Di sebuah rumah mewah tampak seorang wanita cantik yang tengah hamil 7 bulan sedang sibuk menata makanan di kotak bekal yang ia siapkan untuk sang suami dan juga putri sulungnya. Senyumnya selalu merekah saat sesekali merasakan tendangan lembut dari janin dari dalam kandungannya.
"Sabar sayang... jika kau lahir nanti akan ada saatnya bunda juga akan membuatkanmu bekal makanan seperti kakak dan juga papa... jadi jangan iri dan bersabarlah..." bisiknya lembut sambil mengelus perut besarnya.
"Bik tolong bersihkan ya... saya akan naik ke atas" ucapnya pada seorang pelayan yang sedari tadi membantunya.
"Baik nyonya..."
Wanita itu pun perlahan melangkahkan kakinya ke lantai dua rumahnya menuju kamar pribadinya bersama sang suami. Saat masuk ke dalam sana ia bisa melihat jika suaminya itu masih tertidur pulas. Sambil tersenyum kecil ia pun mendekati sang suami dan membangunkan pria itu dengan suara lembut.
"Mas... bangun..." ucapnya sambil menggoyangkan tubuh sang suami pelan.
"Euuggh! sebentar lagi sayang..." sahut pria itu sambil menarik lagi selimutnya.
Tak menyerah, wanita itu pun terus mencoba membangunkan suaminya. Akhirnya setelah beberapa saat mencoba akhirnya sang suami pun mau bangun. Setelah menyuruh sang suami mandi dan menyiapkan pakaian kerjanya wanita yang bernama Raihana itu pun segera menuju ke kamar putri sulungnya. Kegiatan yang sama ia lakukan pada putrinya yang baru berusia 6 tahun itu. Namun bedanya sang putri dengan mudah terbangun saat mamanya membangunkannya dengan suara lembut.
Setelahnya keluarga kecil itu pun sarapan bersama. Dilanjutkan dengan David sang suami yang berangkat ke kantornya sambil mengantarkan putri mereka Vina ke sekolah. Raihana atau yang sering dipanggil Hana sangat bersyukur dengan kehidupannya sekarang yang penuh dengan kebahagiaan. Disaat seperti ini ketika memandangi kepergian suami dan putrinya dulu ia sama sekali tidak pernah membayangkannya bisa mengalaminya. Bagaimana tidak, ia dulu hanya seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan dan kebetulan bisa bertemu dengan David dan saling jatuh cinta. Keduanya bertemu saat Hana ditempat kerjanya saat ia bekerja sebagai pelayan kafe setelah ia lulus SMU.
Semula ia merasa tidak percaya diri dengan perbedaan status antara dirinya dengan David yang begitu jauh. Bagaimana tidak, ia yang seorang yatim piatu sedang David anak seorang pengusaha yang sukses di kotanya. Meski David selalu mengatakan jika keluarganya tidak pernah memandang harta dan status tapi tetap saja ia merasa tidak percaya diri. Hingga akhirnya David benar-benar meperkenalkannya kepada kedua orangtuanya. Dan respon kedua orangtua David pun sangat mengejutkan Hana karena mereka benar-benar seperti yang dikatakan oleh David. Sebab mereka langsung bisa menerima dirinya apa adanya.
Memiliki dua orang mertua yang menyayanginya seakan menggantikan kasih sayang orangtua yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya. Hana bahkan masih sering merasa jika kehidupannya sekarang bagaikan mimpi. Namun kehadiran putrinya dan calon bayinya yang kini ia kandung menyadarkannya. Yang membuatnya tidak pernah berhenti untuk bersyukur atas kenikmatan yang ia dapatkan setelah kesulitan yang ia alami sebelum bertemu David dan keluarganya. Kini ia hanya berharap agar kehidupan keluarganya akan selalu dilimpahi kebahagiaan selamanya.
Sementara nun jauh ditempat lain kehidupan yang berbeda tengah menimpa seorang gadis bernama Namira. Hari ini adalah hari paling menyakitkan baginya. Bagaimana tidak... semalam ia telah kehilangan kehormatannya akibat perbuatan Benny anak Kepala Desanya. Benny memang sudah sejak lama menyukai Nami. Namun gadis itu selalu menolaknya membuat Benny marah dan terobsesi padanya. Bukan tanpa sebab Nami menolak pemuda itu sebab Benny terkenal sebagai pemuda berandalan yang sering berjudi dan mabuk-mabukan meski ia anak seorang Kepala Desa. Hingga akhirnya semalam ia menculik gadis itu sepulangnya gadis itu dari tempatnya bekerja di sebuah warung makan. Setelah menculik Nami ia pun membawa gadis itu ke sebuah rumah kosong di ujung desa dan memperkosa gadis itu disana. Setelah melakukan perbuatan bejatnya ia pun meninggalkan gadis itu sendirian disana.
Pagi harinya dengan tubuh penuh luka dan pakaian yang lusuh Nami berjalan tertatih kembali ke rumahnya. Kedua orangtua gadis itu pun sangat syok saat melihat keadaan putri mereka satu-satunya pulang dalam keadaan yang mengenaskan. Sudah sejak semalam mereka mencari keberadaan putri mereka itu dan tidak dapat menemukannya. Dan kini melihat putri mereka yang pulang dalam keadaan kacau membuat mereka langsung berfikiran buruk. Apalagi saat Nami yang langsung pingsan saat menapakkan kakinya di halaman rumahnya.
"Nami... ya Tuhan... apa yang terjadi padamu nak!" teriak sang ibu sambil berlari kearah putrinya yang sudah terkapar di atas tanah.
