Gubrak
Pintu ruang tamu yang sudah terbuka dengan lebar, tak menyurutkan langkah seorang gadis berseragam putih biru itu menggebrak nya dengan cukup kencang.
"Assalamu'alaikum Marimar..."
Suara cempreng nya saat mengucapkan salam bahkan membuat seorang wanita paruh baya yang tengah berkutat di dapur yang terhubung dengan ruang makan itu pun keluar menyambut gadis remaja tersebut.
"Waalaikumsalam, Ya Rosalinda"
Cengiran khas gadis itu nampak di wajah cantik yang masih polos di usia remaja nya itu, membuat sang Bunda yang gemas itu pun menarik gemas hidung minimal gadis cantik tersebut, sesaat setelah gadis itu mencium punggung tangan kanan nya dengan takzim
"Kenapa baru pulang?" Tanya Bunda mengiringi langkah gadis remaja bernama Aghnia itu memasuki dapur untuk kemudian membuka kulkas dan mengambil sebuah teko beling berisikan air putih yang selalu di isi oleh nya tersebut.
"Ish, Bunda mah lupaan, Nia kan udah bilang ada latihan Taekwondo" Jawab Aghnia sambil menuang air dingin kedalam gelas.
"Lho, bukan nya Neng latihan setiap hari sabtu?, ini kan baru hari kamis". Ujar Bunda saat Aghnia minum.
"Aih tuh kan Bunda lupa lagi. Hari Sabtu Aghnia tuh tanding". Rengek Aghnia setelah selesai minum.
"Astaghfirullahalazim. Maaf atuh Neng cantik, Bunda lupa" Aghnia mencembikkan bibir nya setelah Bunda berucap dan tersenyum kepada gadis cantik tersebut.
"Ya sudah, mandi dulu sana. Jangan langsung ke kamar Abang, soal nya lagi ada temen nya Abang" Ucap Bunda kepada anak gadis nya saat gadis cantik itu kembali mengisi air di teko nya sebelum kembali memasukkan teko tersebut kedalam kulkas.
"Siapa Bun?. Kak Budi atau Kak Rio?" Tanya Aghnia penasaran. Pasal nya kalau kedua teman kakak nya itu cukup mengenal Aghnia, dan Abang nya pasti tidak akan melarang nya menemui mereka, karena tak jarang mereka suka beradu argumen kalau bertemu.
"Bukan, Bunda juga baru tadi di kenalin Abang. Anak nya kalem, nggak grasak grusuk, sopan banget. Maka nya Kamu harus jaga sikap nggak boleh langsung nyelonong masuk kamar Abang. Itu pesan nya Abang!" Bibir Aghnia kembali mengerucut kala mendengar penjelasan panjang sang Bunda.
"Ganteng nggak Bun?" Tanya Aghnia penasaran.
"Ganteng. Tapi lebih ganteng Ayah Kamu lah!" Tawa Bunda pun pecah dan cembikan Aghnia pun tampak di wajah cantik nya itu.
"Kalau itu mah, Nia juga tahu Bunda. Bagi Bunda, Ayah itu yang paling ganteng, tapi bagi Ayah, Aghnia lah yang paling cantik"
"Pret. Mana ada Ayah ngomong kaya gitu. Ngehalu plus hoax Kamu Neng!" Bunda tertawa penuh kemenangan mendapat pembelaan dari kekasih halal nya yang baru saja pulang dari mencari sebongkah berlian demi sang istri tercinta dan sepasang buah hati nya.
"Kok nggak ngucapin salam Yah?" Tanya Bunda lalu mencium punggung tangan kanan Ayah dengan takzim.
"Gimana mau kedengeran salam nya Ayah, lah wong Bunda sama Neng lagi sibuk ngobrol" Jawab Ayah sambil menerima Aghnia yang kini bergantian mencium punggung tangan kanan nya.
Bunda pun bergegas mengambikan sebuah gelas besar berisi air putih kepada Ayah, saat Ayah mendudukan tubuh nya di kursi ruang makan.
"Abang mana Bun?" Tanya Ayah setelah meminum air yang di serahkan oleh Bunda.
"Lagi ngerjain tugas sama teman nya di kamar Yah". Jawab Bunda yang di angguki Ayah.
"Si Budi dan Si Rio?. Bunda menggelengkan kepala nya.
"Bukan, Yah. Kata Abang teman sekelas nya, baru pindahan dari Jogja Kalau nggak salah nama nya Adrian" Jawab Bunda yang di angguki Ayah.
