Andra Wijaya Saputra yang sudah satu tahun ditinggal meninggal oleh sang istri tercinta karena sakit kanker yang dua tahun terakhir diidapnya. Masih terpuruk meski sudah ada anak kembar yang selalu menemani hari-harinya. Tidak ada seorang perempuan di luar sana yang mampu mendekati Andra apalagi si kembar Khalisa Putri Wijaya (7 tahun) dan Khansa Putri Wijaya (7 tahun).
Laki-laki berparas tampan itu yang bulan ini genap berusia 32 tahun, belum sedikit pun mau beranjak dari kenangannya bersama sang istri, Milea Chantika. Yang sudah 7 tahun lalu membina rumah tangga bersamanya. Namun, masih tetap manis harmonis. Hubungan suami istri yang tanpa cela dan kekurangan, mereka bahu membahu menciptakan kebahagiaan untuk keluarga tercinta.
Milen Agatha, perempuan cantik yang berhijab dengan penampilan sedikit urakan namun tetap tertutup, tutur kata terkadang suka nyeleneh, terlalu ceroboh dan gegabah dalam bertindak dan lambat dalam berpikir serta sedikit lebih keras kepala. Tapi, meski begitu Milen sangat patuh dan sayang terhadap Mama Mayang dan Papa Hermawan.
Milea Chantika, wanita cantik yang sangat sempurna di mata seorang pria yang bernama Andra. Hingga akhir hayatnya wanita cantik itu selalu tersenyum meski rasa sakit sedang mendera.
Hermawan dan Mayang adalah kedua orang tua dari Milea dan Milen. Mama Mayang sangat lemah lembut, sangat baik dan keibuan. Sangat berbeda dengan Papa Hermawan yang sangat tegas, bertanggung jawab dan disiplin terhadap apapun. Kehidupan rumah tangga mereka pun sangat harmonis walau harus menyatukan dua kepribadian yang sangat berlainan.
Angkasa dan Vivian merupakan Mama dan Papa dari Andra. Mama Vivian seorang wanita sosialita yang tetap mementingkan keluarga. Apalagi setelah kepergian menantu tersayang, Mama Vivian sangat perhatian terhadap kedua cucunya yang kini tidak memiliki figur seorang Ibu.
.....
Melihat tumbuh kembang sang cucu yang sepertinya kurang mendapatkan kasih sayang dan sosok seorang Ibu, menjadikan Papa Angkasa dan Mama Vivian beserta Papa Hermawan dan Mama Mayang bersepakat untuk menikah kan Andra dan Milen.
Belum lagi rumah tiga lantai milik Andra yang tidak terurus dengan baik padahal ada banyak pelayan di sana yang setiap harinya merawat dan membersihkan rumah milik Andra. Namun, sangat terlihat gersang dan sepi seperti tanpa penghuni.
Mengingat kedekatan yang selama ini terjalin cukup baik dan erat antara si kembar dan Milen menjadi bahan pertimbangan utama bagi kedua keluarga untuk menyatukan dua orang yang bagaikan langit dan bumi itu bersatu dalam ikatan suci pernikahan.
Setelah pertemuan dua keluarga tanpa kedua orang yang sedang mereka targetkan, kedua pasangan suami istri itu pulang ke rumah masing-masing dengan mambawa harapan baru untuk keluarga mereka.
"Mama Papa dari mana? Tumben aku pulang kerja enggak ada? Udah gitu enggak ngasih kabar lagi!" Milen yang sudah duduk di meja makan langsung menanyai kedua orang tuanya yang baru saja tiba di rumah.
Papa Mama langsung ikut duduk di depan Milen, anak kedua mereka sedang asyik mengunyah cemilannya yang berbahan cokelat. Namun, meski begitu tubuh Milen tidak pernah gemuk padahal sering banget ngemil. Jika dilihat secara kepribadian, jelas sekali ada banyak perbedaan yang sangat mencolok diantara kedua putri mereka. Namun, baik Papa Mama tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang.
