NovelToon NovelToon

Terjerat Pesona Duda Arogan

dijebak

"jadi kau ingin bekerja disini rupanya?!" suara dingin Fabian membuat Olivia sedikit ketakutan.

Olivia menunduk dengan dada yang bergemuruh hebat.

"i-iya tuan, apa tuan berkenan?" Olivia tergagap, ia berbicara tanpa melihat ke arah Fabian yang menatapnya datar.

"aku di depanmu! Bukan di bawah sana!" hardik Fabian dengan suara yang menggema.

Olivia terpaksa mendongakkan kepalanya menatap pria arogan yang ada di hadapannya ini.

"ma-maaf,Tuan" ucapnya lirih.

Fabian terpukau saat melihat wajah cantik Olivia. miliknya mulai berontak minta keluar dari sarangnya. Entah mengapa Fabian merasa ada yang berbeda dengan Olivia.

"kau masih perawan?" tanya Fabian.

"hah?!" Olivia pun terkejut, ia hendak marah namun sangat membutuhkan pekerjaan ini. Ia melamar sebagai asisten rumah tangga di rumah Fabian.

Olivia dengan sedikit kesal terpaksa mengiyakan pertanyaan Fabian.

"ck! Aku tidak percaya!"

Olivia mengepalkan tangannya kuat, rasanya ia tidak sanggup harus berhadapan dengan Fabian sang Casanova.

Fabian menyodorkan sebuah berkas perjanjian kerja yang pastinya memberatkan Olivia.

"apa ini, Tuan?" tanya Olivia sembari mengerutkan keningnya.

"itu kontrak kerjamu, jika kau mau bekerja disini!"

Olivia memperhatikan berkas itu dengan teliti, ia mengerti pria seperti Fabian pasti sangat licik.

Dan benar saja, Olivia membulatkan matanya membaca beberapa poin yang wajib ia lakukan selama bekerja dengan Fabian.

kesabarannya sudah habis, akhirnya Oliva menyerah.

"maaf Tuan saya tidak bisa bekerja disini, permisi" ucap Olivia menahan kesal namun masih bersikap sopan. ia hendak keluar dari ruangan itu. Namun, seketika di cegat oleh Fabian.

Fabian langsung mengunci pintu ruangannya dengan menekan tombol yang ada di bawah mejanya. Hingga Olivia kesulitan untuk membukanya.

"kenapa ini terkunci?" gumamnya.

Olivia menoleh ke arah Fabian yang sedang menatapnya datar sembari melipat kedua tangannya.

"Tuan, pintu ini terkunci aku tidak bisa membukanya"

Fabian tersenyum miring lalu bangkit dari duduknya menghampiri Olivia yang semakin takut.

"mau apa dia mendekatiku?" gumam Olivia.

Fabian terus berjalan mendekati Oliva yang semakin tersudut. Ia berjalan mundur hingga membentur pintu ruangan itu.

"tu-tuan ma-mau apa?" suara Olivia tercekat kala pria tampan nan arogan itu hanya berjarak beberapa senti saja.

Fabian membelai lembut pipi mulus Olivia, aroma tubuh Olivia semakin membuat Fabian terpesona.

"kau sudah masuk kemari dan harus menandatangani kontrak itu!" suara dingin Fabian beraroma mint itu menyapu wajah cantik Olivia.

namun secepatnya Olivia tersadar, ia tidak akan mau bekerja dengan pria mesum seperti Fabian.

"bukannya anda meremehkan saya Tuan? kenapa tiba-tiba menyuruh saya menandatangani itu?!" jawab Olivia ketus.

Fabian mengecup singkat bibir mungil kemerahan Olivia, membuat wanita muda itu semakin meradang. Ia bahkan hendak mengangkat tangannya untuk menampar pria tampan itu.

"aku tidak suka penolakan!"ucapnya dingin lalu beralih duduk di sofa di ruang kerjanya.

