NovelToon NovelToon

Bertemu, Bertamu, Bersatu

Episode 1

Ranita Rakhmawati Putri, gadis kelahiran Tegal 17 November 1996. Hari ini usianya tepat menginjak 23 tahun. Gadis yang sederhana namun sangat bersahaja dengan kesederhanaan yang ia miliki. Terlahir dari keluarga yang sederhana, dia adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Ketiga adiknya adalah seorang perempuan, yang usianya tidak berbeda jauh dari nya, masing-masing hanya berbeda dua tahun saja.

"Kak Renita,". Sapa salah satu adikku yang paling bungsu.

"Iya dik, ada apa?,". Jawabku kepada adik bungsuku, Safira Rakhmawati Putri.

"Kak, mau tidak temani Safira ke toko buku?,". Pintanya kepadaku.

Adikku yang bungsu memang terkenal dengan kutu bukunya. Bahkan didalam kamarnya sangat banyak sekali buku-buku yang berjejer dengan sangat rapi, sudah mirip dengan perpustakaan. Berbeda dengan aku yang kini sedang kuliah disemester lima. Di kamarku hanya ada beberapa buku, itu pun tak tersentuh dan bahkan berdebu.

"Mau beli buku apa lagi kamu dek?, bukannya Minggu lalu sudah beli beberapa buku?,". Tanyaku yang masih heran padanya.

"Kak, itu udah lama kali. Semuanya sudah habis Safira baca. Hehehe,". Jawabnya dengan sangat santai. Aku terkejut atas pernyataannya barusan. Bagaimana mungkin, buku sebanyak itu bisa habis dalam waktu satu Minggu saja?, aku yang mengantarkannya waktu itu. Jadi aku tau betul berapa jumlah buku yang dia beli.

"Apa?!, segitu banyaknya sudah kamu baca semua dek?, kamu nih baca isinya atau judulnya aja?,". Tanyaku menyelidik karena masih saja tidak percaya.

"Yaelah kak, ngapain beli buku kalau hanya baca judulnya saja. Hmmm... Safira baca isinya lah kak. Gimana si,". Dia sepertinya mulai ngambek karena sikapku yang masih saja tidak mempercayainya.

"Hmmm..., jangan sekarang lah dik. Kaka baru pulang ngampus. Kalau engga kamu minta tolong saja sama kak Zaskia yah. Dia kayanya ngga sibuk,". Aku terpaksa menolak permintaan adikku Safira. Karena memang aku sudah sangat lelah setelah perkuliahan dikampus tadi.

Aku menawarkan Safira untuk meminta tolong kepada adikku yang kedua. Zaskia Rakhmawati Putri, dia dua tahun lebih muda dari aku. Sekarang sedang kuliah juga semester satu. Baru kemarin masuk, dikampus yang sama denganku. Hanya saja berbeda jurusan. Dia jurusan ekonomi, sedang aku mengambil jurusan keperawatan.

"Maafin kak Renita ya dek. Kaka bener-bener lelah sekali,". Aku meminta maaf kepada Safira. Dia agak sedikit manja. Jadi terkadang harus berhati-hati dan sedikit menurunkan ego untuknya.

"Yasudah ngga papa kok kak, nanti coba Safira minta tolong ke kak Zaskia saja. Sepertinya tadi memang kak Zaskia tidak masuk kuliah karena kosong,". Alhamdulillah Safira mau mengerti posisiku, dan kemudian keluar dari kamarku. Mungkin dia akan menuju ke kamar Zaskia.

Aku merebahkan tubuhku diatas kasur. Ibu dan ayah jam segini belum pulang. Pasti sangat sibuk dikantor. Ibu dan ayahku berkerja diinstansi yang sama. Jadi bisa selalu bersama dimanapun. Ayah bekerja sebagai manager sedangkan Ibu bekerja sebagai sekretaris dikantor Ayah. Meskipun orang tuaku termasuk menengah keatas. Kami berempat selalu dididik dengan didikan yang sederhana. Yang tidak sombong dengan adanya kekayaan yang ada.