Tadi mereka memang menunggu gadis itu di depan rumah setelah semalaman mencari tanpa hasil. Dan saat melihat Nami yang berjalan tertatih membuat kedua orangtua gadis itu langsung berlari kearah gadis itu namun sayang Nami malah langsung jatuh pingsan tanpa sempat ditolong. Para tetangga yang juga ikut mencari gadis itu sejak semalam pun ikut berlari menolong gadis itu untuk dibawa ke dalam rumah. Salah satu tetangga berinisiatif untuk memanggil bidan desa untuk memeriksa keadaan Nami. Dan dari pemeriksaan bidan itu terungkap bahwa Nami telah mengalami pemerkosaan.
Betapa hancur hati kedua orangtua Nami mendengar kenyataan pahit yang menimpa putri mereka. Ibu Nami tak berhenti menangisi putri senata wayangnya yang kini terlihat pucat dan belum sadarkan diri.
"Siapa yang telah melakukan hal keji seperti ini padamu nak?" tanya pak Harun dengan suara lirih.
Air mata pria paruh baya itu tidak henti mengalir sama seperti sang istri. Meski berusaha untuk kuat namun ia tidak sanggup saat menatap wajah pucat putrinya. Apa lagi membayangkan masa depan gadis itu yang sudah hancur. Saat itulah salah satu tetangga datang dan memberikan kabar bahwa ada petunjuk siapa pelaku pemerkosaan terhadap Nami. Jadi meski Nami masih belum sadar mereka bisa mencari pelaku itu dan menangkapnya.
"Tadi ada yang melihat jika anak pak Lurah keluar dari rumah kosong di ujung desa... dan kami fikir Nami juga pasti diperkosa disana..." ungkap orang itu menggebu.
Sebab anak Kepala Desa itu memang selalu berbuat onar dan sering mengganggu Nami dan semua orang sering melihatnya.
"Tapi itu tidak bisa dijadikan bukti kalau anak pak Lurah pelakunya..." bantah yang lain.
"Lebih baik kita periksa saja tempat itu mungkin saja ada bukti yang tertinggal untuk memperkuat dugaan kita..." saran pak RT yang sedari semalam juga ikut mencari keberadaan Nami.
Maka jadilah para pria dipimpin pak RT mendatangi rumah kosong yang dimaksud. Benar saja... di sana mereka menemukan sobekan baju dan pakaian dalam yang diyakini milik Nami. Tapi mereka tidak menemukan barang milik pelaku. Hal ini membuat mereka berpencar mencari petunjuk. Dan setelah mencari hampir setengah jam akhir barang bukti itu pun ditemukan. Sebuah jam tangan mewah yang sudah bisa dipastikan adalah milik Benny ditemukan terselip di salah satu sudut ruangan. Sebab para warga sudah sering melihat Benny memakainya dan hanya dia yang memiliki jam semahal itu di desa mereka.
Oleh karena itu mereka pun langsung mendatangi rumah orangtua Benny. Saat itu Benny yang sudah merasa puas sudah mendapatkan tubuh Nami tengah asyik tertidur pulas di dalam kamarnya. Kedua orangtua Benny tentu saja menyangkal jika putra mereka telah melakukan tindakan kriminal. Namun para warga yang sudah geram malah menggeruduk kamar Benny. Pemuda yang semula tengah berlayar di alam mimpi itu pun langsung tergagap saat para warga menggeruduk kamarnya. Bahkan petugas kepolisian pun sudah datang dan ikut memeriksa kamar Benny. Benny dan kedua orangtuanya pun akhirnya pasrah saat petugas kepolisian menemukan pakaian Benny yang masih terdapat noda s***m*nya saat memperkosa Nami.
Sementara Nami yang sudah sadar dari pingsannya langsung menjerit histeris saat teringat dengan apa yang sudah dialaminya. Ibunya yang berusaha menenangkannya pun tidak berdaya saat sang putri mengamuk dan berusaha untuk menyakitin dirinya sendiri hingga para tetangga harus ikut memegangi gadis itu agar tidak nekat. Gadis itu pun akhirnya harus diberi suntikan penenang oleh bidan desa agar tidak melukai dirinya sendiri. Kasus Nami pun bergulir hingga pada laporan ke Kepolisian. Orangtua Benny tidak tinggal diam, walau pun tidak bisa menutupi kejahatan putra mereka tapi mereka juga tidak ingin Benny masuk penjara.
Hingga akhirnya mereka pun meminta untuk memilih jalan damai pada kedua orangtua Nami dengan cara menikahkan Benny dan Nami. Meski awalnya kedua orangtua Nami menolak namun setelah ayah Benny mengatakan jika Nami kini sudah tidak memiliki masa depan karena sudah tidak perawan sehingga akan sulit mendapatkan pasangan. Belum lagi ada kemungkinan jika Nami hamil akibat perbuatan Benny hingga akhirnya mereka pun setuju meski dengan hati yang sangat berat. Sedangkan Nami seolah sudah tidak memiliki nyawa lagi setelah kejadian memilukan yang menimpanya itu sehingga hanya pasrah dengan keputusan kedua orangtuanya.
Maka akhirnya kedua orangtua Nami pun mencabut tuntutan mereka di kantor polisi dan satu minggu kemudian Benny dan Nami dinikahkan. Meski pun pernikahan mereka dilakukan secara sederhana namun Benny merasa senang karena ia berhasil memiliki Nami seutuhnya. Kini tinggal membuat Nami jatuh cinta padanya dan Benny akan melakukan segala cara agar Nami bisa menerimanya termasuk membuat Nami hamil anaknya. Ya... meski ia telah memperkosa gadis itu tapi tidak bisa menjamin kan jika gadis itu bisa langsung hamil?
