya menjadi perempuan yang baru saja terlahir. Dengan rambut berwarna hitam gelap diberi sedikit kemerahan, poni menutup dahi, rambut terurai panjang di kucir kelabang samping menyatu ke tengah.

"Eh..."

Lena terkejut dengan penampilannya yang super polos saat ini. Kaos berwarna ungu muda, rok pendek berwarna abu - abu, serta jaket kebesaran berwarna hitam gelap yang menutupi lengannya. Dia memijat - mijat wajahnya yang baru. Senyum - senyum geli sendiri sembari melihat cermin.

"Aaaaaaa.... ini aku ? Aku imut sekali.. Aaaaaaa. Hai Lena... aku Rydia, hai kakak Rydia.. aku Lena... Aaaaaaa imuttttt !"

Suara pintu diketuk lumayan keras menghentikan kegiatan Lena yang sedang terbawa suasana. Lena melangkah untuk membuka pintu.

"Ya ?"

Di hadapannya kini terdapat sebuah nampan berisi makanan dan segelas air. Sepertinya pemilik penginapan ini adalah orang yang pengertian dan baik. Tetapi Lena tidak tahu bahwa yang sesungguhnya terjadi bukan seperti yang dia pikirkan.

"Makanlah semuanya nak..."

Loira Nyxh¹

Lena terbangun dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Dia terkapar lemas tak berdaya, tenaga untuk bangkit dari tidurnya pun tak ada.

Tok.. Tok... Tok...

Suara pintu diketuk berulang kali, Lena mengernyitkan pandangan kedua matanya seolah mengingat sesuatu. Kemarin malam, dia telah menghabiskan semua makanan serta minuman pemberian pemilik penginapan dan sekarang kondisi tubuhnya seperti ini.

"Jadi seperti itu..." ucapnya lirih kemudian kembali memejamkan matanya dan pergi ke dunia mimpi.

"Lena, makanan yang kamu konsumsi pada malam itu adalan racun bagi tubuhmu sendiri. Bukankah selama ini kamu selalu menjauhi makanan yang pedas bersamaan dengan minum es jeruk ? Pemilik penginapan ini adalah awal dari pertaruhan yang kaisar Rexmird katakan. Lebih cerdik dan berhati - hatilah lagi, peri manis.."

Lena terbangun tepat setelah suara berat itu terngiang - ngiang di telinganya. Tubuhnya sudah lumayan sehat, dia membuka jendela kamarnya dan tetap berdiri disitu untuk mendapatkan udara segar.

Tok... Tok.. Tok...

Ketukan pintu semakin terdengar keras, Lena mengabaikannya dan tetap memandang luar jendela. Semakin lama semakin keras membuat Lena tidak tahan. Berjalan ke arah pintu dan membukakan pintunya.

"Maafkan saya nona, apakah nona baik - baik saja ? Sedari pagi nona tidak mengambil makanan yang saya siapkan, saya khawatir kalau terjadi apa - apa pada nona." ucap wanita pemilik penginapan dengan wajah polos dan penuh kekhawatiran mendalam.

"Tidak masalah kok, nyonya. Saya hanya terlalu sibuk menata barang - barang saya sehingga mengabaikan makanan yang anda antarkan. Terima kasih telah mengkhawatirkan saya." Lena menundukkan kepalanya dan tersenyum ramah.

"Ah begitu rupanya... bila berkenan silahkan nona ambil makanan dan minuman ini, saya pikir nona tidak enak badan jadi saya buatkan sup hangat penuh sayuran dan susu hangat."

Lena melirik menu makanan yang dibawakan sang pemilik penginapan, dia tertarik. Senyum terulas tanpa ragu di bibir Lena.

"Baiklah, nyonya. Terima kasih banyak atas perhatiannya."

"Tetapi tidak saya sangka ternyata nona secantik ini. Rambut hitam anda benar - benar menawan, penampilan anda benar - benar bak gadis polos yang dapat memikat hati para pria yang melihatnya. Aaaahhh-"

Lena tertawa lepas mendengar penuturan pemilik penginapan. Sekali lagi dia berterima kasih dan menutup kembali pintunya.

Setelah beberapa saat kemudian...

Dugh...

Lena terjatuh membentur lantai, kepalanya pusing, sekujur tubuhnya penuh keringat. Dia lupa kalau tadi pagi kondisinya sama seperti ini, dia termakan oleh penampilan makanan yang dibawakan oleh pemilik penginapan.

Setelah minum banyak air putih yang dia beli ditengah perjalanan menuju kemari, dia bangkit dan mandi serta berganti pakaian untuk pergi mencari makan diluar.

"Bodoh sekali aku termakan dua kali oleh kebaikan pemilik penginapan ini... Huhhhhh-" cibirnya pada diri sendiri.

***

"Bukankah besok lusa adalah penutupan dari sekolah itu ? Wah, semoga saja anakku diterima disana ya... pasti akan sangat terlihat keren di mata orang lain hahahahahaha."

"Benar sekali, tapi mana mungkin. Kita kan hanya orang tua yang miskin harta dan kepintaran, hahahahhaha"

"Hahahahahahah....."

Lena mendengar suara berisik yang berada di dalam restoran, tepatnya disamping meja yang dia tempati. Beberapa om - om dengan penampilan seadanya tertawa terbahak - bahak membahas hal yang tidak berguna. Tetapi mata Lena tidak teralihkan dari hadirnya seorang lelaki muda yang berada diantara om - om tua itu.

