Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Di dalam mobil tersebut terlihat seorang gadis dengan penampilan yang kacau. Rambut yang berantakan. Wajahnya juga dipenuhi dengan air mata. Suara tangisan gadis itu yang terdengar begitu pilu menggema memenuhi mobil yang melaju dengan sangat kencang tersebut.
"Kamu jahat, Kak. Huu huu huu. Kamu benar-benar kejam. Hiks. Anak ini bahkan tidak tau apa-apa, tapi kamu menyuruh aku untuk menggugurkannya. Kamu benar-benar jahat, Kak. Aku benci sama kamu. Huu huu huu," racau gadis itu, frustasi, seraya memacu mobilnya dengan kencang.
Gadis itu membawa mobilnya melaju ke daerah perbukitan. Tidak berapa lama kemudian, ketika melewati sebuah tikungan, gadis itu dikejutkan dengan sebuah truk yang melaju dari arah yang berlawanan. Gadis itu merasa sangat terkejut. Tidak bisa menguasai laju mobilnya yang terlalu kencang, akhirnya gadis itu pun membanting kemudi mobilnya ke arah kiri.
Sungguh nahas, mobil yang dikendarai oleh gadis itu akhirnya menerobos pembatas jalan dan terjun ke jurang yang berada di sisi jalan tersebut.
🌿🌿🌿
Suasana haru mengiringi pemakaman Zunia, gadis yang menangis frustasi sampai akhirnya mengalami sebuah kecelakaan dan mobil yang dikendarainya terperosok masuk ke jurang di sisi jalan.
Yumna, Wanda, dan Vio, tiga sahabat baik Zunia, menangis sambil berangkulan di dekat makam Zunia. Ketiga gadis cantik itu ikut mengantarkan kepergian sahabat baik mereka tersebut ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Setelah acara pemakaman selesai, satu per satu pelayat kemudian berpamitan dan meninggalkan area pemakaman keluarga tersebut. Yumna, Wanda, dan Vio juga kemudian menghampiri Zara, ibunda Zunia, yang saat ini masih menangis sesenggukan di dalam dekapan suaminya, Yash.
"Tante Zara," panggil Yumna.
Zara bangun dari dekapan suaminya dan langsung memeluk tubuh Yumna, menumpahkan tangisannya di dalam pelukan sahabat baik almarhumah putrinya itu.
"Nana. Bagaimana semuanya ini bisa terjadi, Na? Huu huu huu. Nia, Tante udah kehilangan Nia untuk selamanya, Na. Huu huu huu," keluh Zara.
"Tante yang sabar ya. Kita berdo'a sama-sama semoga Nia tenang di sana ya, Tante," hibur Yumna yang juga sudah kembali menangis saat ini.
"Nia, Na. Nia udah nggak ada. Nia udah meninggal, Na. Nia udah ninggalin Tante. Huu huu huu," ucap Zara meratapi kepergian putri kesayangannya tersebut.
"Ma, udah, jangan seperti ini. Kasihan Zunia di sana kalau Mama terus menangisi dia seperti ini," kata Yash seraya mengusap-usap punggung Zara.
"Tante, bener kata Om Yash, kita nggak boleh terus-terusan nangisin Nia kayak gini. Kasihan Nia di sana, Tante. Nia juga pasti sedih banget kalau lihat Tante yang seperti ini," ucap Yumna, mencoba menenangkan Zara.
Yumna melepaskan pelukannya kepada Zara kemudian menghapus air mata yang membasahi wajah cantik wanita paruh baya tersebut.
"Udah ya, Tante. Yuk kita pulang sekarang. Sebentar lagi udah mau hujan," ajak Yumna kemudian.
"Ayo Ma, kita pulang," ajak Yash juga.
Yash kembali merangkul pundak istrinya itu. Yash dan Yumna kemudian membawa Zara untuk melangkah meninggalkan area pemakaman tersebut. Wanda dan Vio mengikuti di belakangnya.
"Nia kita, Pa. Huu huu huu," keluh Zara seraya bersandar kepada Yash.