Dan di malam pertama setelah pernikahan mereka Benny pun langsung meminta haknya pada Nami meski ia tahu jika Nami masih merasa trauma. Ia tidak perduli asalkan Nami nantinya bisa hamil anaknya dan tidak akan bisa lari lagi darinya. Sedangkan Nami semakin seperti mayat hidup. Ia bernafas dan beraktifitas namun jiwanya kosong karena harus hidup bersama orang yang telah menghancurkan hidupnya. Hal ini tentu saja membuat Benny marah. Ia merasa jika Nami tidak bisa menghargainya sehingga Benny sering melakukan kekerasan pada Nami termasuk saat melakukan hubungan suami istri.
Satu bulan kemudian...
Pagi ini Nami merasakan aneh pada tubuhnya. Ia merasa mual dan terus memuntahkan isi perutnya sejak pagi. Hal ini membuat Benny yang tengah tertidur pun terganggu mendengar suara istrinya dari kamar mandi.
"Heh kamu kenapa sih pagi-pagi membuat orang terganggu saja!" bentak Benny dari atas tempat tidurnya.
Kamar mandi mereka memang berada menyatu dalam di kamar tidur mereka. Hal yang mewah bagi penduduk desa disana.
"Hoeek!"
Bukan jawaban yang didengar Benny tapi suara Nami yang muntah bertambah keras.
"Ck... menyusahkan saja..." sungut Benny sambil berjalan keluar dari dalam kamar tanpa mau membantu istrinya itu.
"Hoeek!"
Suara Nami yang muntah di kamar mandi pun terdengar hingga keluar dari kamar karena Benny yang tidak menutup pintu kamarnya.
"Istri kamu kenapa Ben?" tanya Lasmi ibu Benny.
"Ga tahu bu... dari tadi muntah... menjijikkan!" jawab Benny sambil menyendokkan nasi ke piringnya.
Ia memang sudah merasa lapar.
"Heh istrimu itu lagi sakit... kenapa kamu malah enak-enakan makan sih Ben? bukannya dulu kamu yang ngebet pengen nikah dengannya bahkan sampai mem..."
"Sudah bu... jangan mengungkit hal itu lagi..." potong pak Handi ayah Benny.
"Hah sudahlah... kamu memang tidak pernah dewasa!" ketus Lasmi.
Lalu ia pun segera menghampiri menantunya untuk memeriksa keadaannya.
"Kamu kenapa Nam? kamu masuk angin?" tanyanya saat mendapati Nami yang tengah duduk lemas di samping toilet.
Nami hanya mengangguk pelan karena sudah tidak memiliki tenaga. Lalu Lasmi pun menuntun Nami ke tempat tidur dan membaringkan wanita muda itu disana.
"Kamu tunggu sebentar ya... ibu akan membawakan makanan untukmu sarapan..." ujarnya lembut.
Tak lama ia pun kembali dengan nampan berisi makanan dan air minum untuk Nami.
"Makanlah... kamu pasti lemas karena muntah tadi"
Nami pun menurut meski sebenarnya ia enggan untuk mengisi perutnya. Tapi baru saja ia menyuapkan satu sendok ia sudah merasa mual lalu berlari kembali ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya. Lasmi pun mengikuti menantinya itu dan memijit tengkuk Nami dengan lembut. Sebagai seorang wanita yang sudah berpengalaman ia sudah bisa mengira-ngira apa yang sebenarnya sudah terjadi pada Nami namun ia masih harus memastikannya.
Hana merasakan kontraksi pada perutnya yang semakin intens. Hal ini membuatnya yakin jika sebentar lagi ia akan melahirkan anak keduanya. Saat ini David suaminya tengah berada di luar kota karena urusan kantornya. Oleh karena itu saat ini kedua mertuanya tinggal bersamanya karena HPL nya sudah dekat. Dengan sedikit meringis menahan sakit, ia segera berjalan keluar dari dalam kamarnya untuk meminta bantuan. Saat itu lah ia melihat mama Alin ibu mertuanya baru saja keluar dari kamar Vina.
"Kamu kenapa sayang?" tanya mama Alin saat melihat wajah Hana yang pucat dan meringis menahan sakit.
"Aku... sepertinya akan melahirkan ma..." jawab Hana sambil mengelus perutnya dan menahan rasa sakitnya.
Mama Alin langsung menghampiri Hana dan menuntunnya sambil memanggil suaminya yang berada di dalam kamar.
"Pa... cepat keluar... Hana mau melahirkan!" serunya saat ia dan Hana melewati kamarnya bersama sang suami yang berada dekat tangga.
"Apa?" terdengar seruan dari dalam kamar dan tak lama terlihat tuan Bima yang keluar dari dalam kamar dengan memakai piyama tidurnya.
Pria paruh baya itu pun langsung memanggil para asisten rumah tangganya untuk membawakan tas yang berisi peralatan yang dibutuhkan Hana disaat seperti ini. Sementara ia langsung mengeluarkan mobil untuk membawa Hana ke rumah sakit. Ia tak punya waktu untuk membangunkan sopir pribadinya untuk mengantar mereka.
"Bagaimana dengan Vina ma?" tanya Hana yang mengkhawatirkan putri sulungnya.
"Tenang saja... bi Darti yang akan menjaganya, lagi pula saat ini dia sudah tertidur..." kata mama Alin menenangkan menantunya.
