Ribeena seorang gadis 19 tahun yang biasa di panggil Bee berambut hitam lurus selalu dikuncir satu dan berkacamata berbingkai tebal. Bee harus menerima kenyataan pahit, ibu angkatnya meninggal saat dirinya baru saja lulus sekolah menengah atas.
Ibunya meninggalkan dirinya karena sakit keras yang sudah tidak bisa di obati lagi, ibunya menyerah dengan penyakit nya dikarenakan tidak punya biaya untuk operasi.
Sebelum meninggal di kamar, ibunya memanggil dirinya.
"Bee," lirih Ibu angkat Bee, Rinda.
"Iya Ibu,
"Ada yang ingin ibu sampaikan, dengar kan ibu baik-baik, tolong ambilkan kotak coklat di lemari itu Bee,"
Bee berjalan ke lemari dan mengambil kotak coklat di lemari ibunya.
Bee menyerah kan kotak coklat tersebut ke ibunya.
Ibunya membuka kotak itu dan mengambil selembar foto, surat dan kertas kecil.
"Sini Bee, ini foto ibu dengan sahabat ibu, kamu pergi ke alamat ini di kota dan jumpai sahabat ibu namanya Angelica, kamu berikan foto ini dan surat ini kepadanya, kamu bisa? Di dalam kotak coklat itu ada kartu ATM ibu, bisa kamu gunakan, untuk kamu berangkat dan keperluan kamu. Dan di dalam kotak itu juga ada surat tertutup yang belum di buka, kamu bisa buka jika ibu sudah tidak ada," jelas Winda ke Bee.
"Ibu ngomong apa sih, ibu pasti sembuh Bu, jangan tinggalkan Bee sendirian Bu," Bee menagis sesenggukan.
"Kamu harus kuat sayang, Ibu akan pergi dengan tenang kalau kamu mengikuti permintaan Ibu ya sayang,"
Airmata Bee semakin deras mengalir.
"Jangan tinggalkan Bee, Bu, Ibu pasti sembuh, Bee akan bekerja untuk mengobati Ibu, Bu, hiks.. hiks.. hiks.. " Bee menangis terisak-isak.
Bee terus menangis ia tidak menyadari kalau ibunya sudah tidak bersuara. Bee panik.
"Ibu, Ibuuu, Ibuuuuu! Ibu bangun Bu, jangan tinggalkan Bee Bu, hiks.. hiks.."
Ibu Rinda tidak bersuara tubuhnya sudah mulai dingin.
"Ibu.. Ibu.. Ibu bangun Bu.. Ibuuu!.."
Suara teriakan Bee kedengaran ke tetangga. Tetangga dekat rumah Bee pada berdatangan.
"Bee, kenapa, Nak, Ibumu kenapa?" tanya Ibu Rima tetangga sebelah rumah.
Bee sudah lemas ia sudah tidak menangis lagi wajahnya pucat tiba-tiba saja tubuhnya ambruk di samping tubuh ibunya.
Tetangga yang melihatnya sangat sedih dan prihatin dengan nasib Bee. Gadis cantik itu tidak ada lagi yang menjaganya, ia sekarang sebatang kara.
Tetangga segera bergerak cepat memanggil seorang dokter yang tinggal di dekat situ juga.
Dokter memeriksa Ibu Rinda dan menggelengkan kepalanya.
Tetangga pada bersedih, pergi satu persatu tetangga mereka meninggalkan mereka yang masih di ada di dunia.
Setelah tetangga berkumpul semua bergerak cepat.
Dalam masa 4 jam prosesi penguburan Ibu Rinda selesai.
Bee yang sudah mendapatkan amanat ibunya mempersiapkan semuanya barang dan perlengkapan dirinya untuk segera berangkat ke kota.
Rencananya besok pagi Bee akan berangkat dengan pesawat menuju ke kota mencari alamat yang diterimanya dari Ibu Rinda.
Bee sudah bersiap malam ini, malam ini juga masih diadakan doa bersama kepergian Ibu Rinda.
***
Bee sudah berada di bandara kota A yang di tujunya.
Bee berpakaian sangat sederhana kemeja lengan panjang putih dan rok hitam dengan sepatu flat.