Jarak usia Milea dan Milen hanya terpaut 6 tahun saja. Karena sebenarnya Milen bukan anak yang direncanakan, namun hadir begitu saja di rahim Mama Mayang yang tidak mengonsumsi pil penunda kehamilan atau yang lainnya.
"Mama tadi bertemu dengan Mama Vivi, kami habis cerita banyak lalu ke kantor Papa sebentar" jawab Mama sambil menatap sang putri.
"Oh Mama Vivi, Mama Vivi sehat Ma?" Milen memang masih peduli pada wanita yang menjadi mertua almarhumah kakaknya.
"Sehat sayang, dia juga menitipkan salam untuk mu."
"Waalaikumsalam, Ma."
Kini Mama melempar pandangan pada Papa yang sedang asyik pada ponselnya, ternyata Papa sedang berkirim kabar bersama Papa Angkasa. Papa Angkasa sudah bicara pada Andra dan tentu saja putranya itu sangat menolak untuk menikah dengan Milen dengan segudang alasan yang dikemukakan.
"Pa!."
"Ah iya Ma."
Mama memberi kode pada Papa untuk segera bicara pada putrinya sebelum putrinya itu pergi tidur. Karena Milen tidak bisa tidur larut malam.
Sebelum Papa bicara, terlebih dulu Papa menyerahkan ponsel pada Mama dan meminta Mama untuk melanjutkan berkirim kabar dengan kedua orang tua Andra.
"Milen sayang..."
"Iya Pa, ada apa?."
"Selama ini Papa tidak pernah meminta apapun pada Milen 'kan?." Milen segera menganggukkan kepalanya sambil menatap serius wajah sang Papa.
"Hari ini baru Papa mau minta sesuatu dari Milen dan Papa mau Milen mengabulkannya. Apa bisa?."
"Papa mau minta nyawa Milen sekalipun akan Milen kasih untuk Papa."
"Benar?" tanya Papa menegaskan sembari mencari keseriusan di dalam mata sang putri. Dan memang tidak mengecewakan.
Milen mengangguk sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.
"Atau Papa mau kucing kesayangan Milen juga enggak apa-apa. Tapi, kucing Milen lagi sakit, tadi baru di bawa ke Dokter sama Bibi Tar."
Papa tersenyum seraya menggeleng sambil memegang tangan Milen.
"Papa minta kamu bersedia menikah dengan Andra" ucap Papa sangat hati-hati sebab Papa tahu putrinya itu kurang dekat dengan Andra selama Andra menjadi Kakak iparnya. Entah karena alasan apa?.
Milen segera menggelengkan kepalanya berulang kali sebagai tanda tidak setuju, Milen sangat tidak bisa memenuhi permintaan sang Papa untuk pertama kalinya itu.
"Bukannya nyawa aja bisa Milen kasih untuk Papa? Lalu permintaan kecil ini masa Milen tidak mau mengabulkannya?."
"Bukan begitu Papa sayang! lebih baik Milen menyerahkan nyawa atau kucing kesayangan Milen deh daripada Milen harus nikah sama Kak Andra!" tolak Milen mentah mentah.
Papa yang hendak bicara lagi mendebat Milen terdiam seketika ketika Mama menggelengkan kepalanya. Mereka harus mencari cara lain supaya kedua orang itu mau menikah.
Papa Mama menarik nafas bersamaan. Bukan hanya Andra saja yang menolak tapi Milen juga. Rencana kedua orang tua Andra untuk menurunkan dua bidadari Andra sepertinya pilihan yang akan berhasil mengingat Andra sangat dekat dengan kedua putrinya yang kembar.
.....
Pulang sekolah Khalisa dan Khansa di jemput oleh kedua Nenek dan Kakeknya. Mereka tidak langsung pulang menuju rumah melainkan ke sebuah tempat makan siap saji yang menjadi makanan kesukaan Khalisa dan Khansa.
