mina adalah seorang anak yatim piatu kala umurnya masih sepuluh tahun.
ia tumbuh dengan kakek dan neneknya.
kakeknya seorang pejuang kemerdekaan,namun sudah meninggal lima tahun yang lalu.
sekarang mina tumbuh menjadi gadis yang cantik dan rupawan di usianya yang ke sembilan belas tahun.namun tertutup oleh kepolosannya dan kekurangan ekonominya.
kini ia tinggal dengan neneknya yang seminggu lalu sudah meninggal.
jadilah ia sebatangkara,
mina bekerja di pabrik sarung tangan,gajinya hanya enam ratus ribu sebulan.
ada tiga sif di pabrik tempatnya bekerja itu.
ia tidak tahu jika sedari almarhum kakeknya hidup dia sudah di jodohkan.
bahkan neneknya sekalipun tidak pernah membicarakannya.
jadi dia benar-benar tidak tahu masalah itu.
mina menempati rumah kontrak yang sudah hampir habis masa kontraknya.
sebelumnya almarhum neneknya mengontrak rumah itu untuk dua tahun,
mina baru dua tahun yang lalu pindah ke rumah itu,
almarhum neneknya berjualan krupuk pecel di emperan rumah kontrak itu,
sedangkan keseharian mina hanya Buruh pabrik.
tidak ada yang tahu kecantikan mina,dia tidak berdandan layaknya seorang gadis,
bukan dia tidak ingin,melainkan...kondisi yang mengharuskannya,
jangankan untuk beli bedak,untuk beli beras besok saja kadang tidak bisa,
hanya bisa untuk beli bahan-bahan yang besok di jual neneknya.
kini...neneknya sudah benar-benar tiada.
dan mina sebatang kara.
ia memiliki sebuah peninggalan dari kakeknya,
foto copy kartu keluwarga orang lain yang di laminating.
hanya itu yang ia miliki sekarang.
mina juga tidak tahu...itu foto copy kartu keluwarga siapa yang di tinggalkan kakeknya.
ia hanya menyimpannya dengan baik bersama berkas-berkas penting yang lainnya.
hari itu...ijin terakhirnya untuk tidak bekerja.
mina terlihat merenung di luar teras rumahnya,
menatap bangku dan meja tempat neneknya berada kemarin waktu masih berjualan.
ia mengenang saat-saat sedang membantu neneknya menyiapkan jualannya dengan canda guraunya.
kini ia hanya bisa mengenangnya.
tiba-tiba air matanya menggenang dan meleleh di pipi.
sesekali ia menyekanya.
ia mendongak-dongakkan wajahnya agar butiran itu kembali dan tidak menetes.
tiba-tiba...
"bruuuuakkkk....."
suara meja di lemparkan.
tepat di hadapan mina duduk.
seketika mina pun terperanjat,
ia menatap Ketakutan...ia sendirian kini...
"haruskah ada yang membuatnya lebih ketakutan dari suara meja yang di lemparkan dan menghantam barusan?"
pikir mina benar-benar takut.
"hey....hari ini adalah hari terakhirmu untuk menempati rumah ini,apa kau tahu?"
tanya orang yang menggebrak meja kini.
mina hanya terdiam...ketakutan...biasanya hal seperti ini...nenek nya lah yang menyeleseikan.
tapi kini...mau tidak mau...mina lah yang harus menghadapinya.
"hey...bicaralah...jangan hanya diam membisu saja!"
ucap orang tersebut.
"bu...bisakah sampai lusa saya tinggal disini?"
tanya mina pada orang tersebut.
"baiklah...karena aku masih memandang almarhum nenekmu...kuberi waktu kamu sampai lusa,setelah itu...pergilah,karena rumah ini sudah ada yang akan menempati dengan harga lebih tinggi,"
ucap seseorang itu lalu pergi meninggalkan tempat mina terpaku.
setelah kepergian orang tersebut.
"bruuukkk",
suara lutut mina menyentuh tanah,ia seolah tidak kuwat oleh cobaan hidupnya.
tangannya menangkup ke wajahnya,menutupi lalu mengusap-usap lelehan air mata yang sudah tidak sanggup ia bendung lagi.
beberapa saat...