Hana menghembuskan nafasnya lega dan kini berkonsentrasi pada kelahiran anak keduanya. Papa Bima dengan cepat mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit. Sementara mama Alin menemani Hana di belakang. Di rumah, bi Darti menghubungi tuannya seperti perintah tuan besarnya.
"Halo bi... ada apa?" tanya David yang tiba-tiba merasa cemas.
"Nyonya tuan... nyonya akan melahirkan... sekarang sedang dibawa ke rumah sakit Harapan Bunda..." lapornya.
Mendengar laporan bi Darti, David pun langsung memutuskan untuk pulang. Biarlah segala urusan ia limpahkan pada asistennya Dewa.
Sedangkan di rumah sakit Hana sudah dibawa ke ruang bersalin. Tapi tampaknya sang jabang bayi belum juga mau keluar sehingga membuat panik kedua mertua Hana. Apa lagi melihat keadaan Hana yang sudah lemas dan juga pucat.
"Apa lebih baik dilakukan operasi Cesar saja dok?" tanya mama Alin cemas.
"Kita lihat perkembangannya dulu nyonya... jika dalam dua jam belum ada perubahan baru kita lakukan tindakan pembedahan..." ucap sang dokter.
Mama Alin dan papa Bima pun menurut. Apa lagi mungkin saja sang jabang bayi tengah menunggu papanya. Sebab saat dulu Hana melahirkan Vina, hal seperti ini juga terjadi. Di tempat lain nasib Nami kini sedikit berubah. Pasalnya setelah tadi terbukti jika dirinya tengah hamil 3 minggu membuat suaminya kini bersikap lebih lembut. Ya... dengan kehamilan Nami, Benny yakin wanita itu tidak akan pernah meninggalkannya. Kedua mertuanya pun gembira karena akan mendapatkan cucu pertamanya. Dan karena kehamilan Nami yang baru 3 minggu membuat mereka lega karena cucu mereka bukan hasil perkosaan Benny sebelumnya. Tanpa mereka ketahui jika sesungguhnya Nami merasa jika ia diperkosa suaminya saat mereka berhubungan.
Kabar kehamilan Nami pun sampai di telinga kedua orangtua Nami. Mereka pun sama seperti besan mereka yang bahagia dan lega karena cucu mereka bukan hasil perkosaan Benny. Tapi semua kebahagiaan itu tidak berlaku pada Nami. Ia tetap merasa tertekan sebab perlakuan kasar Benny padanya. Meski begitu ia berusaha untuk menutupi aib dari suaminya itu karena tak ingin membuat kedua orangtuanya menyesal dengan keputusan mereka yang menikahkannya dengan Benny. Oleh karena itu di saat-saat sendiri Nami masih merasa tidak terima jika saat ini sudah ada janin di dalam rahimnya.
Hingga suatu hari saat kedua mertuanya dan Benny sedang tidak berada di rumah, Nami seakan kerasukan dan mencoba untuk membunuh dirinya dan juga janin dalam kandungannya karena tidak ingin melahirkan anak Benny. Untung saja salah seorang tetangga rumah mertuanya memergokinya yang tengah berusaha untuk menggantung dirinya di pohon mangga belakang rumah mertuanya. Wanita paruh baya itu berhasil mencegah Nami saat wanita itu sudah berdiri diatas kursi dan hendak memasukkan kepalanya ke seutas tali yang diikatkan di dahan pohon mangga itu.
Dengan lembut wanita yang bernama bu Rahmi itu membujuk Nami yang sudah gelap mata untuk membatalkan niatnya. Setelah beberapa saat dibujuk akhirnya Nami luluh saat bu Rahmi mengingatkan jika anak yang dikandungnya tidak bersalah. Seolah tersadar Nami langsung menangis sejadi-jadinya dipelukan bu Rahmi dan mengeluarkan uneg-unegnya. Setelah beberapa saat akhirnya wanita muda itu pun tenang dan mulai bisa menerima takdirnya.
"Ikhlaskan semua yang sudah terjadi Nami... mungkin saja dengan kehadiran calon buah hati kalian akan merubah sikap Benny..." ucap bu Rahmi sambil mengelus punggung Nami lembut.
Ya... Nami pun kini tidak menampik jika perlakuan Benny sudah berubah lembut. Ia harap hal itu dapat berlangsung selamanya agar anaknya bisa mendapatkan keluarga yang lengkap. Tampaknya kehidupan Nami akan menjadi lebih baik ke depannya dengan kehadiran calon buah hatinya. Sedang keadaan Hana juga sangat baik karena seperti dugaan kedua mertuanya, bayinya lahir setelah kedatangan David yang nekat menyetir sendiri agar bisa secepatnya sampai di rumah sakit. Anak kedua mereka ternyata laki-laki yang diberi nama Ravendra. Lengkap sudah kebahagiaan keluarga kecil mereka.
Namun dibalik semua kebahagiaan yang dialami oleh keluarga Hana dan David ada orang-orang yang merasa dengki dan tidak suka dengan kebahagiaan keluarga kecil mereka. Tanpa disadari oleh keduanya jika saat ini ada rencana jahat yang tengah mengintai untuk menghancurkan keluarga kecil mereka. Dan itu datang bukan dari orang lain tapi orang terdekat mereka yang sama sekali tidak mereka duga.
Beberapa bulan kemudian...
Nami sudah berusaha ikhlas dan menerima janin yang ada di dalam kandungannya. ia juga merasakan kontak batin antara dirinya dan sang calon buah hati. Sikap Benny yang melembut juga membuat Nami sedikit demi sedikit mulai menerima Benny sebagai suaminya dan berusaha untuk memaafkan kesalahan pria itu sebelumnya. Meski sulit dan masih trauma namun Nami berusaha keras untuk melupakan kekajian perkosaan dan kekerasan Benny padanya. Kini Nami hanya ingin melahirkan buah hatinya dengan selamat dan membesarkan menjadi anak yang berbudi dan tidak menuruni sifat buruk dari ayah kandungnya.