"Papa kemana tidak menjemput kami?" tanya Khalisa setelah menyuap satu potong ayam di cocol saus cabai. Anak berambut panjang di kepang dua itu sangat menyukai rasa pedas.
"Ada meeting di kantor sayang, asisten Papa juga lagi ada pekerjaan di luar jadi kami semua berinisiatif untuk menjemput kalian. Apa kalian senang kalau kami yang jemput?" tanya Mama Vivi.
"Tentu saja Nenek" jawab keduanya serempak.
"Tapi, ada yang mau Nenek minta pada kalian" lanjut Mama Vivi.
"Minta apa Nek? Katakan saja?" kini Khansa yang menjawab. Sebab Khalisa sedang mengambil saus dan memesan satu ayam lagi.
"Khanza Minta pada Papa supaya menikah dengan Tante Milen, nanti biar Khalisa bicara sama Tante Milen supaya mau nikah sama Papa Andra."
"Mau Nek! Iya aku akan bicara pada Papa" jawab Khanza dengan sangat cepat.
Setelah duduk kembali di meja, Nenek Mayang yang bicara pada Khalisa dan menjelaskan semuanya.
"Iya Nek aku juga mau!" seru Khalisa sangat senang.
Saat ini kedua pasangan yang telah menjadi kakek dan nenek itu bisa bernafas lega karena kedua cucu mereka sangat menginginkannya. Namun belum tahu dengan hasilnya nanti akan seperti apa?.
Khansa dan Khalisa kebagian tugas untuk membujuk Andra dan Milen. Yang disponsori langsung oleh kedua nenek dan kakek mereka.
Pembagian tugas yang sangat adil, Khalisa serta Mama dan Papa Milen tentu saja untuk membujuk Milen. Sedangkan Khansa serta kedua orang tua Andra untuk membujuk Andra.
Di mulai dari Khalisa yang saat itu mendatangi Papa Andra di ruang kerja. Pria dewasa itu selalu menyibukkan dirinya di sana, menenggelamkan ingatannya dengan banyak pekerjaan hingga terkadang melupakan ada dua bidadari yang sangat membutuhkan waktu, perhatian dan kasih sayang darinya. Namun, Andra sangat abai akan hal itu.
"Ada apa sayangnya Papa?" tanya Papa Andra setelah Khansa masuk dan duduk di depan sang Papa setelah sebelumnya mengetuk pintu.
Anak kecil itu memainkan kuku-kuku semua jarinya sebelum berani bicara dengan Papa Andra. Sebab Khansa melihat ada banyak tumpukan kertas yang berserakan di atas meja.
"Papa tidak sedang sibuk sayang, ini hanya beberapa pekerjaan yang sudah selesai tapi belum sempat Papa rapikan" sambil tersenyum Papa Andra seakan mengerti dengan tatapan sang putri. Pria itu merapikan sebentar kertas-kertas tersebut lalu diletakkan di sisi kanan.
Baik Khalisa ataupun Khansa selalu tahu dan tidak ingin menganggu jika Papa Andra sedang banyak pekerjaan. Sebab, pernah satu kali mereka berdua terkena bentakan kecil dari Andra. Maka dari kejadian itu, Khansa dan Khalisa berusaha mengerti keadaan dan posisi sang Papa.
"Papa..."
"Ada apa sayang?."
"Khansa mau punya Mama! Apa boleh?" tanya gadis kecil itu pelan dengan wajah sangat polos tapi sangat jujur sekali.
Deg
Hati Andra seperti teriris ketika putri kecilnya meminta seorang Mama . Apa Khalisa sudah tidak menyayangi Milea lagi? Kenapa begitu cepat tergantikan dengan orang lain? Tapi, kira-kira siapa?.
Andra bangkit dan berjalan mendekati Khansa lalu berjongkok di hadapan sang putri. Mensejajarkan tubuh besarnya dengan tubuh mungil sang anak.
"Bukannya Khansa sudah memiliki Mama dan itu Mama Milea?" Andra memejamkan mata seraya mengusap pucuk kepala Khansa.