Bee berjalan dengan pelan tetapi tiba-tiba seorang pria dengan tubuh tinggi memakai kacamata hitam menubruk dirinya. Bee yang bertubuh kecil terhempas ke belakang ia terduduk di lantai.
Lelaki tinggi dengan kacamata yang tidak di buka dan hanya melihat dirinya sekilas kemudian terus berjalan meninggalkan Bee yang masih terduduk.
"Dasar orang kaya, mau menangnya sendiri saja," lirih Bee hampir tidak kedengaran.
Ia masih baru di kota ini belum apa-apa sudah sial saja. Bee mengumpat dalam hatinya.
Bee berdiri sendiri tanpa ada bantuan. Ia mengusap-usap bokongnya. Lumayan juga ini sakitnya.
Bee berjalan kembali menunggu taxy datang di depan masih di kawasan bandara.
Klakson mobil taxy sudah menjerit-jerit.
Bee masuk ke dalam mobil taxy. Bee memberitahukan alamat sahabat ibunya ke sopir taxy.
Taxy bergerak, 40 menit kemudian taxy berhenti di depan sebuah rumah mewah 3 lantai dengan disain modern.
Taxy pergi meninggalkan Bee sendiri. Bee bingung bagaimana ia akan masuk ke rumah mewah ini suasana di depan rumahnya sepi. Lama Bee menunggu di depan gerbang sampai seorang lelaki yang tadi bertemu dengannya mengernyit kan alisnya di dalam mobil.
Bukannya ini gadis yang di bandara tadi, tapi kenapa ia bisa di sini, cari siapa? batin lelaki tersebut.
Lelaki tersebut membunyikan klakson mobilnya kemudian pintu gerbang terbuka. Tampak lelaki tersebut berbisik kepada pengawal yang berada di pos gerbang.
Pengawal tersebut menganggukkan kepala.
Tidak lama kemudian pengawal tadi mendatangi Bee.
"Selamat sore Nona, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya mencari alamat ini Pak," Bee Menyodorkan kertas kecil ke pengawal tersebut.
Pengawal tersebut manggut-manggut.
" Nona benar, itu tulisannya memang alamatnya di disini, sebentar ya Nona, saya akan kesini lagi tunggu sebentar,"
"Baik Pak,"
Bee masih menunggu di luar gerbang tiba-tiba datang lagi seorang lelaki dengan motor sport nya berwarna hitam, wajahnya tidak nampak karena memakai helm standar.
Karena pintu gerbang di buka motor tersebut bisa masuk tanpa menunggu pengawal datang.
Bee menutup telinganya, lelaki tersebut sengaja menggas motor nya kencang di depan Bee sebelum melesat masuk ke dalam rumah.
Bee masih menunggu pengawal tadi.
"Silahkan Nona, Nyonya Angelica sudah menunggu,"
"Baik Pak, terimakasih," Bee menunduk hormat ke pengawal.
Bee berjalan di belakang pengawal memasuki rumah mewah tersebut.
Pengawal mengajak Bee masuk dan menemui Nyonya Angelica.
Pengawal kembali ke tempat nya. Bee di tinggal menemui orang yang ditemuinya.
"Selamat sore Nyonya,"
"Sore, ayo sini," nyonya Angelica mengajak Bee duduk di dekatnya.
"Maaf Nyonya saya ingin menyampaikan ini ke Nyonya," Bee memberikan surat yang diminta ibu angkatnya diberikan kepada ibu Angelica.
Angelica menerima surat tersebut. Ia membukanya dan membacanya. Matanya membola. Ia terus membaca yang ujung-ujungnya airmata menetes di pipinya.
Bee bingung melihatnya.
"Nyonya," panggil Bee.
Angelica mengangkat kepalanya. Ia menghapus airmatanya yang menetes.
"Kamu Bee? Ribeena? Yang dulu selalu diikat satu rambutnya waktu masih kecil?"
"Sekarang juga masih di ikat kok Tante," Bee tersenyum ramah.
"Kamu akan tinggal di sini Bee, permintaan sahabat baik saya,"
"Apakah tidak apa-apa Tante? Saya tinggal di sini? Saya ambil kos aja Tante, dan saya akan kuliah sambil bekerja,"
"Kamu kuliah dimana?" tanya Angelica.
