Langit sudah mencapai cakrawala, gradasi warna menunjukan semburat warna senja yang indah.
FREYA FINNIAN GERALT 23 tahun. Seorang mahasiswi semester akhir, disebuah universitas swasta di Bandung. Freya tengah sibuk menyusun skripsinya. Dia gadis yang cukup cerdas, tinggi badan 165 cm, berkulit putih, bermata Biru, berambut coklat dan memiliki paras yang cantik. Memiliki wajah blesteran Indonesia-Irlandia yang cantik dan menjadi daya tarik sendiri. Namun sayangnya dia tak pandai bersosialisasi. Freya tidak punya banyak teman, Dia lebih sering menghabiskan waktu dirumah jika tidak ada kegiatan atau bimbingan dikampusnya.
Freya adalah seorang anak tunggal dari pasangan James Geralt, Pria berkebangsaan Irlandia. Dengan Shofi Nuraini, wanita asli Bandung Jawa barat. Sang Ayah adalah seorang Presiden Direktur diperusahaan milik keluarganya di Dublin Irlandia. Sedangkan Sang Ibu adalah seorang guru bahasa Inggris disalah satu SMA swasta di kota Bandung.
Sudah sepuluh tahun ini Freya berjauhan dengan sang Ayah. Namun komunikasi mereka masih tetap berjalan dengan lancar. kedua orangtuanya berpisah bukan berarti bercerai. melainkan karena sesuatu hal, yang membuat selama sepuluh tahun ini mereka tidak lagi serumah seperti dulu. hubungan keduanya bahkan baik-baik saja. James Geralt sering berkunjung ke Indonesia setiap tahunnya hanya untuk menemui anak dan Istrinya tersebut.
Sore itu,
"Apa kamu tidak bosan dirumah terus, Fre ? sekali-kali bolehlah nonton atau pergi ke mall. jangan dirumah terus dong." ucap Shofi seraya membuka kulkas, lalu mengambil sebotol air mineral didalamnya.
Freya hanya menggeleng, tangannya mengaduk-aduk sendok didalam gelas yang berisi jus alpukat. ini yang kesekian kalinya sang mama menawarkan dirinya untuk hangout. apa ada yang salah dengan Freya? jawabannya iya. gadis itu terlalu introvert. cenderung berdiam diri dan berbeda dengan gadis-gadis lain seusianya.
" oiya, sudah sampe dimana skripsi mu ? tak terasa, anak mama ini sudah mau sarjana aja nih," tutur Shofi, lalu ikut menjatuhkan dirinya untuk duduk dihadapan Anaknya. Menatap hangat Freya seraya menyangga dagu dengan kedua tangannya diatas meja.
"Fre? kamu dengar mama gak sih?" Shofi menyentak Freya yang masih terdiam.
" Iya, Ma. ini sudah hampir selesai kok. mama tenang aja, target ku minggu depan pengajuan sidang," ucap Freya akhirnya buka suara.
" Nah gitu dong. ini baru anak mama", Shofi mencolek hidung mancung Freya. " Setelah lulus nanti, kamu bisa bantu pekerjaan papa di sana", ucapnya lagi.
Freya mengernyit, dia tidak paham dengan maksud sang mama barusan. "Maksud mama ? Freya harus tinggal dengan papa, dan meninggalkan mama disini?"
Sofi hanya mengangguk lalu tersenyum.
"Ma!!" Freya sedikit menyentaknya karena butuh jawaban yang lebih jelas. Namun Shofi malah beranjak dan berlalu ke ruang tengah. Duduk disofa seraya menonton acara televisi yang sedari tadi sudah menyala.
Freya pun segera menyusul Shofi dengan pertanyaannya yang menggantung dikepalanya.
"Mama gak mau jawab pertanyaan aku?" Freya sedikit kesal dengan sikap mamanya yang selalu begitu.
Namun pandangan Shofi masih nampak nyaman pada acara live show di tv.
Lama tidak ada jawaban akhirnya Freya menyerah, memilih berlalu dan meninggalkan Shofi menuju ke kamarnya.
"Jangan salahkan siapapun jika Aku diam. karena sifatku ini ternyata menurun dari mama." lirih Freya kesal, lalu membantingkan tubuhnya ke atas kasur yang empuk. Memeluk boneka anjing berwarna coklat, pemberian sang ayah sebagai hadiah ulangtahunnya ke 10 tahun waktu itu.
Freya sangat merindukan sosok James saat ini. sudah hampir delapan bulan mereka tidak bertemu. James adalah sosok Ayah yang lembut dan selalu memanjakan Freya, tak khayal setiap kedatangannya selalu saja membawakan hadiah untuk anak semata wayangnya itu.