Tidak jauh dari tempat berdiri Yash dan Zara tadi, seorang laki-laki dengan raut wajah tegas dan datar terus memperhatikan interaksi antara kedua orang tuanya dengan sahabat adiknya itu. Dia adalah Zayn, putra pertama Yash dan Zara, kakak dari Zunia.
Dan setelah kepergian Yash, Zara, dan yang lainnya, seorang laki-laki nampak menghampiri Zayn.
"Saya sudah mendapatkan semua informasinya, Bos," kata laki-laki itu, melaporkan kepada Zayn.
"Bagus. Kita pulang sekarang," balas Zayn.
"Baik, Bos," ucap laki-laki itu, Dennis, asisten pribadi sekaligus sekretaris Zayn.
Zayn melihat sekali lagi ke arah gundukan tanah yang penuh dengan taburan bunga di sampingnya. Menatap pilu ke arah makam sang adik tercinta. Setelah itu Zayn dan Dennis pun kemudian melangkah meninggalkan area pemakaman itu juga.
🌿🌿🌿
Air hujan yang turun membasahi bumi tidak menyurutkan niat seorang laki-laki muda untuk mendatangi gundukan tanah makam yang penuh dengan taburan bunga itu. Laki-laki muda itu bersimpuh di dekat makam yang masih baru tersebut. Tidak memperdulikan tubuhnya sudah basah kuyup saat ini.
"Maafkan aku, Nia. Aku sungguh tidak menyangka kalau semuanya akan menjadi seperti ini. Tolong maafkan aku, Nia," ucap pilu laki-laki muda itu, penuh penyesalan.
🌿🌿🌿
Assalamu'alaikum semuanya 😊
Mamah ada novel baru lagi nih 🤭🤭🤭
Semoga kalian semua juga suka ya dengan cerita yang baru di novel kali ini 😊😊😊
Dan seperti biasa, jangan lupa sajennya untuk mamah ya, biar mamah makin semangat juga 🤗🤗🤗
Tolong tekan tombol favorit ❤️ dulu ya,,, setelah itu jangan lupa kasih rate bintang 🌟 5, terus tekan tombol like 👍 dan tulis komentar 📝 dan juga saran kalian untuk mamah ya 🙏🙏🙏
Kalau mau kasih vote, mawar, atau kopi juga boleh banget loh, mamah akan menerima semuanya dengan senang hati pokoknya 😍😍😍
Mamah mengucapkan terima kasih banyak untuk semua dukungan dari kalian semua selama ini untuk mamah ya 🙏🙏🙏
Maaf kalau mamah nggak bisa bales apa-apa, mamah cuma bisa mendo'akan semua kebaikan untuk kalian semuanya saja,,, jazakumullooh khoiron katsiron ya 🙏🙏🙏
Dan satu yang pasti, pokoknya mamah sayang kalian semua 😘😘😘
BIG THANKS AND HUG FOR YOU ALL,,, LOVE YOU ALL 😘😘😘
Salam sayang 😘
iin nuryati
Pagi ini di meja makan keluarga Wicaksono.
Saat ini Yumna sedang sarapan pagi bersama dengan kedua orang tuanya beserta kakak laki-laki dan juga adik perempuannya.
"Kakak tega banget sih. Masak kemarin beneran nggak dateng ke pemakamannya Nia," gerutu Yumna.
"Maaf, Dek. Kemarin kakak ada meeting yang sangat penting dan nggak bisa ditinggalin," kata Yusuf, kakak laki-laki Yumna.
"Terus kemarin sore kakak pulang kok basah kuyup itu kenapa? Kakak dari mana emangnya?" tanya Yuki, adik perempuan Yusuf dan Yumna, yang masih duduk di bangku SMP saat ini.
Yusuf tersentak kecil.
"Oh, itu, hmm, kakak lupa nggak bawa payung," jawab Yusuf, beralasan.
"Bukannya di mobil kakak selalu ada payung, ya?" tanya Yuki lagi.
