NovelToon NovelToon

Cinta 49 Cm

1. ** Tinggi badan **

Triiiiiiiiing!

 Jam weker berbunyi tepat dianggka 05.30 pagi. Seorang gadis terlihat mengeliat pelan. Satu tanganya terlihat mematikan jam sedang tangan yang lain mengucek matanya. Aila melani nama gadis itu. Gadis mungil dengan tinggi tubuh hanya 140 cm tersebut masih duduk dibangku sekolah menengah atas, kelas 3 SMA.

 

Aila turun dari ranjang dengan malas, kemudian menyeret kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini ada ulangan biologi dengan bu Dina, guru yang terkenal killer disekolahnya. Ia harus segera berangkat jika tidak ingin telat dan terkena masalah.

Tidak butuh waktu lama, Aila sudah selesai dengan rirual mandinya. Gadis itu segera mengemasi buku pelajaranya dan memasukkannya ke dalam tas.

Untuk urusan pelajaran, Aila memang termasuk murid yg pintar, ia bahkan selalu rangking pertama paralel disekolahnya untuk jurusan sains.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Aila harus segera berangkat jika tidak ingin terlambat, apalagi naik angkot pasti sedikit sedikit berhenti untuk mengangkut penumpang.

Dengan segera gadis itu bersiap, rambut panjangnya ia biarkan terurai begitu saja. Aila hanya menambahkan jepit bunga disamping telinga kirinya.

Aila terlihat sangat manis.

Walaupun tubuhnya tidak tinggi, tapi Aila punya wajah yang manis, bibir yang mungil, mata yang bulat, dan kulit yang mulus. Andai saja ia tinggi akan bnyak laki laki yang tertarik padanya. Karena tinggi badanya, Aila sering dijuluki kurcaci oleh teman temanya.

Aila segera mengunci pintu kamar kosnya dan bergegas turun kebawah. Ya, Aila memang tinggal di kos kosan, Ia tidak punya keluarga. Sejak kecil Aila tinggal di panti asuhan, namun menginjak kelas 2 SMA ia harus keluar dari panti. Pihak panti sudah tidak bisa membiayai dirinya untuk sekolah lagi, karena dana dari donatur yang tidak mencukupi.

Aila tidak menyerah begitu saja ia harus tetap sekolah. Setidaknya sampai lulus SMA, karena cuma ijazah SMA lah satu-satunya jalan yang bisa membantunya untuk mencari pekerjakan.

Mau bagaimana lagi? dengan tinggi tubuhnya yang begitu mungil, ia tidak yakin akan mendapat pekerjaan dengan mudah.

Aila terpaksa harus bekerja sambilan untuk membiayai sekolahnya dan hidupnya. Begitulah, hidup di dunia ini memang tidak mudah, tapi Aila percaya jika usaha tidak akan menghianati hasil. Ia yakin suatu saat nanti hidupnya akan berubah menjadi lebih baik. Satu hal yang Aila selalu yakin, jika tuhan tidak akan meninggalkan hambanya yang senantiasa berdoa dan berusaha.

Aila masuk kedalam angkot dengan resah, bagaimana tidak sudah 06.30 tapi angkotnya baru saja tiba. Semoga saja ia tidak terlambat, dan mendapat masalah.

Aila menghela napas lega, angkot yang ditumpanginya tiba di sekolah tepat pada waktunya. Setidaknya masih ada waktu sepuluh menit sebelum bel berbunyi, sehingga ia masih bisa membaca materi untuk soal ujian nanti.

Aila melenggang kearah kelasnya dengan santai, disekitar koridor kelas sudah tampak ramai. Itu wajar, karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Jika bel sudah berbunyi maka gerbang sekolah otomatis tertutup dan siapapun yang terlambat mustahil akan bisa masuk.

Dorr !!

"Auw, copot ! copot!" teriak Aila kaget, ketika ia sampai di lorong sekolah.

"Ha ha ha" kekeh Meli sahabatnya.

"Apaan sih mel, bikin jantungan aja" ucap Aila mendelik kesal karena ulah sahabatnya itu.