Terakhir ke Indonesia, James memberikan hadiah berupa jam tangan branded dan tiga pasang sepatu sneaker mahal untuk Freya. James terlalu menyayangi putrinya. Bahkan dari dulu sampai sekarang pun, James masih suka menemani Freya dikamar hanya sekedar mendongeng sebuah cerita fantasi sampai putrinya itu terlelap tidur. Barulah setelah itu dia pun keluar dari kamar Freya menuju kamarnya bersama Shofi.
Handle pintu kamar Freya pun bergerak, dia tidak perlu menoleh siapa yang datang karena sudah dipastikan itu sang mama.
"Sayang, mama minta maaf. kita kan sudah membahas ini berkali-kali," ujar Shofi duduk ditepian tempat tidur anaknya.
Freya mengangkat tubuhnya, lalu duduk bersila menghadap Shofi dan memandangnya.
"but so far I never said YES, ma. aku gak mau."
ucap Freya memasang wajah cemberut.
Shofi menangkup kedua pipi chubby Freya sambil tersenyum. "iihh, mama paling gemes kalau liat kamu cemberut kaya gitu, Frey"
Mata Freya membulat lalu melepaskan tangkupan kedua tangan Shofi.
"I am serious Ma, aku tidak pernah tertarik untuk terlibat diperusahaan papa, apalagi harus berurusan dengan adik perempuan papa itu." Freya menatap serius kepada Shofi seolah mempertegas perkataannya.
"Aunty Larry?" Shofi menaikkan alisnya. dan Freya pun mengangguk. "Dia bukan Monster, sayang" ucap Shofi terkekeh, dia pun kembali beranjak dari tempat tidur anaknya itu tanpa mengeluarkan statement yang membuat Freya puas mendengarnya.
"Tapi Ma---"
"Cukup Frey, sekarang tidurlah !! kita akan bahas lagi setelah papamu datang. dan kamu akan tau jawabannya" ucap Shofi seraya mencubit lembut pipi Freya.
Freya menghela nafasnya kasar. Memandangi punggung Shofi yang berjalan keluar dari kamarnya hingga menutup kembali pintu kamar dari arah luar.
"aku akan pergi ke tempat papa jika mama juga ikut bersamaku." lirih Freya bergumam, lalu ia pun kembali merebahkan tubuhnya seraya berusaha untuk memejamkan kedua mata. Dan akhirnya gadis itu pun terlelap serta hanyut dalam mimpi-mimpinya sendiri.
.
.
.
Pagi itu.
" Freyaa...!!! "
Teriak seorang gadis dengan suara nyaringnya masuk ke kamar Freya. Dia menarik selimut dan didapatinya Freya yang masih meringkuk didalamnya.
"hudang...hudang whoyy!" teriaknya lagi.
(hudang dalam bahasa sunda artinya bangun)
" Oh Shit !!" umpat Freya sembari menarik kembali selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Hey, bukannya kamu ada janji sama dosen jam sembilan ?"
Seketika bola mata Freya terbelalak, dia baru teringat tentang itu. " oh no, I am late...", Freya langsung beranjak turun dari tempat tidurnya.
Gadis dihadapannya malah terkekeh. Yap. Gadis itu bernama Raya Aziza. Dia sahabat Freya satu-satunya dari SMP, sekaligus tetangganya sendiri karena rumahnya hanya terhalang tiga bangunan dari rumah Freya. Mereka selalu bersama dari sejak SMP, SMA, dan kuliah pun ditempat yang sama. Keduanya saling membutuhkan dan sangat dekat satu sama lain, mereka sama-sama anak tunggal yang kesepian.
"Kenapa mama gak bangunin aku sih?" gerutu Freya kesal, lalu menarik bathrobe yang menggantung disisi pintu kamar mandinya.
"Yee...makanya jadi anak gadis tuh harus rajin bangun pagi dong. Rajin bangun pagi itu bisa dapet jodoh ganteng nantinya" ujar Raya terkekeh geli.
"Hubungannya apa coba? garing banget sih pagi-pagi begini, Ray!" sanggah Freya dibalik kamar mandinya.
Raya tidak menggubris. Sesaat terdengar suara kran air mengalir, pertanda Freya telah memulai ritualnya.
Sambil menunggu sang princess menjalani ritual mandinya, Raya duduk disisi ranjang Freya dengan bola mata beredar seolah mencari sesuatu. Sampai akhirnya ada yang membuatnya menarik perhatian lalu mendekatinya.