Yusuf merutuk di dalam hatinya, adiknya yang satu ini memang kritis sekali kalau sedang bertanya.
"Kemarin pas mau turun nggak sempat cari payungnya, Dek. Kakak males. Lagian juga kakak kira hujannya nggak deres-deres banget. Eh, nggak taunya sampai basah gitu baju kakak," jawab Yusuf yang akhirnya menjelaskan dengan sejelas-jelasnya.
"Oh, gitu. Kakak sih, males kok dipiara," celetuk Yuki kemudian.
"Hmm, iya deh, lain kali enggak lagi," kata Yusuf yang akhirnya memilih untuk mengalah.
Yusuf sudah terlalu hafal dengan tabiat adiknya yang paling kecil itu. Kalau terus diladeni, maka pasti akan terjadi sebuah perdebatan yang semakin panjang dan bahkan bisa sampai melebar kemana-mana.
"Tapi Yah, Bunda kasihan banget loh lihat Mbak Zara kemarin. Dia kelihatan sangat syok dan terpukul banget," kata Yasmin, ibunda Yusuf, Yumna, dan Yuki.
"Ya namanya juga kehilangan anaknya, Bun. Ibu manapun juga pasti akan syok, sedih, dan terpukul seperti itu kan," balas Malik, suami Yasmin, ayah dari ketiga bersaudara itu.
"Iya juga ya, Yah. Hmh, Bunda nggak bisa bayangin gimana sedihnya perasaan Mbak Zara karena kehilangan Zunia, Yah," ucap Yasmin lagi.
Diam-diam kedua tangan Yusuf mengepal, menggenggam sendok dan garpunya dengan sangat erat.
"Kemarin itu pas aku ikut nganterin Tante Zara pulang ke rumahnya, Tante Zara sempat pingsan lagi loh, Bun," kata Yumna, menceritakan.
"Iyakah, Na?" tanya Yasmin, mempertegas.
"Beneran, Bun," jawab Yumna.
"Yaa Allah, Mbak Zara pasti merasa sedih dan kehilangan banget. Kapan-kapan kamu main ke sana ya, Na. Biar bisa menghibur Mbak Zara. Ajak Wanda sama Vio juga," kata Yasmin kemudian.
"Iya, Bun. Kapan-kapan aku ajak Wanda sama Vio main ke rumah Tante Zara," ucap Yumna mengiyakan.
Yusuf membuang nafasnya pelan. Dan tanpa Yusuf sadari, sang ayah sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Yusuf yang terlihat tidak seperti biasanya itu.
🌿🌿🌿
"Apa yang udah Lo dapat, Dennis?" tanya Zayn kepada Dennis.
Dennis sudah hafal, kalau Zayn sudah berbicara menggunakan bahasa tidak baku seperti itu, itu artinya yang sedang berbicara dengan dirinya saat ini adalah Zayn sahabat baiknya semasa kuliah dulu, bukan Zayn sebagai atasannya.
"Zunia sedang hamil saat kecelakaan itu terjadi, Zayn," jawab Dennis, to the point.
"APA???" kaget Zayn seraya berdiri dari duduknya.
Zayn mencengkeram kerah kemeja Dennis.
"Apa yang udah Lo bilang tadi? Zunia hamil? Lo serius dengan ucapan Lo itu, Den?" tanya Zayn penuh amarah.
"Lo tenang dulu, Zayn. Duduk dulu, baru gue ceritain semuanya," kata Dennis.
Zayn membuang nafasnya kasar. Melepaskan cengkeramannya pada kerah kemeja Dennis, Zayn pun kemudian kembali mendudukkan dirinya. Zayn tau kalau dia tidak menuruti perkataan Dennis maka Dennis juga benar-benar tidak akan bercerita kepada dirinya. Tapi Zayn juga bersyukur, karena dari dulu Dennis selalu bisa membantu mengontrol emosi Zayn yang seringkali meluap-luap.
"Minum air putih dulu," ucap Dennis seraya menyerahkan segelas air putih kepada Zayn.
