NovelToon NovelToon

Budak Nafsu Ketua Gangster

EPISODE 01

"Laura! Kau di panggil Manager." Pekik Yessi yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan ganti wanita.

"Ah... Ya!" Seru Laura sedang menaikkan risleting pakaiannya.

Kemudian Laura bergegas memakai pakaiannya yang minim, rok itu berukuran sangat pendek hingga pada batas pahanya yang paling tinggi, dan membuat nya terlihat begitu seksi dengan semua lekukan tubuhnya yang bak biola.

Laura, gadis perawan yang cantik, pekerja keras dan sangat terampil dalam segala hal pekerjaan, bahkan sebenarnya ia adalah gadis yang pintar ketika masih berada di bangku sekolah, namun semua keberuntungan yang melekat di dalam dirinya tak menyertainya dalam hal kehidupannya.

Laura, dia adalah pekerja di Club Malam mewah yang hanya di datangi oleh orang-orang berkelas dan ber duit dan Pelangan VIP, itulah sebutan bagi para tamu yang datang ke Club tersebut yang akan memesan dirinya.

HAVVY Club berada di tengah Kota K, dan menjadi tempat netral atau sebagai perbatasan antara utara dan selatan.

Laura, gadis yang baru genap berusia 19 tahun, ia tinggal dengan bibinya bernama Gloria serta pamannya bernama Holmen , ia juga memiliki sepupu bernama Noel. Noel jarang ada di rumah karena ia ikut sebagai nelayan bersama sang ayah.

Awalnya, hidupnya baik-baik saja, ketika Laura masih kecil semuanya berjalan normal, hingga kehidupannya berubah total seperti di jungkir balikkan, ketika ayahnya meninggal.

Ayahnya menderita kanker dan harus menelan biaya perawatan yang sangat banyak, hingga akhirnya ketika sang ayah meninggal, pada usia Laura yang ke 8 tahun tepat saat ulang tahunnya, saat itu pula kehidupan kelamnya di mulai bersama paman serta bibi dan sepupunya.

"Turutilah perkataan Paman dan Bibimu, jangan membantah dan bersikap baiklah pada mereka."

Wasiat berupa kalimat itulah yang menjadikan Laura seperti di penjara dalam kehidupan yang tak bermoral di rumah paman dan bibinya , wasiat itu jugalah yang mengungkung Laura tak dapat pergi kemanapun.

Laura sering kali di siksa oleh paman dan bibinya, tak sekali dua kali juga, paman serta sepupunya berusaha memperkosanyaa, bahkan harta asuransi satu-satunya milik sang ayah telah di habiskan oleh paman dan bibinya untuk berjudi dan minum.

Setelah uang asuransi milik ayah Laura habis, mereka semua terpaksa pindah ke kota karena sudah tidak memiliki apapun di desa, bahkan sawah milik keluarga Laura pun sudah di jual.

Kini, mereka semua mengontrak di pemukiman padat penduduk yang sangat tidak layak.

Laura, itulah namanya, ia juga memiliki panggilan sendiri, yaitu angsa putih, karena Laura adalah Gadis polos, lugu, dan gadis perawan yang cantik, ia juga memiliki kulit putih nan bening, seolah tanpa noda atau cacat. Semua pekerja yang ada di Club melindunginya dan menyayanginya.

Laura berjalan dengan cepat, kini ia sudah terbiasa memakai sepatu ber hak tinggi, hingga akhirnya Laura sudah menghadap pada sang empunya Club.

"Ya Tuan Miguel." Kata Laura menundukkan kepalanya dengam hormat.

"Hari ini Tuan Jarvies akan datang, dan dia memesanmu lagi." Kata Miguel.

Tatapan Laura sedikit takut. Perubahan wajah Laura dapat Miguel baca dengan baik.

Keengganan, ketakutan, panik, frustasi, dan rasa khawatir. Itulah yang ada di wajah Laura.

"Aku akan katakan padanya jika kau sakit." Kata Miguel.

