"Aku ingin mengenalnya lebih dekat. Dia pemilik baru JH Corporation bukan? Rafanda Airen?"
"Iya, laba perusahaan naik di poin yang cukup tinggi, setelah kepemimpinannya."
"Tinggi, tampan, status sosial yang tinggi. Bagaimana cara mendekatinya ya?"
"Pura-pura tumpahkan wine..."
Kasak-kusuk rencana beberapa orang wanita untuk mendekati pangeran kalangan atas, Rafanda Airen.
"Dia hanya sampah! Kalian akan tau setelah mengenalnya." Batin seseorang wanita, yang melewati mereka. Memegang kalkulatornya erat. Wanita yang selalu ada di samping Rafanda Airen.
Pengusaha kaya rupawan, bertemu seorang wanita cantik di pesta pergaulan kelas atas. Ini sudah biasa bukan?
Terkadang rencana mereka dapat berhasil, berkenalan dengan seseorang yang mungkin setara atau memiliki status lebih tinggi dari mereka.
"Agh!" Dan benar saja, wanita itu menumpahkan red wine pada jas yang dikenakan sang pemuda. Mengusap-usap dada bidang yang tertutup pakaian, berusaha untuk membersihkannya.
Berdebar? Itulah perasaannya. Apa pemuda dengan nama lengkap Rafanda Airen ini juga merasakan perasaan yang sama. Mata jernih saling menatap. Antar Rosie, cucu seorang konglomerat ternama dengan Rafanda Airen.
Ini adalah kisah cinta yang indah dan sederhana.
Tapi, suara kalkulator kecil ditekan terdengar."Harga setelan jas lengkap 83.453.450, kemudian harga tiket pulang pergi ke Singapura 5.230.000, kerugian waktu untuk membeli jas 234.545.000. Maaf nona, saya tidak menghitung biaya air dan sabun tuan muda untuk membersihkan diri, sebagai bagian kebaikan dari tuan Rafa. Jadi total yang nona harus berikan untuk ganti rugi sebesar 323.318.450 rupiah." Ucap Aiyue wanita bergaun hitam yang berada di samping Rafanda Airen.
"Ke... kenapa? Aku tidak sengaja. Perkenalkan namaku Rosie," ucapnya tersenyum mengulurkan tangannya hendak berkenalan dengan Rafanda Airen. Tidak menanggapi kata-kata aneh dari Aiyue.
"324.000.450. rupiah. Ditambah dengan biaya transportasi kami ke bandara untuk membeli pakaian ini. Ini nomor rekeningku. Jika sampai pagi besok belum ada ganti rugi juga. Aku akan menuntutmu." Kalimat penuh senyuman dan penekanan membuat Rosie mundur selangkah.
"Hah?" Dirinya ketakutan sekaligus heran dengan situasi yang terjadi saat ini.
"Heran? Bingung? Pangeran yang menaiki helikopter dalam khayalanmu hanyalah pria setan yang lebih buruk dari pengemis? Tapi ini masih normal untukku..." Batin Aiyue dengan senyuman manis masih terlihat di bibirnya.
*
Seseorang yang sulit dihadapi, itulah Rafanda Airen. Pria tampan, dengan jumlah kekayaan tinggi, tapi pelit setengah mati, definisi tidak ada manusia yang sempurna. Itulah dirinya, makhluk jenius dalam mengendus bau uang. Apa dia memiliki hubungan kerabat dekat tuan Crab? Tentu saja tidak.
Aiyue sendiri nama yang diberikan oleh Rafanda Airen, ketika dirinya baru dilahirkan ke dunia ini. Benar! Seluruh hidup Aiyue hanya untuk setan ini.
Karena itu.
"Nona, mohon transfer uangnya secepat mungkin. Karena melebihi tiga hari kami akan menghitungnya sebagai inflasi, hingga nilainya akan bertambah." Ucap Aiyue penuh senyuman.
Wanita yang terlihat panik kala semua orang berbisik membicarakannya itu hendak mengangkat tangannya. Menampar wanita di hadapannya.