"Lagian loe sih, jalan aja sambil bengong" jawab Meli sembari menyikut lengan Aila.

 

Meli adalah sahabat Aila sejak kelas satu, berbeda dengan Aila yang pendiam Meli adalah gadis yang ceria dan energik. Wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang tinggi, menjadikan ia primadona disekolah. Meli juga seorang model.

Sekolah mereka memang tergolong sekolah swasta favorit. Dimana muridnya sebagian besar adalah anak orang kaya. Satu satunya murid yang tidak punya mungkin hanya Aila. Ya, Aila bisa masuk sekolah ini karena beasiswa. Otaknya yang cerdas membuat dirinya beruntung, bisa satu sekolah dengan anak anak orang kaya.

Meski banyak yang tidak suka karena status sosialnya, Aila tetap santai. Toh, Aila masih punya sahabat yang begitu baik padanya. Ia hanya perlu sedikit bersabar dan segera lulus dengan baik, lalu mendapat pekerjaan.

Hanya itulah yang selalu ia harapkan.

 

"Lama banget sih loe datangnya, mana hampir masuk lagi. Gue kan belom ngerjain PR matematik" teriak cecil, sahabat Aila yang laen ketika melihat Aila baru masuk dikelasnya.

"Lha, elo yang punya PR, kenapa nungguin gue? " Ucap Aila santai.

"He he he, elo kan tau otak gue lemot," ucap cecil malu malu.

"Boleh ya?" rayu Cecil dengan senyum sok imutnya.

"Hem" Aila mendesah. Tapi gadis itu tetap meminjamkan buku PR yg Cecil minta.

" Nih." ucap Aila, sembari menyodorkan bukunya pada Cecil.

" Makasih ya say, loe emang sahabat gue yang paling baik deh!" Ucap Cecil sok manis.

 

Cecil adalah gadis berwajah ayu dan manis, ia juga termasuk salah satu anggota yang menjadi primadona disekolahnya. Cecil juga seorang model seperti Meli. Jujur saja, Aila menjadi dekat dengan Cecil itu karena Meli. Meli dan cecil memang sudah berteman sejak SMP.

Cecil adalah tipe cewek yang pemilih ketika berteman.

Aila yang pendiam dan miskin pasti bukan termasuk kriteria teman bagi Cecil, karena Meli lah akhirnya mereka akrab.

 

"Ai, nanti ikutan kita ke Gor yak?" ucap Meli sambil mendudukkkan diri disamping Aila.

"Ngapain? loe kan tau, jam 4 gue harus kasih les ke Dika" jawab Aila.

" Ya kan masih jam 4 non, kak Niko main nanti. Please, temenin kek. " ucap Meli mengiba.

Untuk sejenak Aila berpikir, jujur ia tidak enak jika menolak peemintaan sahabatnya itu, namun ia juga harus bekerja.

Aila memang tidak punya banyak waktu untuk bermain-main seperti anak sebanyanya, yang sepulang sekolah bisa jalan jalan ngemall atau bahkan pacaran. Dirinya harus bekerja jungkir balik demi untuk membiayai hidup dan sekolahnya.

Untung saja Aila mendapat pekerjaaan memberikan les privat untuk anak SD, Anak sahabat mamanya Meli. Aila memang dekat dengan keluarga Meli, Ayah Ibunya sangat baik kepada Aila.

"Oke deh, tapi jam tiga Gue pulang." jawab Aila.

"Iya iya non, makacih ya?" ucap Meli tersenyum senang.

 

Meli tau keadaan sahabatnya, tapi mau bagaimana lagi? hari ini jadwal pertandingan Niko pacarnya dan dia tidak ingin melewatkannya begitu saja.

Ya, Niko adalah atlet basket nasional. Hari ini adalah pertandingan persahabatan antara tim Niko dengan tim basket kampus yang populer dikotanya.

Gak enak juga kan, kalo nonton hanya berdua dengan Cecil? lagi pula Cecil pasti akan sibuk sendiri chatingan dengan gebetanya. Entah kenapa ia lebih nyambung jika ngobrol dengan Aila ketimbang dengan Cecil, teman yang sudah dikenalnya sejak mereka SMP.

