NovelToon NovelToon

Kultivator Pengembara Tiada Tanding

Episode 01 : Gadis Menjengkelkan!

Warning : Hanya baca kalau kalian tidak masalah dengan tokoh utama yang over powered, dari awal episode. Perlu diingat juga tokoh utama ini tengil dan agak bodoh, yang mana author buat DISENGAJA karena ingin menyesuaikan dengan karakter dia.

Jadi jangan komentar kenapa Xiao Ren suka tengil, kenapa Xiao Ren dungu ... Itu disengaja, tapi tenang dia itu cuma bodoh bukan naif, lawannya mau perempuan mau laki laki dia bunuh ga pandang bulu.

Xiao Ren pun bukan karakter dingin yang cerdas dan keren seperti tokoh utama novel lain, dia itu tengil dan bebal. Tapi ... ada tapinya, kalau kalian cari tokoh utama yang lebih jago gelud dibanding dia, agak susah. Apalagi kalau udah sampai episode 50 an.

Dan novel ini novel ringan, jangan banyak berfikir cukup baca dan nikmati ... kalian ga bakal nemuin alur berat apalagi di awal episode.

Udah dibaca semuanya..? Okay, happy reading..!

_____________________________________________

Kedai di pinggiran pasar nampak begitu ramai oleh pengunjung, karena kedai ini berada di jalur para pekerja yang pulang pergi maka pelanggan tak ada habisnya. Kepulan uap panas dari sup yang baru jadi memenuhi kedai tersebut, seorang pria duduk antusias melihat hidangannya datang.

la adalah Xiao Ren, seorang pengembara yang tak memiliki tujuan khusus dan pergi berkelana sesuka hati.

Hari ini dia baru tiba di kota ini, tempat paling ramai dan sibuk yang bernama kota Naga. la kemari juga karena mendengar simpang siur yang mengatakan kota ini bagus untuk pengembara karena banyak tempat menarik yang jarang ada di luaran sana.

Xiao Ren yang suka tempat menarik tentu saja tak bisa melewatkan tempat ini, toh ketika ia mendengar hal itu pun dia memang sudah dekat dengan kota Naga. Selain untuk melihat hal menarik, ia juga datang untuk mengantongi beberapa keping koin karena persediaan uang nya sudah habis.

Pakkkk!!

Mangkuk sup ditaruh kembali ke meja setelah Xiao Ren meneguk habis hidangannya, ia tersenyum senang karena perutnya telah terisi penuh sekarang. Hanya saja, masih ada yang kurang dan mengganjal di hatinya.

"Anu ... paman pemilik kedai?" Xiao Ren memanggil paman yang sebelumnya menghidangkan satu porsi sup kepadanya.

Pria paruh baya itu nampak tengah sibuk mengisi beberapa mangkuk dengan banyak bumbu rempah dan bahan sup, bersamanya juga ada gadis manis yang tak hentinya bulak-balik menulis pesanan para pelanggan.

Selain Xiao Ren, ada sekitar tujuh pelanggan lainnya yang lapar, jadi saat ini kedai paman tersebut tengah benar-benar sibuk.

"Ada apa anak muda, tidak bisakah kau lihat aku tengah sibuk sekarang?" ucap paman pemilik kedai sambil masih sibuk bergelut dengan pesanan.

"Apa aku tak bisa mendapat sedikit sake?" Ren memasang wajah melas untuk mendapat belas kasih dari sang pemilik kedai.

Xiao Ren memang sangat menyukai minuman bernama sake, karena ia merasa bahwa sake adalah rekan yang tepat untuk pengembara sepertinya. Rasa sake yang kuat bisa mendominasi sup yang lembut, hingga lidahnya akan kembali bersih dari sup barusan.

"Tentu saja, tiga koin tembaga maka satu botol sake akan ku hidangkan.", Pemilik kedai itu pura-pura tak faham, padahal ia tau maksud Xiao Ren.

Xiao Ren jelas meminta sake gratis, karena jika ia hendak membayarnya maka ia akan mengatakannya pada gadis kecil itu untuk dicatat bukan meminta langsung pada pemilik kedai. Hanya saja, nampaknya pemilik kedai tak memiliki niatan untuk memberikan sake gratis pada pengembara Xiao Ren.

"Paman tau? dengan sebotol sake gratis, aku bisa melindungi toko ini dari penjahat." ucap Xiao Ren sambil menaruh pipinya di meja makan.

Xiao Ren pun tak ada niat untuk menyerah sebelum dirinya benar-benar ditolak, karena ia sungguhan menginginkan sake meski tak ada satu koin tembaga pun tersisa di sakunya. Terkadang ia sedikit merindukan keping koin yang sering dirinya berikan pada peminta di jalan, namun mau bagaimana lagi karena angin sudah berhembus.

"Aku bisa melindungi kedai ini dengan satu tangan, tak perlu bocah ingusan seperti diri mu nak." Ucap si pemilik kedai sembari menaruh satu mangkuk sup panas di hadapan seorang pelanggan tambun.

"Jadi tak ada sake gratis?" Xiao Ren memelas.

"Tak ada dan tak akan pernah ada, jadi pergilah! Kamu mengganggu yang lain!" Paman tersebut berseru sembari berjalan ke dapur untuk menyiapkan pesanan lainnya.

Xiao Ren menghela nafas, karena ia tau bahwa ini hari berat tanpa sake lainnya. Terkadang hidup memang terlalu kejam pada pengembara tampan sepertinya yang hanya menginginkan sebotol sake.

Si pengembara angkat kaki dari tempat tersebut sebelum kena marah oleh si pemilik kedai dan dikalahkan dengan satu tangan saja.

.

.

.

.

.

.

Berangkat dari kedai setelah makan siang, kaki lemas Xiao Ren membawanya ke area pasar yang sangat ramai dan berisik. Ini lah tempat paling sibuk di kota naga, karena pasar adalah pusat perbelanjaan dan hiburan yang menjadi destinasi paling diminati oleh pendatang baru seperti Xiao Ren.

Xiao Ren melihat banyak sekali hal baru dan asing yang tak pernah ia jumpai di seumur hidupnya mengembara. Salah satunya adalah sebuah benda berwarna merah berbentuk apel yang ditusuk oleh sebatang kayu bambu kecil.

"Nenek, ini apa?" Xiao Ren meneliti dengan sangat antusias, matanya meneliti benda asing yang berjejer di hadapannya.

"Ini gulali rasa apel, resepnya datang dari negeri yang jauh. Rasanya manis dan sangat menyenangkan" Nenek itu menjelaskan seraya tersenyum ramah.

"Ohhh ... boleh aku mendapatkan gulali ini gratis?" Xiao Ren meminta dengan senyuman manis pada nenek itu.

Seketika wajah nenek itu berubah dari ramah menjadi marah, ia berteriak mengusir si pengembara dengan tongkat kayu yang siap dipukulkan. Tentu saja Xiao Ren langsung lari tanpa berlama-lama karena ia tak ingin terkena pukul.

Setelah cukup lama berlari dengan seringnya menabrak orang lain di sepanjang jalan, Xiao Ren akhirnya berhenti sebelum dirinya merasa lelah dan haus, karena tak memiliki uang untuk membeli air.