"Saya baru lulus SMA Tante, tetapi saya mendapatkan beasiswa untuk kuliah di universitas X,"
"Waahh, itu kampus anak saya juga, Sean dan Cherissa,"
Bee diam saja, sebenarnya dirinya sangat sungkan dengan Ibu Angelica, Ibu Angelica yang sangat cantik.
"Kamu akan tinggal di sini, itu pesan dari almarhumah Rinda, amanatnya itu,"
"Maaa," teriak seorang lelaki tampan yang tadi dijumpainya di bandara dan di depan pagar tadi.
Lelaki tersebut memandang Bee sekilas saja.
"Kenapa Reev, manggil-manggil teriak gitu,"
"Itu Ma, ya sudah lah nanti aja Ma, Mama lagi ada tamu,"
"Eitss.. Reev ada apa kok malah gak jadi?"
"Nanti aja Ma," Reev mencuri-curi pandang ke gadis cupu di depannya ini.
"Hari gini pakaiannya gak up date banget," batin Reev.
Reev ngeloyor pergi dari depan mama dan tamunya.
"Bee, mulai malam ini kamu akan tinggal bersama kami di rumah ini, okey? Tidak ada bantahan,"
"Ta.. tapi Tante?"
"Jangan panggil Tante, panggil selain Tante, Ibu, mama, mommy boleh,"
Bee bengong.
Bee masih bersama Angelica di ruang tamu, Bee yang baru pertamakali ini pergi jauh dari rumah nya dan berada di tempat asing, hati nya selalu merasa gelisah. Bee gadis muda yang baru beranjak dewasa harus menjalani hidup seorang diri di dunia yang penuh dengan drama ini.
"Kenapa melamun sayang?" terdengar lembut suara Angelica di telinga Bee.
"Emm.. maaf Tante..saya.. "
"Kok panggil tante lagi, panggil aja Mama ya sama dengan yang lainnya sekarang kamu adalah anak bungsu Mama,"
Bee manatap wanita cantik di depannya ini tanpa berkedip.
"Ma-ma.. Tante? Apa tidak masalah Tante?" tanya Bee gugup.
"Iya sayang panggil Mama bukan Tante, mulai sekarang kamu akan tinggal di rumah ini, jadi anak Mama, sekarang ayo ikut Mama ke lantai dua Mama tunjukin kamar kamu,"
Bee mengikuti wanita cantik di depannya ini ke lantai dua.
Mereka melewati beberapa kamar dengan pintu tertutup.
"Nah ini sekarang kamar kamu, ayo masuk," Angelica membuka pintu kamar berwarna peach soft dan mengajak Bee masuk ke dalam kamar.
Bee yang masih berdiri di depan pintu mengikuti langkah wanita di depannya ini.
Dari ekor matanya Bee melirik ke setiap sudut ruangan kamar.
Kamarnya besar sekali, harum ruangannya membuat tenang hati, kasurnya bagus banget, Bee bermonolog dalam hatinya.
"Bee, Mama tinggal dulu ya kamu istirahat aja, nanti malam kita makan bersama di ruang makan, apa kamu suka dengan kamarnya?" Angelica menatap wajah Bee ia mengamati wajah Bee dengan seksama.
Wajah gadis ini sebenarnya cantik, kenapa harus memakai kacamata dengan model seperti jadul begitu, aku akan mengubahnya membuat ia menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan berkelas, Rinda aku akan menjaga dan merawat anakmu dengan baik, meski ia seorang anak yang kamu temukan di depan rumah mu," batin Angelica.
"Tante.. ehh.. Mama.. " panggil Bee membuyarkan lamunan Angelica.
Angelica tersadar dari lamunannya.
"Iya sayang, ya udah Mama ke bawah dulu," Angelica memeluk tubuh kurus Bee.
Bee yang ditinggal sendiri di kamar mendudukkan dirinya di sofa ujung ranjang. Ia mengamati seluruh isi kamar.
Nyaman sekali kamar ini, bersih rapi wangi, pasti betah aku di kamar ini, batin Bee.