Kamarku berada dipaling depan. Dekat dengan ruang tamu, sedangkan kamar Safira dan Zaskia berada dibagian tengah dan berhadapan. Aku mendengar ketukan pintu dan ucapan salam. Aku paham betul itu suara. Jelas suara itu adalah suara adik ketigaku, Adelia Rakhmawati Putri. Gadis ini masih duduk dibangku SMA kelas 2. Berbeda dengan aku, Safira, dan Zaskia, adik ketigaku sangat suka dengan komik. Entah sudah berapa judul dan seri komik yang sering dia baca. Kadang kamarnya sampai tidak cukup untuk menaruh semua koleksi komik miliknya.

Ayah dan Ibuku, tidak pernah melarang anaknya untuk melakukan sesuatu, selama tidak melampaui batas. Maksudnya tidak melupakan kewajiban dan amanah. Seperti ibadah dan kuliah atau sekolah. Kami sangat merasa beruntung terlahir dari mereka.

Aku berjalan membukakan pintu, dan ketika pintu depan dibuka. Aku melihat wajah Adelia yang nyengir bak sedang pamer deretan giginya yang putih bersih seperti iklan pasta gigi.

"Hehe..., assalamualaikum kak Renita cantik,". Adelia mengucapkan salam dan mulai meledekiku.

"Waallaikumussalam dek,". Ucapku sambil menutup pintu kembali.

Di antara ke empat saudara perempuanku, aku lah yang paling beda sendiri. Entahlah bahkan aku tidak mirip dengan Ibu atau Ayah. Banyak orang yang bilang bahwa aku yang paling cantik dan manis dari ketiga adikku. Walaupun aku sering cuek dengan semua komentar orang lain termasuk komentar tetangga. Bagiku, fisik hanyalah titipan sementara, dan semua adikku semuanya cantik. Karena kami lahir dari rahim yang sama.

Aku kembali kedalam kamar, sedang aku melihat Adelia juga masuk kedalam kamarnya yang terletak dekat dengan kamar Ayah dan Ibu.

Belum sempat merebahkan tubuh. tyerdengar suara teriakan Safira dan Zaskia dari luar.

"Kak Renita..., kami pergi dulu ya. Pamit mau ke toko buku oke,". Teriak Safira kepadaku.

"Kak, jangan lupa bilang ke ibu ya, kalau misal Ibu dan Ayah pulang tapi kamu belum pulang kerumah. Tolong pamitin yah kak,". Kali ini giliran Zaskia yang berteriak.

"Iya sudah, kalian hati-hati naik motornya. Gausah ngebut-ngebut,". Ucapku pada mereka.

"Oke kakak cantik,". Jawab mereka dengan kompak.

Jam dinding kamarku masih menunjukkan pukul satu siang. Aku menyalakan kipas karena memang suasana hari ini sangat lah panas. Aku kemudian menarik bantal untuk menutupi wajahku, dan kemudian tertidur.

Episode 2

Hari ini adalah liburan semester ganjil. Bulan depan sudah masuk semester genap.

"Kak?, apa Kak Renita sedang sibuk?,". Zaskia tiba-tiba menghampiriku.

"Tidak dek, ada apa?,". Tanyaku pada Zaskia yang terlihat murung.

"Kak, Zaskia ingin minta pendapat dari kak Renita sebagai kakak tertua Zaskia,".

"Iya kenapa dek?, ada masalah apa?, minta pendapat tentang apa?,". Aku jadi penasaran.

"Kak, jadi gini. Kan kak Renita tahu sendiri kalau Zaskia punya teman dekat sudah sangat lama, dari jaman Zaskia SMA kelas satu kak, nah kemarin yang bersangkutan mengutarakan niat untuk melamar Zaskia kak. Tapi Zaskia takut mau bicara dengan Ibu dan Ayah. Secara Zaskia baru mau naik semester dua kak,".