Tapi harapan tinggal harapan, Benny yang semula mulai merubah sikapnya menjadi lebih baik kini seakan kembali ke sifat asalnya. Sejak kandungan Nami menginjak usia 5 bulan, Benny kembali berulah. Ia kembali suka minum minuman keras dan pergi ke tempat hiburan malam. Hal ini karena ia merasa jika Nami sudah mulai tidak menarik lagi. Karena akibat kehamilannya tubuh Nami berubah. Berat badannya naik dan wajahnya juga kini dipenuhi jerawat akibat hormon kehamilan. Tapi Benny tidak menyadari itu. Yang ia tahu jika Nami tidak bisa merawat diri dan itu membuatnya bosan.
Sementara kedua mertuanya malah terkesan membiarkan perbuatan putra mereka. Bahkan mereka juga tidak membelanya saat Benny melakukan kekerasan pada Nami setiap kali pria itu pulang dalam keadaan mabuk. Karena sejatinya mereka tidak menginginkan Nami menjadi menantu mereka. Hanya karena Benny yang memperkosa Nami dan diketahui oleh semua warga yang membuat kedua orangtua Benny tidak bisa mengelak agar putra mereka bertanggung jawab pada Nami jika tidak ingin putra mereka itu masuk penjara.
Kehidupan pernikahan yang penuh penderitaan dan air mata tidak membuat Nami goyah untuk mempertahankan anak dalam kandungannya. Sebab sejak mendapatkan nasehat dari bu Rahmi dan merasakan ikatan batinnya dengan calon buah hatinya membuat Nami merasa jika hidupnya kini hanya untuk sang calon buah hati. Jika toh pada akhirnya ia harus berpisah dengan Benny ia masih memiliki buah hatinya. Dan itu sudah cukup. Penderitaannya di rumah mertua tidak diketahui orangtua Nami, karena wanita itu memberitahukannya karena ia tidak ingin membebani fikiran mereka. Hanya bu Rahmi yang tahu dan menjadi tempat berkeluh kesah bagi Nami.
Bu Rahmi yang sebatang kara semenjak suami dan putrinya meninggal karena kecelakaan sudah menganggap Nami seperti putrinya sendiri. Sehingga wanita paruh baya itu selalu siap sedia untuk menolong Nami. Saat kandungan Nami memasuki usia 7 bulan cobaan kembali menimpa wanita muda itu. Bagaimana tidak, kedua orangtuanya tewas karena tertabrak truk saat keduanya berboncengan hendak menjenguk Nami di rumah mertuanya. Saat itu memang akan diadakan acara tujuh bulanan untuk kehamilan wanita itu. Hal ini tentu saja menimbulkan desas desus jika Nami membawa kesialan sehingga kedua orangtuanya bisa tewas tiba-tiba meski itu karena kecelakaan.
Sejak saat itu meski Nami tengah berkabung akibat kematian orangtuanya, ia harus diusir dari kediaman mertuanya karena takut kesialan juga akan menimpa keluarga mereka. Namun untuk menutupi kekejaman mereka, Nami hanya diusir dari rumah dan ditempatkan di gudang yang berada di belakang rumah mertuanya itu. Meski merasa sakit hati atas perlakuan suami dan kedua mertuanya tapi Nami bisa mengambil hikmahnya dan malah merasa bersyukur karena dengan begitu ia tidak akan lagi harus melayani suaminya dan menerima kekerasan dari suaminya itu. Meski sejak tinggal digudang ia tak lagi bisa mendapatkan makanan yang layak karena baik Benny maupun kedua orangtuanya hanya memberinya makan seadanya.
Hingga saatnya Nami harus melahirkan...
Malam itu Nami merasakan sakit pada perutnya dan ia tahu jika itu adalah tanda kontraksi. Sebab meski ia baru menjadi seorang calon ibu tapi karena ia sudah diberitahu oleh bu Rahmi yang sudah berpengalaman jadi Nami bisa mengetahui tanda-tanda akan melahirkan. Sebab sejak usia kandungannya 7 bulan dan diusir dari rumah mertuanya Nami sudah tidak pernah lagi memeriksakan kandungannya. Ia hanya bisa berdo'a dan berharap agar bayi dalam kandungannya sehat dan dapat lahir dengan selamat.
Sambil menahan sakit diperutnya, Nami berusaha untuk mencari pertolongan. Dengan membawa satu tas berisi peralatan yang ia butuhkan untuk melahirkan, Nami berjalan perlahan menuju rumah bu Rahmi yang terletak tepat di samping rumah mertuanya itu. Nami sengaja tidak minta tolong pada Benny dan orangtuanya karena ia tahu jika mereka akan ogah-ogahan untuk mengantarkan Nami ke klinik bidan desa. Berjalan dari gudang tempatnya tinggal selama ini ke rumah bi Rahmi terasa sangat lama karena Nami yang tidak bisa berjalan cepat akibat sering merasakan kontraksi.
Tok... tok... tok...
"Bu... bu Rahmi!" seru Nami dengan suara bergetar karena menahan sakit.
Untung saja tak lama pintu rumah bu Rahmi dibuka dari dalam. Dan tampak bu Rahmi yang tampak seperti baru bangun tidur.
"Kamu kenapa Nam?" tanya bu Rahmi cemas saat melihat wajah pucat Nami.