Khansa menggeleng lemah sambil memegang kuat tangan Papa Andra.
"Mama Milea sudah tidak bersama Khansa lagi Pa. Khansa maunya Mama yang selalu ada di samping Khansa, menemani Khansa bermain, mengantar dan menjemput Khansa ke sekolah, makan bersama di meja makan, membacakan Khansa dongeng sebelum tidur dan ada banyak lagi yang mau Khansa lakukan bersama Mama" begitu panjang kalimat yang dituturkan oleh Khansa yang menggambarkan mengenai sosok Mama yang diinginkannya.
Deg
Lagi-lagi ada sebuah batu besar yang menghimpitnya hingga Papa Andra kesulitan untuk bernafas. Pria dewasa itu berdiri sejenak lalu menarik nafas panjang, mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Kemudian kembali berjongkok di depan Khansa.
Pasti Khansa dan Khalisa sangat kesepian tanpa adanya Milea disisi mereka. Ternyata Papa Andra begitu egois, hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa melihat kedua putrinya.
"Siapa yang mau Khansa jadikan sebagai Mama?" tanya Papa Andra begitu lembut. Tapi, dengan hati yang sangat was-was atas permintaan Khansa.
"Tante Milen."
Jedddaarrrr
"Milen?" gumam Papa Andra lirih. Kemudian Khansa mengangguk dengan sangat cepat dan sorot mata berbinar serta penuh harap.
Khansa sangat bersemangat. Anak kecil itu tidak bisa menutupi rasa ingin memiliki dan berdekatan terus dengan Milen. Tapi, Papa Andra menyadari sesuatu, pasti kaitannya sangat erat dengan permintaan kedua orang tuanya beberapa minggu lalu. Ya, walau pun sangat tidak bisa dipungkiri kalau Khansa dan Khalisa selalu membicarakan dan sangat sayang dengan sosok Milan.
Selang beberapa hari dari Khansa yang bicara pada Papa Andra yang belum mendapatkan keputusan akhir seperti apa. Hal serupa juga terjadi pada Milen siang ini, ketika salah satu anak kembar almarhumah kakaknya datang ke butik dan secara langsung memintanya untuk menjadi Mama mereka. Milen juga berpikiran sama jika itu pasti kerjaan kedua orang tuanya setelah gagal membujuknya. Kini mendatangkan peri cantik yang sangat kesepian dan sangat butuh sosok hangat seorang Mama.
Milen sangat menyadari banyak hal, ada banyak perbedaan prinsip antaranya dirinya dan almarhumah sang kakak tercinta. Apa Milen sanggup untuk meneruskan prinsip-prinsip yang sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsipnya?. Atau justru Milen yang akan menerapkan prinsip-prinsipnya pada mereka?. Di sini kedua anak perempuan yang sangat cantik-cantik yang sangat membutuhkan dirinya. Karena pada Andra, Milen sangat tidak peduli dan tidak mau tahu atau ikut campur.
"Tante Milen enggak mau ya jadi Mama ku dan Khansa?" tanyanya dengan mata yang sudah mengembun.
Air matanya langsung terjun bebas saat pandangan matanya beradu dengan mata milik Milen.
"Bukan begitu sayang!, Tante hanya..."
"Jadilah Mama untuk ku dan Khansa, Tante?" ucap gadis kecil itu lagi sembari memeluk Milen yang sedang duduk di sofa.
Milen terdiam sejenak sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh kecil Khalisa. Mulutnya terasa terkunci dengan permintaan ponakannya yang sangat mustahil untuk dikabulkan.
Hening untuk beberapa lama setelah tangisan Khalisa reda, Milen melerai pelukannya dan meminta Khalisa untuk ikut pulang bersamanya. Milen belum bisa memberikan jawaban yang diharapkan oleh Khalisa. Sebab, Milen harus berpikir keras dan melakukan sesuatu sebelum menerima atau menolak permintaan ponakannya tersebut.
.....