Zaskia memang sudah memiliki teman dekat. Bahkan aku juga mengenal nya juga. Teman dekat Zaskia seumuran denganku. Aku tentu sangat mendukung niat baik adikku untuk menikah di usia muda, dari pada hanya main-main dan foya-foya tidak jelas. Akan jauh lebih terhormat bagi seorang wanita dicintai dalam pernikahan.

"Nanti kakak temani untuk bicara dengan Ayah dan Ibu yah dek. Nanti kita cari waktu yang tepat. Biar enak saat ngobrolin nya,".

"Aahh.. serius kak?. Kak Renita mau bantuin Zaskia buat ngomong dengan Ayah dan Ibu kak?!,". Zaskia terlihat sangat gembira dan bahagia. Sorot matanya memancarkan harapan dan kebahagiaan.

"Iya dek, nanti kak Renita bantu kamu biar dapat ijin dan restu untuk menikah muda,".

"Makasih banyak kak Renita. Zaskia sayang kakak,".

"Jangan makasih dulu dong dek. Kan belum dicoba,".

"Hehehe.. setidaknya kan makasih gitu udah mau bantuin Zaskia,".

"Iya sama-sama deh. Oh iya, hari ini Ayah dan Ibu kira-kira pulang kantor jam berapa dek?,".

"Paling lama ya jam dua siang kak. Emang mau ngomong langsung sekarang kak?,".

"Lebih cepat lebih baik bukan?,".

"Zaskia deg-degan deh kak,". Ucapnya sambil memegang tanganku.

"Santai aja kali. Banyakin berdoa saja. Oke,".

"Oke kak,".

"Yasudah kakak mau ke dapur dulu,".

Aku berencana akan secepat nya untuk bicara dengan Ibu dan Ayah mengenai rencana Zaskia dan calonnya. Niat baik harus segera di laksanakan. Lagi pula Zaskia sudah berusia 21 tahun, menurutku pantas-pantas saja untuk membina sebuah hubungan rumah tangga. Tunggu waktu yang pas saja. Kalau Ibu dan Ayah sedang duduk bersantai sepulang dari kantor. Akan lebih tenang bagiku sebagai seorang kakak, jika adiknya sudah terikat dalam hubungan rumah tangga. Mau kemana pun atau bahkan hamil pun sudah legal alias sah karena sudah memiliki suami. Akhir-akhir ini pergaulan semakin menakutkan. Banyak gadis-gadis yang mudah memberikan kehormatan nya pada laki-laki kurang ajar yang berstatus pacar. Ujung-ujungnya hamil diluar nikah dan menjadi buah bibir dan bikin malu orang tua nya, apalagi banyak laki-laki bejat yang pergi begitu saja ketika sudah berbuat. Aku bahkan sampai bergidik membayang kannya. Nauzubillah, ucapku lirih.

Aku biasa mengisi waktu libur semesterku dengan menghabiskan waktu di dapur untuk sekedar mencoba beberapa resep masakan baru yang aku lihat di internet. Entahlah rasanya bagiku memasak bisa membuat strees hilang dan jadi enjoy. Aku sudah hobi memasak sejak duduk di bangku SMA. Awalnya hanya coba-coba, lama-lama aku ketagihan juga. Lagi pula Ayah dan Ibu serta adik-adikku sangat menyukai masakanku. Bukannya sombong, tapi emang fakta yang ada begitu.

"Kak masak apa?,". Tiba-tiba adikku Adelia datang menghampiriku di dapur, rupanya dia pulang cepat sekarang.

"Kok sudah pulang dek?, biasanya sampe rumah jam satu siang. Ini baru jam sebelas sudah pulang aja,". Tanyaku pada Adelia yang masih asyik menatap masakanku.

"Guru-guru sedang ada rapat kak. Baunya enak sekali kak. Adelia langsung lapar,". Aku melihat Adelia yang tiba-tiba mengelus-elus perut nya.