"Duhh ... kenapa tidak ada orang yang mau kasih aku makanan gratis ya?" Tanya Xiao Ren pada diri sendiri.

"Cuma orang bodoh yang bertanya seperti itu!" Ada orang yang menjawab pertanyaan Xiao Ren dari balik kerumunan, tapi tidak tau siapa.

"Hei, aku dengar itu! Siapa yang berkata demikian?!!" Xiao Ren berteriak kearah kerumunan orang, tempat suara berasal namun tak nampak ada yang keluar dan mengaku.

Karena merasa seperti orang bodoh yang berteriak-teriak tak jelas sendiri, Xiao Ren akhirnya pergi melanjutkan jalan-jalannya. Hingga ia akhirnya menemukan bangunan megah yang bahkan temboknya saja dihiasi ukiran emas.

Melihat kemewahan tersuguhkan di hadapan matanya, tentu saja membuat Xiao Ren si pengembara miskin langsung tertarik. Ia bergegas kearah bangunan tersebut tanpa memikirkan apapun lagi.

Sett!!!

Dua tombak saling bersilangan menghalangi langkah antusias Xiao Ren, merasakan dirinya ditolak membuat si pengembara berhenti berjalan.

"Umm ... kenapa kalian menghentikan ku?" Tanya Xiao Ren dengan polosnya, iris mata menatap bingung kearah dua penjaga gerbang.

Keduanya nampak memiliki perawakan besar dan menyeramkan, bahkan tinggi Xiao Ren sendiri tidak sampai bahu mereka, membuat ia terpaksa menengadah keatas untuk bisa memulai pembicaraan.

"Kau punya tiket masuk?" Tanya salah satu dari penjaga.

"Tidak, aku tak tau kalau perlu tiket masuk" Xiao Ren menggelengkan kepalanya seperti anak kecil.

"Kalau begitu pergilah!!!" Seru mereka berdua, seraya mendorong kuat si pengembara hingga ia terdorong mundur beberapa langkah.

Perlakuan kasar mereka tak serta merta membuat Xiao Ren marah, mau bagaimanapun ia sudah terbiasa mendapat perlakuan kasar dengan statusnya sebagai pengembara.

Hidup sebagai pengembara terkadang memaksa mu menjadi pengemis ketika tak memiliki uang, bekerja serabutan, bahkan banyak lainnya. Sehingga orang orang sering memandangnya sebelah mata, berujungkan sikap kasar.

Hanya saja memang sangat disayangkan tak bisa masuk ke tempat mewah itu, membuat Xiao Ren kembali pergi dengan ketidak puas-an.

Tak ... Tik ... Tuk ...

Terdengar suara langkah kaki kuda dari kejauhan, Xiao Ren tertarik melihat ada dua ekor kuda yang menarik satu gerbong besar. Kereta kuda itu melaju mulus ke arah bangunan mewah barusan dan sebentar lagi hendak melewati Xiao Ren.

Entah datang dari mana setan jahat yang merasukinya, Xiao Ren tanpa fikir panjang langsung melompat masuk tanpa diketahui kusir di depan.

"Siapa kamu berani masuk kemari?!!"

Suara nyaring ala perempuan seketika memenuhi gendang telinga Xiao Ren yang baru saja masuk. Suara yang sama juga mengagetkan kusir di depan dan langsung menanyakan apa yang terjadi, pasalnya siapapun di dalam gerbong ini bukan lah orang sembarangan dan mesti dipastikan keselamatannya.

Xiao Ren menatap kedepan untuk melihat sosok yang berteriak kencang barusan, hanya untuk disapa oleh pemandangan gadis cantik yang terpampang di hadapannya. Gadis berbaju serba putih bercorak bunga lotus, ditambah kulit putih mulus, bibir tipis menggoda, dan rambut lembut tergerai.

"Woww ... baru kali ini aku melihat dewi" Xiao Ren terpukau, tanpa sadar ia tersenyum kala menikmati kencantikannya.

Plakkk!!!

"Dasar berandal mesum! Pergi dari sini!!!" Seru gadis tersebut setelah telapak tangannya mendarat kencang di pipi Xiao Ren.

"Tunggu! Tunggu! Tolong bawa aku masuk dan akan aku kasih kamu sesuatu yang langka!!"

"Aku tak butuh sama sekali!"

"Jangan bilang begitu, benda ini tak akan kau temukan di manapun!"

Cekcok antara gadis itu dan Xiao Ren terus terjadi di kala gerbong terus melaju, si kusir sendiri tak berani berhenti untuk memeriksa apa yang terjadi karena tak ada perintah dari sang majikan.

Tanpa mereka sadari, Xiao Ren berhasil memasuki gerbang dengan aman berkat menumpang di kereta tersebut.

"Yahahaha ... akhirnya bisa masuk ke tempat ini!" Xiao Ren melompat keluar dari kereta.

"Woahh ... sudah ku duga tempat ini benar benar megah ya? dan juga ada banyak gadis cantik berlalu lalang dan mereka nampak ramah, tidak seperti seseorang" Xiao Ren berbicara, ekor matanya mendelik ke arah gadis yang sempat cekcok dengannya tengah turun dari gerbong dibantu oleh sang kusir.

"Permisi, kalau boleh tau ... siapa 'seseorang' itu?" Gadis itu bertanya dengan nada ramah, namun ada penekanan di kalimat 'seseorang' yang dia penasaran.

"Tak tau tuh ... bisa siapa saja, mungkin gadis yang di sebelah sana atau di sana, mungkin juga yang ada di dekat ku" Xiao Ren berbicara sembari membelakangi, supaya wajahnya yang tersenyum jahil tak terlihat.

Bukk!!!

"Udah jelas aku kan?!!" Seru gadis tersebut sembari menendang punggung Xiao Ren penuh emosi.

"Aduduh ... Kenapa kamu kasar banget sih jadi perempuan?!"

"Bodo amat!!! Pokoknya kasih aku benda langka yang kamu janjiin!" Gadis itu menjulurkan tangannya ke arah Xiao Ren.

Sembari mengaduh kesakitan dan menggosok punggungnya yang nyeri, Xiao Ren mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Sesuatu itu adalah sebuah pedang patah yang terlihat usang dan rapuh.

Xiao Ren meletakkan pedang tersebut di tangan si gadis yang terbuka, namun si pengembara nampak enggan untuk memberikannya seakan pedang patah tersebut adalah sesuatu yang berharga.

"Ini adalah pedang Guntur Biru milik raja kuno yang dulunya menguasai daratan ini, meski sudah patah namun kekuatannya masih ada" Xiao Ren menatap sejenak pedang Guntur Biru yang kini ada di tangan gadis tersebut, sebelum akhirnya berbalik dan melangkah menuju bangunan megah di hadapan.

Pakkk!!!

"Aduhhhh! Apa lagi?!"

Xiao Ren berteriak ke gadis barusan yang melempar sesuatu ke kepalanya, ia tak mengerti kenapa gadis tersebut masih memperlihatkan raut wajah tidak puas padahal janji sudah ditepati.

Tepat ketika Xiao Ren melihat apa yang gadis itu lempar ...