"Tidak! Anda akan kehilangan banyak uang, setiap kali menolak Tuan Jarvies, belum lagi Tuan Jarvies bisa membuat keributan di sini." Kata Laura.

Migual diam, lalu ia berdiri dan duduk di tepi meja.

"Aku memang kehilangan banyak uang ketika menolak Tuan Jarvies, aku juga khawatir dia akan membuat keributan di Club ku, sudah lebih dari 5 kali dia memesanmu, dan aku bilang kau sedang sakit." Kata Miguel pasrah.

"Saya mengerti, saya berterimakasih anda selalu melindungi saya, saya akan menjaga diri dengan baik." Kata Laura.

Jarvies Hollando, ia penguasa Gangsters utara, masih muda wajahnya pun tampan, namun ia sangat arogan, kasar dan tidak memiliki aturan, dia bertindak sesukanya sendiri, dan selalu membuat keributan dimana-mana.

Jarvies Hollando sang ketua Gangster di wilayah Utara, di sebut-sebut juga memiliki bisnis gelap narkoba, namun kepiawaiannya dalam berdagang di dunia gelap, membuatnya tak bisa di tangkap oleh polisi karena tak ada bukti yang menunjukkan Jarvies memiliki bisnis narkoba.

Terakhir kali, saat Jarvies berada di HAVVY CLUB dan memesan Laura, Jarvies sempat membuat Club menjadi heboh, para gangster musuh berdatangan, dan membuat kerusakan serta perkelahian, Laura yang ada di sekitar Jarvies tentu saja terkena imbasnya, pukulan keras dan lemparan botol dari mereka semua yang berkelahi membuat Laura ketakutan.

Memang benar, Jarvies melindungi Laura, meskipun begitu, Jarvies juga pria yang licik, ia sering memaksa, dan mencari celah untuk mencium atau memeluk Laura, sudah beberapa kali Jarvies berusaha menyentuh Laura.

Dalam perkelahian itu, Jarvies berkali-kali mengambil kesempatan memeluk Laura, meski Laura akhirnya melarikan diri, namun tetap saja ia mendapatkan beberapa luka di pergelangan tangan serta di lutut nya yang mengakibatkan beberapa hari Laura tidak dapat berjalan normal.

"Saya akan melakukan pekerjaan itu Tuan Miguel." Kata Laura.

Miguel kemudian mengangguk pelan.

"Maaf Laura. Tapi, tolong langsung panggil aku, jika ada masalah, aku dan pengawalku akan segera datang." Kata Miguel.

"Saya tahu Tuan, terimakasih banyak atas kebaikan anda."

Kemudian Laura undur diri, ketika Laura pergi, ia melihat ke arah jendela, ada begitu banyak mobil-mobil sudah beriringan terparkir di depan HAVVY CLUB.

Deretan Mobil-mobil hitam yang mewah siapa lagi jika bukan milik rombongan para Gangster, dan tentu saja sudah bisa di baca oleh Laura, bahwa mereka adalah rombongan Tuan Jarvies.

Laura mengambil nafas panjang, ia pun menuju ruangan VIP yang sudah di sediakan.

"Bayangkan saja, ini jauh lebih baik daripada di penjara di rumah paman dan bibi, aku bisa di perkossa berkali-kali di sana." Kata Laura membersihkan meja.

Setelah Laura menyiapkan beberapa botol minuman mewah di atas meja, Laura pun berdiri di dekat sofa.

Tak berapa lama pintu ruangan tersebut di buka, dan itu adalah sang pengawal yang lebih dulu masuk, kemudian terdengar suara gemerincing, itu adalah sepatu yang memiliki roda besi runcing di belakangnya.

Tentu saja, Laura tahu untuk apa benda itu. Jika Jarvies tak menyukai seseorang maka ia akan menendang wajah mereka menggunakan roda besi kecil yang ada di belakang sepatunya.