Namun, sebelum mengenai pipi Aiyue. Rafanda Airen, mencengkeram pergelangan tangannya."Nona, jangan melewati batas, atau anda dapat mati." Senyuman ganjil bagaikan iblis.
Wanita yang gemetar ketakutan. Mengambil I-phone dari tas kecilnya. Tangannya berusaha stabil mengetikan nomor rekening yang diberikan Aiyue.
"Su... sudah." Ucapnya gelagapan.
"Kalau begitu anda dapat segera pergi." Aiyue menunduk memberi hormat. Menatap wanita yang menahan malunya itu melangkah cepat.
"Sudah aku bilang! Jangan main-main dengan majikanku jika tidak ingin saldo rekeningmu terkuras." Kalimat yang tersimpan dalam hati Aiyue.
Meraih segelas minuman, menikmatinya sekali teguk. Matanya melirik ke arah bosnya yang kembali berbicara dengan beberapa orang.
Stok tissue! Bukan untuk perbuatan mesum yang diperbuat dalam mobil bergoyang. Tapi stok tissue selalu ada di tasnya untuk melakukan ini.
Satu persatu cake yang ada di pesta dimasukkan ke dalam tasnya. Satu? Tidak banyak, memilih cake dengan rasa strawberry dan coklat. Ini bagaikan kewajiban baginya.
Sedangkan majikannya terlihat tidak melarangnya. Malah tersenyum, bagaikan yang dilakukannya adalah tindakan benar.
Malu? Tidak ada kalimat malu yang tertulis dalam dirinya. Itulah ajaran maha gurunya, sekaligus bos yang memberinya nama semenjak dirinya dilahirkan.
Baru setelah isi tasnya penuh dirinya kembali ke sisi bosnya. Membawa catatan kecil, tentang apa saja yang didiskusikan Rafa dengan beberapa orang di perjamuan bisnis yang mereka hadiri kali ini.
Cantik, pintar, tidak tahu malu, itulah karakternya tercetak. Hingga suara tepuk tangan terdengar dirinya menatap ke arah panggung.
Ini adalah pesta resepsi pernikahan bisnis. Menghela napas kasar membayangkan suatu hari nanti dirinya juga akan menikah. Seperti sepasang mempelai di panggung.
"Kamu ingin menikah?" Tanya Rafa padanya.
"Iya! Tuan muda dan saya akan menikah suatu hari nanti." Jawab Aiyue tidak henti-hentinya menatap ke arah panggung. Dengan sepasang pengantin yang terlihat begitu bersinar.
"Aku tidak akan menikah denganmu. Aku akan menikah dengan putri pemilik perusahaan yang memiliki status sosial setara dengan JH Corporation." Pemuda berusia 30 tahun itu tersenyum, menikmati wine yang diraihnya.
"Aku tau, maksudnya aku akan menikah dengan orang lain suatu hari nanti. Begitu juga dengan kamu. Mungkin aku akan menikah dengan pemilik toko, apoteker, jika beruntung aku ingin menikah dengan dokter." Ucapan dari gadis berusia 23 tahun, menbuat senyuman di wajah Rafa memudar.
Hanya memutar sesaat."Begitu?" tanyanya kembali meminum wine dalam gelasnya. Pernahkah kalian merasakan sensasi bagaikan jantung diremas kuat? Itulah yang dirasakan olehnya."Yah... meskipun seleramu begitu rendahan aku tetap memujimu yang begitu berani menikah."
"Hah?" Aiyue tidak mengerti.
"Begini, tiga hari setelah melahirkan ibumu meninggal. Kakakmu si br*ngsek itu meninggalkan hutang yang sudah aku lunasi. Ingat, namamu diberikan oleh siapa? Aku yang memberikan namamu. Bahkan kamu tidak akan pernah menikah tanpa seijin ku." Kalimat demi kalimat menbuat Aiyue ketakutan. Selama ini hidupnya memang diatur oleh pemuda ini. Mengikutinya dengan patuh. Takut? Dirinya hampir menangis, namun segalanya ditahan olehnya.