"sudah mina....sudah cukup...sampai kapan kamu akan menguras air mata kamu?cukup lah...biarkan jangan pikirkan lagi...mulailah lembaran baru dengan ceria,hadapi setiap masalah dengan kepala dingin,
jangan cengeng...ayo...kamu bisa mina...kamu bisa!,"
suara hati mina.
ia mencoba menenangkan dirinya sendiri...agar ia bisa bangkit dari keterpurukan.
lalu ia pun berdiri mencoba bangkit dengan tangan meraih tiang kayu yang ada di sampingnya.
tangannya cukup kuwat untuk berpegangan.
mulailah ia merapikan...meja yang tadi terbanting.
serta kursi yang sudah reyot dan rapuh itu bekas tempat duduk almarhum neneknya kala berjualan.
setelah semua selesei...barulah ia masuk kedalam rumah,
disana sunyi...
matanya menatap seluruh isi ruangan yang ada di dalam rumah,
lagi-lagi ia terbayang bayangan neneknya berlalu lalang mengambil sesuatu yang ia butuhkan.
kemudian ia berjalan menuju kamar almarhum neneknya itu.
kamar itu cukup kecil...tidak ada pintu disana...yang ada hanya kelambu,
mina menyibakkan kelambu itu,
ia menatap kedalam...tempat tidur usang dengan kasur tipis di atasnya,
tempat biasanya nenek tidur,kadang...mina pun sering ikut tidur di samping neneknya itu saat hujan turun dan di tambah petir menggelegar.
kini ia hanya menatap meja kecil di pinggir tempat tidur neneknya,
terdapat tempat minum dan gelas disana,
mina menghampirinya lalu mengambil gelas yang tengkurap itu,lalu mengisinya dengan air di sampingnya.
mina meminum air nya seraya tak kuwasa menahan lelehan air matanya.
tangannya segera mengusap.
"baiklah mina...ada baiknya juga kamu segera cari tempat kos-kosan,agar bayangan nenek cepat menghilang dari hadapanmu",
ucap hati mina dengan kesedihannya.
tiba-tiba...
"kruyuuuk....kruyuuuk..."
suara perut mina yang mulai minta di isi.
mina bergegas ke dapur,biasanya neneknya sudah menyiapkan makanan untuknya di sana.
ia terpaku menatap meja makan yang biasa terhidang makanan...meski hanya pecel dan nasi di sana serta tempe goreng.
lagi-lagi air matanya menetes...
"mina...ini sudah tujuh hari sejak nenek pergi...kenapa kamu masih tidak hapal-hapal..."
ucap hati mina.
lalu ia pun melihat seisi dapur,ia berjalan mendekat ke tempat biasa neneknya menyimpan beras,
di bukanya wadah yang terbuat dari plastik itu.
"tinggal secangkir"
gumam mina tiba-tiba.
lalu ia bergegas mengambil jaket nya,
ia memakainya lalu keluar dengan uang seadanya,
uang gajinya sudah habis untuk keperluan pemakaman neneknya.
"tidak apa-apa lah...hari ini makan mie instan lagi...biarlah...toh sama-sama makan",
gumamnya selama perjalanan menuju warung terdekat.
sesampainya di warung...ia pun menanyakan mie instan yang biasa ia beli,
bahkan pemilik warung pun sudah hafal setiap kali mina datang.
"bi...mi instan nya satu bi..."
ucap mina pada penjual warung.
"oh ya na...tadi ada seorang ibu-ibu...lebih muda dari umurnya sih...naik mobil bagus...menanyakan keberadaan nenekmu.
mulanya ia bertanya nama seorang kakek-kakek...namun orang sini tidak ada yang kenal...tapi terus orangnya menyebut nama nenekmu...jadi kami memberi tahu nya rumahmu...karena nama nenek itu satu-satunya hanya nenekmu mina."
ucap bibi penjaga warung.
"entahlah bi...tidak ada siapa-siapa yang datang bi...jadi biarlah...aku malah takut...jangan-jangan...nenek punya hutang ke orang itu bi...mau pake apa bayar nya bi...jadi biarlah...toh lusa aku sudah harus pindah,
rumahnya sudah ada yang langsung menempati,"
ucap mina dengan nada sedihnya dan nafas berat nya.
lalu mengambil mie instannya dan membayar,
setelah itu dia pun bergegas kembali ke rumah.
mina terlihat duduk di bangku usang dengan meja kosong di hadapannya,
hanya ada mangkuk yang sudah kosong disana,
ia habis memakan mie instan yang di belinya lalu di masak tadi,
"masih lapar..."
gumam mina sambil mengelus perutnya.