Bersambung....

Bab 2 ** Perkenalan**

 🌸 Cinta 49 Cm 🌸

Part 2

** Berkenalan **

Sebuah mobil Honda jazz berwarna pink berhenti tepat didepan Gor Samapta A.yani. Terlihat Aila dan kedua sahabatnya turun.

Ya, Meli memang sudah mendapatkan kepercayaan oleh kedua orang tuanya untuk membawa mobil sendiri.

 

Disekitar Gor sudah penuh sesak oleh para penonton yang sepertinya sengaja untuk melihat langsung pertandingan hari ini. Meli mengajak kedua sahabatnya untuk masuk kedalam.

Didalam ternyata juga sudah penuh oleh para penonton.

Meli terus turun hingga mendekati lapangan, sedang Aila hanya mengekor dari belakang.

 "Beb aku datang" teriak Meli.

 

Seorang Lelaki yang bernama Niko berlari mendekat.

"Lama banget datangnya yang, udah mau mulai nih" ucap Niko.

"Iya Beb, tadi kan makan dulu. Oh iya, aku bawa Alia sama Cecil ni." jawab Meli sembari melirik kedua sahabatnya.

" Iya, doain ya yang, semoga menang" ucap Niko.

Meli menganguk," Pasti dong!"

"Buat kalian nikmatin aja pertandinganya" lanjut Niko sembari melirik Alia dan Cecil.

"Ya udah yang, cepet kesana gih udah mo mulai tuh" ucap Meli.

Niko mengangguk, kemudian berlari ketengah lapangan dimana timnya sudah berkumpul.

Priiiiittt!!T

Terdengar suara peluit dari wasit. Pertanda pertandingan akan segera di mulai.

" Semangat! semangat! " ucap salah seorang terlihat memberi semangat pada timnya, yang diiringi suara riuh penonton.

Terutama para cewek.

"Siapa tuh Mel? gila aja gantenya kebangetan, kaya anggota Boyband." Ucap Cecil pada Meli.

"Yang mana?" jawab Meli.

"Itu yang pake ikat merah dilengannya" ucap Cecil menjelaskan.

" Oh yang itu, dia kak Leon. Kapten tim SWAGGBALL" jawab Meli santai.

"Parah loe, punya kenalan cowok keren diem aja!" protes Cecil.

"Lha terus gue kudu mencak mencak gitu? " jawab Meli acuh.

"He he he, entar kenalin ya Non?, please!" pinta Cecil.

Meli memutar bola matanya malas, temannya satu ini emang paling gak bisa lihat cwok ganteng.

"Lha tuh, si Wisnu gebetan loe mau dikemanain?" tanya Meli.

"Ya, punya serepan juga gak papa, kali Mel" jawa Cecil santai.

"Emang ban mobil, buat serepan!" Ucap Meli malas.

Cecil hanya terkekeh mendengar ucapan Meli.

Sedang Aila hanya diam menyimak percakapan kedua sahabatnya itu.

Selain karena sifatnya yang pendiam, Aila juga tidak begitu tertarik ngomongin soal cowok.

Mending ngomongin soal gimana cara menghasilkan uang, bisa buat nyambung hidup.

"E tapi muka tuh cowok kaya gak asing, familiar gitu. Pernah lihat dimana ya? " gumam Aila berfikir.

 " Mukanya kayak familiar Mel, kayak pernah lihat." ucap Aila mengingat.

Cecil mengangguk setuju.

"Ya iyalah Non, familiar. Orang dia model, bintang iklan juga" ucap Meli menjelaskan.

"Ya pasti sering muncul di TV lah." lanjut Meli.

Cecil dan Aila terlihat saling bertatapanmenceena ucapan Meli.

" Ya tuhan! bener loe Mel, yang iklanin HP merek \\\ tipe terbaru itu kan?" ucap Cecil antusias.

Meli cuma menganggukkan kepala, membenarkan.