"Ah, ternyata dia masih menyimpan barang ini." gumamnya mengambil benda warna hitam yang menyerupai karet gelang itu. Dibagian tengahnya terdapat tulisan ‘'MARK’'.
Beberapa menit kemudian terdengar suara handle pintu diputar, Sontak Raya terkejut lalu buru-buru mengembalikan benda itu ketempat semula.
Dilihatnya Freya sudah mengenakan bathrobe dengan rambutnya yang dililit handuk keatas.
"Buruan nona, udah jam berapa nih?" omel Raya sambil mengetuk-ngetuk kaca jam tangan yang melilit ditangan kanannya.
"Iya bawel ih." sahut Freya mendengus.
"Kamu masih menyimpan gelang karet yang usang itu ya?" tanya Raya penasaran.
"Gelang apaan sih?" Freya mengernyit. Dia tak paham dengan apa yang Raya bicarakan.
"Ini apa?" Raya mengambil barang itu lagi lalu menunjukannya pada Freya.
"Astaga. Aku gak nyadar lho Ray. aku juga tidak terlalu memperhatikannya kok. kalau kamu mau ambil saja." ujar Freya seraya menyisir rambut basahnya didepan cermin.
"Jangan dong, Frey. kali aja suatu saat kamu bisa bertemu lagi dengan pemiliknya, terus ternyata berjodoh," sahut Raya terkekeh.
"Ah, mana mungkin aku bisa bertemu pemiliknya. wajahnya saja aku udah nggak ingat. itu udah bertahun-tahun silam, Ray. Gak mungkin banget", Freya merasa absurd.
"Ih gak boleh gitu lho Frey, gak ada yang nggak mungkin didunia ini." ucap Raya.
"Iya, iya. terserah deh terserah." sahut Freya jengah, malas membahasnya lagi.
*****
Setibanya di kampus,
Di depan ruang sidang yang tertutup, tampak ada beberapa mahasiswa tengah berbincang membicarakan seseorang. Freya dan Raya mendekatinya karena penasaran dengan sayup-sayup terdengar nama Revan disebut dari kejauhan.
Revan. Ya, siapa sih yang tidak kenal Revan ? lelaki paling tenar dikampus ini. Tenar bukan karena prestasinya, tapi tenar karena ke gantengannya dan kenakalannya yang rada-rada nyeleneh. julukan Bad Boy kampus sangat melekat di dirinya.
" heboh bener. memang yang lagi sidang didalam siapa nih?" tanya Raya menepuk bahu salah satu mahasiswa yang bergerombol disana.
" oh itu lho, Revan anak IF.15" jawabnya
Seketika bola mata Freya terbelalak. "What? kok bisa secepat itu sih?" gumamnya yang ternyata terdengar oleh telinga Raya.
"Kenapa emang? usaha kali dia." Raya menyikut bahu Freya.
Namun Freya tidak menggubrisnya, dia malah pergi menjauh meninggalkan Raya. Rasanya Freya sudah tidak tertarik lagi menyimak atau menyaksikan orang yang disidang diruangan itu.
"Ada yang gak beres nih anak." gumam Raya menggelengkan kepalanya selepas kepergian Freya. Namun Raya masih tertarik untuk tetap disana dan membiarkan Freya pergi tanpa mengikutinya.
Kini hati Freya tak karuan. pikirannya tiba-tiba melayang mencari sebuah jawaban apabila lelaki bernama Revan menagih janjinya.
*Flashback On*
Freya ternyata mempunyai perjanjian dengan Revan yang tak diketahui orang lain termasuk Raya.
Revan merupakan anak konglomerat se-Bandung yang memiliki wajah tampan, berbadan six pack seperti roti kasur. Gadis mana yang tidak tertarik dengannya.
Dia dikenal sebagai playboy yang sering gonta ganti pacar. Mungkin hampir semua mahasiswi yang terbilang cantik pernah dikencaninya. Terkecuali Freya. Bagi Revan gadis itu sangat sulit didekati.
Berbagai cara dan mantra telah dilakukannya, tapi tidak membuat Freya jatuh hati pada Revan. bahkan bagi Revan, berbicara dengan Freya seperti berbicara pada tembok. Hening dan hemat.
Ratusan kali permohonan cintanya ditolak Freya. Tapi tidak membuat Revan selangkah saja untuk mundur. Sampai akhirnya Freya sudah bosan selalu diganggunya, dan terpaksa mengajukan persyaratan agar revan berhenti mengganggunya.
"Fine, only one condition if you can graduate before me." tegas Freya akhirnya memberi tanggapan.