"Gue nggak haus. Buruan cerita sekarang," ucap Zayn, tidak sabar.
"Minum dulu," tegas Dennis.
"Ck!!!"
Zayn berdecak kesal. Tapi tak ayal Zayn pun kemudian meraih gelas pemberian Dennis dan meminum setengah isinya.
"Udah. Sekarang buruan cerita, apa yang sebenarnya udah terjadi," pinta Zayn setelah meletakkan gelas tersebut ke atas meja sofa di depannya.
"Zayn, Lo inget nggak pas tahun baru kemarin Zunia merayakan pergantian malam tahun baru bersama sahabat-sahabatnya di villa milik keluarga Wicaksono?" tanya Dennis, memulai ceritanya.
"Iya, gue inget. Terus?" jawab Zayn sekaligus bertanya balik.
"Saat itu ternyata terjadi sesuatu hal yang tidak terduga, Zayn," ucap Dennis.
Zayn tersentak kecil.
"Apa yang udah terjadi?" tanya Zayn, yang ekspresi wajahnya sudah berubah menjadi dingin.
Dennis mengesah pelan, Zayn cepat sekali sudah kembali ke mode dinginnya lagi. Sepertinya Zayn sudah bisa menebak kalau cerita dari Dennis selanjutnya pasti adalah sesuatu yang buruk.
"Jam 2 dini hari, saat Zunia dan ketiga sahabatnya sudah tertidur, ternyata kakak laki-laki Yumna datang ke villa itu. Yusuf, Direktur Muda Wicaksono Group," jawab Dennis.
"Lalu?" tanya Zayn lagi, serius.
"Yusuf baru saja pulang setelah merayakan malam pergantian tahun baru juga bersama dengan teman-temannya sesama eksekutif muda. Dan sepertinya saat itu ada yang sudah dengan sengaja memasukkan obat ke dalam minuman Yusuf. Saat Yusuf datang, kebetulan Zunia yang membukakan pintu. Zunia yang merasa khawatir melihat kondisi Yusuf yang kacau, sementara Yusuf yang mulai terkena pengaruh obat. Sampai akhirnya Yusuf memaksa untuk berhubungan badan dengan Zunia pada malam hari itu," jawab Dennis, melanjutkan ceritanya.
"BRENGSEK!!!"
Prang!
Zayn berteriak marah kemudian memukul kaca meja sofa di depannya itu sampai pecah berhamburan.
"Zayn," kaget Dennis ketika melihat tangan kanan Zayn yang berdarah karena menghantam kaca meja sofa tadi.
Dennis menghampiri Zayn dan memegang tangan kanan Zayn yang terluka itu. Tetapi Zayn justru langsung menarik kembali tangan kanannya tersebut dengan sedikit kasar.
"Apa Zunia tidak berteriak? Dan bagaimana bisa ketiga sahabat Zunia itu tidak terusik sama sekali dan tidak mengetahui tentang kejadian itu?" tanya Zayn.
"Zayn, asal kamu tau, Zunia sudah lama menaruh hati pada Yusuf. Zunia tentu saja juga berontak. Tetapi sepertinya ada hal-hal yang tidak bisa kita ketahui secara detail tentang kejadian pada malam hari itu, selain hanya Zunia dan Yusuf sendiri yang tau," jawab Dennis menjelaskan.
"Apa? Jadi laki-laki yang selama ini diam-diam disukai sama Zunia itu adalah Yusuf?"
"Iya, Zayn." jawab Dennis membenarkan. "Dan sebelum kecelakaan itu terjadi, ternyata Zunia bertemu dengan Yusuf dan berbicara berdua dengan laki-laki itu. Kemungkinan besar Zunia memberitahu Yusuf tentang dirinya yang sedang hamil, akibat dari kejadian pada malam tahun baru itu. Zunia dan Yusuf sempat terlibat adu mulut. Sampai akhirnya Zunia pergi dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ketika melewati sebuah tikungan, Zunia yang terkejut ketika ada sebuah truk yang melintas dari arah yang berlawanan akhirnya tidak bisa menguasai kemudi dan membanting kemudi mobilnya itu ke kiri hingga akhirnya mobilnya terperosok ke dalam jurang di sisi jalan," lanjut Dennis.