 "Bukanya dia juga bintang iklan parfum cowok yang terkenal itu juga? pantes aja wajahnya kayak gak asing" batin Aila.

Three shoot point untuk SWAGBALL!

Teriak wasit.

Diikuti tepuk tangan riuh penonton. Sepertinya sang capten berhasil mencetak tiga angka sekaligus. Pertandingan baru saja dimulai, tapi lawan dari SWAGGBALL tertinggal jauh.

 "Gila tuh cowok, udah keren jago basket lagi" ucap Cecil takjub melihat lelaki bernama Leon itu.

"Ya iyalah, kalo gak jago mana mungkin jadi Kapten" ucap Meli santai.

"Eh Mel, dia udah punya cewek belom?" tanya Cecil.

"Kayaknya sih belon, soalnya kalo pas nongkrong gue gak pernah lihat kak Leon bawa cwek sih. Tapi yang kejar dia banyak" ucap Meli.

"Jelas banyak yang kejar lah Mel, secara dia keren, jago basket juga. Gue juga rela kali, antri buat dapatin cintanya." jawab Cecil lebay.

 

Meli memutar bola matanya malas.

Babak demi babak sudah berlalu. Permainan didominasi tim SWAGGBALL. Semua anggota tim SWAGGBALL memang terlihat lihai dalam memasukkan si bola bundar kedalam ring.

Namun yang paling menyita perhatian, jelas saja sang kapten. Leon.

Peluit panjang ditiup oleh Wasit pertanda pertandingan telah usai. Tentu saja tim Niko memimpin jauh.

Suara tepuk tangan penonton terdengar riuh.

Para cewek meneriakkan nama Leon sang idola.

Kedua tim saling berjabat tangan sebagai tanda sportifitas, kemudian bubar untuk istirahat.

Meli mengajak kedua sahabatnya untuk turun, ia ingin memberikan selamat untuk kekasihnya Niko.

Aila sebenarnya malas, tubuhnya yang pendek pasti akan terlihat semakin tenggelam diantara cowok-cowok super tinggi itu.

"Hai gaess, selamat ya" Ucap Meli pada teman-teman Niko.

.

"Selamat ya beb, kamu kelihatan keren" ucap meli pada Niko, kemudian memeluknya.

"Makasih yang" ucap Niko sembari menerima pelukan kekasihnya itu.

"Hem hem! " Cecil berdehem kearah Meli.

Meli langsung inget kalau dia bawa temen.

"Oh ya gaess kenalin nih temen aku" ucap Meli.

Satu persatu teman Niko memperkenalkan diri. Banyak dari mereka yang terpesona dengan wajah Cecil yang cantik.

Tiba giliran Leon mengulurkan tangan, namun belum juga sempat pria itu memberikan tangannya, Cecil sudah lebih dulu menyambutnya.

"Hai kak, namaku Cecil" ucap Cecil antusias.

"Aku leon " ucap Leon datar.

Sedang Aila hanya diam, gadis itu terlihat sibuk dengan pikiranya sendiri.

Berada diantara cowok cowok tinggi menjadikan Aila semakin merasa tenggelam, minder.

Aila tidak sadar jika sedari tadi ada sepasang mata tengah menatapnya intens.

"Siapa dia Mel? adik sepupumu?" Tanya Leon pada Meli.

"Bukan kak, dia temen gue. Seumuran kok sama gue." jawab Meli sambil menyikut lengan Aila.

"Eh sorry, gue gk tau" jawab Leon kikuk.

Aila paham, karena tubuhnya yang pendek orang orang selalu mengira dia masih SMP.

"Gak papa kak, udah biasa kok" jawab Aila santai.

"Ha ha ha. Apaan sih, udah biasa?" Niko terkekeh mendengar ucapan Aila.

Aila dan Niko memang udah akrab karena udah sering ketemu dirumah Meli.

Gayanya yang tengil sering banget ledekin Aila, dan Aila sudah terbiasa.

Aila hanya mendelik kesal kearah Niko.

Niko malah terbahak melihat sikap Aila.