"Benar! Tuan adalah pusat hidupku. Aku tidak akan menikah tanpa ijin dari tuan." Jawaban darinya, berusaha untuk tersenyum. Benar-benar seperti boneka yang telah menghabiskan masa hidupnya dengan iblis ini.
"Bagus! Aiyue-ku," ucapnya.
Rasa takut dan segala bercampur menjadi satu 7 tahun. Itulah selisih usia mereka. Dirinya terlahir dari pelayan dan supir, ayahnya meninggal ketika ibunya mengandung. Sedangkan ibunya meninggal setelah melahirkannya. Menyisakan dirinya dan kakak laki-lakinya, yang tengah merantau ke luar pulau beberapa tahun ini.
Rafanda Airen, anak yang melarang membawa dirinya dan kakaknya ke panti asuhan. Namun, 23 tahun yang dilaluinya, segalanya benar-benar diatur. Bahkan dirinya tidak memiliki teman sama sekali.
Terkadang dirinya berfikir, lebih baik dititipkan pada panti asuhan saja. Yang mungkin akan membuatnya lepas dari rantai memuakkan ini.
"Apa kamu akan menikah? Siapa calon nyonya mudaku nanti?" tanyanya masih menampakan senyuman palsu yang paling lebar.
"Masih aku pertimbangkan antara beberapa kandidat. Setelah pesta ini berakhir, aku akan tunjukkan profilnya padamu. Kita bisa berdiskusi tentang calon istriku, sambil memakan cake yang kamu bawa dari pesta ini, dan wine yang aku dapatkan dari pelayan." Ucap Rafa tersenyum, menunjukkan botol wine tersegel yang dibawanya.
"Bos setan!" batin Aiyue, masih benar-benar berusaha tersenyum.
...Rantai yang mengekang mu, kurungan indah yang aku buat....
...Semuanya terbuka, kamu tidak ada disini lagi....
..."Aku tidak mencintaimu," itulah yang egoku katakan, kala melihatmu terbang terlepas....
...Bodoh bukan......
...Tidak ada waktu untuk segalanya. Ribuan pisau menikam aliran darah. Bahkan hingga ke tulang. Rasa sakit ini tidak juga meruntuhkan egoku....
...Kala hujan turun, menatap jejakmu yang menghilang. Maka, aku menyerah......
..."Aku mencintaimu..."...
Rafanda Airen.
Mobil kembali melaju, seperti biasanya, toko grosir eceran adalah tujuan mereka. Jangan fikir mobil yang mereka kendarai adalah mobil sport. Hanya mobil biasa dengan budget bensin yang tidak boros.
Membeli semua keperluan di toko grosir yang akan tutup ini. Hingga mobil kembali melaju, ke tempat kedua orang ini tinggal.
Rafanda Airen, kakeknya memiliki perusahaan di Jepang perusahaan yang nantinya akan diwariskan pada adiknya. Sedangkan ayahnya pemilik JH Corporation, perusahaan yang kini mulai diambil alih olehnya. Setelah sang ayah lebih memilih menetap di Singapura, meraih pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian menjadi pengajar sekaligus pemilik sebuah universitas ternama.
Ibunya sendiri memiliki beberapa usaha waralaba. Tinggal dengan sang ayah di Singapura.
Masalah aset, pria berusia 30 tahun itu memilih cukup banyak aset. Namun, seperti kata pepatah hemat pangkal kaya, itulah moto hidupnya.
Mobil yang pada akhirnya berhenti di area parkir apartemen. Aiyue membukakan pintu untuknya, sembari membawa apa saja yang baru mereka beli.
Tidak membantu pekerjaan sekretaris, asisten, pelayan. Tidak! Semua julukan itu tidak benar, Aiyue lebih terlihat seperti...
"Kacung! Aku memang kacungmu! Dasar bos gila!" Batinnya berusaha mengangkat belanjaan, serta tas yang dipakainya.
"Apa berat?" tanya Rafa, sembari menatap smartphone-nya.
"Lumayan." Itulah jawaban Aiyue, berharap mendapatkan pertolongan.