"Kamu ganti baju aja dulu, baru makan. Tapi sebelum makan bantuin kakak potongin sayur dan cuci buah-buahan dulu ya,".

"Oke siap kak. Eh, kak Zaskia kemanan?,".

"Ngga tau tadi seperti nya ke kamar. Emangnya di kamar nggak ada dek?,".

"Ngga tau si, Adel belum nengok ke kamar kak Zaskia hehehe, yasudah Adel ke kamar buat ganti baju dulu ya kak. Nanti kalau udah selesai Adel bantu kakak,".

"Ohalah... oke dek. Jangan kelamaan yah,".

"Oke,".

Aku melihat tubuh adikku Adelia yang pergi meninggalkan dapur dengan bersiul-siul. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkat Adel. Bisa-bisanya perempuan bisa bersiul sangat lihai seperti laki-laki. Bahkan terkadang terdengar seperti sebuah nada lagu. Jika saja Ibu tau, pasti akan kena marah kalau ketahuan bersiul didalam rumah.

"Kak, buah nya apa aja yang mau di cuci?". Tidak ada lima menit Adel sudah balik dari kamar nya dan menghampiriku lagi di dapur.

"Hari ini buah nya pakai apel, pisang, sama anggur aja dek. Sayur nya yang sudah kak Renita siapkan di wadah,".

"Oke kak,".

"Kalau sudah dicuci, buah nya kamu taruh di meja makan ya dek. Sayurnya bawa ke kakak. Biar kakak tumis sayurnya,".

"Iya kak,".

Adelia berbeda dengan dua adikku yang lain, Zaskia dan Safira. Aku dan Adelia memang sudah berjilbab, bahkan kami memiliki hobi yang sama, yaitu memasak. Makanya tak jarang Adelia lebih dekat denganku di banding dua adikku yang lainnya. Adelia anak yang sangat sederhana, dia penurut, dan lemah lembut. Adelia sama sekali tidak manja. Dalam hal apapun dia selalu terbuka denganku.

Hari ini aku memasak tumis jamur dan kangkung, lauknya ayam tepung. Selama liburan akulah yang menyediakan makanan untuk makan bersama ketika Ibu dan Ayah pulang kerja. Dan buah, kami terbiasa memakan buah terlebih dahulu sebelum makan berat atau makan makanan utamanya.

"Gimana sekolah nya dek?,". Aku bertanya pada Adelia yang asyik membantu mengoseng-oseng tumis jamur di wajan.

"Yaa Alhamdulillah kak. Minggu depan Adelia mau ujian kenaikan kelas kak. Doakan yah,".

"Pasti dong, tanpa kamu minta kakak akan selalu doa kan kamu. Semoga aja bisa dapat peringkat pertama lagi kaya tahun-tahun sebelumnya nya ya dek. Belajar yang serius dan yang semangat,".

"Aamiin, makasih kakak sayang doanya,".

Aku dan Adelia selesai memasak sekitar pukul dua belas lebih lima menit. Bertepatan dengan adzan dzuhur. Setelah memasak aku dan Adelia kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap sholat. Safira adikku yang terakhir lah yang suka susah untuk disuruh shalat. Mungkin karena masih remaja, jadi suka labil dan lebih susah di atur nya. Ibu kadang suka marah-marah kalau Safira mulai membantah dan ngeyel saat di nasehati. Diantara kami, yang paling di sayang Ayah adalah Zaskia, dan Safira. Sedang Ibu netral, pada siapapun tidak pernah membeda-bedakan. Akulah manusia yang sering menjadi pelampiasan marah Ayah. Tapi aku tetap menyayangi Ayahku, seburuk apapun sikapnya padaku.

#####

Jam dinding kamarku menunjukkan jarum pendek di angka satu dan jarum panjang di tengah-tengah angka satu dan dua. Sebentar lagi Ayah dan Ibu pulang. Aku masih mager beranjak dari tempat tidurku setelah shalat Dzuhur tadi. Udara masih sangat panas diluar sanah. Jadi rasanya sangat nikmat jika rebahan sambil menyalakan kipas. Nanti saja lah kalau sudah ada ketukan pintu rumah, kalau Ibu dan Ayah sudah benar-benar pulang.