Milen dan Andra sama-sama duduk di sebuah cafe setelah dua minggu berpikir, mencoba meluruskan hati dan pikirannya sebelum memberikan keputusannya pada kedua orang tua masing-masing yang sedang dalam perjalanan menuju cafe tersebut.
Sebelum itu, Andra sudah memesan kopi panas namun sedikit pahit untuk dirinya. Sedangkan jus jeruk untuk Milen, jus yang biasanya disukai oleh banyak perempuan. Karena Andra sendiri tidak tahu minuman kesukaan Milen.
"Kenapa tidak di minum jus nya?" tanya Andra setelah setengah jam jus itu ada di meja sambil menyesap kopi yang masih terlihat ada uap panasnya. Sementara ini sudah kopi kedua yang Andra pesan.
"Aku tidak minum jus jeruk!" jawab Milen menggeleng.
"Bukannya di minum sebagai bentuk menghargai orang yang sudah memesannya, ini malah dianggurin. Mana bisa model begini jadi Mama untuk Khansa dan Khalisa?" ejek Andra memandang remeh pada Milen.
Lalu sedetik kemudian Milen membawa jus jeruk tersebut ke seorang pelayan dan meminta untuk membungkusnya beserta beberapa potong roti. Tidak berselang lama, Milen sudah membawa jus jeruk ditanganya dan satu bungkus berisi roti ke luar cafe lalu menghampiri anak yang sedang duduk dengan pakaian lusuh. Kemudian Milen memberikan pada anak tersebut, terbitlah senyum dari bibir anak itu sambil mengucapkan terima kasih pada Milen.
Hal tersebut tidak lepas dari pengamatan Andra tapi tetap saja Andra tidak respek pada Milen karena tidak menghargainya.
"Jus jeruk itu akan lebih berharga jika diberikan pada orang yang tepat dan sangat membutuhkannya, ketimbang aku paksakan minum yang akan membuat alergi ku kambuh" ucap Milen sambil duduk lagi di depan Andra. Pria itu diam tidak mendebat, hanya menatap wajah Milen yang sedang sedikit tertunduk.
Beberapa menit telah berlalu, kini kedua orang tua Milen dan kedua orang tua Andra sudah duduk satu meja. Mereka tetap menujukkan kehangatan sebagai satu keluarga besar.
"Di sini Papa yang akan bicara mewakili, kami tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Mari kita bicara pada inti saja! Milen, Andra, bagaimana dengan keputusan kalian tentang rencana perjodohan ini?" tanya Papa Hermawan pada kedua orang yang duduk di depan mereka.
"Iya Pa, aku mau..." Andra Milen saling bersitatap setelah memberikan jawaban sama pada Papa Hermawan.
"Alhamdulillah..." ucap kedua pasang suami istri itu sambil mengusap wajah yang berseri-seri.
"Saya terima Nikah dan Kawinnya Milen Agatha binti Hermawan dengan mahar tersebut di bayar tunai."
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah...."
"Alhamdulillah."
Satu jam lalu Milen dan Andra sudah resmi menjadi pasangan suami istri yang halal baik secara agama dan negara. Setelah dua minggu mempersiapkan segala dokumen pernikahan, serta hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan keduanya walau diselenggarakan secara sederhana di rumah kedua orang tua Milen, tetap saja memakan waktu, tenaga dan pikiran.
Bukan tanpa alasan baik Andra atau Milen mau menikah tanpa cinta. Keduanya memiliki alasan yang sangat kuat menurut mereka. Jangan kan cinta, suka aja enggak. Jangan kan suka, tertarik juga enggak.
Namun, keduanya berusaha berjalan di jalan dengan tujuan yang sama yaitu Khansa dan Khalisa.
Acara pernikahan sudah saja selesai, jangan ditanya kedua anak Andra dan almarhumah kakaknya sangat bahagia. Dan tentunya juga ada keluarga kedua belah pihak.