"Uwaaah!!! Kenapa kau melempar pedang Guntur Biru seakan itu adalah sampah?!!" Xiao Ren terkaget ketika pedang yang dia berikan pada gadis itu kini tergeletak di tanah, tanpa berlama lagi ia segera mengambil kembali pedang Guntur Biru yang sebelumnya dirawat dengan baik.

"Pengembara tak tau terima kasih, padahal sudah berbaik hati membawa mu kemari, namun kau mau menipu ku dengan sebuah pedang patah tak berharga?"

"Aku tak menipu mu, pedang ini memang sangat langka dan sangat kuat!"

"Masih mau berbohong ternyata, kalian semua tangkap pengembara menyedihkan ini!"

Gadis itu tak membiarkan Xiao Ren berbicara lebih banyak lagi, ia segera memerintahkan bawahan yang entah datang dari mana untuk meringkus sang pengembara.

Karena tak mau menyebabkan keributan dan ketahuan oleh penjaga gerbang bawa ia menyelinap masuk, maka ia tak melawan ketika para bawahan gadis itu meringkus dirinya. Ia hanya diam membiarkan mereka menjatuhkannya ke tanah, serta mengunci kaki juga tangannya.

"Puihh!! Puihh!! Pasirnya masuk ke mulut ku!" Xiao Ren meludahkan pasir yang masuk ke mulutnya.

Ia beberapa kali menggeliat agar posisi wajahnya tak terbenam di tanah, karena mau bagaimana pun juga makanan favoritnya bukan lah pasir. Melihat hal itu membuat si gadis merasa agak tidak enak, kemudian memerintahkan bawahannya agar membuat Xiao Ren berdiri.

"Dengarkan aku" Gadis itu berdiri di hadapan Xiao Ren yang kedua tangannya masih dipegang.

"Kau akan ikut aku masuk ke pelelangan atau bahkan kembali ke rumah ku nanti, sampai aku menemukan sesuatu yang bisa membayar hutang mu."

"T-Tunggu dulu, ini tak sesuai perjanjian!"

Tak ada satu pun yang mendengarkan Xiao Ren, baik gadis itu maupun para bawahannya terus menyeret si pengembara malang ke dalam pelelangan. Orang orang yang menyaksikan kejadian ini terus saling berbisik satu sama lain, namun tak berani ikut campur. Alasannya sederhana, karena gadis itu punya kedudukan tinggi.

Sesampainya di pintu tempat pelelangan, ada seorang pria berpakaian mahal yang tengah berdiri menunggu. Pria itu tersenyum kearah orang yang membuat Xiao Ren kesusahan selama ini.

"Selamat datang nona Wang Li, sebentar lagi acara pelelangan akan dimulai. Saya akan sangat berterima kasih bila anda mempersilahkan pria tua ini mengantar anda menuju kursi yang telah disediakan."

Pria tua yang menunggu di depan pintu itu memberi hormat pada gadis menjengkelkan ini yang ternyata bernama Wang Li. Membalas pria tua itu, Wang Li bukan hanya membungkuk hormat namun bahkan tersenyum ramah.

Xiao Ren mengernyitkan dahi menyaksikan bagaimana gadis itu ternyata bisa bersikap ramah, padahal semua yang dia lakukan selama ini hanya lah memukul dan berteriak padanya.

"Wang Li merasa terhormat bisa menerima kebaikan paman Jin Hai, semoga paman sehat selalu"

"Hei, kau tidak seramah itu padak-"

Bukk!!!

Xiao Ren hendak berbicara namun Wang Li tak membiarkan ia mengganggu, hingga si pengembara harus menerima sikutan di perutnya. Melihat aksi itu, Jin Hai baru sadar akan keberadaan Xiao Ren yang sangat asing baginya.

Antara Xiao Ren dan Jin Hai, keduanya saling bertatapan sejenak sebelum akhirnya si pria tua lanjut berbicara.

"Andai saya boleh tau, siapa gerangan pemuda yang berada di samping nona Wang Li?"

"Dia cuma pengembara yang lupa akan kebaikan seseorang" Wang Li sedikit malas untuk mengenalkan Xiao Ren pada Jin Hai, sehingga ia hanya memberikan informasi seadanya.

Selama ini Jin Hai sudah sering bersama Wang Li yang merupakan langganan di tempat ini, jadi ia sudah tau kebiasaan dan sifat si gadis terhormat hingga dirinya tak merasa aneh oleh perilaku yang Wang Li perlihatkan saat ini.

"Bukankah itu cara mengenalkan seseorang yang sedikit kejam?" Xiao Ren bertanya.

"Ahhh ... panas sekali di sini, aku ingin segera masuk dan memulai pelelangannya."

Tak mengindahkan ucapan Xiao Ren, Wang Li segera beranjak masuk mengikuti Jin Hai yang memandunya menuju kursi. Sifat yang menjengkelkan ... apalagi itu hanya ditujukan pada dirinya, Xiao Ren tidak bisa untuk tidak cemberut menyaksikan tingkah Wang Li.

Xiao Ren yakin, setidaknya akan membutuhkan waktu seribu tahun untuk Wang Li menemukan jodoh dengan sifatnya yang seperti itu.

"Hei ... kenapa kita tidak ikut masuk?" Xiao Ren bertanya pada para bawahan Wang Li yang masih menjaganya, namun mereka hanya diam tak menanggapi.

"Kalian anak gadis itu kah sampai menuruni sifat menjengkelkannya? atau saudara?"

Percuma saja, berapa kali pun Xiao Ren mengajak mereka bicara, setiap satu dari bawahan Wang Li memilih untuk berdiam diri. Ini membuat suasana menjadi canggung, yang mana merupakan hal yang Xiao Ren benci.

Mungkin berurusan dengan Wang Li adalah pilihan terburuk baginya, namun mau dikata apa ... nasi sudah menjadi bubur. Sekarang Xiao Ren hanya bisa menunggu sampai pelelangan selesai.

.

.

.

.

.

.

Setengah jam berlalu, Xiao Ren si pengembara sudah merasa bosan sampai ingin berteriak sekencang mungkin. Seharusnya memasuki tempat ini adalah sesuatu yang menarik.

Ketika Xiao Ren masih 'menikmati' waktu bosannya bersama para bawahan Wang Li yang seakan adalah patung, ekor matanya menemukan ada sekitar dua puluh orang berbaju aneh yang masuk dari gerbang berlarian.

Satu hal yang si pengembara tangkap adalah baju mereka semua yang dihiasi oleh lambang dua golok merah yang saling bersilangan. Entah mengapa gambar itu membuat Xiao Ren merasa nostalgia namun masih tak bisa mengingat apapun.

"Aku merasa kenal dengan lambang itu, namun masih tak bisa menemukan satu pun memori mengenainya" Xiao Ren bergumam sembari menyaksikan rombongan tersebut melewatinya dan berlari menuju pelelangan.

"Orang orang aneh"

Hanya itu yang bisa Xiao Ren ucapkan, karena lagipula dirinya tak memiliki sesuatu urusan pun dengan mereka. Hanya berharap harinya tak akan menjadi lebih buruk dari sekarang ini yang sudah cukup menyiksa.

"Tak ada sake, dimarahi oleh seorang nenek, dibilang bodoh oleh orang tak dikenal, dikasari gadis bau ingus, pedang Guntur Biru milik ku dianggap sampah, ditangkap karena sesuatu yang bukan salah ku. Hahh ... sungguh malang wahai diri ku."