"Widih, manggil nya Mas ya Bun?" Celoteh Aghnia.
"Terserah Kamu lah Neng. Mau Mas, Abang, Kakak, asal jangan Kamu panggil sayang, bisa ngamuk Ayah sama Abang Kamu" Jawab Bunda di sertai tawa kecil yang di angguki oleh Ayah dan Aghnia bersamaan.
"Udah sore. Mandi sana. Malu sama Jamilah" Titah Ayah kepada Aghnia yang masih betah berada di ruang makan menemani Ayah dan Bunda nya.
"Ayah ih, Neng cantik begini di samain sama Jamilah si Jagi kesayangan Ayah" Bibir gadis cantik itu semakin mengerucut tak terima, kala di samakan dengan ayam jago betina kesayangan sang Abang yang Aghnia juluki Jagi.
Kata nya segala sesuatu yang berhubungan dengan wanita harus di akhiri dengan huruf i, seperti Siswi atau Mahasiswi, maka nya ayam jago peliharaan Abang nya itu mendapat julukan Jagi bukan Jago.
"Ya maka nya mandi. Neng geulis" Titah Bunda tak bisa di bantah lagi oleh Aghnia.
"Hilih, bilang aja pengen berduaan" Ucap Aghnia menggoda kedua orang tua nya, seraya menaik turunkan kedua alis nya.
"Nah itu Neng tau. Nggak mau kan jadi orang ketiga?. Tau sendirikan orang ketiga itu apa?" Ayah membalikkan ucapan Aghnia dengan senyuman usil nya.
"Yang penting nggak ada anak ketiga!" Seloroh Aghnia sebelum beranjak dari duduk nya guna meninggalkan ruang makan.
"InsyaAllah. Tapi, Ayah dan Bunda nggak janji" Ayah kembali menggoda Aghnia, membuat gadis remaja itu pun menuju kamar nya dengan berjalan sambil menghentakkan kaki nya berpura-pura kesal.
"Abang. Ayah sama Bunda mau kasih Neng, adik lagi tuh!" Aghnia berteriak sebelum masuk kedalam kamar nya yang berada di samping kamar Abang nya.
Ceklek
Pintu kamar Akmal terbuka sesaat setelah Aghnia berteriak, Aghnia pun bergegas menutup pintu kamar nya bertepatan dengan suara teriakan Ayah dari ruang makan bersamaan dengan Akmal yang memanggil kedua orang tua nya dengan nada protes.
"Aghnia" Pekik Ayah yang justru di tertawai kecil Bunda sambil menggelengkan kepala nya.
"Ayah, Bunda. Awas ya kalau sampai Aghnia punya ade!" Ancam Akmal dari pintu kamar nya.
"Satu lagi Bang. Biar Ayah dan Bunda ada teman di rumah kalau Ayah pensiun" Seloroh Ayah semakin menggoda kedua anak nya.
Ceklek
Pintu kamar Aghnia terbuka dan gadis itu pun langsung menyuarakan keberatan nya mempunyai adik bersamaan dengan Akmal "No Way!"
Tawa Ayah dan Bunda pun terdengar dari ruang makan.
"Mandi sana. Anak perempuan jam segini baru pulang, ngaya_"
"Enak aja ngayap. Tanya aja Kang Mirza. Beliau tuh yang nyuruh Neng tanding" Protes Aghnia sebelum Akmal selesai berucap.
"Bawel nya Abang ngelebihin Ayang Jamilah kalau mau nelor" Terdengar Tawa Ayah dari ruang makan yang memang pasti terdengar kalau kedua anak nya itu tengah berdebat.
Maklum rumah yang mereka tempati adalah rumah subsidi yang sudah di renovasi. Rumah dengan luas asli tanah 72 meter dan sebidang tanah lebih di samping rumah seluas 10 meter membuat keluarga kecil itu, memiliki tiga buah kamar dengan satu kamar mandi bersama dan ruang makan dan dapur yang menjadi satu.
"Akmal" Aghnia melongokkan kepala menuju dalam kamar Abang nya, seorang remaja pria seusia Abang nya yang sedang duduk di lantai kamar Akmal melihat kearah nya.
"MasyaAllah, Ya Allah Abang, temen nya ganteng banget!"
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Hai ... Hai ... Jumpa lagi dengan karya terbaru dari Choco 33, semoga kisah kali ini bisa menghibur para readers semua nya...