Rasain kamu ya. Mana mungkin Revan bisa lulus sidang secepat itu, pengajuan judul skripsi aja ditolak terus sama dosen pembimbingnya. Haha.. batin Freya mengolok.
"One more, don’t disturb me !!" ucap Freya lagi menegaskan.
"Oke deal! aku setuju," jawab Revan sambil mengulurkan tangannya, dan terpaksa Freya menyambut tangan Revan.
Sejak persyaratan itu Revan tidak pernah menampakan batang hidungnya dihadapan Freya. Dan Freya mengira Revan telah menyerah begitu saja karena persyaratan yang menurutnya berat untuk Revan. Bagaimana tidak, dulu Revan terkenal jarang masuk kelas, tugas dari dosen pun seringkali diabaikannya. Dan banyak mata kuliah yang diulangnya karena mendapat nilai D. Sudah untung tidak di drop out karena ayahnya merupakan donatur kampus tetap.
*Flashback Off*
.
.
.
.
#jangan lupa tinggalkan jejak dan komentar nya ya... biar lebih semangat.
terimakasih
Freya tengah duduk dikursi beton taman kampus. Pandangannya berputar melihat sekitar. Memang kampus suasananya agak lengang, karena mungkin hari mulai menjelang sore. Hanya ada beberapa mahasiswa yang masih duduk-duduk dirumput sistesis taman sekedar mengobrol atau berdiskusi. Ada juga yang asik membaca buku novel sambil senyum-senyum sendiri. Hadoooh konyol.
"Hai, cantik."
Seseorang datang dan berdiri dibelakang Freya.
Sontak Freya pun langsung menoleh kebelakang, ia meliriknya sekilas lalu kembali dengan pandangan semu didepannya. Pria tampan, berahang tegas dan memiliki anting ditelinga disebelah kiri itu pun langsung duduk disamping Freya tanpa permisi.
"Selamat ya. Gimana sidangnya lancar?" tanya Freya datar dan ketus.
Terlihat Revan menyunggingkan senyumannya penuh kemenangan.
"Pastinya dong. Dan aku kemari bh buat nagih janji kamu, masih ingat kan?" sahut Revan menyunggingkan senyuman miring.
Freya terdiam. Dia teringat janji itu lagi.
"Bagaimana Nona Geralt, bisa kan seorang Freya menepati janjinya pada seseorang? janji itu utang lho" ucap Revan membuyarkan lamunan Freya seketika.
"Damn !!" umpat Freya bergumam kesal. "kenapa jadi begini sih? ternyata aku salah telah menyepelekannya." Freya menghela napasnya, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Hellow... berasa ngomong sama patung nih, ada wujud tapi gak bisa ngomong." sindir Revan kesal merasa dikacangin.
Sesaat hening tak ada jawaban sampai akhirnya,
"Fine, I am yours now. Puas kamu??" jawab Freya terlihat frustasi dan terpaksa.
"Yes!"
Tak disangka Revan melompat kegirangan sambil teriak, "yeeaa...akhirnya gue dan Freya jadiaaan..."
Sontak seluruh penghuni taman kampus melirik dan menertawakannya. Dasar gila !! Freya reflek membungkam mulut Revan dengan kedua lengannya.
"Hey, shut up Revan!!"
Wajah mereka saling berhadapan dengan jarak hanya sejengkal dan membuat jantung Freya berdetak kencang. mungkin ini kali pertama ia berdiri dihadapan cogan seperti Revan yang terkenal beken karena kebadungannya itu.
perlahan Freya pun melangkah mundur, berharap suara degup jantungnya tidak sampai terdengar oleh pria itu. Bahaya, bisa-bisa dia ke ge-er an tuh.
"Udah sore nih. aku antar kamu pulang ya, Frey!" ajak Revan kemudian mencuri kesempatan.
"No!" balas Freya cepat, "Mm... maksudnya nggak perlu, aku bawa mobil kok, lagi pula mau bareng sama Raya." kata Freya lalu beranjak hendak pergi.
Tiba tiba Revan menarik tangan Freya hingga tubuh keduanya saling beradu, dan sesuatu mendarat dipipi kanan Freya.
CUP!
Revan mencium pipi Freya. Gadis itu tak bisa menghindar, wajah Freya kini menghangat bersemu merah.
"Oke, kamu hati-hati ya sayang", ucap Revan
Sialan!! Freya gak bisa menyembunyikan wajahnya. Ada perasaan malu, marah dan senang menjadi satu. Bagaimana tidak, dicium pipi oleh seorang Revan yang memiliki pesona luar biasa itu membuat jantung Freya berdegup lebih kencang. Dan itu membuat Freya tak mengerti perasaan apa yang kini bersarang dihatinya.