Olivia terperangah, ciuman pertamanya telah di curi oleh pria yang tidak bertanggungjawab seperti Fabian.

"kau pria sialan! Beraninya mengambil ciuman pertamaku!" hardik Olivia, ia pun menghapus bekas kecupan Fabian dengan telapak tangannya.

Fabian menarik satu sudut bibirnya, ia merasa di rendahkan kala Olivia berusaha menghilangkan bekas kecupannya.

Ia langsung menelepon asistennya untuk segera membawa berkas yang akan lebih memberatkan Olivia.

tak berapa lama, Alan pun datang ia memencet tombol pin pada pintu ruangan kerja Fabian, Alan menggelengkan kepalanya. Tuannya itu pasti sedang bermain-main dengan wanita yang baru.

Alan masuk dan menyerahkan berkas itu pada Fabian.

"ini Tuan, berkas yang ada minta"

Fabian langsung meraih berkas itu dan melemparnya ke arah Olivia.

"kau baca itu!"

Olivia tidak mau memungut berkas yang tergeletak di lantai, ia lebih memilih lari dari rumah itu yang kebetulan terbuka lebar saat Alan masuk

Olivia lari sekencang-kencangnya. Namun, penjaga rumah langsung menangkapnya dan kembali membawa Olivia masuk.

"pak lepaskan saya! Saya tidak mau bekerja dengan pria mesum itu!" Olivia berteriak sembari memohon. Fabian mengamati Olivia dari atas tangga dengan tatapan datarnya. Sementara Alan berdiri di belakang

"bawa dia masuk kedalam kamar!" pinta Fabian kepada sang pengawal.

Olivia terus berteriak bahkan memaki Fabian, namun Fabian terlihat tidak peduli.

Setelah mengunci Olivia di sebuah kamar, Fabian memutuskan untuk keluar menemui kliennya, ia membiarkan Olivia terus berteriak.

**

Sementara itu di sisi lain, Della sahabat Olivia ternyata menjualnya pada Fabian karena tidak bisa membayar hutangnya yang bernilai ratusan juta rupiah . Ia dengan sengaja menyuruh Olivia untuk melamar bekerja sebagai seorang pelayan di rumah Fabian.

Namun, Olivia di tipu mentah-mentah, ia tidak mengetahui bahwa Della dan Fabian sudah memiliki kesepakatan. Olivia harus mau melayani Fabian hingga dua tahun lamanya.

Della tertawa senang saat dia berhasil mengantar sahabatnya itu kerumah mewah milik Fabian.

"maafkan aku Oliv, kau memang cocok menjadi budak nafsunya Tuan Fabian!" ucapnya dengan tatapan sinis.

suara tawa Della membahana ke seluruh ruangan, akhirnya dendamnya terbalaskan karena ia sudah memastikan bahwa Olivia pasti menderita.

**

Di dalam kamar, Olivia terus menerus berteriak minta di lepaskan hingga suaranya hampir habis. pelayan yang berada di luar ruangan itu, merasa iba mendengar tangisan serta teriakan Olivia. Namun, ia tidak berani melepaskannya.

Hingga malam hari menjelang, Olivia pun terlihat lemas karena terus berteriak minta di lepaskan. Ia tertidur di ranjang berukuran besar dengan menekuk kakinya

Fabian masuk kedalam kamar dan tersenyum miring menatap Olivia yang terlelap. Lagi-lagi ia menyentuh bibir itu dengan tangannya.

Olivia pun tersentak, ia langsung meringsek mundur menjauhi Fabian yang tengah menatapnya datar.

"mau apa kau?!" hardiknya.

"apa kau sudah membaca berkas itu?" tanya fabian.

"aku tidak akan mau membacanya! Kau itu licik! "

Fabian mendekati Olivia kemudian mencengkram dagunya kuat.

"kau sekarang milikku! Temanmu Della sudah menjual Mu pada Ku! "

Olivia membulatkan matanya seketika, ia terkejut mendengar penuturan Fabian bahwa sang sahabat tega menjualnya tanpa sepengetahuannya.