Bee berjalan ke pintu balkon, di bukanya dan ia berjalan ke ujung balkon melihat pemandangan luar dari atas balkon, Bee tidak menyadari di sebelah nya seorang lelaki yang juga sama-sama sedang berada di balkon kamar nya. Lelaki tersebut sedang berbaring di sofa nya sambil merokok, matanya mengarah ke balkon kamar Bee. Di lihatnya gadis cupu yang tadi di lihatnya di gerbang depan.
Lelaki tersebut heran kenapa ada gadis itu di sebelah kamar nya.
Bee sedang menatap lurus ke depan memandang langit sore dengan semburat jingga melukis langit, betapa indahnya, tetapi tidak dengan hidupku, batin Bee, tiba-tiba saja wajahnya menekuk, airmata mengalir di pipinya.
Lelaki yang sedang di sofa mengamati setiap pergerakan gadis itu.
Kenapa dia, tadi wajahnya cerah, kenapa langsung menunduk, apakah ia sedang bersedih, monolog lelaki itu pada dirinya sendiri.
Bee mengusap airmatanya yang menetes di pipinya. Wajah Bee berpaling ke samping, tepat saat lelaki itu juga sedang mengamati dirinya.
Netra Bee dan lelaki tampan tersebut bersirobok, sama-sama saling menatap, lelaki tampan tersebut menatapnya tajam. Wajah Bee yang sendu tertangkap oleh lelaki itu.
Bee segera menurunkan kembali pandangannya, Bee tidak memakai kacamatanya pada saat itu. Bee sudah melepaskan kacamata nya.
Lelaki tersebut juga tidak memperhatikan dengan intens waktu di depan pagar. Ia hanya melihat sekilas saja, sekarang ia bisa menatap wajah gadis itu hanya dalam jarak 4 meter.
Gadis bermata sendu, dengan hidungnya yang mancung dan bibirnya yang tipis dan menggoda.
Bee segera membalikkan tubuhnya dan masuk kembali ke dalam kamar.
Lelaki tersebut masih asyik berbaring di sofa menikmati rokoknya. Lelaki dengan rambut gondrong dan bulu-bulu halus di wajahnya.
Di dalam kamar Bee membersihan dirinya, selesai dari kamar mandi Bee membuka kopernya dan mencari baju ganti. Bajunya tidak banyak hanya beberapa pasang saja.
Bee yang berangkat mendadak tidak sempat membawa banyak pakaian. Semuanya harus di persiapkan seorang diri termasuk memesan pesawat malam itu juga ia mengurusnya sendiri.
Selesai memakai pakaian dan menyusunnya di dalam lemari Bee mendengar pintu kamarnya di ketuk.
Bee berjalan ke pintu kamar dan membukanya.
"Non, sudah di tunggu Nyonya di meja makan," ucap bibi paruh baya ramah.
Bee tersenyum, ia seperti melihat ibu angkat nya saat melihat bibi, bicaranya lembut dan ramah tak lupa senyum terukir di bibir nya.
Bibi menjauh dari kamar nya Bee kembali ke kamar, berdiri di depan cermin memakai kacamatanya dan mengekor rambutnya tinggi-tinggi. Wajah yang tadinya tampak cantik jadi berbeda saat memakai kacamata dengan bingkai tebal dan terkesan jadul. Wajah Bee menjadi cupu.
Bee suka melihat wajah cantiknya yang bisa dia tutupi dengan kacamata jadulnya dan ikatan rambutnya.
Bee tidak ingin di ganggu dengan segala permasalahan remaja yang sering di lihatnya di medsos. Remaja-remaja muda yang mencari jati diri, mecoba mendekati lawan jenis, berpacaran, berduaan di malam minggu, nongki-nongki cantik di cafe dan lain-lainnya.
Bee ingin fokus untuk dirinya sendiri mengembang kan diri nya agar bisa menjadi wanita mandiri tidak diremehkan orang dan bisa memberi kontribusi nyata untuk orang-orang di sekitarnya atau perusahaan yang nantinya tempat ia bekerja.