"Kalau begitu, semangat lah!" Senyuman menyungging di wajah pria yang sedikit memiliki darah Australia, China, walaupun darah Indonesianya terlihat lebih kental. Namun benar-benar tampan bagaikan pahatan malaikat.
"Aku tidak akan sekuat Saitama, seberapa banyak pun kamu tersenyum." Itulah isi otaknya, berusaha keras tersenyum bagaikan boneka keramik.
"Terimakasih dukungannya tuan." Ucapnya bagaikan menghargai.
Berjalan menelusuri lorong, setelah keluar dari dalam lift. Kode akses apartemen ditekan Rafa. Rumah miliknya tengah disewakan untuk pembuatan film, sedangkan apartemen-apartemen elite yang merupakan asetnya juga disewakan. Mereka tinggal di apartemen kelas menengah.
Aiyue meletakkan belanjaan mereka di atas meja, menyusunnya ke dalam rak khusus. Mereka hanya tinggal berdua di tempat ini. Mengerjakan segalanya sendiri, matanya melirik ke arah Rafa yang segera memasuki kamar guna membersihkan dirinya.
Cekatan? Begitulah dirinya dididik. Memakai apron dan pisau setelah mencuci tangannya. Segera mencuci dan memotong sayuran yang ada dalam lemari pendingin. Wanita cantik yang serba bisa, itulah dirinya dididik untuk mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai majikannya.
"Kurang garam..." gumamnya tengah membuat tempe dengan barbeque sauce, serta sayur sup. Tidak ada yang istimewa, setelahnya meletakkan cake yang diambilnya dari pesta ke dalam piring.
Bau nasi hangat yang matang, hidangan selesai tepat saat Rafa keluar dari kamarnya. Pemuda itu tersenyum antusias duduk di samping Aiyue, menunjukkan beberapa profil kandidat yang akan menjadi calon istrinya nanti.
"Cantik, pintar, dan yang terpenting dari kalangan atas." Ucap Rafa antusias.
Aiyue mengangguk, menatap wanita-wanita yang mungkin akan menjadi majikannya. Membayangkan dirinya harus tinggal di tempat ini dengan dua orang keparat. Rasa sakit di dadanya kala dirinya yang tidak diperbolehkan memiliki pasangan melihat dua orang itu bercumbu setiap hari.
"Menurutku, ini tiga besar kandidat terbaik." Aiyue menyeleksinya dengan cepat, melihat dari aset, wajah dan kekuasaan.
"Pintar!" Rafa tersenyum, senyuman ya benar-benar manis. Mengacak-acak rambut Aiyue.
Aiyue baginya? Mungkin merupakan bagian tidak berarti di hidupnya. Namun, melekat, dirinya yang mendidik anak ini untuk menjadi sempurna mendampinginya. Bagaikan boneka yang diukir diwarnai bahkan didesain olehnya.
Wanita itu hanya terdiam bagaikan boneka tanpa hati. Tidak menolak atau berkata apapun, memakan nasi dan lauk di hadapannya.
"Omong-ngomong kenapa kamu tiba-tiba ingin menikah?" tanya Rafa.
"Tidak, bukan apa-apa. Menikah bukan kebutuhan berarti, jika kamu tidak menyukainya. Aku tidak akan pernah menikah." Jawab Aiyue, tersenyum pada sang pemuda.
"Baguslah kamu mengerti, hidupmu dan kakakmu dari lahir ditanggung oleh keluarga kami. Aku juga melunasi hutang yang ditinggalkan kakakmu. Seharusnya kamu berterimakasih padaku." Ucapnya dengan mulut penuh.
"Seharusnya titipkan aku di panti asuhan saja. Tidak boleh memiliki teman, tidak boleh memiliki kekasih. Semua hidupku hanya tentangmu. Jika aku tinggal di panti asuhan, mungkin aku akan dapat memiliki setidaknya satu teman..." Kalimat yang tersimpan dalam hatinya.