Olivia tidak habis pikir, wanita yang sudah ia anggap sebagai saudara itu ternyata kejam menikamnya dari belakang.

Namun, Olivia tidak bisa mempercayai ucapan Fabian begitu saja.

"kau pasti bergurau tuan! Temanku tidak akan melakukan hal sekeji itu! hardik Olivia.

Fabian tersenyum miring, kemudian melempar berkas sebuah perjanjian tanda tangan antara dirinya dan Della.

"kau baca ini! Disitu kau juga sudah menandatanganinya! Jangan pura-pura bodoh!" ucap Fabian geram.

Olivia mau tidak mau membaca surat itu, matanya membulat kala ia mendapati sebuah kebenaran bahwa sang sahabat dengan tega menjualnya.

Bahkan tanda tangan itu secara sadar ia bubuhkan. Namun, dia tidak tahu untuk apa tanda tangan itu, seingatnya Della memintanya supaya ia bisa bekerja di rumah Fabian.

Olivia yang polos dengan mudahnya memberi sebuah tanda tangan tanpa ia baca terlebih dahulu isi surat itu. Ia sudah terlalu percaya dengan Della .

" kau kejam Della! " gumamnya geram.

pemaksaan

Fabian melempar sebuah bagpaper ke atas ranjang, kemudian menyuruh Olivia untuk membukanya.

bugh..

"buka dan pakai itu!" perintah Fabian.

Perasaan Olivia tidak enak saat menatap benda itu, ragu-ragu ia untuk mengambilnya

"cepat!" bentak pria tampan itu.

Tangan Olivia bergetar membuka bagpaper itu, perasaannya semakin tidak enak kala melihat sebuah kain berwarna merah. Kain itu sangatlah tipis juga menerawang. Olivia kesulitan menelan ludahnya, dadanya bergemuruh saat menatap benda itu.

"kau ingin aku memakaikannya?!" tanya Fabian dengan nada dingin.

Olivia menggelengkan kepalanya cepat, airmatanya luruh seketika. harga dirinya terasa terjun bebas jika ia memakai pakaian minim itu.

"aku tunggu disini, segera kau pakai itu atau kau akan menjadi santapan lezat untuk binatang buas peliharaan ku!" ancam Fabian.

Olivia semakin ketakutan, akhirnya ia membawa masuk pakaian itu ke kamar mandi dan menggantinya sembari terisak.

"maafkan aku ibu, hiks" ucapnya lirih.

Olivia kini menatap dirinya di depan cermin, perasaan malu juga risih hinggap di hatinya.

"kenapa aku menjadi wanita murahan seperti ini?!" gumamnya.

Fabian tampak geram, sudah hampir setengah jam Olivia tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Akhirnya ia Olivia untuk menyeretnya paksa. Namun, belum sempat untuk menurunkan handle pintu, Olivia sudah membukanya dan terkejut melihat Fabian yang sudah berdiri di depannya.

"Tu—Tuan" ucapnya tergagap.

Fabian tercengang menatap keindahan tubuh Olivia yang belum pernah ia lihat sebelumnya, ia menelan ludahnya kasar saat sesuatu milik Olivia mengintip dari sela pakaian minim itu.

"ini sungguh luar biasa"ucapnya pelan.

Olivia merasa risih di lihat seperti itu, ia menutup bagian sensitifnya dengan kedua tangan yang ia silangkan.

"jangan di tutup!" ucap Fabian dingin.

Fabian kemudian menarik tangan Olivia menuju ranjang, ia pun langsung mendorong tubuh wanita cantik itu hingga terjerembab dengan tubuh yang telentang. Gairah fabian kini sudah berada di ubun-ubun ia membuka ikat pinggang celana panjangnya dan menurunkannya sembari terus menatap pemandangan indah yang ada di depannya.