"hei....kau itu bagus rata seperti ini saja...jangan minta makanan lebih.."
canda mina pada perutnya.
tak lupa tangannya masih mengelus perutnya itu.
mina menatap jam yang ada di dindingnya,
dinding yang terbuat dari anyaman bambu tua.
waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh siang.
"kenapa waktu begitu cepat sekali..."
padahal hari ini hari terakhirnya ia libur kerja,
"pasti...besok bakal capek lagi seperti biasa...baiklah mina...semangat...kamu pasti bisa!"
tiba-tiba...
"na....nana...kamu dimana?"
terdengar seseorang memanggilnya.
memang namanya " mina sina..." namun orang sekitar...memanggilnya nana.
"iya bi...aku disini...ada apa?"
sahut nana pada orang yang sedang memanggilnya itu.
lalu nana bergegas keluar menemui orang yang mencarinya itu,
"ada apa bi mencariku?"
tanya nana pada orang itu.
"na...tolong dong...antarkan air galon ini ke empat tempat...di dekat persimpangan jalan besar sana.."
kata orang tersebut.
"aku sih mau saja bi...tapi...berapa upahnya ini?"
tanya nana pada orang itu.
"lima ribu gimana na?"
kata bibi itu berupaya tawar menawar.
"masak ia bi...cuma lima ribu?aku harus mengangkat empat air galon lo bi..."
ucap nana lagi.
"baiklah...ini yang terakhir...sepuluh ribu",
kata bibi itu.
"okelah...akan aku antar kan bi..."
kata nana.
kemudian bergegas menuju motor yang terparkir di luar rumahnya,di atas motor ada empat galon yang sudah di tata di tatakan sedemikian rupa.
nana mulai menaikinya...dan melaju mengendarai motor itu menyusuri jalanan menuju rumah yang di tuju...
bibi tadi sudah memberi tau...rumah mana saja yang harus di beri air galon itu.
saat hampir berada di jalan raya...nana lupa ia memakai motor dengan membawa air galon di samping kanan kirinya.
tiba-tiba...
"bruuuaaaakkk"
motor yang di kendarai nana sebelah kanan menghantam mobil mewah di sampingnya.
sontak nana pun terjatuh,terguling dan air galon yang ia bawa...menggelinding...dan pecah,
yang satunya langsung anjlok dari motor dan pecah pula..
untungnya yang dua sudah ia serahkan pada pemiliknya tadi.
sontak nana tergopoh-gopoh bangun dari tempatnya terguling.
"aaaahhh....kakiku..."
pekik nana yang merasa kakinya sangat-sangat sakit untuk berdiri.
lalu keluarlah ibu-ibu dari mobil mewah tersebut.
ia kaget...mobil mewahnya tergores cukup panjang dan terlihat penyok di ujungnya.
nana sudah mulai panik...ia benar-benar takut...jika ibu-ibu itu marah padanya atas kesalahannya.
tiba-tiba....
"nak...kamu tidak apa-apa nak?"
tanya ibu-ibu yang sangat cantik itu.
hati nana seketika plooong mendengan suara ibu-ibu itu yang begitu halus dan sepertinya meng khawatirkannya.
"bu...maaf...maaf kan nana bu...nana ceroboh..."
ucap permintaan maaf nana.
lalu pak supir ibu itu turun untuk meminggirkan motor dan air galon yang menggelinding,
"pak...kamu urus dulu ya disini...nanti aku kabari kalau sudah beres",
kata ibu itu yang langsung mengajak nana naik ke dalam mobil di kursi penumpang bagian depan.
lalu ibu itu naik di kursi kemudi nya.
"ibu bisa naik mobil?"
tanya nana tak percaya.
"tentu...aku bisa nak..."
ucap ibu yang duduk di sampingnya itu.
"kita ke rumah sakit dulu ya nak...!"
ajak ibu-ibu itu pada nana.
"panggil aku nana saja bu...aku baik-baik saja...hanya terkilir sedikit,nanti juga sembuh...tolong antar aku pulang saja bu...aku benar-benar ingin pulang",
ucap nana.
"baiklah nak...mari aku antar kamu pulang."
kata ibu-ibu itu.
lalu mobil yang di kemudikan ibu itu pun melaju menuju alamat yang di berikan nana untuk nya.
mobil memasuki gang kecil...lalu berhenti di rumah tua yang berada di ujung jalan.