"Bagaimana jika aku berhenti, dan mencari pekerjaan lain?" tanya wanita itu, membuat gerakan tangan pemuda yang tengah menikmati makanannya itu terhenti.
Senyuman menyungging di wajah Rafa, bibirnya bergetar terlihat ketakutan."Tidak boleh, jika kamu berhenti maka namamu akan diblacklist dari semua perusahaan. Rekeningmu akan aku bekukan. Kamu tau artinya meninggalkanku? Bahkan untuk makan nasi hangat saja akan sulit bagimu."
"Aku mengerti!" Bagaikan boneka, Aiyue kembali tersenyum, mengambil lauk untuk Rafa."Kamu harus makan yang banyak, setelah ini kita harus bekerja."
Rafa mengangguk menatap ke arah wanita yang 7 tahun lebih muda darinya. Aiyue, nama yang diberikan olehnya, total jutaan dollar yang ada di rekening gadis ini. Itu tidak akan mungkin ditinggalkan oleh Aiyue bukan?
Dirinya menyayangi dan menghargai Aiyue. Tidak akan ada majikan seperti dirinya.
Tapi apa yang ada di fikiran gadis itu kala menatap ke arah nasi hangat? Masa yang dilaluinya dengan Rafa. Mengingat bagaimana Rafa bertengkar dengan anak seorang gubernur karena mengganggu dirinya.
Dirinya hanya membalas sapaan pemuda itu, hanya berkenalan. Pemuda yang menawarkan pekerjaan sebagai staf administrasi padanya. Berakhir dihajar hingga harus rawat inap selama seminggu.
Karena itu, dirinya tidak pernah menyapa, tidak pernah mau berkenalan dengan orang baru. Semua hidupnya hanya berpusat pada Rafanda Airen dan keinginannya. Apapun itu, menyendok nasi hangat ke dalam mulutnya.
Pernahkah kalian membayangkan boneka kayu yang mulai melihat dunia? Boneka kayu yang mulai memiliki hati, ingin bermain dengan anak-anak lainnnya. Ingin menatap indahnya dunia, yang terpenting ingin jatuh cinta dan memiliki keluarga.
Tapi itu bukanlah hidupnya. Bahkan jika Rafa telah menikah dan memiliki keluarga dirinya hanya akan tetap tersenyum bagaikan boneka tanpa hati di sampingnya.
"Setelan jasnya nanti akan aku cuci. Noda red wine hanya dapat dibersihkan dengan white wine. Kamu sudah mendapatkannya dari pelayan?" Tanya Aiyue padanya.
"Sudah! Itu hadiah dari ibu jadi cuci yang bersih. Setengah uangnya sudah aku transfer ke rekeningmu, ingat! Pakai yang hemat." Jawab Rafa, meletakkan sayuran ke piring Aiyue.
"Em..." Aiyue mengangguk.
Tidak menyadari sebuah pesan masuk ke smartphone-nya dengan nama pengirim kakak.
'Aiyue, maaf baru menghubungimu. Aku bekerja di perusahaan pertambangan selama ini. Aku sudah memiliki rumah pribadi. Bagaimana jika kita tinggal bersama?'
"Aku akan bebas dari si br*ngsek!" Teriaknya ingin rasanya mengatakan merdeka. Dirinya kini berada dalam kamar, telah membaca pesan dari kakaknya.
Kakak laki-laki yang membuat masalah enam tahun lalu. Melarikan diri setelah meninggalkan hutang, walaupun pada akhirnya kakaknya berjanji kembali.
Menghela napas kasar. Hanya satu yang ada di fikirannya. Apa setan itu akan mengijinkannya pergi?
Dirinya ingin hidup normal, memiliki teman, mempunyai karier yang bagus. Tapi tidak mungkin kan? Masa depannya sudah ditentukan. Dirinya akan menua, menjadi pelayan, sekretaris, sekaligus asisten Rafa. Semua yang mendekat hendak membawanya pergi, akan dihancurkan olehnya.
*
Memulai aktivitas pagi, seperti biasanya. Pemuda itu berolahraga dengan menaiki sepeda sedangkan Aiyue dibonceng olehnya. Meletakkan koran ke rumah yang ditentukan. Olahraga gratis, tanpa alat atau menggunakan listrik.