"Dasar laki-laki baj1 ng4n!" umpat Zayn penuh emosi.
Zayn berusaha untuk bisa menguasai emosinya sendiri saat ini. Tidak bisa. Zayn harus membalas dendam untuk adik kesayangannya yang sudah meninggal, Zunia. Dan Zayn bersumpah, Yusuf pasti akan mendapatkan pembalasan yang sangat kejam dari Zayn. Zayn pasti akan membuat Yusuf merasa sangat menyesal atas apa yang sudah dia perbuat terhadap Zunia. Dan Yusuf juga harus merasakan kehilangan seperti yang dirasakan oleh Zayn saat ini.
"Cari semua informasi tentang laki-laki brengsek itu Den, secepatnya," perintah Zayn kepada Dennis.
"Gue akan berusaha sebisa gue, Zayn. Tapi ini adalah keluarga Wicaksono, sepertinya tidak akan bisa semudah itu," kata Dennis.
"Lo ragu dengan kemampuan Lo sendiri?" tanya Zayn.
"Tentu tidak, Zayn. Oke, Lo tunggu aja. Secepatnya gue akan dapatkan semua informasi tentang laki-laki brengsek itu," jawab Dennis penuh percaya diri.
Yumna, Wanda, dan Vio sedang duduk bersama di kantin kampus saat ini. Ketiga gadis cantik itu hanya memesan minuman saja tanpa memesan makanan apa pun. Kehilangan salah satu sahabat baik mereka membuat mereka bertiga seakan kehilangan nafsu makan mereka.
"Tumben Vi, Lo nggak pesen makan? Biasanya kan Lo yang paling duluan kalau soal makan, paling nggak bisa nahan laper," tanya Wanda kepada Vio.
"Gue keinget sama Zunia, Wan. Biasanya kan kita selalu berempat kemanapun aja. Tiap kali makan di sini juga kita selalu berempat. Sekarang Nia udah nggak ada, rasanya kayak ada yang hilang, Wan. Kayak yang ... kita udah nggak lengkap lagi gitu," jawab Vio menjelaskan, dengan sedikit menjeda perkataannya di akhir kalimatnya.
Yumna dan Wanda saling berpandangan. Kedua gadis cantik itu pun kemudian mengesah pelan. Ya, semua yang sudah dikatakan oleh Vio tadi adalah sama seperti apa yang dirasakan oleh Yumna dan Wanda juga saat ini.
"Iya, Lo bener banget, Vi. Kita udah nggak lengkap lagi sekarang setelah kepergian Nia," ucap Yumna membenarkan perkataan Vio tadi.
"Vio ish, kan gue jadi mellow lagi nih," kata Wanda seraya mengusap air mata yang mulai meleleh dari kedua matanya. "Nana juga, malah nambah-nambahin aja sih," lanjut Wanda yang sudah benar-benar menangis sekarang.
Ya, di antara mereka semua, Wanda memang yang paling sensitif perasaannya dan gampang menangis alias cengeng.
( fyi: Nana adalah panggilan untuk Yumna dari orang-orang terdekatnya, sementara Nia adalah panggilan untuk Zunia dari orang-orang terdekatnya juga. )
Sekarang giliran Yumna dan Vio yang saling berpandangan. Keduanya kemudian mendekati Wanda dan memeluk tubuh sahabat mereka yang sedang menangis tersebut.
"Sorry deh, Wan. Gue nggak bermaksud buat Lo jadi nangis kayak gini," sesal Vio.
"Iya Wan, sorry ya. Kita cuma lagi keinget sama Nia aja tadi," imbuh Yumna juga.
Wanda kemudian melepaskan pelukan Yumna dan Vio lalu mengajak kedua sahabatnya itu untuk duduk di sebelah kanan dan kirinya. Wanda pun kemudian menghapus air matanya sendiri menggunakan jari-jari tangan kanannya.