"itu nak rumah kamu?"
ucap ibu-ibu itu sambil menunjuk rumah nana.
"benar bu...itu rumah saya sampai lusa depan"
kata nana pada ibu-ibu itu.
"kenapa sampai lusa depan saja?"
tanya ibu-ibu itu penasaran.
"seminggu yang lalu...nenek saya sudah meninggal bu...dan saya harus pindah kontrakan karena sewanya sudah habis ,"
kata nana dengan senyumnya.
namun ekspresi ibu itu sangat terkejut,
"jadi nenek kamu...nenek nur sudah meninggal?"
kata ibu itu.
"kok anda tau nama nenek saya bu?"
tanya nana penasaran.
"ceritanya panjang nak...kamu masuk dulu saja,"
ucap ibu-ibu itu.
lalu ibu itu pun memapah membantu nana berjalan menuju rumahnya.
nana pun mengajak ibu itu masuk kedalam.
lalu...di susul lah oleh ibu-ibu pemilik motor yang tadi meminta bantuan nana.
"lhoooh kok kamu pulang naik mobil bagus na?motor ku kamu kemanain?"
kata ibu-ibu itu nrocos begitu saja.
"motornya tadi menyerempet mobil saya...jadi...sekarang masih di bawa supir saya ke bengkel..."
kata ibu-ibu yang membawa mobil.
"lalu gimana urusan nya ini na?"
tanya ibu-ibu pemilik motor itu pada nana..
"dua galon pecah bi...nanti habis gajian nana ganti deh bi...sekarang nana tidak punya uang bi...aku mohon...pengertiannya ya."
ucap memelas nana.
"ouh...begini saja...bu...saya ganti galon-galon ibu yang pecah itu dengan uang,nanti ibu beli yang baru saja,"
kata ibu-ibu yang membawa mobil.
"nah gitu dong...kan nggak ribet..."
ucap ibu-ibu pemilik motor.
"pokoknya...aku mau...motorku pulang sudah jadi ya na...awas kalau masih ngadat,"
ucapnya lagi setelah mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu.
lalu orang itu pun keluar.
"kenapa anda memberi uang dia banyak sekali bu?padahal...galon-galon itu tidak seberapa",
ucap nana.
"biar lah nak...yang penting dia cepat pergi...biar kamu cepat istirahat."
ucap ibu-ibu itu.
nana pun berbaring di kursi rotan yang ada di dalam rumahnya.
beberapa saat...nana melihat ibu-ibu itu menelfon seseorang untuk mengantarkan obat.
hampir setengah jam...ibu-ibu itu datang dari luar dengan seseorang yang sangat tampan,bertubuh gagah tingi dan kekar...terlihat mengecap di kemeja yang ia kenakan.
"roti sobek",
persis seperti itu.
tanpa sadar nana menatapnya lekat-lekat sampai sosok itu duduk di bangku depannya dan menarik kasar kakinya yang sakit.
"auuuhhh....sakit tau...jangan asal pegang tarik saja,"
ucap nana seketika dengan masih meringis menahan nyeri kakinya.
lalu orang yang super tampan di depannya itu melirik dengan sinisnya ke arah nana.
ibu-ibu itu hanya mencengkeram lembut pundak laki-laki tampan yang ada di depannya itu.
"ini anak saya yang nomer dua nak...kenalin...namanya arif,"
kata ibu-ibu itu.
"nama lengkapnya arif surya wibawa.
karena suami saya...namanya surya wibawa."
canda ibu-ibu itu pada nana.
namun nana hanya tersenyunm kecut,karena sungguh candaan ibu itu tidaklah lucu.
"kenapa ibu ini mengenalkan semua keluwarganya ya..."
ucap nana dalam hati karena kebingungan.
"ouh ya nak...saya masih punya satu lagi,
anak pertama...namanya rama surya wibawa",
lalu anak ibu itu kini sudah selesei membebat kaki nana yang terkilir.
"baiklah bund...sudah beres...aku kembali ke klinik dulu,"
kata laki-laki itu dengan suara yang terkesan dingin dan datar.
"satu lagi bund...kenapa juga bunda memberi tau nya tentang nama-nama keluwarga kita."
sambil berlalu meninggalkan tempat nya.
namun ibu-ibu itu hanya tersenyum menanggapi perkataan puteranya itu.