"Assalamualaikum,". Terdengar ucapan salam yang khas, itu suara Ibu. Jam setengah dua Ibu dan Ayah sudah pulang?. Tumben sekali, biasanya jam dua tepat baru sampai rumah. Aku dengan malas beranjak dari tempat tidur dan menyambut Ibu dan Ayah.

"Waallaikumussalam, Ibu tumben sudah pulang?, Ayah mana Bu?,". Aku bertanya pada Ibu, karena keberadaan Ayah belum terlihat semenjak Ibu masuk rumah tadi.

"Oh Ayah lagi benerin sesuatu kak di depan. Adik-adik pada kemana kak?,".

"Pada di kamar nya masing-masing Bu. Kecuali Safira, belum pulang dari sekolah Bu,".

"Yasudah, Ibu mau istirahat dan ganti baju dulu ya. Nanti nunggu Ayah selesai baru kita makan bersama,".

"Iyah Bu,".

Aku kembali ke kamar. Sudah menjadi kebiasaan keluargaku makan bersama setiap Ayah dan Ibu pulang kantor. Dengan begini hubungan antara kami diharapkan semakin kuat sebagai keluarga. Aku masih kepikiran bagaimana cari waktu yang tepat untuk bisa berbicara dengan Ayah dan Ibu tentang keinginan Zaskia.

Episode 3

Kemarin aku memutuskan untuk tidak bicara mengenai niat Zaskia untuk menikah dengan calonnya. Karena aku lihat Ayah sedang tidak dalam kondisi baik. Mungkin hari ini waktu yang tepat, mumpung Ayah dan Ibu sedang libur. Mereka juga sekarang sedang santai menonton televisi sambil minum teh di ruang tamu.

"Dek, gimana?, sudah siap untuk bicara dengan Ayah dan Ibu?,". Tanyaku pada Zaskia yang terlihat gusar.

"Zaskia takut kak, takut Ayah dan Ibu tidak mengijinkan,".

"Loh kan kita belum coba, jangan pesimis dulu, jangan menyerah sebelum perang dek,".

"Yasudah deh, yuk kak, Zaskia siap,".

"Nah bagus,".

Aku berjalan menggandeng tangan Zaskia keruang tv untuk menemui Ayah dan Ibu. Aku merasakan tangan Zaskia berkeringat dan dingin. Aku dan Zaskia duduk berdampingan.

"Ayah... Ibu ...,". Panggilku lirih.

"Ada apa Renita?,". Tanya Ayah padaku.

"Yah... Renita ingin membicarakan sesuatu dengan Ayah dan Ibu,".

"Bicara tentang apa?, tumben sekali,". Ucap Ibu.

"Ayah... Ibu. Jadi gini, putri Ayah Zaskia kan sudah memiliki pasangan. Nah, pasangannya dek Zaskia berniat ingin melamar Zaskia dan menikahi Zaskia dalam waktu dekat, jika Ayah dan Ibu mengijinkan,". Aku mengucapkan nya dengan sangat hati-hati.

"Lalu bagaimana dengan kamu?,". Tanya Ayah dengan sangat dingin padaku.

"Aku?, maksud nya gimana Ayah?,". Aku benar-benar bingung. Ayah malah bertanya padaku, bukannya merespon apa yang barusan aku katakan.

"Ya bagaimana dengan kamu?!, kamu aja belium menikah?!!. Mana mungkin Ayah menikahkan Zaskia sedang kamu anak pertama belum menikah. Tidak!!. Ayah tidak akan mengijinkan adik-adikmu menikah sebelum kamu menikah Renita!!,". Nada suara Ayah tinggi, Ayah emosi. Sedang Ibu tidak bisa berkutik jika Ayah sudah berkata tidak.