Ia tak pernah berharap untuk hidupnya selalu bahagia, namun Xiao Ren ingin terhindar setidaknya dari kemalangan bertubi-tubi seperti saat ini, toh ... dia tak pernah mencari masalah dengan orang lain, mungkin?

Ketika Xiao Ren masih meratapi kemalangannya, suara teriakan menggema di sepanjang lorong. Teriakan penuh rasa sakit itu diikuti dengan orang orang yang berhamburan keluar dari tempat lelang, mereka terlihat panik dan ketakutan.

Jrasssshhhh!!!

Tepat di hadapan Xiao Ren, salah satu orang yang memiliki lambang golok merah di bajunya baru saja menebas wanita malang yang berusaha melarikan diri.

"Kau ... apa yang kau lakukan?!!"

Xiao Ren tak tau apa yang terjadi dan alasan di balik penyerangan ini, namun dia bukan orang yang bisa diam saja ketika ada pembunuhan terjadi di hadapannya. Satu hentakan dari Xiao Ren, pegangan kuat dari lima bawahan Wang Li terlepas begitu saja, mereka terangkat untuk sepersekian detik oleh begitu besarnya tenaga si pengembara.

Jduakk!!!

Tanpa aba-aba, tinju Xiao Ren menghantam wajah si pembunuh, kemudian merebut golok yang ada pada tangannya. Si pembunuh belum sadar bahwa Xiao Ren menyerang dirinya, sampai ia terlempar ke belakang oleh satu tendangan susulan penuh tenaga.

Para bawahan Wang Li terkejut dengan pergerakan super cepat Xiao Ren, bahkan belum sampai dua detik si pembunuh sudah diterbangkan hingga tak sadarkan diri.

"Ini bukan waktunya untuk terdiam seperti itu, kalian punya majikan untuk dilindungi bukan?"

Mendengar tutur kata si pengembara, mereka sadar bahwa nyawa Wang Li tengah dalam bahaya besar sekarang. Tanpa berhitung lama, mereka bergegas mencari keberadaan sang gadis, meninggalkan Xiao Ren yang langsung dikepung oleh kawanan para pembunuh barusan.

"Sebelumnya aku tak mengingat simbol itu, namun setelah melihat aksi tak terpuji kalian membuatku ingat sekarang" Xiao Ren bicara seraya menghitung jumlah musuh yang mengepung dirinya, ternyata mereka ada enam orang lengkap dengan senjata tajam.

"Kelompok penjahat yang akan melakukan apapun demi uang, bandit Golok Merah"

Xiao Ren pernah bertabrakan sekali dengan kelompok bandit ini di pengembara-an nya, dan bahkan di sekali pertemuan itu ia sudah bisa mengetahui bahwa mereka tak akan pernah membawa hal baik.

Pasca peristiwa tersebut, Xiao Ren selalu mencari cara untuk memberantas mereka namun kesempatan tak pernah datang.

Sett! Jranggg!!!

Satu serangan dari arah belakang, Xiao Ren menangkis menggunakan goloknya bahkan tanpa menoleh. Ketika seseorang memulai, maka para bandit yang lain segera mengikuti.

Serangan demi serangan datang, namun Xiao Ren menangkis dengan lugas, serta menghindari beberapa yang lolos dari pertahanannya.

Si pengembara tersenyum geli ketika menemukan bahwa kemampuan mereka masih sama seperti dulu, di mana tak ada satu pun orang yang bisa mendaratkan serangan padanya.

"Bertahun-tahun telah berlalu dan kalian para bandit golok merah masih lemah begini?"

Kalimat yang Xiao Ren lontarkan membuat para bandit golok merah emosi, mereka tanpa sadar menyerang dengan serampangan, hanya bertujuan untuk membunuhnya semata.

Si pengembara semakin tergelak dengan aksi bodoh mereka.

Prangg!!!

Golok salah satu bandit bertemu dengan golok yang Xiao Ren pegang, sontak senjata pria itu hancur berkeping-keping dan tebasan Xiao Ren terus melaju hingga membelah tubuh si bandit menjadi dua bagian.

Serangan golok yang lain juga mengalami hal yang sama, mereka hancur tanpa terkecuali oleh tebasan Xiao Ren.

Menyadari ada sesuatu yang janggal, para bandit segera mengambil jarak, namun dua dari mereka mengalami nasib naas ketika tebasan cepat si pengembara berhasil memotong kepala keduanya bagaikan tahu.

"Orang ini gila!"

"Mustahil mengalahkan dia!!!"

"Kabur!!!"

Para bandit langsung panik, menyaksikan bagaimana Xiao Ren membelah rekan rekan mereka beserta senjatanya begitu mudah. Maka dari itu, mereka sepakat bahwa tak ada kesempatan untuk mengalahkannya meski dengan jumlah segini.

Perkiraan mereka benar tentang kemustahilan untuk mengalahkan Xiao Ren, namun yang salah adalah anggapan bahwa mereka bisa kabur setelah berurusan dengan si pengembara. Xiao Ren tersenyum ketika menyaksikan mereka mulai berlari menjauh.

"Teknik Pedang Kuno, Ledakan Bintang"

Blasssshhhh!

Satu tebasan Xiao Ren langsung menciptakan gelombang kejut yang melibas semua bandit di sekitarnya, dalam sekejap mata tubuh bagian atas mereka terpisah dengan yang bawah.

Tak sampai di situ, bahkan bangunan besar ini ikut terkena dampak amukan si pengembara, dengan adanya bekas tebasan cukup besar di sepanjang lorong.

"Uwaaaaahhhhhh!!!"

Teriakan para bandit menjadi hal terakhir yang Xiao Ren dengar dari mereka berenam. Ia bersyukur tak ada orang lain di sekitar sini saat dirinya melepaskan jurus barusan, atau orang tak bersalah akan ikut terbelah dua.

Ketika dirinya memikirkan kengerian itu, tiba tiba Wang Li terlintas di benaknya. Ia menghela nafas berat sebelum akhirnya bergegas mencari keberadaan gadis menjengkelkan itu.

Bersambung ...

Episode 02 : Chai Hong

Xiao Ren memasuki pelelangan, ia menemukan sebuah ruangan besar dengan banyak kursi yang menghadap ke panggung. Apabila Wang Li baik baik saja, maka seharusnya gadis itu ada di sekitar sini, namun jujur bahwa tak akan ada yang 'baik baik saja' di tengah semua kekacauan ini.

Banyak sekali mayat bergelimpangan dan potongan tubuh di mana mana, para bandit itu sungguh tak main main dengan golok mereka. Semua mayat ini membuat ruangan berbau anyir menyengat, bagi orang yang tak biasa pasti akan langsung muntah atau bahkan pingsan di tempat.

"Mereka sudah gila sampai mengacau di tempat ini, pasti ada pihak berkuasa yang terpicu amarahnya" Xiao Ren yakin, siapapun yang memegang tempat ini pasti bukan lah orang biasa. Mereka pasti tak akan membiarkan kelompok Golok Merah pergi begitu saja.