Cecil mulai bertanya tanya banyak hal pada Leon, sedang Aila hanya diem dikursi pemain. Meli terlihat sudah sibuk sendiri dengan kekasihnya.

Leon yang banyak diberondong pertanyaan oleh Cecil terlihat malas dan tidak mendengarkan.

Lelaki itu malah terlihat sedang menatap lekat kearah Aila.

"Nih cewek mungil imut banget, pendiem lagi gak kayak temenya berisik kayak bajaj!" batin Leon sembari menatap tajam kearah Aila.

Yang ditatap malah tidak sadar, karena gadis itu dari tadi hanya menunduk

sesekali melihat kearah gawainya.

Triiiiiing!

Terdengar bunyi HP dari saku Cecil.

Cecil segera meraih benda persegi tersebut dan membukanya, ternyata ada panggilan masuk.

Baby calling.

terlihat sebuah tulisan muncul dilayarnya.

" ni pasti Wisnu. Ganggu aja! batin Cecil.

 

"Maaf kak, angkat telepon dulu" ucap Cecil pada Leon.

"Oke" jawab leon singkat.

 

"Huftt selamat gue! Capek nih kuping denger tuh cewek ngoceh terus" Batin Leon, seperti terselamatkan.

Dan tinggalah Leon dan Alia yang duduk dibangku panjang pemain.

Sepeninggal Cecil Aila hanya diam.

"Kamu satu kelas sama Meli?" tanya Leon memulai percakapan.

"Satu kelas kak" jawab Aila, dengan menunduk.

"Udah lama kenal Meli?" tanya Leon.

"Dari kelas satu kak" jawab Aila singkat lagi.

"Gila nih cewek, sepi banget kaya kuburan. Ditanya jawabnya singkat-singkat, balik tanya kek? Biasanya juga kebanyakan cewek yang banyak nanya ke gue" batin Leon heran.

 

"Oh, soalnya gak pernah lihat kalo pas Meli nongkrong" ucap Leon sembari menatap Aila.

 

Aila hanya tersenyum.

Aila emang gak pernah mau diajak jalan sama Meli, apalagi alesanya kalo bukan soal uang? gimana mo jalan jalan? dia gak ada waktu. Aila harus jungkir balik kerja sambilan untuk ngelanjutin hidup.

Aila melihat jam di Hpnya, sudah setengah tiga sore. Dia harus segera pulang untuk memberi les pada Dika.

Aila berdiri dan meninggalkan leon untuk mendekati Meli. Gadis itu ingin memberitahu Meli, bahwa dia harus pulang duluan.

"Gila, gue ditinggalin gitu aja. Mana ada cwek yang pernah ninggalin gue, Siapa sih cewek yang gak pengen kenal gue? tapi nih cewek malah biasa aja. Benar- benar bikin penasaran nih cewek! " batin Leon.

Terlihat Aila sudah selesai bicara dengan Meli.

Aila bergegas menuju pintu keluar untuk pulang. Aila menganggukkan kepalanya sekilas kearah Leon, sebelum tubuhnya hilang dibalik pintu.

Leon terpaku menatap punggung Aila.

Bersambung....

Bab 3 **Bertemu kembali**

🌸 Cinta 49 Cm 🌸

Part 3

** Bertemu kembali **

Teng teng teng !

Bel sekolah SMA Pelita bangsa berbunyi tiga kali.

Pertanda kegiatan belajar mengajar sudah usai, padahal waktu masih menunjukkan pukul 09.30 pagi.

Anak anak terdengar riuh senang karena mereka pulang awal.

Alia dan kedua sahabatnya hanya saling pandang.

Sebelum akhirnya berteriak kegirangan. Bagi anak SMA, tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain pulang awal.

 

"Ai, loe mau ikut gak? kita mau ke kafe nih, nongkrong sama temen temen kak Niko" ajak Meli.

"Sorry Mel, bukanya gak mau, tapi gue ada pekerjaan siang ini" jawab Aila.

 

Bagi Aila, pulang awal bukan berarti ia bisa senang senang sperti yang lain, banyak pekerjaan menanti untuknya.