Khansa dan Khalisa tidak pergi jauh dari Mama baru mereka, tanpa mereka lupa dengan Mama yang telah melahirkan mereka ke dunia ini. Keduanya tanpa segan dan ragu langsung memanggil Milen dengan sebutan Mama, bukan Tante lagi.
"Nanti malam aku dan Khansa boleh tidur sama Mama enggak?" tanya Khalisa pada Milen yang terlihat sangat cantik dalam balutan kebaya sederhana dengan balutan hijab kesukaannya.
Milen tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Khalisa, "Boleh sayang."
"Hore..." Khansa dan Khalisa bersorak bahagia sampai jingkrak-jingkrak kegirangan. Sehingga mengundang perhatian kedua nenek dan kakeknya serta Papa Andra yang sedang menyapa beberapa tamu undangan yang merupakan teman-temannya yang terlambat datang.
"Ada apa sayang? Seperti kalian sangat bahagia" tanya Mama Mayang datang menghampiri.
"Kami akan tidur bersama Mama, Nek! Aku dan Khansa" jawab Khalisa kembali jingkrak-jingkrak.
"Khalisa senang?."
"Tentu saja."
"Aku senang juga Nek" sahut Khansa dengan suara yang cukup kencang.
Siang sudah berganti malam, namun suasana di rumah Mama Mayang masih ramai dengan berkumpulnya dua keluarga. Bahkan mereka sudah berencana untuk menginap di sana, masih ada banyak kamar kosong yang bisa ditempati.
Milen dan Andra telah berada di kamar yang sama setelah berhasil membujuk Khansa dan Khalisa tidur bersama kedua neneknya. Sebuah kamar pengantin yang sangat cantik dan indah. Mama Vivi dan Mama Mayang yang telah bekerja keras menghiasnya. Tapi mungkin tidak akan digunakan dengan semestinya.
"Apa ini Kak Andra?" tanya Milan mengerutkan keningnya sambil menatap kertas putih yang sudah ada ditanganya.
"Baca dengan teliti lalu tanda tangan di sana!" perintahnya pada Milen tegas.
Milen membaca poin demi poin dengan sangat teliti yang sudah dipersiapkan secara matang oleh Andra.
Lantai tiga akan menjadi teritorial Milen, Khansa dan Khalisa.
Lantai dua dan satu menjadi teritorial Andra, kecuali area dapur dan meja makan. Dan kecuali Khansa serta Khalisa.
Wajib sarapan dan makan malam bersama.
Wajib hadir di setiap kegiatan Khansa dan Khalisa tanpa kecuali.
Wajib hadir di setiap acara kantor Andra tanpa kecuali.
Wajib sudah ada di rumah sebelum Andra pulang bekerja.
Uang belanja, uang nafkah dan uang untuk keperluan anak-anak akan di kirim setiap awal bulan pada Bank yang sudah ditentukan oleh Andra.
Mengurus diri masing-masing tanpa mencampuri urusan pribadi.
Dilarang kepo terhadap urusan pribadi masing-masing.
Dilarang membuka aib atau bercerita pada orang lain termasuk kedua orang tua dari kedua belah pihak dan wajib berprilaku harmonis di depan kedua orang tua mereka dan khalayak ramai.
Dilarang merubah, mengganti dan menaruh apapun di rumah tersebut kecuali di lantai yang menjadi teritorial Milen.
Dilarang memberitahu siapa pun adanya kesepakatan antara Andra dan Milen. Dan Tidak akan pernah ada sentuhan fisik apapun.
Wajib mengikuti semua aturan Andra tanpa kecuali selama 2 sampai 5 tahun ke depan. Sampai Khansa dan Khalisa mengerti tentang keadaan sebenarnya hubungan pernikahan mereka yang hanya di atas kertas saja.
Kalau salah satu ada yang melanggar harus siap menanggung risiko apapun yang diberikan oleh pasangan.
Milen menarik nafas panjang lalu menatap Andra yang berdiri tegak di depan Milen dengan tangan yang dilipat di dada.