Jangan lupa dukungan nya dengan memberikan like, komen juga vote nya ya .... Terimakasih
Aghnia berdecak kesal saat Akmal mendorong tubuh nya menjauh dari kamar nya, sementara sosok pria yang di maksud Aghnia itu hanya tersenyum kecil melihat ulah kakak beradik yang sudah mirip Tom And Jerry itu.
"Adik Kamu lucu"
Akmal memutar malas kedua bola mata nya mendengar pujian Adrian untuk Aghnia.
"Lucu dari mana?. Kecil kecil udah genit!" Seloroh Akmal yang membuat Adrian pun tersenyum.
"Bang Rian. Tunggu Neng, 5 tahun lagi ya"
Adrian tertawa kecil mendengar ucapan Aghnia, saat gadis itu kembali menggoda nya dan Akmal si Abang yang protektif.
Adrian sendiri tidak menanggapi ucapan Aghnia, karena bagi remaja 18 tahun itu, ucapan Aghnia hanya lah keisengan semata.
Apalagi usia Aghnia yang baru menginjak 14 tahun, jadilah membuat Adrian tak menanggapi ucapan remaja cantik tersebut.
"Mandi sana. Bau asem!"
Titah Akmal justru membuat Aghnia membaui tubuh nya sendiri tanpa malu dan masih dalam pengawasan Adrian, yang diam-diam melihat Aghnia yang tengah sibuk membaui tubuh nya.
"Masih wangi. Nih cium aja!"
Akmal langsung mendorong pelan tubuh Aghnia menuju kamar mandi yang berada di ujung kamar mereka, sesaat setelah Aghnia menempelkan tubuh nya kepada Akmal.
"Abang ih. Ganggu Neng yang lagi menikmati ciptaan Allah, yang ganteng nya MasyaAllah. Bikin Neng, rela selingkuh dari Kim Seok Jin"
Akmal menyentil pelan kening Aghnia sebagai bentuk protes atas ucapan adik kesayangan nya itu.
"Jan Jin, Jan Jin. Kesambet Jin beneran baru tau rasa Kamu!".
Bibir Aghnia langsung mengerucut mendengar ucapan Akmal.
"Nggak apa-apa kesambet Jin, asal Jin nya Bang Adrian. Hahahaha" Aghnia segera menutup pintu kamar mandi sebelum keisengan nya membuat Abang kesayangan nan protektif itu mengajukan protes lagi.
"Maaf ya An, Ade Gue emang doyan banget ngegombal. Jadi Lo jangan masukin hati apa yang Dia ucap" Adrian mengangguki pelan Akmal.
"Jangan Elo, Si Budi sama Si Rio aja masih suka Dia gombalin" Tutur Akmal yang langsung di balas tawa kecil oleh Adrian dan Akmal bersamaan.
"Santai aja Mal" Ucap Adrian menepuk punggung Akmal, dan Mereka pun kembali melanjutkan kegiatan belajar bersama mereka.
Jam sudah menunjukkan menjelang Maghrib ketika Adrian dan Akmal baru saja menyelesaikan kegiatan Mereka.
Akmal memaksa Adrian untuk menikmati makan malam bersama dengan keluarga nya sebelum kembali ke kost an nya.
Ya Adrian memang memutuskan untuk tinggal di kost yang berada tak jauh dari sekolah nya, karena masih enggan ikut bersama Ibu nya yang menikah lagi setelah bercerai dengan Ayah nya enam bulan yang lalu.
Adrian pun enggan tinggal bersama dengan Ayah nya, karena Ayah nya pun telah menikah lagi sebelum bercerai dengan Ibu nya, bahkan Istri baru Ayah nya sering menggoda Adrian kalau mereka bertemu, karena itulah Adrian menolak keinginan Ayah nya agar tinggal bersama dengan nya dan keluarga baru nya tersebut.
"Apa tidak akan merepotkan keluarga Kamu, kalau Saya ikut makan malam bersama?" Tanya Adrian saat Akmal memaksa nya ikut makan malam bersama.
"Santai aja. Justru kalau Lo nolak dan milih balik tanpa makan malam, bisa ngamuk Bunda Gue" Ucap Akmal santai.
"Lo mau mandi dulu nggak?. Nanti pakai baju Gue aja dulu, soal nya Gue mau sholat di Musholla" Ujar Akmal.
"Tambah ngerepotin dong Mal" Tutur Adrian tak enak hati.
"Santai aja Sob" Akmal pun menyerahkan sebuah kaos yang masih di bungkus plastik.