"Se... sepertinya... aku akan melahirkan bu..." ucap Nami lemah.
Tanpa banyak kata bu Rahmi langsung menuntun Nami untuk duduk di sepeda motor tua peninggalan suaminya dulu. Lalu bu Rahmi pun naik dan meletakkan tas milik Nami di bagian depan motor. Setelahnya wanita paruh baya itu pun menstarter motornya dan melajukannya ke rumah sekaligus klinik bidan desa. Selama perjalanan bu Rahmi selalu memberikan semangat dan menyuruh Nami untuk mengatur nafasnya. Ia juga merasakan cengkraman tangan Nami yang melingkar diperutnya tanda wanita muda tengah menyalurkan rasa sakit yang dirasakannya akibat kontraksi. Bu Rahmi melajukan motornya dengan cepat sambil merapalkan do'a agar ia bisa mengantarkan Nami dengan selamat dan tepat waktu. Ia tidak bisa membayangkan jika wanita muda itu harus melahirkan ditengah jalan.
Setelah perjalanan penuh perjuangan selama 20 menit akhirnya mereka tiba didepan rumah bidan desa. Bu Rahmi memarkirkan motornya sembarang dan segera menuntun Nami turun dari motor dan membawanya ke rumah bidan desa. Setelah mengetuk pintu beberapa kali akhirnya bidan desa itu pun keluar dari dalam dan terkejut saat melihat Nami yang tampak pucat dan dipapah oleh bu Rahmi.
Bidan desa yang melihat jika wajah Nami sudah pucat langsung ikut memapah Nami ke ruang persalinan. Setelah meletakkan Nami di tempat tidur bidan desa pun segera memeriksa keadaan Nami. Sementara bu Rahmi kembali keluar untuk mengambil tas milik Nami.
"Pembukaannya sudah sempurna ya bu... jadi saya akan mempersiapkan untuk memulai prosedur persalinan..." ucap sang bidan.
"Apa ibu ingin didampingi suami atau keluarga?" tanya sang bidan karena ia tahu jika Nami menantu pak Lurah.
"Nami tadi sendirian di rumah bu bidan... kedua mertuanya sedang keluar kota karena sedang melayat begitu juga dengan suaminya yang baru tadi sore keluar kota karena pekerjaan..." terang bu Rahmi yang sudah kembali masuk ke ruang bersalin sambil membawa tas Nami.
Tentu saja alasan yang dikatakan oleh bu Rahmi itu sepenuhnya bohong. Sebab kedua mertua Nami saat ini sedang ada di rumah dan tengah tertidur nyenyak. Sedangkan Benny... pria itu saat ini pasti tengah mabuk di tempat hiburan malam. Bu Rahmi mengatakan hal itu karena tidak ingin dianggap menyebarkan aib dan memfitnah keluarga pak Lurah. Terlebih Nami juga nanti yang akan menjadi korban pelampiasan kemarahan mereka. Kedua netra Nami tampak berkaca-kaca saat mendengar perkataan bu Rahmi. Ia tahu jika wanita paruh baya itu tengah melindunginya. Bidan desa itu tidak lagi bertanya dan mulai membantu proses persalinan Nami.
Selama proses itu bu Rahmi sama sekali tidak pernah meninggalkan Nami. Dia juga selalu memberikan semangat agar Nami kuat untuk melahirkan anak pertamanya itu. Dan setelah 30 menit berjuang akhirnya lahirlah putri pertama Nami. Bayi merah itu lahir sehat dengan tangisan yang sangat keras. Membuat Nami merasa bahagia dan lega meski ia kehabisan tenaga. Begitu juga bu Rahmi, ia sangat bersyukur Nami dapat melalui proses persalinannya dengan selamat. Setelah proses persalinan selesai, bu Rahmi pun berinisiatif untuk menghubungi Lasmi ibu Benny. Karena ia hanya memiliki nomer ponsel wanita itu saja. Lasmi yang mendengar Nami yang sudah melahirkan sangat terkejut pasalnya ia takut jika aib keluarganya yang mengusir Nami ke gudang belakang diketahui oleh warga.
Alih-alih merasa senang dan berterima kasih karena mendengar kabar kelahiran cucu pertamanya, Lasmi malah langsung mengancam bu Rahmi agar tidak berbicara yang tidak-tidak karena membiarkan Nami menjalani proses persalinannya sendirian. Tak ingin menambah masalah, bu Rahmi pun menurut. Setelah menutup ponselnya Lasmi pun membangunkan suaminya dan kelahiran cucu mereka. Dan karena sibuk mengancam bu Rahmi, Lasmi sampai lupa menanyakan jenis kelamin cucu pertamanya itu.
"Cepat telfon Benny dan suruh dia menyusul ke rumah bidan desa!" titah pak Handi saat keduanya dalam perjalanan menuju ke rumah bidan desa.
Lasmi pun langsung menuruti perintah suaminya. Namun sampai tiga kali panggilan Benny tidak juga mengangkatnya. Dengan kesal Lasmi pun menghubungi Parjo pemuda luntang lantung yang selalu berkeliaran bersama Benny. Dan benar saja tak lama setelah panggilan ke dua akhirnya Parjo pun menjawab. Dan ternyata dia memang sedang bersama Benny di sebuah kafe remang-remang yang ada di desa sebelah. Lasmi pun menyuruh Parjo agar memberitahu Benny bahwa istrinya sudah melahirkan.