"Tuan! tolong jangan sentuh saya!" Olivia memelas, ia duduk dan merosot mundur menjauhi pria tampan itu.

Fabian tidak peduli, matanya sudah berkabut ia langsung menghampiri Olivia dan mencengkeram erat dagu wanita itu.

"kau sudah menjadi milikku, Olivia!" Hardiknya dengan tatapan tajam.

Olivia semakin ketakutan, ia belum pernah di sentuh oleh siapapun sebelumnya. pacaran saja paling jauh hanya sekedar berpegangan tangan saja.

Saat ini jarak mereka hanya beberapa inchi saja, Olivia seketika meremang kala tangan Fabian mulai bergerak kemana-mana.

Hingga terjadilah sebuah penyatuan yang membuat Fabian tidak bisa berhenti. Olivia hanya bisa menangis sesenggukan, ia tidak bisa berontak karena kalah jauh dengan tenaga Fabian yang begitu kuat.

Olivia menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya, sedangkan Fabian ia tertidur pulas tanpa memperdulikan wanita yang kini sedang merasakan kesakitan.

......................

Menjelang pagi, Fabian terbangun. Ia menautkan kedua alisnya melihat tangan Olivia sedang memeluk dirinya, dan tangannya menjadi penyangga kepala Olivia. Mereka begitu dekat hingga tanpa sadar Fabian menerbitkan senyumannya.

Wajah cantik alami Olivia tidak bisa membuat Fabian berhenti memandanginya, apalagi tubuh indahnya tidak akan bisa membuat Fabian melupakannya.

"milikmu begitu sempit," Gumamnya.

Olivia terbangun, ia membuka matanya dan terkejut melihat Fabian yang kini menatapnya dengan lekat, dan lebih terkejut lagi saat ia tahu tangannya telah melingkar di atas perut sixpack pria duda itu.

Ia langsung menarik tangannya dan menjauh dari Fabian, Fabian hanya menatapnya datar tanpa ekspresi membuat Olivia semakin panik. Ia pun langsung bangkit untuk membersihkan tubuhnya.

"kau mau kemana?!" suara dingin Fabian membuat Olivia tidak jadi bangkit dan kembali duduk di tepi ranjang. Ia juga sedikit meringis merasakan nyeri di bagian intinya.

Fabian menarik tubuh Olivia kedalam dekapannya, dan seketika mata Olivia membulat, jantungnya kini berdebar kencang dan tidak ingin melihat wajah tampan pria itu.

"bagaimana ini!" Gumamnya.

"kau sudah membangunkannya Kembali, dan kau harus bertanggungjawab!" ucap Fabian dengan suara dinginnya.

"saya harus bertanggungjawab apa, Tuan?" tanya Olivia tidak mengerti.

Fabian langsung membuka selimut yang menutupi tubuh polos Olivia secara kasar, ia pun langsung menindihnya dan membuat Olivia terkejut bukan main.

"aku menginginkannya lagi" ucap Fabian dengan suara beratnya. Fabian menatap wajah cantik yang kini beradab di bawah Kungkungannya, dan seketika Olivia pun terpana dengan mata indah milik Fabian.

"indah sekali" ucapnya tanpa sadar

"kau bilang apa barusan?" tanya Fabian menyadarkan lamunannya.

Olivia tersadar, ia langsung merapatkan bibirnya dan tidak berani menatap pria itu. Fabian tampak gemas, ia langsung menghujani ciuman bertubi-tubi di wajah Olivia dan mereka kembali melakukan penyatuan.

......................

Hingga hampir pukul sepuluh pagi, Fabian baru menghentikan aktivitasnya. Fabian kini ambruk di sebelah wanita cantik itu dengan mood yang begitu baik.

Sementara itu, Olivia kesulitan melangkah karena merasakan sakit di sekujur tubuhnya dan tak terkecuali bagian intinya. Fabian begitu heran melihat cara berjalan Olivia, ia bangkit dari tidurnya dan langsung membopong tubuh wanita itu masuk ke kamar mandi.