"Nggak ada yang lain, Akmal?. Seperti nya kaos ini masih baru" Adrian menolak kaos yang Akmal berikan kepada nya.
"Warna nya nggak cocok sama Gue, Adrian. Lo tau kan kulit Gue eksotik gini, malah Ade Gue kasih kado kaos yang warna kuning mustard kaya gini" Ujar Akmal sedikit kesal, yang di balas tawa kecil Adrian.
"Out of the box kan Ade Gue" Tawa kecil Akmal terdengar di balas Adrian dengan anggukan kepala nya.
"Maaf ya Pak, Bu. Saya jadi merepotkan" Ucap Adrian saat berkumpul bersama di ruang makan keluarga Akmal, selepas ikut memaksakan sholat bersama Akmal dan Ayah nya.
Aghnia sendiri masih berada di dalam kamarnya. Sudah menjadi kebiasaan keluarga mereka kalau Ayah dan Akmal akan berada di Musholla dari waktu Magrib hingga selesai waktu Sholat Isya.
Sementara Bunda dan Aghnia yang melaksanakan Sholat Maghrib di rumah akan menyiapkan makan malam, dan kemudian Sholat Isya.
Jika Bunda menyiapkan perlengkapan makan di ruang makan, maka Aghnia akan belajar sebentar sambil menunggu Ayah dan Abang nya pulang dari Musholla.
"Nggak merepotkan kok Nak. Malah Kami senang kalau ada teman Akmal atau Aghnia yang main dan ikut makan bersama Kami. Dan ingat. Harus ikut makan. Tidak boleh ada penolakan. Titik!" Ucap Ayah yang di angguki oleh Bunda.
"Terima kasih Bapak dan Ibu" Ucap Adrian sopan.
"Panggil Ayah dan Bunda saja, biar sama kaya teman Akmal dan Aghnia lain nya" Ucap Bunda.
"Baik Ayah, Ibu" Ujar Adrian sedikit canggung.
"Abang. Atlas Neng, mana?. Udah seminggu lebih belum di balikin!" Tiba-tiba saja terdengar suara lantang Aghnia dan langsung menggelayut manja memeluk leher belakang Abang nya dengan maksud berpura-pura memiting leher Akmal dari belakang.
"Neng!" Pekikan Ayah, Bunda dan juga Abang nya membuat kedua bola mata Aghnia membulat dan mulai memperhatikan wajah Ayah, Bunda dan Akmal bergantian.
Tunggu Akmal?. Aghnia masih terpaku memeluk belakang leher Akmal, namun Akmal nya sendiri sedang menatap horor nya sambil membawa dua buah gelas berisikan air putih.
"Astaghfirullahalazim!" Aghnia langsung melepaskan tangan nya dari leher yang ternyata Adrian bukan Akmal.
Wajah Adrian dan Aghnia sontak merona, saat Aghnia sempat menghadapkan wajah nya kepada Adrian, bertepatan dengan Adrian yang mengalihkan wajah nya kearah Aghnia.
"MasyaAllah, Astaghfirullahalazim." Kembali Aghnia berucap setelah menjauh dari Adrian.
"Kebiasaan. Main nemplok aja. Nggak liat liat dulu!" Akmal menyentil kening Aghnia.
"Maaf atuh Ayah, Bunda, Abang, Mas, Neng pikir Abang" Aghnia mengatup kedua telapak tangan nya kepada Ayah, Bunda, Akmal dan Adrian bergantian.
"Ya habis Abang Mas pakai kaos yang Neng kasih buat Abang" Rengek Aghnia menyesal.
"Lain kali liat liat dulu" Ucap Ayah dengan nada datar.
"Nggak baik seperti itu Neng" Kali ini Bunda yang bersuara dengan nada dingin.
"Iya Ayah, Bunda. Maaf. Lain kali Neng akan lebih berhati-hati lagi" Ucap Aghnia menyesal lalu meletakkan kedua tangan nya di kedua telinga nya, sebagai tanda menyesal dan meminta maaf.
Hal itu memang selalu Ayah dan Bunda ajarkan kepada kedua anak nya saat memberikan hukuman kepada Akmal dan juga Aghnia kalau mereka melakukan kesalahan, tanpa mereka harus menggunakan kekerasan kepada kedua anak nya.
"Maaf ya Adrian. Aghnia memang suka sekali bercanda dengan Abang nya. Kebetulan kursi yang Adrian tempati, memang biasa di duduki oleh Akmal" Ucap Bunda memberikan alasan.