Aku seperti tersambar petir. Aku bahkan sama sekali belum punya teman dekat laki-laki, atau mungkin bahkan tidak ada yang mau mendekatiku. Aku tidak mau memikirkan masalah ini. Toh kalau sudah jodoh dan saat nya akan datang sendiri tanpa harus aku cari. Aku melirik ke arah Zaskia yang kini menangis mendengar jawaban Ayah.

"Tapi Yah... kasian Zaskia. Dia punya niat baik Yah, Zaskia ingin menikah. Lagi pula usia calonnya seumuran dengan Renita, pasti bisa mencukupi segala kebutuhan Zaskia Yah,". Aku mencoba meluluhkan Ayah.

"Ya kalau gitu, suruh saja pacar Zaskia menikahi kamu. Lagi pula usia pacar Zaskia dan kamu sama, biar Zaskia cari laki-laki lain, dan baru boleh menikah kalau kamu sudah menikah Renita!!. Kalian tau hah!. Adik yang menikah duluan melangkahi kakak nya adalah aib yang sangat memalukan!!. Jadi dengar Renita!!, kalau kamu ingin adik-adik mu menikah, maka kamu harus segera menikah..!!!. Titik!!, tidak bisa di ganggu gugat!!,". Ayah marah dan pergi meninggalkan Ibu, aku, dan Zaskia yang masih menangis.

Aku masih tidak habis pikir dengan ucapan Ayah barusan. Apa yang ada di pikiran Ayah?, sampai bilang pacar Zaskia untuk menikahiku?, apa Ayah tidak memikirkan bagaimana perasaan Zaskia?. Dan apa yang menjadi aib?, kenapa adik yang lebih dulu menikah dari pada kakak nya di katakan aib?. Padahal Ayah termasuk orang yang berpendidikan. Tapi kenapa masih saja berpikiran se kuno itu?.

"Ibu?, bisakah Ibu bantu untuk membujuk Ayah?,". Kali ini aku berusaha untuk membujuk melalui Ibu.

"Renita, kamu sudah paham bukan?, bagaimana sifat Ayahmu itu?. Dia tidak akan merubah keputusannya, apalagi jika berkaitan dengan masalah keyakinan seperti ini. Ayah masih mengikuti hal-hal kuno Renita, Ibu tidak mungkin bisa membujuk Ayah kalau sudah berurusan dengan prinsip dan keyakinan. Ayahmu itu sangat keras kepala,".

"Hiks... hiks... hiks...,". Aku mendengar tangis Zaskia yang semakin kencang. Jujur aku jadi merasa bersalah, kondisiku yang menjadi penghalang dirinya dengan calonnya untuk menikah. Tapi aku harus bagaimana?, sampai sekarang memang tidak ada satupun laki-laki yang mendekatiku.

"Dek... tolong ucapan Ayah tadi jangan di masukkan hati yah. Jangan di pikirkan,". Ucapku pada Zaskia yang masih menangis. Aku takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada Zaskia. Karena Zaskia juga termasuk anak yang suka berbuat nekat kalau apa yang dia inginkan tidak terlaksana.

"Sudah, kalian ikuti saja apa kata Ayah tadi, dari pada nanti malah ada masalah,". Ucap Ibu menasehati aku dan Zaskia.

Zaskia kemudian pergi dan lari sambil menangis menuju kamar nya. Aku benar-benar tidak enak padanya. Aku harus berbuat apa?, apa aku haru tiba-tiba menikah dengan laki-laki yang aku sendiri tidak tahu siapa?. Ah.. Ayah, kenapa masih saja berpikiran seperti itu. Aku berpamitan pada Ibu dan menyusul Zaskia di kamar nya, tapi sayang pintu kamar nya di kunci dari dalam oleh Zaskia. Aku memilih masuk kamarku. Dan berpikir cari cara bagaimana agar Zaskia bisa cepat menikah tanpa harus menungguku dulu.