Roda kecil itu begitu tajam, gerigi-geriginya mampu mengoyak wajah siapapun menjadi cabikan daging yang tak berbentuk.

"Selamat datang Tuan Jarvies, senang melihat anda sehat." Kata Laura menundukkan kepala dan punggungnya.

Jarvies langsung duduk, dan membuang mantelnya sembarangan, para pengawal Jarvies juga masuk dan berjaga.

"Benar kah kau senang aku sehat?" Tanya Jarvies kemudian mengeluarkan rokoknya.

Laura menelan ludahnya, ia pun mengambil pemantik dan menyalakan apinya.

Jarvies kemudian menghisap rokoknya, dan menghembuskan asapnya pada wajah Laura, sembari telapak tangannya yang besar menepuk sofa di sampingnya.

Laura paham, ia pun duduk di sebelah Jarvies.

"Aku tahu kau sedang menghindariku." Bisik Jarvies pada Laura.

"Mana mungkin Tuan, saya tidak berani menghindari anda." Kata Laura.

"Kalau begitu buka botol Wine itu." Perintah Jarvies.

Laura pun dengan cekatan membuka tutup botol Wine tersebut, ia hendak menuangkannya pada gelas yang ada di atas meja.

"Aku tidak memyuruhmu menuang di gelas." Kata Jarvies.

Laura melihat ke arah Jarvies dengan tatapan gugup.

"Minum sampai habis." Perintah Jarvies.

Wajah Laura seperti hendak menolak.

"Itu hukuman mu menolak ku beberapa kali, kau pikir aku bodoh? Dengar Laura, saat aku memesanmu, maka datanglah seperti anjing dan layani aku dengan baik, cam kan itu Laura. Ukir baik-baik kalimat ku ini di otakmu." Kata Jarvies sembari menyemburkan asap rokoknya pada Laura lagi.

"Tunggu apa lagi, minum sampai habis." Perintah Jarvies.

Tangan Laura mulai gemetar, jika hanya satu atau dua gelas, ia bisa menahannya, namun jika satu botol penuh ia harus minum, tentu saja ia akan pingsan.

Laura tahu, Jarvies memang sengaja ingin membuatnya pingsan. Sudah sejak lama, Jarvies selalu menginginkannya.

Bersambung\~

EPISODE 02

Perlahan Laura hendak meminum wine itu langsung dari botolnya.

Jarvies menunggu dan terus menunggu, dengan wajah berharap nya yang dingin.

Semua orang memuja wajah tampan Jarvies yang begitu rupawan, namun Laura tidak, ia sangat membenci Jarvies, bukan hanya sekali dua kali Jarvies selalu berusaha membawanya pergi, bahkan pada suatu ketika Laura baru pulang bekerja Jarvies terlihat membututinya menggunakan mobil, hingga pada akhirnya Laura menuju ke kantor polisi, membuat Jarvies pun mengurungkan niatnya dan memilih pergi.

Jarvies tidak suka berurusan dengan polisi, baginya polisi hanya akan membuatnya kerepotan.

Laura sudah mengangkat botolnya dan ujung botol tersebut sudah masuk ke dalam mulutnya.

Satu teguk, dua teguk, tiga teguk...

"Bwaahhh!!!" Laura kehilangan nafasnya, kepalanya langsung mendadak sedikit pusing namun ia masih sadar.

"Butuh bantuan?" Kata Jarvies merebut botol wine tersebut.

Laura menggelengkan kepalanya.

Namun, terlambat, Jarvies sudah mencengkram dagunya dengan kuat, dan membuka mulut Laura, dengan tangan kanannya Jarvies menuangkan wine tersebut ke dalam mulut Laura. Hingga Laura gelagapan.

"Berhenti Tuan Jarvies..." Pinta Laura yang sudah lemas .

Tubuh Laura sudah di penuhi dengan wine merah yang tumpah.

"Sa... Saya minta maaf, saya tidak akan melakukan kesalahan lagi." Kata Laura.