"sudah nak...jangan di masukkan ke hati...putera kedua ibu memang berwatak pendiam dan terkesan dingin pada orang yang baru dia kenal,dia baru pulang dari luwar negeri,
namun...anak ibu yang tertua...rama,dia sangat ramah dan ceria nak,"
ucap ibu itu karena melihat nana nyengir dengan perkataan arif barusan.
nana pun terpaku sejenak,
"keluarga surya wijaya?"
"sepertinya...aku pernah dengar nama itu..."
gumam nana yang tanpa sengaja di dengar oleh ibu itu.
"mungkin kamu dengar nama klinik?"
kata ibu itu.
"atau rumah sakit bersalin?"
katanya lagi...
"atau hotel mungkin?"
sahutnya lagi.
"putra ibu yang ke dua tadi,
si...arif...dia dokter spesialis kandungan di rumah sakit bersalin milik keluarga,dia pulang dari luar negeri...karena menggantikan kakaknya,
saat ini kakanya sedang sakit,"terang ibu itu lagi.
"lagi-lagi...kenapa dia bercerita padaku?"
pertannyaan nana itu muncul terus di pikirannya.
"tapi bu...aku melihat nama itu familiar bu...tapi dimana...?"
pikira nana mulai mengingat ingat.
hingga beberapa saat sudah ia mengingat.
tiba-tiba...
"oh iya bu...aku punya...foto copy kartu keluarga atas nama surya wijaya bu..."kata nana dengan mantap nya.
namun...ibu-ibu itu sepertinya sudah tahu...ia hanya membalas perkataan nana dengan senyum ramahnya.
"oh ya...benarkah nak...ibu ingin melihatnya..."
ucap ibu-ibu itu.
nana pun berusaha bangkit ia terpincang-pincang di bantu ibu itu untuk menuju lemari usang yang ada di pojok ruangan.
nana berjalan menuju lemari pakaian nya,
ia membuka pintu lemarinya lalu mengambil map warna biru disana,
lalu ia melangkah menuju tempat duduknya kembali,
nana mulai membuka map itu perlahan-lahan...
sampai...matanya terbelalak...melihat foto copyan kartu keluarga tersebut.
"ini ni bu...benar kan nana bilang...disini...ini paling atas...namanya...surya wijaya..lalu...istrinya farida..."
mata nana tak berhenti terbelalak dan mulutnya menganga...tak percaya.
"tapi disini tidak ada nama rama surya wijaya dan arif surya wijaya,"kata nana lagi.
"karena mereka belum lahir waktu itu nak,"
tiba-tiba ucap ibu-ibu itu.
yang makin membuat nana tak mengerti.
"iya nak...ibu ini namanya farida...kamu bisa panggil bunda juga seperti anak ibu tadi..."ucap ibu-ibu itu.
"maksud ibu apa?"hampir nana tidak percaya.
"dulu...almarhum kakek kami...dan kakek kamu...adalah teman seperjuangan...mereka berjanji...jika mereka selamat...dalam menjalankan misinya...mereka akan menjodohkan cucu mereka kelak..."
"bunda sudah mencari keberadaan kalian...tidak tahu nya ketemu karena kecelakaan tadi...bunda sangat senang..."
ucap bunda farida dengan wajah berbinar nya.
"bu...anda tidak salah minum obat?"
canda nana dengan masih kebingungannya.
"nak...bunda tidak pernah berbohong...kamu adalah calon menantu bunda untuk rama anak pertama bunda...kamu harus menjalankan janji kakekmu bukan?kamu tidak ingin mengecewakan kakekmu kan?"
kata ibu itu yang membuatnya tercengang.
sesaat...nana pun memikirkan...
"oh...ternyata...kakek meninggalkan ini...untukku...agar...aku menikah dengan cucu teman kakek..."
pikir nana dalam diamnya.
"tapi bu...eh bund...anda tahu sendiri bagaimana keadaan saya...saya tidak punya apa-apa...sedangkan keluarga bunda...orang yang cukup terhormat,terpandang..."
ucap nana menerangkan...
"nak...justru itu...kami sudah punya semuanya...kami juga tidak kekurangan apapun...hanya...kami butuh menantu untuk anak pertama kami...karena..."
kata bunda terputus dengan airmata menggenang...dan hampir terjatuh.
"kenapa bu?ada apa?"
tanya nana ingin tahu...kenapa ibu itu bisa menangis...