Hari ini Aila harus mencuci baju dirumah ibu kosnya.

Aila bekerja sebagai buruh cuci gosok dirumah ibu kosnya. Lumayan, sekali cuci Aila dibayar 30 ribu.

Cukuplah untuk menyambung hidup Aila. Lebih cepat diselesaikan, lebih cepat juga Aila bisa istirahat.

 

"Ok deh, gue ngerti kok" ucap Meli yang mengerti keadaan sahabatnya itu.

"Loe bareng kita kan pulangnya?" lanjut Meli.

"Gue bisa naek bis Mel, lagian arah kafe sama kos gue kan gak searah" tolak Aila.

"Ya kan gue bisa anter loe dulu Non" ucap Meli.

"Gak usah Mel, gue udah biasa kali naik bis" jawab Aila.

"Yakin loe gak mau ikut? disana akan banyak cogan loh, pasti ada kak Leon juga" ucap Cecil sembari tersenyum sendiri.

 

Aila mengangguk yakin.

Mereka akhirnya berpisah didepan pintu gerbang sekolah.

Aila bergegas lari menuju halte yang tak jauh dari sekolahnya.

Tidak berapa lama bis yang dimaksud datang, Aila segera naik.

Didalam bis sudah penuh sesak dengan penumpang, untunglah ada satu kursi kosong dekat jendela.

Dengan cepat Aila mendudukinya, menyandarkan tubuhnya. Gadis itu mgeluarkan handset dan memasangkan ditelinga untuk mendengarkan musik dari Hp jadulnya.

____________________________🌸🌸🌸🌸🌸🌸_________________________

 

Leon mendesah pelan, ketika lampu lalulintas berwarna merah pertanda harus berhenti.

Padahal ia harus segera sampai ke studio untuk pemotretan, menejernya pasti akan menyanyi seperti beo tiada henti jika dirinya telat.

Leon sengaja menggunakan motor gedenya untuk sampai ke studio, supaya tidak terkena macet.

 

Leon menoleh kesamping kiri untuk melihat waktu pada rambu lalulintas dan ternyata masih lama, tanpa sengaja Matanya melihat Aila Yang sedang bersandar di bangku bus melihat keluar jendela.

"Bukankanya itu cewek yang kemaren? " gumam Leon berusaha mengingat.

Leon mengamati Alia.

Rambut panjang Aila terurai sedikit menutupi wajahnya. Terkadang Gadis itu memejamkan mata, kemudian membuka matanya lagi dan memandang entah apa.

Leon memalingkan wajah kearah pandangan mata Aila, namun Leon tidak menemukan apapun selain sesaknya kendaraan dan panasnya matahari.

Entah kenapa Gadis itu seperti melihat sesuatu hal yang menyejukkan.

 

"Gadis yang manis " batin Leon.

 

Lampu lalulintas kembali menyala hijau.

Bus yang ditumpangi Aila melaju meninggalkan Leon, namun Leon masih terpaku ditempatnya hingga suara bising klakson dibelakang mengagetkanya.

"Ah sial! Ngapain gue malah ngelamun" maki Leon pada dirinya sendiri.

Dengan segera, Leon memacu motornya dengan kecepatan sedang, sebelum orang orang dibelakangnya mulai kesal.

Tidak berapa lama Leon sampai distudio.

Benar saja, Deni sang menejer yang bertingkah laku kemayu itu sudah merenggut kesal karena Leon terlambat.

 

"Ampuuuun, telat deh! Kita mau pemotretan sama Mbak Vera Leon, kamu ingat kan? Mbak Vera sudah nungguin dari tadi loh" ucap Deni kesal.

" Tau, jalanan macet! " jawab Leon santai sembari berlalu masuk kedalam.

Leon tau, kenapa Deni khawatir soal pemotretan kali ini, soalnya ia diminta kerja sama dengan Vera sang artis terkenal.

" Eh, malah nyelonong aja, tunguin ih. Ampuuuun!" ucap Deni sembari berlari mengejar Leon dengan gaya kemayunya.