"lepaskan aku, Tuan!" ucap Olivia ketus.

Fabian tidak menghiraukannya, ia tetap membawanya dan meletakkan Olivia di atas closed yang tertutup. Namun, Fabian tidak langsung keluar ia masih berdiri memandangi Olivia.

"kenapa masih disini?" tanya Olivia hati-hati.

"apa kau berpura-pura?" tanya Fabian datar.

"ck! Berpura-pura untuk apa? saya memang lagi kesakitan!" Hardik Olivia geram.

Fabian menarik kedua sudut bibirnya, ia tidak bereaksi karena moodnya sedang membaik hari ini. ia keluar dari kamar mandi dan tak lupa menutupnya kembali. Olivia pun menghela nafasnya kasar, rasanya begitu lelah juga sedih karena harta satu-satu miliknya sudah di renggut oleh pria yang bukan suaminya

"aku harus bagaimana, aku sudah tidak suci lagi" ucapnya lirih.

Olivia menutupi tubuhnya dengan kedua telapak tangannya, ia kembali menangis sesenggukan meratapi nasibnya kini.

"hiks, aku sudah kotor! Tidak akan ada yang mau menikahi Ku!" ucapnya sambil terisak.

Lama Olivia berada di kamar mandi, ia berusaha menghapus jejak kemerahan di dadanya karena ulah Fabian yang menggigitnya seperti vampir.

"kau menyebalkan sekali! Ini tidak mau hilang sama sekali!" gerutunya.

Akhirnya Olivia menyerah, ia pun mengguyur seluruh tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Olivia melupakan rasa sakit di hati maupun fisiknya. airmatanya ikut terbawa oleh setiap percikan air yang membasahinya.

Diluar, Fabian terdiam dengan sebuah bercak noda darah di seprei ranjangnya. Ia menautkan kedua alisnya dan melihat sekilas ke arah pintu kamar mandi.

"darah?" gumamnya.

Fabian tampak bingung, pasalnya ia tidak pernah mendapatkan hal seperti ini bahkan dengan mantan istrinya sekalipun.

ia meraih ponselnya dan menghubungi temannya , Fabian sangat penasaran kenapa tiba-tiba ada bercak darah itu.

"halo, Andre aku ingin mengatakan sesuatu padamu" ucapnya.

"apa?" tanya Andre datar.

"aku tidak yakin akan menanyakan hal ini padamu, tapi apa kau bisa membantuku?" tanya Fabian ragu-ragu.

"ck! Kau pasti sedang bingung bukan? Wanita itu masih perawan dan kau orang yang pertama kali menyentuhnya" ucap Andre.

Fabian membulatkan matanya, temannya itu seperti seorang dukun. Ia memberitahu sebelum Fabian menjelaskan nya.

"sudah ya, aku sibuk." Andre langsung memutuskan panggilan teleponnya.

Fabian terlihat senang, akhirnya ia mendapatkan seperti temannya katakan.

"pantas saja rasanya berbeda dari yang lain, Olivia aku tidak akan melepaskan mu!" gumamnya.

episode 3

Olivia keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuk kimono di tubuhnya, ia kebingungan mencari pakaian yang ia kenakan kemarin.

"Dimana baju dan celanaku?" Gumamnya.

Olivia sibuk mencari kesana-kemari, hingga ia tidak memperhatikan Fabian yang kini tengah menatapnya tanpa berkedip.

"bagaimana aku bisa pergi dari sini kalau hanya memakai handuk seperti ini saja?!" gerutunya.

"kau tidak akan bisa pergi hingga kontrak Mu selesai!" suara bariton Fabian membuat jantung Olivia nyaris keluar, ia membulatkan matanya menatap Fabian.

"Tu—Tuan? Sejak kapan Anda berada di sana?" Tanyanya gugup.

"sejak tadi!" jawab Fabian singkat.