Tak lama Lasmi dan pak Handi pun sampai di rumah bidan desa. Di sana keduanya mendapati Nami yang sedang menyusui anaknya. Tak pelak wajah bahagia tampak dari kedua orang itu karena sudah mendapatkan seorang cucu. Meski agak kecewa karena yang lahir adalah cucu perempuan. Satu jam setelah kedatangan kedua orangtuanya, Benny akhirnya datang bersama Parjo. Sama seperti kedua orangtuanya, Benny pun terlihat bahagia melihat putrinya telah lahir. Dan setelah berbulan-bulan, Benny kembali berlaku lembut pada Nami.
Di tempat lain...
Hana dan David berencana untuk pergi liburan bersama kedua orangtua David dan kedua anak mereka. Apa lagi ini bertepatan dengan anniversary pernikahan papa Bima dan mama Alin. Biasanya keduanya merayakan anniversary pernikahan mereka dengan makan malam bersama dengan anggota keluarga di restoran. Namun kali ini David mengajak kedua orangtuanya bersama keluarga kecilnya untuk merayakannya di villa sekaligus liburan bersama sebab bertepatan dengan libur sekolah Vina. Hal ini tentu saja membuat papa Bima dan mama Alin langsung menyetujuinya. Apa lagi ini liburan pertama mereka sejak kelahiran Revan. Karena mereka akan berlibur di villa keluarga, tak banyak yang mereka persiapkan.
Vina sejak awal sudah sangat antusias sebab gadis kecil itu sudah pernah dibawa ke sana sehingga ia memiliki tempat favorit untuk berkunjung. Keseruan dan kebahagiaan menghiasi keluarga itu selama mereka berlibur disana. Dan setelah tiga hari mereka pun kembali pulang. Di dalam perjalanan tak henti-hentinya Vina berceloteh dengan sang adik yang masih belum bisa bicara. Meski begitu sepertinya Vina bisa memahami bahasa bayi sang adik. Hal ini tentu saja membuat semua orang dewasa terkekeh sekaligus takjub dengan kedekatan kakak beradik itu yang bisa saling memahami meski dengan bahasa yang berbeda.
Liburan kali ini David dan papa Bima memutuskan untuk menggunakan satu mobil dan tidak membawa sopir keluarga. Mereka benar-benar ingin menghabiskan waktu bersama sehingga papa Bima rela saling bergantian untuk menyetir. Setelah satu jam papa Bima menyetir, kini giliran David yang menggantikannya. Saat ini mereka sudah berada di pertengahan jalan pulang. Karena perkiraan waktu tempuh dari villa ke rumah kurang lebih dua jam. Tidak diduga cuaca yang sedari pagi cerah mendadak mendung ketika David mengemudikan mobilnya sampai di perbatasan kota. Para wanita dan anak-anak sudah tertidur di kursi belakang. Sementara papa Bima duduk di samping David yang tengah mengemudi.
"Papa kalau capek tidur aja..." tawar David yang melihat wajah lelah sang papa.
"Ga Vid... nanti kamu ngantuk kalau nyetir sendiri" tolah papa Bima.
"Ga pa... lagi pula sebentar lagi kita sampai di rest area jadi aku bisa beli kopi buat jaga-jaga..."
"Kalau begitu baiklah... tapi kamu hati-hati ya... jangan ngebut kita udah mau pulang jadi ga usah buru-buru..." ucap papa Bima akhirnya yang memang entah mengapa sangat merasa mengantuk.
"Iya pa..." sahut David singkat.
Tak lama papa Bima benar-benar tertidur. Dan David berkonsentrasi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat mereka hampir sampai di sebuah rest area tiba-tiba saja dari arah belakang mobil yang ditumpangi oleh David dan keluarga ditabrak dengan sangat kencang. Suasana jalan tol yang lengang membuat hal itu sangat mengejutkan David. Ia langsung berusaha untuk mengendalikan mobilnya. Sementara para penumpang lain langsung terbangun. Bahkan Revan langsung menangis karena terkejut. Vina tampak linglung dalam dekapan omanya. Sedang Hana berusaha menenangkan Revan.
"Ada apa Vid?" tanya papa Bima kaget.
"Entah pa... tiba-tiba mobil dibelakang menabrak kita..." belum sempat David melanjutkan ucapannya tiba-tiba mobil mereka kembali ditabrak dari belakang.
"Astaga!" seru mama Alin sambil memeluk Vina cucunya.
"Ada yang ingin mencelakai kita..." ucap papa Bima menyadari jika mobil dibelakang mereka sengaja menabrak mereka.
Lagi... mobil dibelakang mereka yang merupakan sebuah truk barang menabrak mereka. Kali ini tabrakannya lebih keras hingga membuat mobil yang dikemudikan oleh David terguling dan jatuh dengan posisi terbalik miring ditengah jalan. Menyadari jika mereka tidak akan dibiarkan lolos begitu saja, David dan papa Bima berusaha untuk keluar dari dalam mobil sebelum mobil penabrak mereka kembali melakukan aksinya. Keduanya juga berusaha untuk mengeluarkan mama Alin, Vina, Hana dan juga Revan. Untung mama Alin dan Vina bisa keluar dengan mudah. Namun tidak dengan Hana dan Revan. Sebab ternyata kaki Hana terjepit kursi pengemudi yang berada di depannya. Wanita itu juga terluka dikepala karena tadi saat mobil terguling kepalanya terbentur atap mobil saat melindungi Revan dalam pelukannya.