Berjalan melewati mayat dan potongan tubuh di lantai, si pengembara mencari keberadaan Wang Li. Ia berharap gadis itu tak termasuk dalam korban pembantaian ini.

Mata si pengembara terhenti pada pojok ruangan, ia menemukan beberapa orang yang dirinya kenal, yakni para bawahan Wang Li yang sudah tak bernyawa. Kondisi mereka buruk, nampaknya para bandit itu membacok mereka berkali kali sampai wajahnya tak berbentuk.

Di beberapa bagian tubuh juga terdapat bacokan yang cukup jelas terlihat, seakan ada sesuatu yang besar mengenai mereka. Xiao Ren terus berjalan tanpa menoleh lagi.

Sesampainya di atas panggung, ia menjumpai area ini bersih kecuali ada seorang wanita yang tergeletak bersimbahkan darah.

"Tolong ... aku ..."

Dari wanita yang tergeletak itu terdengar suara permintaan tolong, suaranya sangat kecil seakan wanita itu sudah tak memiliki tenaga untuk berbicara. Darah yang menggenang di sekitarnya sudah menjelaskan mengapa ia begitu lemas, si pengembara segera bergegas menggapai wanita malang tersebut.

"Siapa ... di sana?" Wanita itu menanyakan identitas Xiao Ren, nampak matanya tertutup dengan ada bekas darah yang sudah mengering.

"Aku pengembara Xiao Ren, ku lihat ... mata mu ..."

"Ya, mereka ... mengenai mata ku ..." Wanita itu berucap lirih, pekerjaannya adalah menjadi pembawa acara pelelangan, dan itu semua berkat kecantikan dan kemolekan tubuhnya, namun mau secantik apapun perempuan sekalinya cacat maka berakhir sudah.

Xiao Ren sadar ini bukan saatnya untuk memikirkan itu, nyawa wanita ini lebih penting di atas yang lainnya. Ia segera merogoh botol di balik bajunya, dan hadir lah sebuah pill berwarna emas di dalam botol.

"Hanya tersisa satu lagi dan aku sudah tak memiliki uang untuk membeli yang lainnya ..." Xiao Ren bergumam, ini pill yang bisa menyembuhkan luka besar, termasuk luka luka yang dimiliki wanita ini.

Si pengembara menggelengkan kepalanya cepat, kemudian memaksakan tangannya untuk mengambil pill di dalam botol transparan tersebut. Berbekal kan rasa kemanusiaan, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa nyawa lebih berharga dari sebuah pill yang jujur saja harganya tak murah, apalagi di tengah kemiskinannya.

"Minum pill ini, luka mu akan segera sembuh" Ibu jari Xiao Ren menyentuh bibir wanita itu dan membuka mulutnya.

"Pill penyembuh ... tapi ..."

"Sudah lah, wanita tak seharusnya banyak bertanya ketika seorang pria memberinya sesuatu"

Xiao Ren memasukkan pill penyembuh ke dalam mulut wanita tersebut, sebelum akhirnya menghela nafas berat. Ia baru kehilangan satu koin perak begitu saja, yang setara dengan dua puluh lima botol sake yang dirinya inginkan selama ini.

Perlahan demi perlahan rona wajah wanita itu mulai kembali, dan ia sudah tak nampak lemas lagi. Luka di tubuhnya juga sudah pulih meski matanya tak bisa kembali seperti sedia kala.

"Terima kasih tuan Xiao Ren, saya tak akan melupakan kebaikan anda. Chai Hong suatu saat akan membalasnya." Wanita ini ternyata bernama Chai Hong, ia bertutur kata sembari tersenyum.

Xiao Ren hanya mengiyakan, baginya dibalas atau tidak pun bukan masalah, karena ia bahkan tak yakin akan bertemu Chai Hong lagi ... toh, ia adalah pengembara, Xiao Ren akan terus berpindah tempat di masa depan dan pastinya akan sulit untuk bertemu wanita ini lagi.

"Eh? Kenapa anda menggendong saya?" Chai Hong bertanya kebingungan saat ia merasakan si pengembara menggendong dirinya.

"Kau tak bisa melihat, jadi akan lebih aman untuk ikut bersama ku mencari Wang Li."

"Nona Wang Li?"

Xiao Ren sedikit terkejut mendengar bahwa Chai Hong mengenal gadis itu, tapi kemudian ia menyadari bahwa bukan hal aneh jika seorang pembawa acara pelelangan mengenal Wang Li yang merupakan langganan di sini.

Chai Hong mengatakan bahwa kelompok bandit Golok Merah mengincar salah satu barang yang akan dilelang, yakni pedang Pembelah Bumi. Senjata tersebut memang adalah barang utama, niatnya akan ditunjukan di penghujung acara sebelum akhirnya kekacauan terjadi.

"Mereka sudah mendapat pedang Pembelah Cumi itu?" Xiao Ren bertanya dengan wajah serius di tengah langkahnya menerobos lorong.

"Pembelah Bumi."

"Aku sedikit lapar jadi mungkin pendengaran ku berubah, tapi itu maksud ku."

"Ya, mereka sudah mendapatkannya dan aku juga melihat mereka menangkap nona Wang Li sekalian, harusnya sudah bergerak pergi keluar dari paviliun" Chai Hong menyaksikan bagaimana mereka menangkap Wang Li juga merebut pedang Pembelah Bumi dari pekerja, sebelum salah satu dari mereka menebas matanya.

"Kalau begitu ini akan jadi lebih mudah."

Xiao Ren melompat tinggi menembus langit langit dan mencapai lantai dua. Kayu, marmer, dan material bangunan lainnya langsung hancur berhamburan ketika menerima tendangan si pengembara.

Xiao Ren kembali terkagum oleh bangunan ini, ia tak menyangka bahwa lantai dua akan menjadi lebih mewah dari lantai satu. Di lantai ini ada banyak benda benda asing yang terpajang di lemari kaca super besar.

"Uwahh!!! Ada banyak sekali senjata dan obat-obatan di sini!" Xiao Ren sampai memutar-mutar tubuhnya untuk melihat kemewahan yang berada di sekeliling, ada senyuman nakal di wajah si pengembara. "Ambil satu ah!"

Tanpa merasa ada bersalah, ia menyabet sebuah obat yang tak ia kenal, yang penting baginya benda satu ini adalah yang terlihat paling mahal di antara obat-obatan lainnya.

"T-Tunggu, jangan bilang tuan Xiao Ren baru saja menghancurkan langit langit di lantai satu untuk naik ke lantai dua?"

"Hm? iya aku baru saja melakukannya, memangnya kenapa?"

Sontak saja Chai Hong serasa ingin menjerit, pasalnya langit langit itu terbuat dari material yang sangat mahal. Dan itu baru saja dihancurkan oleh si pelaku yang tak nampak merasa bersalah sama sekali.

Keping emas yang dibutuhkan untuk mengganti rugi tidak hanya satu dua, melainkan banyak sekali! Dirinya sendiri tak yakin bisa menutupinya dengan gaji lima tahun.

"Kenapa begitu kaget? Itu cuma langit langit kan?"

"Keping emas ... keping emas ... keping emas ..." Chai Hong tak mendengarkan lagi si pengembara, ia hanya bergumam dengan kesadaran yang melayang.