Freya sibuk membereskan perasaannya yang campur aduk oleh kecupan yang tiba-tiba mendarat begitu saja. Perasaan apa ini ? apa Freya sudah benar-benar sudah termakan rayuan maut Revan ? Oh tidak mungkin. Gadis Introvert seperti Freya pasti akan sulit jatuh cinta. Bahkan gadis itu belum pernah merasakannya. Meski pernah penasaran dengan teman masa kecilnya dulu, tapi apakah itu juga bisa dikatakan jatuh cinta atau cinta pertama kah? ah, entahlah.
Freya segera menghalau perasaannya. Ia lalu membalikan badan dan ingin cepat-cepat pergi dari hadapan lelaki yang kini sudah deal menjadi kekasihnya itu.
"Oke, aku pulang duluan," pamit Freya lalu segera pergi.
Revan hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia terus memandangi tubuh Freya dari belakang hingga sosoknya berlalu dan tak terlihat lagi.
*****
"Ray, dimana nih? aku sudah nunggu diparkiran. cepat keluar !!" ucap Freya pada Raya disambungan telponnya.
"Oops, sori Fre. aku udah dirumah nih. tadi aku harus pulang lebih awal karena harus menjemput Oma di Bandara."
"Oh, Oma Kasih yang di Bali itu?" tanya Freya.
"Iya. Oma mana lagi, Frey. Oma ku tinggal satu itu, Oma Kasih doang." sahut Raya terkekeh.
"Ya udah deh, Aku mau balik nih. nanti disambung lagi. salam buat Oma Kasih ya, Ray."
"Oke, Fre. hati-hati dijalan dan awas jangan ngebut lho..." kata Raya diseberang sana.
"Sip!" Freya pun langsung menutup panggilan telponnya dengan Raya. menyimpan ponselnya di dashboard, lalu mulai menyalakan mesin mobilnya.
Selama diperjalanan terdengar Freya berbicara pada dirinya sendiri.
"Gila nih, ini bener bener gila! sekarang aku pacarnya Revan? oh, no." umpat Freya masih tak percaya.
"Seharusnya kamu jangan mengajukan syarat enteng seperti itu, Freya. Dasar bodoh!!" Freya merutuki dirinya sendiri seraya memukul-mukul pelan kepalanya. namun kedua matanya tetap fokus dibalik stir kemudi mobilnya.
"Aku gak yakin dia bisa selesai skripsi secepat itu. bisa jadi Revan curang. Secara banyak banget para joki diluaran sana yang menawarkan diri untuk membantu membuatkan tugas akhirnya. Ada uang, apapun bisa dibeli termasuk ijasah abal abal." tuduhan Freya makin menjadi pada Revan sampai ia bermonolog sendiri.
Sesampainya di rumah, Freya langsung menuju dapur. Nampak Bi Asih sedang mencuci piring.
"Lho, bi Asih kok belum pulang?" tanya Freya kaget.
Ibu paruh baya itu pun menoleh sambil tersenyum. "belum, Non. nanggung ini belum beres," ucapnya.
Freya hanya mengangguk, lalu membuka minuman kaleng dari kulkas untuk melepas dahaganya. "Mama belum pulang, bi?" tanya Freya lagi kemudian.
"Iya belum, biasanya nyonya jam segini sudah pulang. mungkin sebentar lagi, kejebak macet mungkin non."
Freya hanya manggut-manggut. Memang benar juga sih apa yang dikatakan bi Asih. Mungkin macet, pikirnya.
"Kalau gitu bibi pulang dulu ya, non. itu makanannya sudah bibi hangatkan dimeja makan", pamit bi Asih.
"Oh Iya Bi, terima kasih." balas Freya. Bi Asih pun mengangguk sejenak sebelum akhirnya pergi.
Tak lama berselang, Shofi pun datang.
"Dari mana, ma? tumben pulangnya sore." sapa Freya.
"Biasalah, ada rapat guru mengenai ujian semester Minggu depan." jawab Shofi terlihat sangat lelah.
"Oowh." Freya membulatkan bibirnya.
"Mama mandi dulu ya, Frey. habis itu kita makan bareng" Shofi segera beranjak ke kamar seraya menjinjing tasnya.
"Oke, ma. aku juga baru datang nih. Mau mandi, gerah." Freya pun lantas beranjak juga ke kamarnya hendak membersihkan diri. Rasanya dia ingin sekali berendam air hangat. sekedar menenangkan pikirannya yang tak karuan seharian ini.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!