Apa lagi posisi mobil yang miring membuat tubuh Hana semakin terjepit. David berusaha meraih Revan terlebih dahulu agar ia bisa meraih tubuh istrinya. Begitu Revan bisa keluar dari dalam mobil tiba-tiba mobil penabrak kembali menghantam mobil yang masih berisi Hana. Papa Bima hanya sempat meraih tubuh David yang sedang menggendong Revan agar tidak ikut tersambar truk. Dan kali ini truk penabrak itu terus melaju pergi seiring dengan terlihatnya beberapa mobil yang hendak melintas. Mobil-mobil yang baru datang pun berhenti saat melihat mobil yang ringsek ditengah jalan. Mereka segera memberikan pertolongan dengan mengeluarkan Hana dari dalam mobil.
Setelahnya mereka mengantarkan David dan yang lainnya ke rumah sakit. Mereka terpaksa dibawa dengan mobil yang berbeda karena tidak mungkin menunggu ambulans. Papa Bima dan mama Alin menjaga Vina dan Revan yang sedari tadi menangis dan mencari mama mereka. Sementara David bersama istrinya. Ia tak menyangka jika liburan mereka berakhir tragedi. Di rumah sakit Hana langsung mendapatkan perawatan begitu juga dengan David yang ternyata juga mendapatkan luka di kepala dan juga lengannya. Bahkan pria itu mengalami retak pada tulang lenganya namun sedari tadi ia tidak merasakan sakitnya.
Sementara papa Bima dan yang lainnya hanya mendapatkan luka ringan. Hana yang mendapatkan luka paling parah langsung dibawa ke ruang operasi karena ternyata luka di kepalanya cukup parah. David tampak lemas di depan ruang operasi dengan lengan di gips dan mengenakan arm sling. Dua jam operasi yang dijalankan oleh dokter untuk menyelamatkan nyawa Hana. Namun sayang, wanita itu tidak dapat bertahan hingga dokter mengumumkan waktu kematiannya.
Dunia David langsung runtuh saat dokter mengatakan jika Hana tidak dapat diselamatkan. Papa Bima langsung memeluk putranya demi memberikan kekuatan. Sedang mama Alin hanya bisa menangis lirih disamping brangkar tempat kedua cucunya berbaring. Ya... Vina dan Revan memang ditempatkan di ruang rawat inap meski mereka hanya terluka kecil. Sebab para orangtua tidak bisa membawa mereka berdua kembali ke rumah saat Hana tengah dioperasi. Rasanya mama Alin ingin pingsan jika tidak mengingat kedua cucunya itu. Hana memang menantunya, tapi wanita itu sudah seperti putri kandungnya sendiri selama ini.
Di sisi lain...
Hana mengerjapkan matanya perlahan... ia merasakan dirinya begitu ringan hingga seakan tubuhnya mudah melayang ditiup angin. Sesaat ia mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi. Ia ingat jika tadi mobil yang ditumpanginya bersama keluarganya ditabrak dengan brutal oleh seseorang.
"Mas David... Vina... Revan... Papa... Mama..." disebutnya satu persatu orang-orang yang paling disayanginya itu.
Kecemasan langsung melandanya. Bagaimana nasib orang-orang yang ia sayangi itu sekarang? batinnya cemas. Ia pun berusaha untuk bangun dari tidurnya. Ia cukup terkejut saat menyadari jika saat ini ia berada di sebuah ruangan kosong. Tunggu... tidak... tidak sepenuhnya kosong... karena ia baru menyadari jika disebelahnya ada brangkar-brangkar lain yang berjejer berisi pasien. Pasien? jika pasien kenapa mereka tidak diberi sekat seperti pada ruang perawatan biasa? Lagi pula kenapa ia bisa berada di ruang perawatan biasa sedang suaminya orang berada?
Hana menjadi semakin bingung dan takut saat melihat pasien-pasien yang berada disampingnya tertutup kain putih. Bukan sebatas dada atau separuh badan... tapi seluruhnya. Hingga ia tidak bisa melihat wajah-wajah mereka.
Deg!
"Ini..." batin Hana sambil menggelengkan kepalanya menolak percaya.
Hana mengucek matanya dan mencoba untuk melihat apa yang ada dihadapannya itu mimpi semata, tapi apa yang dilihatnya benar-benar nyata.
"Tidak... ini bukan kamar mayatkan?" batinnya lagi monolog.
Tapi sekuat apa pun ia menyangkal akhirnya harus dipatahkan kenyataan karena tak lama ia melihat dua orang perawat datang sambil berbincang seolah tak melihat Hana disana.
"Kasihan ya mayat korban kecelakaan tadi... padahal anaknya masih kecil-kecil..." ucap salah satu perawat.
"Iya... kabarnya mereka baru pulang liburan..." sambung yang lain.
Hana tak lagi bisa mendengar kelanjutan dari perbincangan keduanya karena kini dirinya tengah mengira-ngira siapa yang mereka bicarakan barusan. Hana semakin terkejut saat salah satu perawat membuka kain penutup salah satu mayat.
Deg!
"Tidaak!" seru Hana.
Ia pun langsung menangis sejadi-jadinya saat melihat wajah pucat diatas brangkar yang merupakan wajahnya sendiri.
"Tidaak! aku belum mau mati... aku tidak boleh mati Tuhan..." raungnya tanpa ada yang bisa mendengarnya.
Hana menangis tergugu saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri tubuhnya yang penuh luka tengah dibersihkan.
"Tidak... Vina... Revan... mas David..." serunya sambil terus menangis.
Tak lama ia melihat tubuhnya dibawa keluar ruangan oleh perawat. Hana pun langsung berlari dan mengikuti mereka. Sampai di depan ruangan ia melihat David suaminya yang terluka di dahinya dan mengenakan arm sling sedang menangis tersedu disamping jasadnya. Disana juga ada papa Bima yang berusaha untuk menguatkan David.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!