"Aku akan melompat ke lantai tiga seperti sebelumnya lagi, pegangan oke?"

"Jangaaann! Turunkan saya! Turunkan saya sekarang juga!"

Teriakan Chai Hong tak berhasil menghentikan si pengembara, pria itu melompat dan menghancurkan langit langit satu demi satu sampai menembus lantai ke enam sebagai lantai yang paling tinggi.

Brakkkkkk!!!

Xiao Ren berhasil menembus langit langit terakhir dan mencapai atap paviliun yang begitu tinggi hingga awan terasa sangat lah dekat.

"Wowww! Keren!" Kedua iris mata bersinar kagum, Xiao Ren tak bisa untuk tak terpukau oleh lintang keindahan yang terpampang di matanya.

Langit oranye kemerahan di sore hari, bangunan bangunan besar, dan di sisi lain orang orang yang begitu kecil. Ini menimbulkan perasaan senang di hatinya.

Pemandangan kota Naga bisa dilihat begitu jelas dari atas sini, bahkan si pengembara yakin dirinya bisa melihat seluruh penjuru kota dan memang itu lah tujuannya kemari.

Chai Hong yang tak bisa melihat sekalipun dapat menebak di mana ia berada berkat hembusan angin, kulit putih moleknya diterpa oleh angin sejuk yang melewati kota.

"Tuan Xiao Ren apakah kita berada di atap?" Chai Hong bertanya pada Xiao Ren yang tengah sibuk menyorot keindahan kota Naga.

"Yap, pegang erat-erat ya dan jangan sampai jatuh."

Menuruti perkataan Xiao Ren, kedua lengan Chai Hong mendekap erat tubuh si pengembara. Ada semburat tipis di pipi Chai Hong, ia menyembunyikan itu dengan membenamkan wajahnya di bahu tegap Xiao Ren.

Tak menghiraukan apa yang Chai Hong lakukan dan fikirkan, Xiao Ren sibuk mencari keberadaan kelompok Golok Merah dari atas sini. Ia yakin tempat setinggi ini akan membuatnya mudah untuk menemukan para bandit yang tengah melarikan diri itu.

"Umm ..." Xiao Ren menelusuri setiap bagian kota, dimulai dari daerah pasar yang masih merupakan area sekitar paviliun, kemudian daerah luar pasar tempat kedai yang pemiliknya bisa mengalahkan penjahat dengan satu tangan, sampai area penginapan tempat di mana si pengembara berdiam di beberapa hari lalu ... sebelum akhirnya kehabisan uang dan tidur di jalanan.

Mata Xiao Ren kemudian mencapai area gerbang kota, di sana cukup sepi pada saat ini, hanya ada segerombolan orang bertudung hitam yang tengah berjalan santai. Mereka menarik sebuah gerobak kecil yang ditarik oleh sosok besar bertudung hitam.

"Menemukan mereka?" Chai Hong bertanya setelah beberapa saat harus berdiam diri dengan canggungnya.

"Belum, aku hanya melihat orang orang biasa berlalu lalang."

"Hmm ... lalu adakah sesuatu yang menarik perhatian?"

Xiao Ren menggeleng "Ku rasa tidak. Eh, tapi ada sekelompok orang bertudung hitam yang menarik gerobak kecil, lucu juga ya?"

Pada saat mereka berbicara seperti itu, kelompok bertudung hitam sudah melewati gerbang dengan mudahnya, mereka tak memeriksa karungnya padahal sudah jelas itu mencurigakan. Hal itu membuat Xiao Ren bingung namun tak ada waktu untuk memikirkannya.

"Gerobak kecil?"

"Iya dan oh! Ada karung yang bergerak-gerak di gerobak kecil itu, apa ada ikannya?"

"Itu sudah jelas mereka! Karung yang bergerak-gerak itu pasti adalah nyonya Wang Li!!"

"Kamu jenius!"

"Anda saja yang bodoh!!!"

Dasssshhhh!!!

Dengan satu hentakan, Xiao Ren melompat dari atap paviliun dan terjun bebas menuju daerah pasar yang ada di bawah sana.

Chai Hong bisa tau kalau dirinya baru saja dibawa pada aksi gila, karena hembusan angin kencang dari bawah, ia pun hanya bisa berteriak sekencang mungkin sembari memeluk erat si pengembara.

"Beri tau lah terlebih dahulu kalau hendak melompaaaaatt!!"

"Aku lupaaa!"

Mereka berdua melesat turun dengan kecepatan tinggi dan sempat melewati beberapa burung yang tengah terbang di udara. Melaju dengan begitu kencang, jarak antara keduanya dengan tanah langsung terpangkas begitu saja.

Brakkkk!!!

Xiao Ren mendarat di depan sebuah toko kecil dan membuat beton yang ia pijaki menjadi retak, toko itu adalah milik nenek penjual gulali yang sempat memarahi dirinya, dan nampak sang nenek kaget setengah mati kala menyaksikan seseorang jatuh dari langit.

Settt!!!

Ketika sang nenek lengah karena kaget, Xiao Ren menyabet dua gulali sebelum lanjut berlari menuju gerbang kota. Ia meyakinkan dirinya sendiri, akan membayar dua gulali ini suatu hari nanti ... mungkin.

"Ambil ini." Xiao Ren menempelkan gagang gulali ke tangan Chai Hong supaya dia bisa mengambilnya dengan mudah.

Chai Hong masih mengatur nafas karena adrenaline sebelum akhirnya bertanya "Apa ini?"

"Gulali rasa apel, ku harap kamu suka manis."

Chai Hong tersenyum senang dan sedikit malu, ia mengangguk pelan. "Iya, saya suka manis ..."

Si pengembara tersenyum senang menyaksikan Chai Hong nampak menikmati gulali yang ia beli.

"Terima kasih tuan Xiao Ren, saya akan bayar nanti."

"Tak perlu dibayar, toh aku mencurinya dari nenek penjual gulali, bukan beli."

"Jangan mencuri!! Apalagi dari orang tua!!!"

Xiao Ren tertawa kencang tanpa menghentikan larinya, padahal wanita di belakang nampak marah oleh aksi tak terpujinya. Meski dibilang itu adalah benda curian, namun Chai Hong masih memakannya sembari menggerutu, mungkin karena dia penasaran atau sekedar suka manis sahaja.

Keduanya menerobos lautan orang yang berlalu-lalang di pasar kota Naga, tak jarang juga beberapa orang meneriaki mereka karena berlari di pasar yang mana itu sangat berbahaya.

Tap ... Tap ... Tap ...

Xiao Ren berlari sangat cepat, ia bahkan sudah hampir mencapai gerbang padahal baru beberapa menit semenjak dia memulai pengejaran. Gerbang sudah ada di hadapan, kedua mata si pengembara menemukan ada lima penjaga yang berdiri menghalangi.

Satu dari lima penjaga itu membawa perisai besar dan berdiri paling depan, melihat hal itu membuat Xiao Ren geleng geleng kepala.

"Orang di sana ... berhenti!"

"Saat ini akses keluar masuk kota Naga telah ditutup untuk sementara!"

"Jangan maju lebih dari itu!"

Brakkkkkkkkk!!!