 

Benar saja diruang make up, Gadis yang bernama Vera sudah menunggu dengan wajah kesal.

Selama ini gak ada yang pernah buat dia menunggu.

"Bisa bisanya, gue disuruh nunggu! gak tau apa siapa Gue? Awas aja, Gue bakal bikin Loe nyesel!" gumam Vera geram.

Tidak berapa lama, terdengar suara langkah kaki mendekat.

 

"Hai, maaf udah buat Mbak nunggu lama" sapa Leon dari belakang Vera.

 

Vera yang menyadari ada yang datang, segera menoleh ke asal sumber suara.

Gadis itu sudah bersiap marah, tapi akhirnya malah melongo melihat wajah tampan Leon.

Sejenak Vera terpana menatap Leon.

"Ini cowok sumpah keren banget, kayak anggota boyband korea " batin Vera sembari menelan kasar salivanya.

" Mbak?" ucap Leon mengulangi, karena melihat Vera yang tidak merespon sapaanya.

" Eh iya, gak papa aku juga baru sampai kok" ucap Vera kikuk.

Padahal dia udah sampai dari 40 menit yang lalu.

Deni yang mendengar ucapan Vera hanya bisa bengong.

Bukankah tadi Gadis itu terlihat sangat kesal?

"Untung ganteng, kalo gak gue batalin nih kontrak! " batin Vera senyum sendiri.

Setelah berbasa basi, akhirnya pemotretan dimulai juga.

Leon harus pakai baju, sepatu dan jam dari klienya yang harganya tentu aja gak murah.

sepanjang pemotretan Vera jelas menatap takjub dengan tubuh Leon.

Leon pun menyadari, kalo wanita yg sedang menjadi rekanya ini tertarik padanya.

Gerak gerik mata dan tubuh wanita seperti Vera sudah membuat Leon hapal diluar kepala, dan itu jelas membuat Leon menjadi jengah.

Berbeda dengan Vera yang menikmati jalanya pemotretan, pikiran Leon malah terus teringat pada wajah Aila. Kilasan memori tentang wajah Aila dengan mata terpejam di dalam bus tadi, cukup membuat Leon tidak konsentrasi.

Tidak berapa lama pemotretan pun selesai.

Vera masih berganti baju dan membersihkan make up, sedang Leon segera bergegas keluar, tapi Deni menahanya.

 

" Jangan pulang dulu dong cinn, Mbak Vera kayaknya mau ngobrol dulu tuh" ucap Dani.

Leon memutar kepalanya malas.

"Loe aja deh yang nanggepin, gue sih ogah!" jawab Leon santai, sembari melangkah keluar menuju motornya.

Sedang Dani cuma bisa mendesah kesal. Lagi lagi Leon pergi begitu saja.

 

___________________________🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸_________________________

Aila baru saja selesai mencuci satu tumpuk keranjang penuh pakaian milik ibu kosnya.

Gadis itu baru saja selesai menjemurnya, tapi pekerjaanya belum selesai.

Aila harus menyetrika pakaian kering yang ia cuci dua hari lalu.Tanganya yang mungil begitu terampil dan cekatan menyetrika baju, satu demi satu dengan rapi.

Tidak terasa waktu sudah pukul 12.00 siang, pekerjaanya sedikit lagi selesai.

" Akhirnya beres juga" ucap Aila sembari menyandarkan tubuhnya dikursi.

Triiiiing! triiiiiing! triiiiing!

Hp jadul Aila berbunyi.

Satu tulisan muncul disana.

Meli Calling

Aila segera mengangkat telfonya tersebut kemudian mendekatkan pada telinganya.

[ Hallo Mel, ada apa?]

[Hallo Ai, Gue bisa minta tolong gak?] jawab Meli diseberang sana.

[ Minta tolong Apaan?] tanya Aila.

[Sebenarnya nyokap sih yang minta tolong] jawab Meli terdengar ragu.

[ Tante minta tolong apaan?] tanya Aila penasaran.