"dia sudah mendengar ucapan ku tadi" Batin Olivia panik.

Fabian berjalan mendekati Olivia, ia menatap datar wanita muda itu hingga Olivia sedikit salah tingkah.

"jangan pernah coba-coba untuk melarikan diri dari sini" Ucapnya kemudian membelai pipi dan bibir mungil Olivia.

Olivia menahan nafasnya, ia sungguh geram. Namun, tidak dapat memberontak.

"apa kau mengerti, Olivia?!" Tanya Fabian.

Olivia pun mengangguk cepat, ia tidak mau membuat pria duda itu menjadi murka.

"gadis pintar" ucap Fabian lalu menyerahkan sebuah paperbag berisi pakaian untuk Olivia.

"pakai ini, aku menunggumu di bawah!" ucap Fabian datar kemudian pergi meninggalkan Olivia.

Olivia menarik nafasnya dalam-dalam kemudian mengeluarkannya perlahan, emosinya terus terkuras saat berhadapan dengan duda arogan tersebut.

"bagaimana caranya aku keluar dari sini?" batinnya.

Olivia membuka paperbag yang di berikan oleh Fabian tadi dengan takut-takut, ia khawatir bukan pakaian yang layak untuk di pakai. Namun, Olivia terkejut kala melihat sebuah gaun yang sangat cantik juga elegan, dan ia tahu harga gaun bermerek itu tidaklah murah.

"apa pria itu sudah salah minum obat? lihat, baju ini bagus sekali. Dia tidak mungkin memberikan gaun sebagus ini, mengingat prilakunya padaku" monolognya.

Olivia merasa tidak cocok memakai gaun dari Fabian. Namun, ia tidak punya pilihan dan akhirnya memakai gaun itu. Usai mengeringkan gaunnya, Olivia tidak memakai riasan apapun. Ia keluar dari kamar dan berjalan turun untuk menemui Fabian yang ternyata tengah berdiri di ujung anak tangga, dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya.

Fabian tidak bisa memungkiri, bahwa gaun yang di kenakan oleh Olivia sangat cocok di tubuhnya. pandangannya tak lepas hingga Olivia benar-benar berada di depannya.

"Tuan" panggil Olivia.

Fabian tersadar, ia membuang pandangannya kearah lain sesaat.

"ikut aku!" ucapnya sembari berjalan.

"kemana, Tuan?" tanya Olivia bingung.

Fabian tidak menjawab hingga, mereka berhenti tepat di sebuah ruang makan yang begitu mewah. Olivia seketika kagum melihat tampilan ruangan itu, matanya berbinar hingga ia tidak sadar tubuhnya hampir menabrak Fabian yang ada di hadapannya.

"duduk!" titah Fabian.

Olivia menarik kedua sudut bibirnya, dan menuruti perintah Fabian untuk duduk di salah satu kursi di meja makan tersebut. Olivia tidak menyangka bahwa Fabian mau duduk di samping dirinya. Namun, ia harus bersikap biasa saja.

mereka makan dalam keheningan, yang terdengar hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu. Olivia tidak begitu menyukai masakan luar negeri yang di hidangkan di atas meja makan. Namun, ia tidak punya pilihan selain perutnya yang sudah keroncongan.

meski ia tidak menikmati makanan itu, Olivia tetap menghabiskannya hingga bersih tak bersisa.

Usai makan, Fabian menarik Olive ke ruang tengah untuk menemaninya bersantai menonton film.

"Tuan, apa anda tidak bekerja?" tanya Olivia bingung. Pasalnya Fabian terlihat sangat santai tidak seperti orang kaya kebanyakan yang selalu sibuk dengan dunia bisnisnya.

"tidak!" jawab Fabian singkat, dan langsung menarik Olivia ke dalam pelukannya. Olivia sangat risih ia ingin menghindar. Namun, cengkraman tangan Fabian begitu erat. Hingga akhirnya Olivia pun pasrah.