Jarvies hanya diam, kemudian ia meminum wine tersebut langaung dari botolnya.

"Jika kau tahu kesalahanmu sejak awal, aku tidak akan membuatmu seperti ini... Lain kali jika aku memesanmu, maka jangan berbohong dan menghindariku." Kata Jarvies.

Saat itu Miguel pun masuk dan langsung mendapati Laura sudah lemas.

"Tuan Jarvies... Anda sudah menyalahi aturan HAVVY CLUB." Tiba-tiba Miguel masuk dengan wajah panik.

Jarvies memandang Miguel dengan tatapan tidak senang.

"Kau bilang apa?" Tanya Jarvies.

Dengan gemetar Miguel pun kembali ingin mengatakan jika Jarvies tidak bisa menyentuh Laura.

"Anda tak bisa menyentuh Laura..."

"PYAARR!!!" Jarvies melemparkan botol wine besar itu ke dinding mengakibatkan suara yang memekakkan telinga dan botol pun pecah kemana-mana.

"Tuan Jarvies, silahkan anda tinggalkan Club saya jika anda tidak bisa mentaati aturan di sini, atau saya panggilkan polisi." Kata Miguel.

Jarvies kemudian berdiri, tubuhnya yang lebih besar dari Miguel, tentu saja membuat Miguel bergidik.

Dengan tangan besar berototnya, Jarvies mencengkram leher Miguel dan mengangkatnya.

"Keeekkkzz...!" Pekik Miguel. Miguel meronta, ia kesakitan karena Jarvies mencekiknya hingga menganggat tubuhnya naik hanya dengan menggunakan satu tangannya.

"Tuan Jarvies tolong lepaskan Tuan Miguel... Saya akan menuruti semua yang anda inginkan." Kata Laura yang masih setengah sadar.

Yessi pun masuk dan mendapati Laura sudah hampir pingsan, lalu memeluknya.

"Laura... Sadarlah apa yang sudah kau ucapkan..." Bisik Yessi.

"Tapi Tuan Jarvies pasti akan menyakiti Tuan Miguel, dia begitu baik pada saya..." Kata Laura.

"BRRAAKKK!!!" Tiba-tiba pintu di tendang oleh seseorang.

"Dimana Jarvies Hollando..." Suara dingin seorang pria mengejutkan semua orang.

Tak hanya itu, ketika pria itu masuk dengan menggunakan mantel hitamnya yang besar, semua mata tertuju padanya.

Sosok pria tampan dengan rambut hitam yang di sisir rapi, dan tubuh tinggi atletis, tak lupa wajahnya membuat semua orang terhenyak, begitu tampan dan sempurna, garis rahangnya kuat, hidungnya mancung, matanya melihat dengan tatapan bak pisau, meski terlihat dingin dan kejam, namun mereka semua tahu, aura yang di keluarkan sosok pria yang baru saja tiba itu begitu kuat.

Aaron Krestsman, pria itu di juluki Bapak Iblis. Sosok yang sangat di takuti oleh semua orang, meski tampan rupawan Aaron tidak tertarik bermain wanita, Aaron adalah ketua Gangster wilayah selatan yang tak banyak bicara, hingga beritanya sampai pada ke telinga para masyarakat, jika Aaron Krestsman adalah pria yang telah membantai para gangster hanya dengan kapak. Aaron maju sendirian dan membantai ratusan gangster yang ada di hadapannya saat memperebutkan wilayah.

"Kenapa kau mencariku..." Kata Jarvies menurunkan Miguel.

"BRUUK!!" Miguel di jatuhkan dengan kasar.

"Anggotamu mencuri barang daganganku." Kata Aaron dingin dan datar.

Aaron pun kemudian duduk dengan santai, ia menyilangkan kakinya dan matanya melirik pada sosok Laura yang masih dalam pelukan Yessi.

"Sepertinya ada kekacauan." Kata Aaron datar.