"Minggir kalian semua!!" Xiao Ren berseru kencang sembari kaki kanannya menghantam perisai besar yang menghalangi. Tendangan itu seketika menghancurkan perisai besi berkeping-keping, kemudian mengirimkan si lima penjaga terbang ke udara.

Si pengembara tak memperdulikan para penjaga yang berterbangan ke udara, seraya terus melaju kencang untuk menyusul kelompok Golok Merah. Sepeninggalan Xiao Ren, para penjaga berjatuhan tak berdaya ke tanah dan pingsan di detik selanjutnya.

.

.

.

.

.

.

Tap!! Tap!! Tap!!

Sattt!!! Prangggg!!!

Kelompok bertudung begitu kaget kala mendengar suara ribut, ketika menoleh ke arah belakang, mereka menemukan Xiao Ren tengah beradu golok dengan pria besar yang sebelumnya menarik gerobak.

"Siapa kau?!"

"Apa urusan mu menghalangi kami?!"

Para orang bertudung mulai berseru satu persatu, paling banyak diserukan adalah mengenai identitas Xiao Ren. Si pengembara tersenyum dan melompat mundur untuk mengambil jarak.

"Aku adalah pengembara Xiao Ren, orang yang hampir menghancurkan kelompok kalian di masa lalu!"

Bersambung ...

Episode 03 : Xiao Ren vs Bandit Golok Merah

Berdiri di hadapan kelompok bandit Golok Merah yang menyamar menggunakan tudung hitam, Xiao Ren tersenyum percaya diri dengan tangan kanan yang mengacungkan golok, sedangkan tangan kirinya sibuk menahan tubuh Chai Hong yang sedari tadi dirinya gendong.

Tatapan nyalang dari balik tudung itu tak serta merta membuat si pengembara gentar, ia masih sama dengan gaya perbawaan santainya bahkan di situasi tegang ini. Padahal Chai Hong di tangannya tak bisa berhenti gemetar ketakutan, Xiao Ren justru cukup menikmati momen ini.

"Tuan Xiao Ren anda yakin bisa mengalahkan mereka semua?" Chai Hong bertanya dengan suara pelan, ia takut membuat orang orang itu marah.

"Tenang saja, ini akan menjadi amat mudah" Enam orang tidak bisa menyentuh dirinya, ia yakin dua belas bandit di hadapannya ini tak akan membuat perubahan begitu besar.

Sattt!!!

Menghilang dari tempatnya, Xiao Ren bergerak amat cepat dan muncul di hadapan si pria besar yang sebelumnya beradu golok dengan dirinya. Tak ada yang bisa mengikuti pergerakan si pengembara kecuali si pria besar yang langsung bereaksi menghindar.

Mendapati ada musuh yang berhasil menghindari serangan cepatnya, Xiao Ren tersenyum tipis. Jujur saja, tak banyak orang yang bisa menghindari serangan barusan, namun nampaknya ia bertemu dengan lawan yang cukup pantas.

Syuttt ...

Tebasan barusan nyatanya memang tak ditujukan untuk melukai, karena yang Xiao Ren incar adalah tudung itu. Meski si besar berhasil menghindar, namun serangan yang sama berhasil memotong tudungnya hingga terbuka lebar dan menunjukkan simbol Golok Merah.

"Yap ... sekarang aku yakin bahwa kalian adalah kelompok bandit Golok Merah." Pertarungan baru sungguhan dimulai setelah Xiao Ren berucap demikian, para bandit langsung melepas tudung dan membuang benda itu jauh jauh.

"Tapi seriusan deh, emangnya masih zaman jadi bandit sekarang? Aku sih ngerasa kalau itu agak ... jadul~" Xiao Ren menyeringai, ia paling suka bagian menghina musuh.

Suasana mendadak berubah menjadi jauh lebih menegangkan di kala golok satu persatu mulai diacungkan.

Orang orang itu menyerukan beberapa kalimat untuk mengintimidasi Xiao Ren, namun usaha mereka tak berhasil karena permainan mental recehan seperti itu tak berpengaruh padanya.

"Chai Hong, pegangan yang erat ya" Xiao Ren memperingati Chai Hong terlebih dahulu sebelum maju menerjang dua belas bandit Golok Merah.

Brakkkkk!!!

Sebagai permulaan, Xiao Ren melompat tinggi dan menginjak salah satu dari mereka hingga membuat gelombang kejut dan tanah retak. Serangan itu langsung membunuh targetnya seketika, sekaligus gelombang kejutnya mendorong mundur orang orang di sekitar.

Kaki Xiao Ren terbenam di tanah bersama tubuh remuk yang ia pijaki, sekarang si pengembara itu berada di tengah tengah musuh yang terkejut.

Melihat bagaimana satu serangan Xiao Ren menimbulkan dampak sebesar itu, tak ada satu orang waras pun yang masih berani melawannya.

"J-Jangan diam saja! Hajar dia atau boss akan membunuh kita semua!!!" Satu seruan membangunkan para bandit yang tengah dalam tekanan rasa takut dan ragu, mereka mau tak mau merangsek maju ... memasuki pertarungan bunuh diri.

Dalam hitungan detik serangan musuh berdatangan namun Xiao Ren bergerak lihai menghindari semua itu, sembari tak lupa untuk tetap menjaga agar Chai Hong tak terkena satu pun tebasan.

"Sudah saya duga, merupakan ide buruk untuk ikut kemari!!!" Chai Hong panik saat tubuhnya ikut terbanting ke sana dan kemari, ia tau saat ini dirinya berada dalam pertarungan dengan tebasan yang datang tiada hentinya.

Nyawa Chai Hong ada di tangan Xiao Ren, ia tak bisa untuk menghentikan rasa khawatir yang menyerang terus. Karena jika ada satu saja kesalahan si pengembara, kepala wanita tersebut bisa terbang kapanpun.

"Hei!! Jangan memelukku seperti itu! Aku jadi sulit bergerak!" Chai Hong memeluk Xiao Ren seakan ia tengah melakukan gerakan kuncian, akibatnya si pengembara menjadi lebih kaku untuk bergerak dari sebelumnya.

"M-Mau bagaimana lagi?!! Saya takuuuttt!!!" Chai Hong memeluk lebih erat.

Pangggg!!!

Karena kaku dan sulit bergerak, tebasan si pria besar berhasil melemparkan golok Xiao Ren hingga ia tak lagi memiliki senjata padanya. Reflek melihat musuh kehilangan senjata, salah satu bandit segera bergerak maju dan memberikan hujaman mematikan.

Pakkk!!!

Xiao Ren menampik golok itu di bagian samping yang tak tajam hingga serangan itu meleset, kemudian si pengembara melepaskan pukulan beruntun sebagai balasan.

Pakk!! Pakk!!! Brakkkk!!!

Pukulan terakhir berhasil menerbangkan si bandit hingga tak sadarkan diri. Xiao Ren tak berhenti hanya sampai di sana, dia mendatangi musuh yang tersisa.

Tapak dan tinju melayang dan menghantam para bandit tanpa ampun, mereka tak menyangka bahwa Xiao Ren masih begitu kuat dan berbahaya meski tak bersenjata.