"astaga! kenapa aku menjadi seperti ini?" Gumamnya sembari melirik sekilas pria duda tersebut.

Tangan Fabian tak tinggal diam, saat film yang mereka putar ternyata memiliki adegan panas. Ia meraba milik Olivia yang ukurannya begitu pas dengan telapak tangannya.

Olivia tercekat, ia langsung berontak ketika tangan Fabian berhasil membuka kancing gaun Olivia.

"selamatkan aku, Tuhan" gumamnya panik.

Sepertinya doa Olivia di kabulkan langsung, karena tiba-tiba Alan sang asisten datang. Membuat Olivia terkejut setengah mati, ia langsung menjauh dari Fabian dan tak lupa mengancing kembali gaunnya yang sudah setengah terbuka.

"maaf saya sudah lancang, Tuan" ucap Alan yang sama terkejut dengan Olivia. ia pun langsung bergegas keluar dari rumah itu dan duduk di beranda rumah Fabian.

"kenapa mereka melakukannya di sana? apa rumah ini sudah tidak ada tempat? Astaga! Untung saja aku tidak melihatnya" Monolognya pelan.

Alan mengusap wajahnya kasar, dan beberapa kali mengatur nafasnya.

Sementara itu, Fabian hanya menatap datar Olivia yang tiba-tiba menjauh darinya. Beruntung, kadar mood baiknya masih delapan puluh persen, dan Olivia selamat dari makian duda tersebut.

Fabian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sang asisten untuk menemui di ruang kerja. Setelah itu, dia memasukkan kembali ponselnya dan kembali menatap Olivia.

"aku ada sedikit pekerjaan, kau kembali masuk ke kamar!" ucap Fabian.

"tapi saya masih ingin menonton filmnya, Tuan" ucap Olivia berdalih, ia sudah merencanakan sesuatu untuk segera pergi dari rumah itu.

Fabian menaikan satu alisnya, tentu saja dia tidak membiarkan Olivia sendiri di ruangan itu.

"Tidak, binatang peliharaan ku sedang ku lepas di sekitar rumah ini!" ucap Fabian tanpa beban.

Seketika Olivia membulatkan matanya, wajahnya berubah pias. rencananya sudah gagal bahkan dia belum memulainya.

Mau tidak mau, Olivia masuk ke kamar dengan langkah gontai. Ia tidak akan pernah bisa keluar dari rumah itu lagi. Olivia duduk di tepi ranjang, ia tidak tahu harus melakukan apa. Pikirannya kembali berkelana tentang sahabat yang sudah berhasil membuatnya hancur.

"Della? apa kau bahagia sekarang?" Monolognya lirih.

**

Sementara di ruang kerja, Fabian dan Alan sedang membahas masalah serius. terlihat dari raut wajah keduanya.

"kenapa kau baru memberitahu ku sekarang?!" hardik Fabian.

"Maaf Tuan, Nyonya Ambar tiba-tiba menghubungi saya untuk menjemputnya di bandara"

"jadi? rencana apa yang kau punya?!" Tanya Fabian yang sudah tidak bisa berpikir jernih.

"tentang Nona Olivia, sebaiknya biarkan dia bebas dulu sampai Nyonya Ambar kembali ke negara I" Alan memberikan saran.

brak..!

Fabian memukul meja kerjanya cukup keras, hingga sang asisten sedikit tersentak.

"kau yang benar saja?! Apa kau tahu berapa lama mama di negara ini?, bisa sampai berbulan-bulan, Alan!" sergahnya kesal.

"kalau begitu, taruh dia di apartemen saja, Tuan" usul Alan.

Fabian menarik nafasnya dalam-dalam, dia tidak mungkin meninggalkan Olivia begitu saja.

"ck! aku tidak bisa, Alan!"

"Hem, jalan satu-satunya Anda harus menikahi Nona Olivia, Tuan" ucap Alan tanpa beban.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!