"Bukan urusanmu. Lagi pula, siapa yang kau tuduh mencuri. Kau ingin membangkitkan peperangan antara kita yang sudah lama bersawang?" Kata Jarvies menyesap rokoknya.

"Jika aku bilang itu dari anggotamu, berarti dari anggotamu." Kata Aaron masih santai.

Jarvies kemudian duduk di samping Laura, dan menarik tubuh Laura untuk duduk di atas pahanya.

"Tuan Jarvies, Laura sudah lemas, anda tidak bisa berbuat begini..."

"BRRUUKKK!!!" Jarvies menendang Yessi.

"Enyah!!!" Kata Jarvies kesal pada Yessi.

Jarvies pun memeluk tubuh Laura yang kecil dan setengah sadar berada di dalam dada besar Jarvies.

"Jadi berapa kerugiannya? Aku akan bayar, lalu enyahlah aku sedang sibuk." Kata Jarvies mengusap rambut Laura yang menutupi wajah Laura.

Saat itulah Aaron melihat wajah cantik Laura, mata Aaron tak berkedip, baru pertama kalinya ia melihat sosok yang begitu bening dan terlihat begitu cantik namun juga menyayat hati.

Kecantikan Laura bagaikan dewi malang yang tersesat di lingkungan para manusia-manusia biadab yang kotor.

"Aku ke sini tidak membicarakan uang. Tapi, aku ingin memotong tangan anggotamu yang sudah lancang mengambil barang dagangan orang lain."

"Astaga... Kau selalu saja berlebihan." Kata Jarvies tertawa.

Melihat sikap Jarvies yang meremehkannya, dengan cepat Aaron mengambil botol Whiskey dan langsung memukulkannya di kepala Jarvies.

"PYYAARRR!!!"

"Aaaaa....!" Para pekerja wanita berteriak dan pergi meninggalkan ruangan.

Sedangkan Miguel masih memperhatikan di sudut ruanganan dengan tubuh gemetar, sesekali ia mengelap wajahnya yang penuh keringat dengan sapu tangannya.

Dengan cepat Aaron pun menarik tubuh Laura ke pelukannya.

"Kepalamu memang harus di sadarkan." Kata Aaron.

"Sialan." Kata Jarvies melihat darah di kepalanya mengucur.

"Bosss...!!!"

"Bosss kau baik-baik saja... " Teriak para anak buah Jarvies.

"Kalian bodoh!!! Masih tanya!!!" Teriak Jarvies.

"Serahkan Laura padaku!" Kata Jarvies marah.

"Jadi namanya Laura. Awalnya aku berniat membuat perhitungan denganmu karena anggotamu lancang mengambil barang dagangan milikku, tapi, setelah sampai di sini ku pikir ada sesuatu yang lebih menarik dari sekedar memberikan perhitungan." Kata Aaron menyibak rambut Laura dan memandangi wajah cantik itu.

"Tu... Tuan... Aaron.. Mohon jangan sakiti karyawan saya..." Kata Miguel.

Aaron memberikan kode pada para pengawalnya untuk maju, dan menghadang.

"SERAHKAN LAURA PADAKUUU!!!" Teriak Jarvies lagi.

Aaron hanya tersenyum dingin dan kemudian menggendong Laura, ia pun melangkah pergi dari Club.

"SIALAN!!! KEJAR SI BRENGSEK ITUUU!!!" Teriak Jarvies lagi.

Kemudian para pengawal pun saling bentrok dan saling pukul, mereka mengeluarkan senjata mereka masing-masing, pedang, pisau, pemukul, atau pun kampak, saling berterbangan menghunus dan membunuh.

"PRAANGGG!!!"

"BRAAKKK!!!"

"KLAANGG!!!"

Semua saling berperang dan membuat Club pun rusak, Miguel memijit kepalanya karena baru saja ia memperbaiki Club, kini para Gangster pun merusaknya kembali.

"Astaga... Kemana Tuan Aaron akan membawa Laura....! Yessi!!! Panggil polisi!!! Atau hubungi Paman dan bibi Laura!!!" Teriak Miguel.