Bee bukan gadis bodoh yang akan menerima nasibnya begitu saja. Baginya hidup nya sangat berarti, ia tidak akan menyerah, ia akan berjuang untuk mimpi nya menjadi sosok yang mandiri dan tidak di remehkan oleh orang lain, meski ia harus mendapatkan bullyan nantinya dengan penampilannya yang cupu, ia memang sengaja agar tidak banyak lawan jenis yang mengganggunya dan para gadis cantik tidak akan iri dengan kecantikan dirinya.
Bee turun ke bawah ia berjalan pelan menuruni tangga. Dengan outfit rumahannya yang sopan, rok pink kembang selutut, baju kaos longgar berwarna putih.
Keluarga Maheswara sudah berkumpul di meja makan.
Semua mata memandang ke arah Bee. Bee menjadi gugup wajahnya memucat tangannya terasa dingin, kakinya seakan memaku tak bisa digerakkan. Bee menjadi pusat perhatian. Ia belum siap dipandangi satu keluarga di depannya ini.
"Bee, sini sayang, jangan berdiri aja," panggil mama Angel.
Bee melangkahkan kakinya menuju ke meja makan.
Bee mengambil tempat duduk di samping gadis cantik berambut coklat sebahu. Di sebelahnya mama Angel.
Bee tidak berani menatap dua lelaki tampan yang duduk di depannya. Bee gugup sekali, belum pernah ia duduk berkumpul di meja makan seperti ini. Biasanya ia hanya berdua dengan ibunya saja di rumah. Makan berdua, ngobrol berdua, ke pasar berdua selalu berdua.
"Bee, ayo ambil nasi sama lauknya, kenapa kamu? Masih malu ya sama semuanya? Apa mama ambilkan nasinya?"
Bee menggelengkan kepalanya, ia ingin bersuara tetapi terasa sulit keluar dari bibirnya.
Dua lelaki tampan di depannya menatap tajam ke arahnya, sedangkan gadis di sebelahnya dengan cueknya mengambil nasi dan lauk pauknya di piringnya sendiri.
"Kita makan dulu, selesai makan baru Mama kenalin Bee dengan saudara-saudara Bee yang lainnya,"
Semua mata anak-anak mama Angel mengernyitkan alisnya mendengar kata-kata mamanya.
Saudara, saudara darimana, kenapa mereka selama ini tidak tau mereka punya saudara yang umurnya sebaya dengan Cherissa, adik bungsu nya, salah seorang lelaki tampan yang berambut gondrong bermonolog di dalam hatinya.
Bee semakin tidak enak hatinya, ia pasti tidak akan bisa makan di meja ini. Aura di meja ini terasa dingin dan mencekam bagi dirinya.
Papa Errick yang wajahnya bule hanya memperhatikan saja raut-raut wajah putra putrinya yang keheranan.
"Sudah ayo makan dulu, jangan malah bengong semuanya," ucap Papa Errick memecah keheningan.
"Iya ayo makan dulu, Bee diisi nasi sama lauknya di piringmu, sayang,"
"I-iya, Ma," ucap Bee dengan suara lembutnya seperti anak kucing yang ketakutan.
Tiga saudara kakak beradik tersebut kembali tekejut dengan panggilan gadis cupu itu ke mamanya.
Semua yang ada di meja makan sudah mengisi pringnya masing-masing dengan nasi dan lauk pauk, Bee sendiri yang belum, semua menunggu dirinya, dengan gugup Bee ingin mengambil nasi yang agak jauh dari tempatnya. Ia merasa sungkan, ia ingin berdiri tetapi tidak enak hati. Lelaki tampan yang berambut gondrong yang duduk di depan Cherissa akhirnya mengulurkan tangannya dan mendekatkan tempat nasi di depan Bee.
Bee melirik takut- takut lelaki tersebut, ia tersenyum tipis.
"Terimakasih Kak," lirih Bee.
Setelah piring nya diisi nasi dan lauk pauk baru mereka makan dengan hening tanpa ada suara yang bicara, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu di piring.
Bee makan sedikit sekali lelaki tampan yang tadi mengambil kan tempat nasi ke depannya melirik piring Bee.
Suasana terasa tegang dan mencekam bagi diri Bee sendiri tetapi tidak dengan yang lain satu keluarga tersebut, mereka biasa saja di meja makan.
