Novel ini hiatus dan belum pasti jadwal posting lanjutannya. Bagi yang keberatan skip saja
SELAMAT MEMBACA 👇👇👇👇👇👇
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Di tengah gerimis yang membasahi kota terdengar langkah kaki yang kuat dari highheels setinggi 3 cm yang berjalan di trotoar. Pemilik langkah itu adalah wanita berbadan langsing dengan kaki jenjang yang ditutupi rok kerja formal selutut. Tangan kanannya memeluk banyak dokumen, sebelah tangannya mengapit handphone di telinganya. Terlihat seperti wanita kantoran yang sibuk.
"Selamaaat.... Besok kamu dapat penghargaan sebagai best employee of the year. Ikut bangga!" Suara dari balik telpon.
Nadia, gadis yang sedang berjalan itu tersenyum. "Ya. Tak sia-sia pengorbananku selama ini."
"Ya. Waktumu kau habiskan di perusahaan 24 jam! Kau bahkan tidak punya waktu untuk berkencan!"
"Haha... Aku tak ingin berkencan dengan pria. Aku akan berkencan dan menikahi pekerjaanku!" Balas Nadia.
Mereka berdua tertawa.
Di umur kepala tiganya ini, Perjuangan Nadia bekerja keras selama bertahun-tahun bisa membuahkan hasil. Ia memiliki jabatan yang bagus di perusahaannya, apartemen minimalis, juga tabungan dengan nominal yang lumayan. Ia sudah cukup puas dengan pencapaian hidupnya.
Gerimis turun semakin deras. Rintik basahnya mulai membasahi pakaian dan rambut Nadia. Gadis itu mengeratkan dokumen di pelukannya dan mulai berjalan cepat. Tak memperhatikan bahwa di depannya terdapat benda licin berwarna kuning.
Sepatu Nadia menginjak benda itu. Kakinya terpeleset dan badannya limbung. Nadia jatuh terlentang dan kepalanya membentur aspal. Dokumen berhamburan dan handphone di tangannya terlempar tinggi lalu menukik menghantam kepalanya.
CTAKKKK
Handphone itu tak rusak tapi cairan hangat merembas keluar dari kepalanya.
"Apa yang..." Nadia bergumam bingung. Tapi kesadarannya memudar.
Kegelapan melanda...
...****************...
"AARGHHH...."
Nadia membelalakan mata dan refleks memegangi kepalanya. Mencari-cari luka di keningnya.
"Ada apa?!"
"Kenapa tiba-tiba berteriak?"
"Apa yang terjadi?"
Nadia mengedarkan pandangannya dengan bingung. Ia dikelilingi lima orang tak dikenal di ruangan yang penuh warna-warni. Mereka semua menatap Nadia dengan heran.
Tunggu. bukankah dia sedang berjalan di trotoar? Lalu dimana ini? Kenapa ia ada di sini? Sepertinya ini ruang karaoke?
"Ini dimana?" tanya Nadia bingung.
"Apakah kamu mabuk? Atau bermimpi? Tentu saja kita di ruang karaoke untuk memberi pelajaran pada gadis terkutuk Silvi!" Jawab Andin di sampingnya.
"Silvi?" gumam Nadia. Apa-apaan ini? Ia sedikit mencubit pahanya mengira ia bermimpi. Tapi rasa menyengat membuat Nadia tersadar bahwa ini bukanlah mimpi. Apa yang terjadi?
Kelima wanita itu heran sejenak, lalu menunjuk pada sesosok berantakan yang meringkuk di pojokan. Nyaris tak terlihat.
"Apa yang terjadi?"
"Tentu saja untuk membalas dendam pada gadis itu. Berani-beraninya ia menggoda Kevin tunanganmu. Beralasan karena tugas kampus gadis jelek ini lancang mengajak bertemu tunanganmu!" wanita berpakaian merah tampak geram. Ia menendang wanita di lantai. Sosok di lantai merintih.
"Hentikan!" Nadia berteriak. Ia tak tau apa yang terjadi. Mengapa mimpi ini begitu tampak nyata? Ia memijat pelipisnya. Tuhan, apa yang terjadi?
Gerombolan wanita itu mendekat dan duduk di sekeliling Nadia. Bau parfum dari pakaian mini mereka menyengat. Membuat kepala Nadia semakin pusing.
"Kenapa Nadia?" apa kamu tak puas dengan siksaan yang kami lakukan?" tanya Andin.
"Apa kami harus menelanjanginya dan memposting fotonya?"
"Ya ide bagus. Dengan begitu tidak akan ada wanita yang berani mendekati tunanganmu!"
"Mari kita beri mereka semua pelajaran!"
Nadia masih terdiam. Entah kenapa percakapan mereka tampak familiar. Seperti pernah Nadia dengar sebelumnya. Ia membuka mata dan mulai memperhatikan mereka satu persatu. Menjalin teka-teki di otaknya.
Lima wanita dengan penampilan seksi, tempat karaoke, Gadis yang dianiaya, Kevin, Tunangan.