"Nggak pa-pa, gue ngerti kok. Gue juga kangen sama Nia. Rasanya kayak masih belum percaya aja gitu, Nia udah pergi ninggalin kita semua sekarang. Dan ya, gue juga ngerasa kalau sekarang kita jadi nggak lengkap lagi tanpa adanya Nia bersama dengan kita saat ini," kata Wanda kemudian, membenarkan perkataan Yumna dan Vio tadi.
Yumna dan Vio lalu merangkul Wanda dari samping.
"Kalian inget nggak? Sejak masih SMA dulu, kita berempat pasti selalu menjadi yang terakhir di dalam urutan absen. Itu kenapa kita berempat juga bisa menjadi dekat dan akhirnya menjadi sahabat baik seperti sekarang ini," tanya Wanda.
"Inget lah, Wan. Dari dulu kan kita selalu bersama-sama. Berbagi kebahagiaan dan kesedihan sama-sama. Pokoknya kita udah kayak saudara sendiri deh," jawab Vio.
"Tapi sekarang Nia udah nggak ada. Nia udah pergi ninggalin kita semua lebih dulu," kata Wanda dengan sendu.
"Udah ah, jangan dilanjutin lagi. Gue udah mau ikutan nangis juga loh ini," ucap Yumna yang kedua matanya juga sudah berkaca-kaca saat ini.
Yumna tau dia harus berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Kalau tidak maka kesedihan mereka bertiga akan terus berlanjut dan justru semakin berlarut-larut.
"Iya deh, iya. Udah enggak lagi," ucap Vio pada akhirnya.
"Kita do'ain aja sama-sama, ya. Semoga Nia tenang di sana dan mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Tuhan, aamiin," kata Yumna.
"Aamiin," ucap Wanda dan Vio, meng-amin-kan perkataan Yumna tadi.
Yumna dan Vio kemudian melepaskan rangkulannya kepada Wanda. Ketiga sahabat baik itu pun duduk dengan bersebelahan sekarang.
"Besok kita main ke rumah Tante Zara, yuk. Besok kan kita cuma ada 2 matkul ( mata kuliah ) aja. Mumpung weekend juga kan. Jadi kita juga bisa sekalian menghibur Tante Zara juga gitu. Gimana menurut kalian?" ajak Yumna kepada Wanda dan Vio.
"Boleh banget tuh, Na," kata Vio.
"Iya, gue juga setuju. Tante Zara pasti juga masih sedih banget. Jadi kita juga bisa sekalian menghibur Tante Zara nanti," ucap Wanda, menyetujui juga.
"Oke. Deal ya. Besok kita main ke rumah Tante Zara," kata Yumna, memutuskan.
"Oke, deal," balas Wanda dan Vio bersamaan.
🌿🌿🌿
Keesokan harinya.
Siang ini sesuai dengan kesepakatan mereka bertiga kemarin Yumna, Wanda, dan Vio datang ke rumah orang tua Zunia dengan diantar oleh Yusuf.
Mobil Yusuf sudah berhenti di depan pintu gerbang rumah orang tua Zunia saat ini. Yumna, Wanda, dan Vio pun kemudian turun dari dalam mobil Yusuf tersebut. Yusuf juga ikut turun dari dalam mobil lalu menghampiri Yumna dan kedua sahabatnya.
"Kakak langsung balik, ya. Masih ada urusan lain soalnya," kata Yusuf.
"Iya Kak, nggak pa-pa kok. Makasih ya udah nganterin kita," balas Yumna.
"Makasih, Kak Yusuf," ucap Wanda dan Vio juga, berterima kasih.
"Sama-sama," balas Yusuf dengan tersenyum.
Tangan kanan Yusuf terangkat kemudian mengusap kepala Yumna dengan lembut dan penuh sayang.
"Have fun ya kalian bertiga. Nanti kalau udah mau pulang kabarin kakak, biar kakak jemput kalian lagi ke sini," kata Yusuf, masih dengan tersenyum lembut.