Pemuda itu tersenyum, dirinya berasal dari keluarga konglomerat, kenapa dapat sekikir ini? Entahlah. Jujur saja, dalam rekeningnya jumlah uang telah menumpuk.
Membawa air dari rumah, hingga ada kalanya Rafa meletakkan koran di depan sebuah rumah. Sebuah mobil berhenti di depan Aiyue yang tengah menunggu.
"Dek, boleh kenalan nggak?" tanya seorang pemuda dari dalam mobil.
"Tidak!" Jawaban Aiyue tanpa ekspresi.
"Kamu mau mati di tangan orang gila?" Batin Aiyue melirik ke arah Rafa yang mendekat.
"Pacarmu naik sepeda, aku naik mobil. Cuma modal tampang saja, apa kelebihannya? Begini, hanya kenalan saja, jangan pelit. Kalau cocok jalan, kalau tidak ya... sudah..." Pemuda itu bahkan mulai mengedipkan sebelah matanya.
"Kak, aku hanya memberi tahumu sekali. Orang yang sedang berjalan ke sini (Rafa) pemegang sabuk hitam taekwondo, memiliki lisensi penggunaan senjata api. Pria terakhir yang mendekatiku menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama seminggu." Ucap Aiyue dengan suara kecil.
Pemuda yang mengernyitkan keningnya, menatap ke arah Rafa. Pemuda yang tersenyum secerah mentari."Aiyue dia siapa?" tanyanya.
"Orang tanya alamat." Jawaban dari gadis berusia 23 tahun itu.
Rafa menghela napas kasar."Lain kali gunakan Google map, tidak peduli kamu tersasar ke jurang sekalipun."
Kalimat penuh penekanan, bagaikan tersenyum keji hendak menyingkirkannya.
"A...aku kehabisan kuota. Ta...tapi tidak apa-apa. Aku tanya orang lain saja." Pemuda yang gelagapan. Menginjak pedal gasnya segera kabur dari dua orang aneh yang baru ditemuinya. Gadis cantik yang selalu tersenyum, dan pria yang rupawan bagaikan akan menelannya hidup-hidup.
"Sudah habis! Ayo kita pulang!" Ucap Rafa, kembali mengendarai sepedanya.
Hari yang indah baginya. Strategi bisnis yang berhasil, dan Aiyue yang selalu tersenyum.
Tidak menyadari senyuman bagaikan boneka porselin itu pudar. Menatap ke arah rumah-rumah yang mereka lewati. Ada banyak keluarga disana, bahkan pasangan muda.
Bagaimana akhir hidupnya nanti? Sudah ditentukan. Tinggal di panti jompo dengan jumlah rekening puluhan juta dollar. Mungkin kala dirinya sudah tua, Rafa baru akan melepaskannya.
Saat itulah dirinya akan bertemu seorang kakek tua di panti jompo. Baru dapat menikah ketika telah menjadi nenek-nenek.
Menjalani kehidupan yang demikian, apa ini yang dicarinya? Tentu tidak. Dirinya ingin memiliki satu saja teman bicara.
"Aku bahagia!" teriak Rafa, melajukan sepedanya semakin kencang.
"Aku tidak..." Batin Aiyue tersenyum kala Rafa menoleh padanya.
"Aiyue! Ayo katakan kamu bahagia!" Teriak Rafa lagi.
"Aku bahagia!" Teriak Aiyue menurut.
"Kebahagiaan yang mana?" Itulah yang ada dalam benaknya.
Sedangkan Rafa hanya tertawa, mengira ini adalah kehidupan yang indah. Kehidupan yang benar-benar diinginkan dirinya dan Aiyue yang dididik dari kecil olehnya.
*
Seperti biasanya, Aiyue sudah selesai membersikan dirinya terlebih dahulu. Memakai pakaian hendak menjadi sekretaris majikannya. Benar! Profesi rangkap. Hampir 24 jam hidupnya dihabiskan bersama Rafanda Airen.