Nadia ingin menyusun petunjuk. Tapi rasa pusing yang berat tiba-tiba mendera kepalanya. Rasa sakit bagai ditusuk puluhan paku muncul bersamaan dengan masuknya memori asing yang bertubi-tubi muncul dalam ingatannya.
"Ughh." Nadia memegangi kepalanya. Giginya bergemeretak menahan sakit.
"Nadia, apa yang terjadi?"
"Apa kepalamu sakit?"
Kelima orang di sekelilingnya tampak cemas mengelilingi Nadia yang terlihat tak wajar.
Nadia terdiam menerima informasi yang masuk dalam ingatannya. Tiba-tiba matanya yang terpejam langsung terbelalak.
'Tunggu sebentar! Ingatan apa ini? Mengapa begitu familiar?'
Mengapa adegan saat ini, percakapan mereka, dan ingatan yang masuk ke dalam kepalanya mirip dengan novel yang tempo hari dibacanya?
Apakah ia baru saja memasuki Novel? Dan menjadi pemeran Nadia? Nama yang sama dengan miliknya?!!
Nadia ingat adegan saat ia terjatuh dan pingsan. Melihat lingkungannya yang asing, orang-orang tak dikenalnya, keadaan yang tampak nyata ini, sepertinya ia pindah ke dunia novel dan menjadi tokoh bernama Nadia.
Tokoh antagonis yang ditakdirkan untuk mati dan menjadi makanan anjing!!!
Nadia merutuk dalam hati. Meratapi hidupnya yang sial.
Novel yang dimaksud Nadia adalah novel berjudul 'SELAMANYA BERSAMAMU' Novel romansa ini menceritakan dua pasangan yang dipisahkan oleh status. Berjuang untuk bersama, dan memiliki akhir yang bahagia.
Pemeran utama pria bernama Kevin Steward merupakan anak tunggal dari keluarga terpandang yang kaya raya. Di masa depan ia akan mewarisi perusahaan keluarganya dan digadang-gadang menjadi orang kaya nomor satu di negaranya.
Sedangkan pemeran utama wanita adalah Clara Dwi. Anak tiri dari pemilik agensi hiburan kelas menengah. Berkat kegigihan dan ketekunannya, Pemeran utama wanita bisa menjadi aktris besar dan layak untuk berdiri di samping Pemeran utama pria. Mereka menikah dan saling mendukung membuat perusahaan Kevin menjadi semakin besar dan Clara menjadi aktris tingkat Internasional. Mendapatkan banyak cinta dari penggemar mereka, dan hidup bahagia selamanya. Ending klise dari novel cinta picisan.
Sialnya Nadia malah merasuki tubuh kakak tiri pemeran utama wanita yang memiliki nama sama dengannya, Nadia. Berbanding terbalik dengan adik tirinya, Nadia yang terbiasa dimanjakan tumbuh menjadi sosok wanita yang sombong dan bodoh. Setiap hari ia hanya menghamburkan uang dan berpesta. Sejak kemunculan adik tiri di rumahnya, ia merasa dengki dan iri pada Clara yang halus dan lembut. Nadia terang-terangan memusuhi gadis itu dan kerap mencelakainya. Mendorong Clara dari tangga, melemparkannya ke kolam, menjambak rambutnya.
Nadia yang sombong membuat skema untuk mengikat Kevin dalam pertunangan. Mengatur dan menjauhkannya dari teman wanita dan tak segan menghancurkan mereka yang mendekati tunangannya. Kevin muak pada Nadia dan kemunculan Clara yang cantik dan halus membuatnya tertarik. Diam-diam mereka menjalin hubungan di belakangnya. Ketika kehamilan Clara terungkap, Nadia marah besar. Ia membuat skema kecelakaan untuk Clara. Berniat menghabisi wanita itu dan bayinya.
Namun rencananya itu tertangkap dan Kevin segera memutuskan pertunangan dan memenjarakannya. Keluarganya memutuskan hubungan dan meninggalkannya. Setelah 10 tahun dipenjara Nadia bebas dari penjara dan terlunta-lunta menjadi tunawisma lalu mati tertabrak. Jasadnya dimakan anjing dan tidak ada yang mempedulikannya.
Nadia merinding pada nasib akhir dari pemilik tubuh ini. Bagaimanapun karena ia sudah mengambil alih tubuh ini ia bertekad untuk mengubah nasib dan jalan ceritanya. Pertama-tama yang harus ia lakukan adalah memutuskan pertunangan lalu menjauh dan tidak terlibat dengan para pemeran utama.
Nadia memandangi teman-teman yang sedang menatapnya. Nadia mencibir. Meskipun disebut teman, mereka berlima hanya wanita-wanita penjilat yang suka menempel padanya untuk keuntungan. Pada mereka Nadia sebelumnya tak segan mengucurkan dana dan memberikan banyak manfaat. Saat masa akhir hidupnya, tak satupun dari mereka datang dan membantunya. Sebaliknya mereka menempel pada Clara dan berbalik mengolok-olok Nadia. Nadia berniat untuk membalas mereka nanti. Tapi kali ini, ia harus memanfaatkan loyalitas mereka.