Sedangkan Jarvies, ia berdiri di balkon dan melihat Aaron telah membawa pergi Laura, dengan perasaan marah Jarvies menekan kepalanya yang terus saja mengeluarkan darah.

Bersambung\~

EPISODE 03

Sesampainya di sebuah mansion dengan gaya eropa, dimana di sekitar mansion tersebut banyak pengawal-pengawal yang berjaga, Aaron keluar dari mobil mewahnya sembari menggendong Laura.

Semua pengawal menunduk hormat.

"Tuan Aaron... Kita sudah menangkap mereka, dan memang benar mereka anggota dari Gangster Jarvies." Kata Hensen, dia adalah pengawal setia Aaron, Hensen melirik pada gadis yang Aaron bawa.

"Potong tangan mereka lalu kirimkan pada Ketua mereka." Kata Aaron membawa masuk Laura.

"Jadi berapa banyak kerugian kita." Tanya Aaron.

"Hampir 600 Milyar Tuan, mereka menjarah barang kwalitas super milik kita sebelum sampai di Kenya."

"Bagaimana mereka berhasil menjarah barang-barang milik kita, dan siapa yang membantunya, selidiki semuanya, tidak mungkin para pengawal ku tidak sanggup melawan mereka." Kata Aaron.

"Baik Tuan." Kata Hensen masih mengekor di belakang Aaron

Sesampainya di kamar milik Aaron, Aaron membaringkan Laura secara perlahan.

"Tuan... Anda membawa seorang gadis pulang?" Tanya pengawal tersebut.

"Ya." Kata Aaron.

"Untuk apa Tuan?"

"Entahlah, seperti nya di sangat berarti untuk Jarvies, jadi aku membawanya pulang. Aku suka melihatnya marah."

Tak berapa lama seorang pengawal datang lagi mengetuk.

"Tok.. Tok... Tok..."

"Tuan Aaron, seseorang mencari anda katanya dia adalah keluarga dari gadis yang anda bawa." Kata Pengawal tersebut.

"Cepat sekali mereka datang." Kata Aaron.

Aaron yang sudah membaringkan Laura yang masih mabuk, kemudian turun di ikuti Hensen.

Dengan menapaki tangga, Aaron terlihat begitu garang dan dingin, ia melihat 2 orang sudah berdiri di sudut sofa, dan satu lagi Miguel berdiri tak jauh dari mereka.

Aaron pun langsung duduk dan melihat kedua orang itu dengan pandangan tajam.

"Tuan nama saya Holmen, dan saya adalah paman dari gadis yang anda bawa, Tuan Miguel menghubungi saya jika..."

"Langsung saja tidak perlu berbelit-belit." Kata Aaron.

"Anuu... Jadi, anda tertarik dengan keponakan saya Tuan? Saya tidak keberatan, tapi saya rasa keponakan saya memiliki harga yag pantas bukan?" Tanya Holmen.

"Holmen!!! Aku menghubungimu, bukan untuk hal seperti ini!!!" Kata Miguel geram.

Aaron tersenyum getir dan angkuh.

"Saya merawatnya dengan baik Tuan, jika anda mau membayarnya, saya akan berterimakasih."

"Gloria!!!" Pekik Miguel lagi.

"Kalian berniat menjualnya padaku?" Kata Aaron.

"Sepertinya anda tertarik pada keponakan saya Tuan, sehingga anda membawanya kemari..." Kata Holmen.

"Tuan Aaron, Laura tidak akan di jual!!! Ini Ilegal!" Kata Miguel berteriak.

"Tapi mereka sendiri yang mengajukannya." Kata Aaron.

"Tapi Tuan..." Miguel hendak membantah.

Namun, Aaron memberikan kode mata pada pengawal-pengawalnya untuk menyingkirkan Miguel.

Kemudian, para pengawal memegangi tubuh Miguel.