Selesai makan makanan utama mereka memakan desserts yang ada di meja.
"Bee, kenapa sedikit sekali makannya? Makan yang banyak Bee biar berisi badannya," ucap mama Angel.
Tiga kakak beradek hanya melirik ke piring Bee, mereka belum mengeluarkan suaranya.
"Ma aku udahan ya, mau ke rumah teman nih," ucap lelaki gondrong tersebut dan akan bergerak dari kursinya.
"Sebentar, Sean, mama mau mengenalkan saudara bungsu kalian ini, jangan pergi dulu,"
"Saudara bungsu Ma?!" teriak tiga saudara tersebut.
"Cheris anak bungsu Mama, Ma bukan yang lain," protes Cheris tak terima.
Mama tertawa lebar, wajah Cherissa sudah cemberut saja.
"Iya kamu bungsu, cuma ini ada adek bungsu lagi, namanya Ribeena, panggilan nya Bee, Bee ini anak sahabat Mama, Rinda yang pindah ke kota X setelah menikah,"
"Rinda baru saja meninggal dan menitipkan amanah agar Bee tinggal dengan Mama,"
"Kenapa gitu Ma?" ucap Reever si sulung.
"Rinda dan Mama sangat dekat Reev, Mama juga banyak berhutang budi dengan sahabat Mama itu, Rinda orang yang baik, saat sakit nya pun ia tidak mau menyusahkan Mama," jelas Mama Angel.
"Sudah, sudah, perkenalkan saja anak-anak ini sama Bee Ma, mereka sudah pada dewasa bukan anak-anak lagi, biar saja Bee tinggal di sini, Bee kuliah di tempat yang sama denganmu Sean dan Cherissa, Bee akan ke kampus dengan antar jemput sopir papa, jika kalian tidak ada yang mau pergi bareng dengannya," tegas papa Dimas ke anak-anak nya.
"Om, maaf saya ke kampus naik bis aja tak usah antar jemput, saya bisa sendiri Om ke kampus,"
"Tidak ada bantahan, Bee," tegas papa lagi.
Bee menelan salivanya, suara berat papa Dimas membuat nya ciut mendengarnya.
"Baik Om,"
"Panggilnya Papa, sayang bukan Om," protes mama Angel ke Bee.
Bee menarik ujung bibirnya.
Selama hidupnya Bee tidak pernah mempunyai Papa, menurut ibunya papa angkat Bee meninggal saat Bee masih berusia balita.
Bee di besarkan oleh Ibu Rinda sebagai single parent, Ibu Rinda tidak menikah lagi setelah suaminya meninggal.
" Oke Bee, nah di depan Mama ini namanya kakak Reever, sebelah nya kakak Sean, dan yang di sebelah Mama ini si cantik Cherissa,"
Para lelaki tampan tersebut tidak terlalu antusias di kenalkan dengan gadis cupu di depan mereka ini. Sedangkan Cherissa tersenyum hangat ke Bee.
"Baiklah karena sudah selesai perkenalannya, makan malam ini selesai, kalian boleh melakukan kegiatan masing-masing,"
Reever, Sean dan Cherissa beranjak dari kursi mereka. Papa Errick sudah duluan menuju ke ruang keluarga menonton televisi kegemarannya menonton bola.
Bee masih di tempat ia berdiri dan akan membawa piring-piring kotor ke dapur.
"Sudah, Bee, biar bibi aja yang membersihkan mejanya," ucap Mama Angel.
"Gak apa-apa kok Ma, ini sebentar aja bawa ke dapur nya,"
Mama Angel tidak bisa melarang Bee untuk membawa piring-piring kotor ke dapur untuk di cuci.
Bibi sudah berada di meja mengangkat lauk pauk untuk di pindahkan ke lemari makan yang ada di dapur.
Bee mencuci semua piring kotor habis makan tadi.
"Sudah Nonton biar Bibi aja, Non istirahat aja,"
"Gak papa kok Bi,"
Selesai di dapur Bee di panggil Mama Angel ke ruang keluarga.
"Bee, ada yang mau Papa dan Mama sampaikan,"
"Iya Ma?"