"Iya Bunda. Tidak apa-apa. Lain kali lihat sekitar dulu ya Dek. Takut nya nanti malah di manfaatkan oleh orang iseng" Ucap Adrian mengingatkan Aghnia.
"MasyaAllah, dipanggil Ade, bikin Ade meleleh Mas" Ucap Aghnia yang dibalas Ayah, Bunda juga Akmal dengan memutar malas kedua bola mata mereka, sementara Adrian hanya tersenyum kecil menanggapi Aghnia yang tengah berpura-pura salah tingkah.
"Dasar ratu gombal!" Desis Akmal yang kembali menyentil kening Aghnia.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Jangan lupa like dan komen nya ya ...
See U Next Bab
Namaku Adrian Mahardhika. Aku seorang anak tunggal dari Papa dan Mama ku yang memutuskan untuk bercerai di saat usia pernikahan mereka menginjak 17 tahun.
Perselingkuhan Papa dengan mantan rekan kerjanya yang berusia 10 tahun lebih muda dari nya itu menjadi alasan Mama ku mengajukan perceraian, hingga akhir nya membuat mereka pun sepakat berpisah dengan hak asuh yang mereka bebas kan untuk Aku pilih.
Keputusan ku untuk ikut dengan Mama ku membuat Papa ku menolak untuk membiayai sekolah ku yang hanya tinggal setahun lagi. Dan hal itu membuat Mama ku pun harus memutar otak nya untuk memulai kehidupan baru tanpa seorang suami.
Entah beruntung atau memang sudah jalan jodoh Mama, setelah bercerai selama tiga bulan dengan Papa, Mama bertemu kembali dengan mantan kekasih nya saat muda dulu yang ternyata sudah menjadi duda tanpa anak, karena ternyata mantan kekasih Mama Ku di vonis dokter tidak bisa memiliki keturunan.
Dan jadilah Mereka menikah setelah tiga bulan kembali merajut benang kasih yang sempat terputus tersebut ke jenjang pernikahan.
Mama pun memutuskan untuk ikut serta dengan Papi Doni, yang memiliki usaha di Ibukota. Karena Aku memutuskan untuk ikut Mama, jadilah Aku pun ikut hijrah ke Ibukota.
Aku memutuskan untuk tinggal di kost, karena jujur saja Aku merasa kurang nyaman saat berada dekat dengan Papi Doni, namun demi menghargai keputusan Mama dan pernikahan nya, Aku terpaksa memendam ketidaknyaman itu dan meminta izin kepada Mama agar tinggal di kost saja yang berada tidak jauh dari sekolah Ku saat ini.
Awal nya Papi Doni keberatan dengan keputusan yang Aku buat, namun kembali Aku memberikan alasan ingin belajar mandiri membuat Mama dan Papi Doni akhirnya setuju dengan keputusan Aku untuk kost.
Dan disinilah Aku sekarang. Didalam sebuah kamar dengan sebuah lemari kayu kecil, meja dan kursi belajar serta sebuah kasur lantai yang akan menjadi rumah ku mulai saat ini dan entah sampai kapan.
Udara malam cukup dingin menerpa tubuhku saat mengendarai motor ku pulang dari kediaman teman baru ku.
Seulas senyum kembali terasa mengembang di bibir ku saat kembali mengingat adik teman baru ku yang bernama Aghnia.
Gadis yang cantik dan ceria itu menarik perhatian ku hingga membuat senyum kecil ku selalu terukir kala mengingat wajah cantik nya.
Sikap nya yang ramah dan manja membuat ku merasa gadis remaja yang cantik itu pasti banyak di sukai oleh teman lawan jenis nya.
Apalagi ketika tanpa sungkan dia selalu melontarkan gombalan kepada ku, membuat Aku berpikir kalau gadis cantik itu seorang player atau mungkin memang sudah sifat nya suka menggoda lawan jenis nya. Karena itulah Aku tak menanggapi semua gombalan nya.
Namun entah mengapa Aku justru merasa sangat senang ketika Dia terus menerus menggombali ku. Sangat berbeda dengan beberapa teman wanita yang sempat mendekati Aku tanpa gombalan namun hanya sikap nya yang terkadang mengganggu bagi ku.
Bagaimana tidak menganggu mereka tak orenah menggombal namun langsung mengganggu dengan menelepon ataupun mengirimkan chat tak ingat waktu. Bahkan ada beberapa teman wanita yang secara terang terangan mendatangi rumah ku, hingga membuat Papa dan Mama ku saat itu yang masih bersama memarahi ku dan meminta ku untuk fokus pada pendidikan tak usah memikirkan percintaan di usia remaja alias cinta monyet.