"Aku akan mengirimkan uang untuk perbaikan Club mu yang rusak, pergilah." Kata Aaron.

"Tapi Tuan... Saya kemari karena Laura bukan barang dagangan!!!" Teriak Miguel.

Para pengawal pun melempar keluar Miguel.

Sedangkan di dalam mansion, Holmen dan Gloria masih memikirkan dalam kepala mereka masing-masing nominal yang akan mereka minta.

"Jadi berapa yang kalian minta." Kata Aaron mengeluarkan cerutunya.

Hensen memantikkan api dan Aaron menghisap nya, ia kemudian membuang asapnya dengan angkuh.

"Sa.. Saya mau 50 juta Tuan." Kata Holmen.

Aaron kemudian mentikan jarinya, dan sang pengawal membawa koper dengan uang sejumlah yang Holmen minta.

Namun, Gloria yang tamak kemudian meminta lagi.

"Tuan, sepertinya 100juta dan saya tidak akan muncul di hadapan anda." Kata Gloria.

"BRRAAKKK!!!" Aaron menendang meja yang berisi uang membuat semua uang itu berhamburan.

"Pilihannya hanyalah pungut uang itu atau selamanya kalian tidak akan pernah bisa keluar dari sini dengan kondisi hidup." Kata Aaron.

"Maa.. Maafkan kami Tuan Aaron.... Maafkan saya Tuan...!!" Kata Holmen dan Gloria sembari memunguti semua uang tersebut dengan gemetar.

Aaron pun berdiri, dan meninggalkan Holmen yang sibuk memungut uang, dan Gloria yang juga menjejalkan uang-uang tersebut ke dalam kutangnya.

"Lempar mereka keluar." Perintah Aaron pada Hensen.

"Baik Tuan."

Aaron pun bergegas naik ke dalam kamarnya ia melihat gadis yang masih tertidur di atas ranjangnya lalu mendekatinya.

Karena Laura belum juga bangun Aaron pun pergi ke kamar mandi lebih dulu untuk membersihkan tubuhnya.

Beberapa menit berlalu, Aaron pun keluar hanya menggunakan handuk yang di lilitkan dalam pinggangnya, sembari menggosok rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil. Setelah di rasa kering, ia membuang handuk kecilnya.

Perlahan Aaron mendekati Laura, ia menumpukan lututnya di atas ranjang lembut miliknya.

Dengan lembut Aaron menangkupkan tangan besarnya di leher samping Laura.

"Leher nya sangat kecil dan terlihat rapuh, apa dia tidak pernah makan." Kata Aaron.

Perlahan Aaron membungkuk dan berniat mencium Laura.

Namun, belum sempat bibir Aaron memdarat, tiba-tiba mata Laura terbuka sedikit demi sedikit, ia merasakan sesak, dan aneh.

Ketika Laura membuka matanya lebar dengan spontan Laura menendang Aaron.

"BUUGGG!!!"

Aaron tersungkur mundur di atas ranjang.

"AAAAA!!! Siapa kau!!!" Teriak Laura dan menarik selimut untuk menutupi dirinya.

Aaron masih diam dan tak bergeming.

"Aku tanya sekali lagi kau siapa!!! Dimana aku!!!" Teriak Laura sembari melihat ke sisi kanan dan sisi kiri.

Aaron kemudian turun dari ranjang dan berdiri tegak, sembari memakai pakaiannya.

"Keluargamu sudah menjualmu padaku." Kata Aaron.

"Apa!"

"Mereka meminta sebanyak 50 juta." Kata Aaron.

"Tidak mungkin!!!"

"Mungkin atau tidak, aku sudah memberikan uangnya pada keluargamu."

"Aku tidak mau!! Aku akan lapor polisi!!!"

"Aku juga akan katakan jika kalian sudah menerima uangnya. Jadi, siapa yang akan di hukum!!!"

"Aku tidak mau di sini!!! Aku tidak memakai uang itu!!!" Teriak Laura kemudian turun dari ranjangnya.