[ Sebenarnya. Hari ini tuh nyokap dapat jadwal arisan dirumah, tapi nyokap lupa. Dan lagi bik Marni sedang dirumah sakit nemenin suaminya yang lagi sakit, sedang kalo pesen makanan mendadak kan juga bakal gak ada yang mau. Mana arisanya jam 4 sore lagi,] ucap Meli panjang lebar.

[Terus apa yang bisa gue bantu?] jawab Aila.

[ Loe bisa kan bantuin nyokap masak? loe kan tau gue pegang penggorengan aja gak pernah] ucap Meli jujur.

Aila mendesah dalam hatinya, sebenarnya hari ini ia sangat lelah.

Menolak permintaan tante Lena juga gak enak. Tante Lena dan keluarganya udah sering bantu Aila.

[ Ok deh, Aku kesana sekarang ] jawab Aila mengerti.

[Makasih ya Non, Loe emang sahabat terbaik Gue deh] ucap Meli lebay.

[ya, sama sama] jawab Aila.

Setelah menutup teleponya, Aila segera bersiap menuju rumah Meli.

______________________________🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸________________ _ _

Leon yang awalnya ingin cepat pulang menemui omanya mendadak putar balik ditengah jalan.

Setelah melihat Aila di dalam bus tadi, Leon benar benar tidak bisa melupakan wajah Aila.

Pria itu bertekad untuk pergi kerumah Meli dan menanyakan perihal Aila.

"Gue pasti udah gila, mana pernah seorang Leon nanyain tentang Cewek duluan? Bodo amat! makan tu gengsi dari pada gue mati penasaran ya kan?" batin Leon menggerutu sendiri.

Leon segera memacu motornya menuju rumah Meli.

Tidak berapa lama, Lelaki itu tiba dirumah megah Meli.

Leon segera memencet bel rumah Meli.

Seseorang terlihat keluar untuk membukakan pintu, ternyata dia adalah Hendra.

Hendra adalah teman kuliah Leon dulu, mereka bersahabat hingga sekarang.

Berbeda dengan Leon yang sangat menyukai basket, Hendra lebih menyukai hal hal yang mengasah otak ketimbang fisik. Dulu Leon sering berkunjung kerumah ini, namun karena kesibukan masing masing Leon jarang kerumah Hendra lagi.

 

"Eh elo Yon, masuk" icap Hendra.

"Tumben loe kesini? gak kerja loe?" lanjut Hendra sembari mempersilahkan Sahabatnya itu untuk masuk.

 

Sedang yang ditanya malah celingak celinguk seperti mencari sesuatu.

"Adik loe Meli ada?" yanya Leon yang malah tidak menjawab pertanyaan Hendra.

"Ngapain loe nyari adik Gue?" tanya Hendra heran.

Leon yang menyadari tatapan menyelidik dari Hendra langsung menjawab.

"Tenang aja gue gak doyan sama adek loe, ada yang perlu gue tanyain." Ucap Leon santai sembari nyelonong masuk keruang tengah.

Leon kemudian mendudukkan dirinya disofa.

"Meli ada kerjaan diluar kota" Jawab Hendra santai.

Leon mendesah kesal, sdah dibela belain datang kesini, orangnya malah gak ada.

Hendra yang menyadari ada yg aneh dengan sahabatnya kemudian bertanya.

 

"Ada apa sih?" tanya Hendra penasaran.

 

Belum sempat Leon menjawab pertanyaan Hendra, mata Leon menangkap sosok Aila menuju dapur.

"Siapa tuh?" tanya Leon memastikan.

Hendra kemudian memandang kearah yang dimaksud Leon.

"Oh dia, temenya Meli, lagi bantuin nyokap masak buat arisan katanya" jawab Hendra santai.

Leon langsung menuju dapur untuk memastikan.

Ternyata benar dugaanya, cewek yang membuat Leon penasaran, dan membuatnya tidak konsentrasi seharian tadi sedang asyik memakai celemek memasak didepan matanya.

Pucuk dicinta ulampun tiba, begitulah kira kira peribahasanya.

"Ah, Kalo jodoh emang gak kemana!" gumam Leon sembari tpsenyum-Senyum sendiri

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!