Pemuda yang keluar hanya dengan sehelai handuk yang melilit di pinggangnya. Aiyue menghela napas kala menatap pemuda itu memilih boxer yang akan dipakainya dengan seksama.
"Bos gila!" Batinnya, yang sering melihat drama keren dimana seorang bos tampan dan kaya begitu cool. Bahkan tinggal di kediaman pribadi, membawa pacarnya ke villa, memanjakannya.
Tapi curut ini tidak berprilaku demikian. Tidak memiliki kekasih karena tidak ingin keluar uang sama sekali. Jika menikah pun segalanya harus diperhitungkan olehnya untung dan ruginya. Setidaknya status sosial dan kekayaan calon istrinya nanti setara dengan dirinya.
Dan sekarang pertunjukan dimulai. Handuk itu terlepas, lebih tepatnya dilepaskan di hadapan Aiyue.
"Bos! Aku ini anak perawan, tidak baik melihat 'itu' secara langsung." Batinnya dengan ekspresi wajah datar. Ini sudah biasa baginya. Rafa mengenakan boxer di hadapannya. Tentu saja ini benar-benar sudah biasa, mengingat pengalaman ini terjadi berulang-ulang sedari dirinya kecil.
Kalian fikir akan ada teriakan wanita seperti drama romance komedi? Tidak, Aiyue maju memakaikan kemeja pada sang pemuda berusia 30 tahun. Mengancingkan kemeja satu persatu.
Kala itulah hal yang tidak biasa terjadi. Pemuda itu melirik ke arah kancing kemeja sang gadis, menggigit bagian bawah bibirnya sendiri.
"Aku lakukan sendiri! Kamu keluar dan membuat sarapan saja." Perintah mutlak sang majikan. Tentu saja Aiyue tetap tersenyum, melangkah pergi, menuju area dapur.
Kala pintu tertutup maka semuanya terjadi.
"Rafanda Airen! Kamu binatang! Apa yang kamu fikirkan tentang Aiyue kecil yang kamu besarkan! Kenapa juga kamu berdiri tegak tapi bukan keadilan!" Racauannya kebingungan.
Tidak! Dirinya harus menjaga gengsi."Aiyue tidak melihat saat aku berdiri kan mengingat diri aku sudah memakai boxer saat penjahat kecil itu memasang kancing?"
Menghela napas kasar, pria dewasa berusia 30 tahun itu harus menetralkan dirinya. Karena ini dirinya ingin segera menikah, belakangan ini segalanya sering terjadi.
Imajinasi liarnya, tentang menjamah Aiyue. Aiyue baginya? Tentu saja bagaikan peliharaan mahal yang dibesarkan olehnya. Peliharaan yang hanya bahagia ketika dengannya, peliharaan yang hanya mengikuti keinginannya.
Karena itu dirinya harus segera menikah. Menemukan wanita dengan status dan kepentingan yang sesuai dengannya. Maka segala hal aneh yang terjadi saat ini akan berakhir. Dirinya tidak akan menerkam peliharaannya sendiri. Aiyue akan tetap bersama dengannya sebagai pendampingnya. Entah disebut apa, sekretaris, asisten, atau pelayan sekalipun. Aiyue akan melengkapinya.
"Aku harus ke kamar mandi lagi..." Gumam Rafa mengacak-acak rambutnya sendiri.
*
Wanita itu makan seperti biasanya. Menikmati roti bakar dan segelas susu seperti biasanya juga.
Rafa yang tengah membaca beberapa e-mail pada tab-nya mengernyitkan keningnya.
"Bagaimana jika Aiyue menikah?" Batinnya masih terfikirkan ucapan gadis ini saat perjamuan.
Membayangkan gadis yang dipilih dan dibesarkannya hidup bahagia, berjalan di altar sembari tersenyum dengan seorang pria tengil. Wajah Rafa terlihat suram pagi ini.
"Apa yang membuatmu tidak nyaman?" tanya Aiyue tersenyum.
"Berjanjilah tidak akan pernah menikah."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!