Tentu saja Aku menyetujui keinginan Papa dan Mama saat itu, apalagi ketika itu Aku baru saja berusia 14 tahun dan baru duduk di bangku kelas 7, jadi tak ada salah nya bukan kalau Aku lebih memilih untuk fokus belajar di bandingkan harus terlibat dengan cinta monyet.
Dan hal itu pun terus berlanjut hingga saat ini. Entah mengapa sampai saat ini Aku masih belum tertarik untuk terikat hubungan dengan lawan jenis, apalagi sejak perceraian kedua orang tua ku, semakin membuatku enggan untuk terlibat hubungan kasih dengan lawan jenis, karena Aku takut sakit hati, seperti apa yang di alami oleh Mama ku saat mengetahui perselingkuhan Papa ku yang sudah menghasilkan seorang anak.
"Aghnia" Gumam ku seraya merebahkan tubuh sesaat setelah membersihkan tubuh ku selepas tiba di dalam kamar kost ku.
Aku membuka ******** *****, dan mencoba mencari status Akmal. Senyum ku kembali terukir dan tanpa sadar Aku pun screen shoot status Akmal di ******** ***** yang baru beberapa menit di upload nya.
Tampak Aghnia yang tengah mengerucutkan bibir nya saat Akmal dengan sengaja menarik lembar tugas nya dan langsung memfoto wajah nya dan hal itu justru membuat nya terlihat sangat menggemaskan.
"Lebih cantik Jamila, kalau lagi berkokok" Aku mengulum senyuman membaca caption yang sengaja Akmal tuliskan di status WA nya.
Ting
Aku mengedipkan kedua bola mataku saat tiba-tiba saja terdengar notifikasi masuk dari akun instragram ku.
Akmal men tag Aku dengan menampilkan foto Aghnia yang baru saja Aku lihat di status WA nya.
Tak lama balasan Rio tampak menghiasi layar HP ku.
"Jodoh Gue. Manyun aja cakep nya, MasyaAllah"
Aku tersenyum getir membaca balasan Rio di akun instragram Akmal.
"Sembarangan. Jodoh Gue tuh. Udah Gue tek in dari masih zigot!"
Kembali senyuman getir terasa tersungging di wajahku, saat Budi membalas Rio.
"Widih, Ade Lo, masih kecil aja cakep nya udah offside Bro. DP dulu boleh nggak?"
Aku menghela nafas pelan saat Andrew sang pria terpopuler di sekolah pun ikut berkomentar.
"Dikata ade Gue motor apa pake di DP segala"
Tulisan Akmal spontan membuat ku tersenyum kecil.
Ting
Sebuah chat mengucapkan salam dari nomor tak di kenal masuk kedalam ******** ***** ku, namun Aku abaikan saja, karena memang sudah menjadi kebiasaan Ku akan mengabaikan nomor yang memang tak Aku simpan di HP ku.
Namun entah mengapa pop up yang nampak di layar HP dari nomor yang tak ku kenal itu membuatku merasa tertarik, apalagi saat ada kata "Abang Mas" dalam chat tersebut, membuat ku teringat dengan Aghnia yang sudah memutuskan memanggil ku dengan panggilan tersebut.
Senyum ku mengembang saat membuka chat dari nomor asing tersebut. Dengan menampilkan layar foto profil seorang pria Korea membuat ku yakin kalau memang Aghnia lah yang mengirimkan pesan kepada Ku.
"Assalamu'alaikum Abang Mas. Ini nomor Neng. Disimpan ya, kali aja Abang Mas berkenaan, kelak mau Neng repotkan seperti Abang juga Ayah. Peace"
Tulis pesan dari Aghnia yang membuat detak jantung ku berdebat kencang.
"Waalaikumsalam Ade Neng. Abang Mas, simpan nomor nya Ade Neng ya. InsyaAllah Abang Mas siap di repotkan oleh Ade Neng. Asal jangan minta di halal kan aja. Karena Abang Mas belum punya modal dan Ade Neng masih kecil".
Aku membalas chat Aghnia dengan bergantian menggombali nya, seperti tadi Dia menggombali ku.
"Meleleh Ade, Mas" Aku terkekeh geli membaca chat balasan nya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Neng Aghnia baper nggak ya di gombalin Abang Mas Adrian?????
Jangan lupa di like, komen, dan vote nya jikalau berkenan.
Makasih ... See you next bab
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!