"Seorang siswa ... ?" batin Lena dalam hati bertanya pada diri sendiri.

***

Pandangan mereka bertemu tepat saat makanan Lena diantarkan oleh pelayan restoran. Lena memandangi makanan dan minuman yang dia pesan, kemudian teringat kejadian tadi pagi sehingga membuat nafsu makannya hilang. Dia mendorong makanannya dan memandangi luar jendela restoran dalam beberapa saat.

"Malam, nona kecil... Apakah nona tidak ada nafsu untuk makan ? Adakah yang bisa saya bantu ?" seorang lelaki muda yang tadi bertatapan mata dengannya duduk di hadapan Lena.

Lena sedikit terkejut karena hawa keberadaan lelaki tadi sangat tipis dan tiba - tiba saja sudah menempati tempat duduk dihadapannya. Hanya sekilas melirik lelaki itu, Lena mengacuhkan pertanyaannya.

"Ehhh.... jangan abaikan saya donk, nona kecil... apakah nona penghuni baru di kota ini ? Saya belum pernah melihat nona kemari sebelumnya. Nona datang dari tempat yang jauh ya ?" lelaki itu menatap intens Lena berharap mendapatkan jawaban darinya.

"Siswa sekolah mana, kak ? Saya ingin bersekolah juga di tempat kakak bersekolah." Lena tersenyum hangat menatap lelaki yang tadinya dia abaikan.

"Harusnya nona kecil jawab pertanyaan saya dulu. Bila pertanyaan dijawab dengan pertanyaan, maka apa gunanya ada jawaban ?" lelaki itu menghela nafas panjang karena tidak menyangka Lena akan menanyakan hal itu.

"Kalau pun saya jawab juga pasti tidak untungnya bagi kakak. Saya hanya orang asing lho bagi kakak." Lena mencomot makanan yang tadi dia jauhi, entah mengapa mendadak dirinya lapar.

"Hahahaha benar sekali ya. Kalau begitu perkenalkan nama saya adalah Loira Nyxh Rudolph Kahairu, nona kecil bisa panggil saya Loir. Nah, sudah tidak asing bukan ? Silahkan nona kecil perkenalan diri bergantian." tangan Loir mengulur ke arah Lena.

"Kashima Shizalena. Kalau kakak tidak keberatan berkenalan denganku, maka salam kenal." Lena menerima uluran tangan Loir.

"Hehe.. untuk pertanyaan nona Lena tadi, besok pagi akan saya jawab karena saya ada urusan sebentar malam ini. Kita berjumpa lagi di restoran ini besok pagi, oke ?" Loir berdiri dan mengedipkan sebelah matanya, diiringi anggukan kepala oleh Lena sebagai jawaban.

Loir pergi bersama om - om yang tadi bersamanya meninggalkan Lena sendirian yang tengah menghabiskan makanan dan minumannya dengan lahap.

***

"Yo, pagi nona kecil.... sampai kapan dirimu akan terlelap dalam mimpi indahmu ?" teriak Loir mengetuk pintu kamar Lena.

"Hoahhmmmm.... siapa ?" setelah beberapa menit Lena pun terbangun.

Lena melirik jam di dinding dan waktu menunjukkan pukul 07.15 pagi. Lena terperanjat kemudian mencuci muka, mandi, dan berganti pakaian. Tak lama kemudian dia membukakan pintu kamarnya dan tersenyum.

"Ehee... pagi kak Loir. Maaf menunggu lama-"

"Yahhh nona kecil Lena ternyata bukan tipe orang yang bangun pagi ... ya ? Tak apa tak apa, mari kita sarapan dahulu."

Lena cemberut mendengar perkataan jujur Loir baru saja. Dengan langkah malas Lena berjalan di belakang Loir dan mengikutinya hingga tiba di toko kecil.

"Nona kecil Lena, kita hanya memiliki waktu untuk membeli roti dan susu. Apakah nona kecil keberatan sarapan dengan itu ?"

"Eh kenapa tidak di restoran saja ?"

"Sudah dibilang tidak ada waktu-"

Loir menarik lengan Lena setelah membeli roti dan susu di toko tadi. Mereka berdua menaiki kendaraan berkuda menuju ke tempat tujuan Loir.

"Makan semuanya saja nona kecil. Saya tidak lapar... Maaf begitu mendadak karena pendaftaran sekolah yang akan kita tuju paling lambat adalah pagi ini, tepatnya jam 08.00." jelas Loir santai meskipun dengan nafas yang terengah - engah.

"Sekolah ? Saya belum mempersiapkan apapun untuk itu, kak Loir-"

"Sudah sudah habiskan dahulu makanannya, itu semua saya yang atur. Nona kecil Lena akan saya daftarkan sebagai adik saya disana, bagaimana ?" ujarnya riang.

"Uwahhhhh... Kakak Loir !" teriak Lena kegirangan memeluk Loir.

Kretttt....

"Sudah sampai, tuan."

Loir membawa Lena mendaftarkan dirinya ke sekolah yang disegani di kota itu. Lena tidak menyangka bahwa Loir tidak akan sebaik itu pada perempuan yang baru saja dia temui selain ada maksud lain.

"Selamat datang di Akademi Luftschloss, nona kecil Lena..."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!