"Aku rasa ini sangat adil untuk kita berdua dan satu hal lagi yang tidak tertulis aku tidak akan memberikan nafkah batin jadi kamu jangan pernah memintanya. Karena tubuh ini hanya milik Milea."
Setelah mengucap bismillah Milen segera membubuhkan tanda tangan di sebelah kanan lalu diikuti oleh Andra di sebelah kiri.
"Aku sudah bilang sama Mama kalau besok aku akan langsung membawa mu ke rumah ku." Milen langsung mengangguk.
Wanita yang masih mengenakan hijab itu segara merapikan sofa untuk Andra tidur, karena tempat tidur itu adalah miliknya. Kedua orang yang tidak saling suka itu langsung mengambil posisi masing-masing di kamar besar itu.
Mata Milen susah sekali terpejam karena keberadaan pria asing yang telah menjadi suaminya berada di kamar miliknya. Bukan masalah kalau Milen harus tidur hijab yang membalut kepalanya. Namun, menyadari seseorang yang sangat memilik arti penting bagi almarhumah sang kakak cukup membuat Milen susah bernafas. Rasanya berbagai oksigen saja Milen tidak mau.
Sampai terdengar suara adzan subuh baru lah Milen merasa sangat ngantuk. Tapi, wanita itu tidak ingin lalai dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim yang baru banyak belajar tentang agama. Milen berusaha melawan rasa kantuknya untuk melaksanakan shalat empat rakaat, dua rakaat shalat sunah dan dua rakaat lagi shalat wajib.
Selesai menengadahkan tangannya ke atas langit, Milen menatap Andra yang memunggunginya. Pria itu tidak mendengar suara adzan yang berkumandang dengan sangat kencang, padahal jarak masjid dari rumahnya sangat dekat.
"Mengingatkan dalam kebiakan itu sangat dianjurkan dan insyaAllah kita akan mendapatkan pahala."
Tangan Milen terulur menyentuh punggung Andra lalu memanggil nama pria itu dengan suara yang begitu merdu.
"Kak Andra bangun! Shalat subuh!."
"Kak Andra bangun! Shalat subuh!."
Sayup sayup terdengar suara istrinya yang memanggil. Tapi, selama ini tidak pernah memintanya untuk shalat.
Andra terkesiap saat membalik tubuhnya dan menemukan wajah cantik Milen dalam balutan mukena polos berwarna putih.
"Kamu lupa kesepakatan kita? Apa perlu aku tempel di jidat mu supaya kamu ingat terus?" decak Andra memasang wajah kesal sambil kembali membalik tubuhnya membelakangi Milen.
"Aku tidak lupa, hanya saja aku mengingatkan Kak Andra untuk melaksanakan shalat di awal waktu."
"Cukup! Untuk kali ini aku maafkan, tapi tidak dengan besok-besok. Apapun yang aku lakukan jangan pernah mengomentarinya."
"Ajal tidak menunggu Kak Andra, jadi sampai Kak Andra menyesalinya."
"Cukup Milen! Jangan menggurui ku!" hardik Andra sangat kencang sambil bangkit dan langsung berjalan ke kamar mandi. Sehingga Milen memegangi kuat mukenanya sambil beristighfar.
"Terkadang niat baik kita tidak diterima dengan baik oleh orang lain. Namun, tetap bersabar dan terus lah tebarkan kebijakan."
Milen yang tidak mempedulikan bentakan Andra langsung ke bawah. Karena biasanya sang Mama sudah menunggunya di meja makan.
"Ma, Khansa dan Khalisa belum bangun?" tanya Milen pada sang Mama yang sedang menyeduh teh panas untuk Papa Hermawan serta kedua besannya.
"Tadi udah bangun tapi mungkin tidur lagi karena enggak terbiasa bangun subuh" hal seperti ini yang sangat disayangkan Milen dari sang kakak. Tidak melatih anak-anak dari sedari kecil untuk taat melaksanakan kewajibannya.
"Iya Ma" sahut Milen sambil tersenyum pada Mama Mayang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!