"Iya, Kak," balas Yumna dengan tersenyum juga.
Yusuf lalu melepaskan tangannya dari kepala Yumna.
"Ya udah, kalau gitu kita masuk ke dalam sekarang ya, Kak. Bye, Kak. Assalamu'alaikum," pamit Yumna kemudian.
"Wa'alaikumsalam," jawab salam Yusuf.
"Kakak hati-hati, ya," pesan Yumna.
"Iya, Dek. Pasti," balas Yusuf.
"Bye, Kak Yusuf. Makasih, ya," pamit Wanda dan Vio juga.
"Sama-sama," balas Yusuf.
Yumna melambaikan tangannya kepada Yusuf. Setelah itu Yumna, Wanda, dan Vio pun kemudian berbalik dan melangkah masuk ke dalam halaman rumah orang tua Zunia tersebut.
Yusuf memandang kepergian Yumna dengan tersenyum. Setelah memastikan Yumna dan kedua sahabatnya masuk ke dalam, Yusuf kemudian memperhatikan sekeliling rumah orang tua Zunia tersebut. Yusuf membuang nafasnya pelan. Setelah itu Yusuf pun kemudian kembali masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan rumah orang tua Zunia itu juga.
🌿🌿🌿
Tanpa disadari oleh Yusuf, Yumna, Wanda, dan Vio, ternyata sedari tadi Zayn memperhatikan interaksi antara Yusuf dengan Yumna dan kedua sahabatnya itu dari balkon kamarnya yang terdapat di lantai dua rumah orang tua Zunia tersebut.
Zayn sedikit mengerutkan keningnya. Sebagai sesama pria, Zayn sangat bisa memahami arti tatapan mata Yusuf kepada Yumna yang terlihat berbeda itu. Pandangan mata Yusuf kepada Yumna tidak seperti pandangan mata seorang kakak terhadap adiknya. Begitu juga dengan perlakuan Yusuf kepada Yumna. Itu bukan hanya sekedar rasa sayang seorang kakak kepada adiknya, Zayn tau betul itu.
Zayn kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor telepon Dennis.
"Halo, Zayn," sapa Dennis dari seberang panggilan sana.
"Selidiki tentang Yumna, adik Yusuf, salah satu sahabat Zunia itu," perintah Zayn to the point kepada Dennis.
"Apa? Yumna? Ada apa dengan Yumna? Kenapa Lo minta gue untuk menyelidiki tentang dia juga?" tanya Dennis terdengar bingung.
"Lo akan tau sendiri jawabannya nanti. Gue tunggu secepatnya informasi tentang Yumna dan juga kakaknya yang brengsek itu," jawab Zayn, masih berteka-teki.
"Oh, oke Zayn. Secepatnya gue akan dapatkan informasi tentang mereka berdua," ucap Dennis kemudian.
"Dennis, gue mau semua informasi yang lengkap tentang gadis bernama Yumna itu. Terutama asal usulnya," tegas Zayn, penuh penekanan.
"Hah? Asal usul?" tanya Dennis, semakin bingung.
"Gue tau Lo bisa, Den. Gue tunggu hasil kerja Lo, secepatnya," tegas Zayn sekali lagi.
"Hmh. Oke deh, Zayn. Secepatnya gue akan dapatkan informasi lengkap tentang Yumna, dan juga Yusuf," kata Dennis.
"Oke, Den. Thanks," ucap Zayn.
"You're welcome, Zayn," balas Dennis.
Tut.
Zayn kemudian mengakhiri panggilan teleponnya dengan Dennis tersebut. Zayn tersenyum smirk. Zayn yakin ada sebuah rahasia tentang Yumna dan asal usul gadis itu. Dan sepertinya Zayn akan bisa menggunakan hal itu untuk membalaskan dendam adik kesayangannya, Zunia, kepada laki-laki brengsek yang sudah membuat Zunia frustasi sampai akhirnya meninggal karena kecelakaan mobil.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!