Nyatanya, Xiao Ren menguasai seni beladiri tangan kosong untuk berjaga jaga. Seseorang harus bisa bertarung dalam kondisi apapun untuk bisa bertahan hidup, itu lah prinsip petarung sejati.

Brakkkkkkkkkk!!!

Xiao Ren menghimpit sebuah golok raksasa dengan kedua telapak tangannya, si pria besar baru saja berniat untuk membelah dua Xiao Ren dan Chai Hong sekalian. Begitu kuat serangan itu hingga kedua kaki si pengembara terbenam ke tanah sampai ke lutut, mungkin orang biasa sudah patah kaki jika berusaha menahan serangan yang sama.

"Hehe ... cukup bertenaga~" Xiao Ren terkekeh, serangan ini mengingatkannya pada lima bawahan Wang Li.

Pasti bekas tebasan besar yang diterima lima orang itu datang dari dia. Menghadapi lawan sekuat dan sebesar ini, tak heran para bawahan Wang Li bisa kalah.

"Apanya yang lucu?" Si besar bertanya.

"Tak ada yang lucu, ku lihat kalian cuma dua belas orang, ditambah enam yang sudah ku kalahkan jadi total delapan belas"

Si pria besar mengangkat alis matanya sebelah. "Lalu kenapa?"

"Hmm ... Aku tau kalian ada berdua puluh, jadi dua sisanya mesti membawa kabur pedang Pembelah Bumi ya?"

Si besar terkejut, memang benar mereka berpisah ... dua orang membawa peti berisikan pedang Pembelah Bumi, sisanya membawa gerobak berisikan Wang Li.

Nampaknya mereka mengurangi jumlah kelompok yang membawa pedang Pembelah Bumi supaya tidak mudah ketahuan.

Xiao Ren menyeringai. "Dilihat dari raut wajah mu, sepertinya aku benar ya?"

Tak mau terus ditekan tanpa bisa bergerak, Xiao Ren membanting golok raksasa itu ke samping supaya dirinya lolos. Kesempatan terlihat, dan Xiao Ren secepatnya melompat tinggi supaya bisa mencapai kepala si pria besar.

"Aku akhiri di sini ... Teknik Petapa Putih, Burung Api!!!!"

Xiao Ren melakukan salto sembari kakinya bergerak cepat untuk menghukum kepala lawannya. Tenaga dalam dikeluarkan, api pun segera berkobar di kaki Xiao Ren untuk membuat tendangannya lebih mematikan.

Bagaikan burung yang menungkik untuk mengincar mangsanya, serangan Xiao Ren terlalu mendadak dan terlalu cepat untuk dihindari. Pria besar itu tau dirinya sudah berakhir ketika melihat kobaran penuh semangat tersebut.

"Burung Phoenix ..." Ia bergumam dan menerima kekalahannya.

Bammmmm!!!

Tendangan api Xiao Ren berhasil menghantam kepala pria besar itu dan menghancurkan tengkoraknya, api yang ada di kaki Xiao Ren dihantarkan dan menelan si lawan yang jatuh ke tanah tak bernyawa.

Tap!!!

Xiao Ren mendarat kembali dengan sempurna. Suasana menjadi hening ketika para bandit Golok Merah melihat aksi si pengembara yang sangat brutal, sampai akhirnya Xiao Ren melompat-lompat kecil.

"Awww!! Awww!! Panasss!!!" Xiao Ren berteriak kepanasan sembari tangannya menepuk-nepuk celana yang terbakar. "Ini makanya aku tak mau pakai Teknik Petapa Putih!!"

"Apa yang terjadi?" Chai Hong tak bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya berkat mata yang buta. Ia hanya kebingungan ketika tubuhnya naik turun dalam tempo cepat.

"Tidak ada yang terjadi, aku masih tampan dan keren seperti biasanya, uh yeah~"

" ... "

.

.

.

.

.

.

Setelah si besar terbunuh, bandit yang tersisa langsung terbantai habis dengan mudahnya. Selain karena moral yang turun, mereka juga tak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengimbangi Xiao Ren.

Pada akhirnya pertarungan ini sama sekali tak berhasil membuat Xiao Ren menerima luka, sayangnya hal ini hanya akan membuat si pengembara lebih besar kepala dan merasa ganteng.

Mendatangi karung yang bergeliat di dalam gerobak, Xiao Ren menurunkan Chai Hong dari gendongannya.

Srakk ...

Tanpa berlama lagi, Xiao Ren membuka karung tersebut, ia sudah tau apa yang ada di dalam dan entah kenapa hidungnya terasa gatal.

"Hei ... apa kau baik baik saj-"

Duakkkkhhh!!!

Kaki mencuat muncul dari dalam karung yang si pengembara buka talinya, sontak saja itu menghantam tepat di bagian hidung Xiao Ren yang sebelumnya terasa gatal. Si pengembara yang malang terjungkal ke belakang dan berguling-guling kesakitan, untung saja Chai Hong sudah turun atau ia akan ikut terjatuh ke tanah.

"Kampret, kenapa kau tendang hidung ku?!!" Xiao Ren berseru sembari memegangi hidungnya yang sakit.

"Ku kira yang menyelamatkan ku adalah pangeran tampan, ternyata si pengembara tak tau diri ... jadi kaki ku bergerak dengan sendirinya untuk menendang wajah jelek mu."

"Bicara sekali lagi dan akan ku masuk kan kamu kembali ke dalam karung, terus ku jual seharga satu koin perunggu!"

"Kau kira aku semurah itu hah?!! Aku ini bangsawan cantik yang jika kau jual pun tak akan ada yang sanggup beli!"

Chai Hong hanya diam, ia tak bisa melihat namun ia bisa merasakan bahwa kedua orang ini sangat ... akrab?.

Wang Li mendelik ke arah Chai Hong. "Oh ... kamu kan pembawa acara pelelangan?"

"Benar nona Wang Li, saya adalah Chai Hong ... "

"Mata mu kenapa ditutup?" Berkat pill milik Xiao Ren, kedua mata Chai Hong tak lagi ada luka namun tetap tak berfungsi, sehingga Wang Li tak sadar.

"Oh ... para bandit itu menebas mata saya, namun berkat pertolongan tuan Xiao Ren, saya berhasil selamat ... hanya saya saja tetap buta."

Wang Li memasang wajah sedih, meski tak sering namun ia beberapa kali sempat mengobrol dengan Chai Hong setelah pelelangan. "Hmm ... aku ada tabib di kediaman ku, jadi ayo ikut pulang bersama ku."

Dan ditambah lagi, meski tak bisa berbuat banyak ... Chai Hong datang ke sini juga sudah jadi tanda bahwa ia peduli pada keselamatan Wang Li.

Juga sekalipun si gadis bangsawan tak menyadarinya, tapi tanpa informasi Chai Hong, Xiao Ren kemungkinan besar tak akan menemukan keberadaan Wang Li.

Chai Hong tersenyum senang "Terima kasih banyak nona Wang Li, saya akan menerima ketulusan anda dengan senang hati"

Tap ... Tap ... Tap ...

"Kalau begitu sampai nanti, senang bertemu kalian nona nona~" Xiao Ren berlalu pergi sembari melambaikan tangannya tanpa menoleh.

Ia berandai-andai, petualangan seru apalagi yang sudah menunggunya di masa depan.

Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!