"rama...menderita sakit kangker otak stadium akhir nak...dan dia yang meminta ibu untuk segera memenuhi janji kakek nya,"kata ibu itu dengan sesenggukan.
"tapi bund...mas rama...apa dia akan sembuh?"
tanya nana penasaran.
"tidak nak...dia sudah di fonis hidup tidak lama lagi nak...tinggal menunggu hari saja,ia tahu...adiknya si arif...dengan sikap dan tempramen nya itu ia tidak akan mau melaksanakan janji kakeknya,jadi...ibu mohon...mari kita penuhi...ke inginan almarhum kakek-kakek kita nak..."
ucap ibu-ibu itu.
"tapi bund...."
kata nana masih dengan keraguannya.
"kami akan menanggung hidupmu nak...kamu tidak perlu bekerja dan bersusah payah lagi nak...kamu akan jadi mantu ibu...kamu mau ya...menikah dengan rama?"
permohonan ibu itu sambil menggenggam tangan nana erat-erat...
"baik lah bu...jika kalian tidak apa-apa dengan menantu sepertiku"ucap nana apa adanya.
"kamu ikut pulang ke rumah bunda ya nak..."
kata ibu itu lagi.
"tidak bu...saya belum menjadi menantu bunda...apa kata orang aku sudah pulang ke rumah bunda..."
sahut nana.
"toh di rumah bunda itu pasti ada setan berdarah dingin itu,aku makin tak suka dan pasti menyebalkan,"
kata anna dalam hati.
"aku akan tetap bekerja seperti semula bu...sebelum menjadi menantu ibu,"kata nana.
"baiklah nak...kamu bisa panggil bunda ya mulai sekarang...jangan ibu-ibu terus..."
ucap bunda farida.
lalu nana pun mengangguk.
"lusa katanya kamu akan pindah...gimana kalau untuk sementara...kamu tinggal di hotel wijaya saja nak...itu hotel milik keluarga kita...jadi kamu akan nyaman disana...sebelum kamu masuk kerumah menjadi menantu bunda."ucap bunda tiba-tiba,
lalu nana pun menyetujuinya.
"baiklah bund...saya mau!"ucap jawaban nana.
"ayuk...kita ke hotel sekarang...dan biarkan pakaian mu di sini saja...di hotel kami sudah mempersiapkan pakaianmu nak.."ucap bunda lagi.
lalu nana pun menurutinya.
bunda membantu memapah nana untuk masuk ke dalam mobil,disana sudah ada pak supir yang tadi mengurus motor yang nana pinjam.
"gimana pak motornya?"
tanya bunda...
"sudah beres bu...sudah di ambil yang punya,"
jawab pak supir.
"baiklah pak...nanti urus semua barang-barang calon menantuku ini di rumah lamanya ya pak..."
kata bunda lagi.
"baik nyonya..."
sahut pak supir.
"nak...nanti malam...biar rama datang ke hotel untuk mengajakmu makan."kata bunda sambil mengajak nana maduk ke dalam mobil.
"baik bunda..."kata nana dengan senang.
lalu mobil pun masih melaju menuju ke hotel wijaya yang akan nana tinggali.
setengah jam sudah berlalu...hingga mobil memasuki kawasan hotel megah dengan taman dan parkiran luas sejauh mata memandang.
lalu mobil berhenti tepat di pintu masuk hotel,
bunda memapah nana untuk masuk kedalam hotel.
nana masih terpincang-pincang untuk masuk kedalam.
lalu saat mereka masuk...semua staf hotel sudah berkumpul,bak orang besar...nana dan bunda berjalan di sambut kanan kiri staf menunduk...menghormati keduanya yang lewat.
setelah itu nana dan bunda masuk ke dalam lift,
di dalam lift...sudah ada seorang wanita yang membantu memencetkan tombol lift yang akan keduanya tuju.
setelah lift terbuka...keduanya pun keluar...bunda dengan sigapnya...masih membantu memapah.
"bund...katanya mas rama dia sakit...kenapa...nanti dia mau datang kesini?bukan kah lebih baik aku saja bund yang menemui mas rama,"kata nana tiba-tiba.
"itu kemauan rama nak..."
kata bunda dan mengajak masuk nana ke dalam kamar ya.
"dia juga yang menyiapkan baju semua yang akan kamu pakai disini...meski dia tidak tahu...ukuran tubuhmu...tapi dia cukup semangat dan antusias menyambutmu sebagai calon istrinya."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!