"Karena kamu sudah Mama dan Papa anggap sebagai anak sendiri, Mama Papa akan memberikan uang saku buat kamu kuliah, sayang,"
Bee kaget, ia yang tinggal disini saja sudah merasa beruntung apalagi ini akan di beri uang saku.
"Maaf, Ma, Om, bukan Bee menolak tapi Bee bisa cari duit sendiri Ma, Bee bisa bekerja sambil kuliah," jawab Bee.
"Tapi Mama dan Papa ingin memberi uang saku ke kamu, sayang,"
"Bee, merasa tersanjung Ma, Om, tapi Bee ingin hidup mandiri Ma, Om, terimakasih banyak sudah mau menampung Bee di rumah ini, dan ini sudah merupakan anugerah bagi Bee bs tinggal di rumah ini," ucap Bee matanya berkaca-kaca.
Mama salut dengan gadis remaja di depannya ini yang sebentar lagi akan beranjak dewasa. Rinda sudah sangat baik mendidiknya.
"Jangan sedih sayang, baiklah, Mama Papa akan tetap mentransfer ke rekening mu, mau kamu gunakan atau tidak terserah kamu sayang," Mama mendekati Bee dan mememeluknya.
"Ma, Om, apa boleh Bee ke taman belakang? Bee ingin melihat-lihat dan berjalan-jalan ke taman belakang,"
"Iya sayang, silahkan saja, ini rumah mu sendiri jangan sungkan ya,"
"Terimakasih Ma, Om,"
"Papa sayang bukan Om," ucap mama Angel.
Bee masih terlalu sungkan dengan suami mama Angel, Om Errick, orang nya pendiam dan sekali menatap seperti mau menelan orang saja.
Papa Errick ini hampir sama dengan lelaki yang ada di balkon kamar sebelah, yang mengambilkan nasi, auranya terlalu dingin dan kaku, batin Bee.
"Jangan melamun sayang katanya mau ke belakang,"
"Ohh iya Ma, Bee ke belakang dulu, Om Bee ke belakang dulu," Bee beranjak dari duduknya dan melangkah menjauhi ruang keluarga.
Bee berjalan melewati dapur dan menuju pintu ruangan belakang. Bee berjalan ke gazebo yang ada di tengah taman.
Bee mengira di sana kosong tetapi ada seorang cowok yang sedang bersandar di dinding gazebo kakinya berselonjor tangannya sibuk dengan ponselnya.
Bee yang melihat cowok gondrong tersebut hendak berbalik arah, tetapi suara dingin di telinganya membuat langkahnya terhenti.
"Mau duduk di sini juga?" tanya lelaki itu.
"Emm, gak jadi saya mau ke kamar aja," ucap Bee dengan suara pelan.
"Kamu malu?"
Bee mengangkat kepalanya.
Mata mereka saling beradu. Di keremangan malam Bee tidak terlalu jelas memandang wajah yang hanya berjarak dua meter dari dirinya berdiri.
"Duduk sini, temani aku, itu ada minuman dan cemilan kamu boleh makan dan minum," ucap lelaki itu tanpa menoleh ke Bee.
Bee melihat ke minuman kaleng, air mineral dan juga bungkusan beberapa snack yang ada di depan lelaki itu.
"Kenapa masih berdiri di situ? Duduk," perintah lelaki itu ke Bee.
Bee ragu-ragu untuk duduk. Si lelaki menoleh ke Bee.
"Ayo duduk, jangan berdiri aja,"
Akhirnya Bee duduk di depan lelaki itu agak berjauhan ia di pinggir gazebo dengan kaki menggantung, ia duduk membelakangi lelaki tersebut.
Si lelaki tersebut mengamati punggung gadis itu. Gadis lansing dengan leher panjang kulit putih bersih.
"Kok membelakangi aku duduknya,"
Bee menoleh, "Saya di sini saja Kak," ucapnya halus lembut suaranya.
Mata mereka kembali bertautan.
"Terserah aja," ucap lelaki itu dingin.
Bee yang tadinya ingin berjalan-jalan melihat-lihat suasana malam di taman belakang rumah, akhirnya duduk dengan manis menemani anak lelaki tampan mama Angel yang berambut gondrong dengan wajah sama seperti papanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!