Aku berguling-guling kekanan dan kekiri di kasur. Aku harus bagaimana ya Allah. Kenapa serumit ini?. Apa yang harus aku lakukan?, ayok berpikir Renita!!.

"Kak Renita?,". Aku mendengar suara Adelia memanggilku dari balik pintu.

"Iya buka saja pintunya Del, kakak ngga mengunci pintu kamar nya,". Ucapku.

"Kak?,". Aku melihat tubuh Adelia mendekatiku di kasur, dan dia ikut turut tiduran di kasur bersamaku.

"He'em.. ada apa dek?,".

"Tadi Adel nggak sengaja dengar percakapan kak Renita dan kak Zaskia bersama Ayah dan Ibu di ruang tv kak,".

"Lalu?,".

"Kak Renita pasti merasa ngga enak dengan kak Zaskia ya kak?, atau biar Adel ikut bicara dengan Ayah kak?,".

"Nggak usah, nggak perlu Del. Yang ada nanti kamu kena marah sama Ayah. Ngga papa, ini juga kak Renita lagi cari jalan keluar nya kok. Kamu ngga perlu khawatir,".

"Adel tau kok gimana posisi kak Renita. Lalu apa rencana kak Renita selanjutnya?. Apa kak Renita mau mencoba mencari pasangan?,".

"Hmmm... entahlah Del, kak Renita aja bingung. Kamu tau sendiri sampai sekarang belum ada laki-laki yang mau dekat dengan kak Renita, dan ditambah kak Renita memang tergolong malas memikirkan masalah hal kaya gini dek,".

"Tapi bagaimana dengan kak Zaskia?, kak Zaskia suka melakukan hal-hal yang membahayakan maksud Adel nekat kak. Tapi seharusnya kan, kak Zaskia bisa dapat meluluhkan Ayah, secara kak Zaskia sangat disayang dan di manja sama Ayah,".

Hmmm... rupanya tidak hanya aku yang menyadari bahwa Zaskia dan Safira memang sangat di sayang dan dimanjakan oleh Ayah. Berbeda dengan aku dan Adelia. Sepertinya antara aku dan Adelia lah yang sering kena semprot Ayah. Makanya kami sangat dekat.

"Tapi Del, Ayah kalau sudah berurusan dengan masalah sakral yang masih menjadi prinsipnya, akan sangat sulit untuk di lobby. Semua harus diikuti sesuai keinginan Ayah. Kak Renita juga bingung, apa salah nya jika menikah mendahului kakak nya?. Toh kak Renita juga fine-fine saja. Nggak mempermasalahkan atau merasa di lecehkan. Namanya jodoh kan susah. Kalau belum waktunya datang ya dicari pun ga akan datang,".

"Iya juga yah kak, atau coba nanti kak Renita bicara sama kak Zaskia. Kalau misal nikah nya nanti-nanti aja bagaimana gitu kak?. Ya kan kali aja kak Zaskia mau mengerti posisi kak Renita?,".

"Ya cobalah nanti dek, nunggu Zaskia dalam kondisi yang baik moodnya. Tadi sepertinya dia sangat kecewa dengan ucapannya Ayah. Pasti sekarang dia juga masih nangis di kamar, oh ya adikmu sudah pulang belum Del?,".

"Sepertinya udah kak, tadi Adel liat sepatu Safira di rak sepatu,".

"Syukurlah, anak itu suka pulang telat, kebiasaan buruk. Hmmm... Kamu mau tidur siang nggak?. Kalo iya, tidur aja bareng sama kakak disini,".

"Iya kak, salah satu tujuan Adel disini juga mau ikut numpang tidur. Hehehe,".

"Sudah kuduga kau ferguso,".

Adelia memang suka sekali main ke kamarku, sekedar untuk curhat, atau bahkan hanya melihatku mengerjakan tugas-tugas kuliah. Padahal kamar nya jauh lebih rapih jika di bandingkan dengan kamarku. Tepat jam dinding menunjukkan pukul dua siang, aku dan Adelia tertidur setelah bercanda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!