Aaron menarik lengan Laura dan mencemgkramnya.

"Kalau begitu bayar uang ku, kembalikan uang itu sebanyak 50 juta, beserta bunganya."

"Aku... Bagaimana mungkin... Aku tidak memiliki uang sebanyak itu!!! Lagipulaa.. Aku hanya sedang bekerja dan tiba-tiba aku terbangun di tempat ini, apa salahku!!!" Kata Laura menangis.

"Kesalahanmu adalah karena terlahir dengan wajah secantik ini, bahkan malaikat dan bidadari pasti iri dan cemburu padamu. Kecantikan adalah kemalangan." Kata Aaron.

"Tolong Tuan lepaskan saya... Saya tidak tahu anda siapa, kita tidak pernah saling mengenal, berikan saya waktu, saya akan membayar kembali uang anda." "Kata Laura.

"Benarkah? Berapa banyak waktu yang kau minta untuk mengembalikan uangku." Kata Aaron.

"Sa... Saya..."

"Kau pikir bisa mendapatkan uang sebanyak 100juta?"

"Namun anda bilang 50 juta..." Kata Laura.

"Belum termasuk bunganya." Kata Aaron.

"Anda sangat buruk...!!!" Teriak Laura.

"Aku akan memberikanmu pilihan, temani aku tidur atau kau akan menjadi pelayan di sini." Kata Aaron.

"Aku bukan pelacur!!!"

"Jadi, kau memilih pelayan." Kata Aaron.

"Aku belum menentukan nya!!" Pekik Laura.

"Jadi kau memilih untuk menemaniku tidur."

"Lebih baik aku menjadi pelayan!!!" Teriak Laura pada akhirnya.

"Sepakat! Kau akan mengurus semua hal yang menyangkut keperluanku, kau yang akan menyiapkannya." Kata Aaron.

"Astaga... Anda menjebak saya....!!!"

"Terserah, uang adalah power, dan memiliki kekuasaan, adalah hal mutlak untuk melakukan apapun yang di inginkan."

"Anda sangat kejam dan tidak tahu aturan!!" Pekik Laura.

"Kalau begitu kembalikan uangku. Sangat mudah bukan."

Laura terdiam.

"Bekerjalah di sini, kau akan menjadi pelayan di sini. Tapi, jangan lagi bekerja di Club, kau tidak akan ku ijinkan keluar untuk bekerja di Club dan menemani para pria."

"Tapi, kenapa anda melakukan ini?" Tanya Laura.

"Karena aku sedang bosan. Lagi pula aku benci, bunga yang cantik berada di sekitaran rumput liar dan kotoran anjing, ngomong-ngomong aku tidak suka bunga, tapi kau pengecualian, aku ingin bermain dengan bunga." Bisik Aaron.

"Dan mungkin kau adalah bunga yang cukup menghibur untuk di mainkan sepanjang hari." Lanjut Aaron lagi.

"Tokk... Tokk...Tokk... Tuan Aaron maaf menganggu tapi, ini penting." Kata Hensen.

Aaron pun membuka pintu.

"Saya sudah mengirimkan tangan-tangan pengawal Jarvies pada Jarvies, namun ternyata Jarvies menyandra semua bahan baku kita Tuan , termasuk ganjaa kwalitas tinggi yang baru saja tiba di samudra Hindia." Kata Hensen.

Aaron terdiam.

"Berikan pakaian pelayan pada gadis itu, aku akan mengurus Jarvies."

"Tapi Tuan, serahkan saja gadis itu pada Jarvies. Jarvies menginginkannya, jika anda menyerahkannya, Jarvies juga akan menyerahkan barang milik kita."

"Kau masih percaya mulutnya? Dia selalu menginginkan apapun barang milik kita, karena barang miliknya selalu kalah di pasaran." Kata Aaron.

"Urus gadis itu, aku akan pergi mengurus Jarvies." Kata Aaron.

"Baik Tuan." Kata Hensen.

Bersambung~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!