"Baiklah teman-teman. Sudah cukup. Biarkan dia pergi." Nadia melirik Silvi yang masih terisak di lantai. Ia merasa malu dan buru-buru memanggil supirnya berdasarkan ingatan dari pemilik tubuh ini.
"Iya Nona." Budi sopirnya muncul ke ruangan.
"Bawalah temanku ini ke rumah sakit. Biarkan dokter memeriksa seluruh tubuhnya. Rawat dia sampai pulih." Nadia menyerahkan sebuah kartu kredit. Budi mengangguk dan hendak membawa Silvi.
"Tunggu!" Nadia melirik gaun seksi di badannya dan merasa tak nyaman. Ia menunjuk pada mantel sopirnya. "Berikan aku mantelmu."
Budi melepas mantel panjangnya dan menyerahkannya. Nadia segera mengenakannya dan bernafas lega. Lekuk tubuhnya sudah tertutup.
Setelah sopirnya membawa Silvi pergi, Andin menatap Nadia heran.
"Mengapa kamu memakai pakaian supirmu?"
"Ini dingin." Nadia beralasan. Lalu ia membeku.
"Tanggal berapa sekarang??" Nadia menyambar lengan Andin dengan penuh semangat.
Andin menatapnya heran. "Ini selasa 23 Juni 2023." Meski bingung dia tetap menjawab.
Nadia menepuk jidat dan merutuk. Baru saja ia mendapatkan ide untuk mencari alasan dari memutuskan pertunangannya dengan pemeran utama pria. Ia ingat! Dalam novel saat Nadia sedang memberi pelajaran Silvi, tunangan dan adik tirinya sedang bermalam di hotel! Ia harus memergokinya!
Nadia bangkit berdiri. "Baiklah teman-teman. Ikuti aku ke suatu tempat. Aku akan memperlihatkan pertunjukan bagus untuk kalian. Jangan lupa siapkan rekaman video. Siapapun yang berhasil mendapatkan rekaman yang paling jelas akan aku hadiahi seratus juta!"
Teman-temannya segera berseru kaget. Dengan penuh semangat mengikuti langkah Nadia menuju hotel yang letaknya tak jauh dari tempat karaoke.
Di lobi hotel Nadia melihat pantulan wajahnya yang mengerikan dengan makeup yang begitu tebal dan mencolok. Ia berhenti sejenak dan segera berbelok menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Setelah makeup terurai, di cermin Nadia terkejut pada pantulan wajah tanpa makeupnya. Kulit seputih susu yang lembut dengan mata cerah dan besar. Hidup tinggi dan bibir merah membuat kecantikan di cermin tampak menawan. Tajam dan halus. Nadia memandang tampilan itu dengan takjub.
Betapa cantiknya!
Nadia ingin menangis. Bagaimana bisa pemilik tubuh aslinya menutupi wajah cantik ini dengan makeup tebal seperti tante-tante berusia empat puluh! Andai saja pemilik sebelumnya bisa memanfaatkan kecantikan ini, pasti ia tak akan dibenci dan mengalami nasib tragis.
Nadia menghembuskan nafasnya. Ia memandang tajam pada sosok di dalam cermin.
Entah bagaimana ia tiba-tiba merasuki tubuh ini. Entah kemana jiwa dalam tubuh ini pergi. Nadia masih memiliki banyak tanya. Meski waktu sudah berjalan beberapa saat ini masihlah terasa mimpi baginya.
Sekali lagi Nadia menatap pantulan bayangannya di dalam cermin. Ke dua pandangan mata bertemu. Seolah ia berhadapan dengan jiwa dari pemilik tubuh ini.
"Aku tak tau apa yang terjadi. Aku tak tau mengapa aku masuk ke dalam tubuh ini. Aku akan mencari tahu nanti. Tapi satu hal yang pasti, takdir akhir dari tubuh ini tidaklah baik. Maka selama aku mengambil alih, biarkan aku memperbaiki semuanya." Nadia bergumam.
Sosok di balik cermin masih memandangnya. Sesaat, Nadia merasakan jiwanya bergetar. Lalu rasa hangat yang melegakan muncul. Seolah-olah ia baru saja mendapat persetujuan dari pemilik tubuh ini.
Nadia menghembuskan nafas penuh tekad. Ia masih tak mengerti. Tapi ia tak hanya akan berdiam diri. Sebagai pribadi yang cepat mudah beradaptasi, ia harus segera membiasakan diri.
Nadia melepas ikatan sanggul di kepalanya dan membiarkan rambut kecoklatan panjangnya tergerai. Membuat sosok di cermin tampak lebih halus dan cantik dengan tatapan mata yang sedikit dalam.
Setelah puas menenangkan diri Nadia kembali ke lobi. Membuat teman-teman yang menunggunya melongo melihat penampilan baru gadis itu.
"Nadia, ada apa dengan wajahmu?"
"Kemana makeupmu?"
Mereka dengan linglung menatap perubahan pada wajah Nadia. Gadis itu hanya menghapus makeupnya tapi kecantikannya malah lebih menonjol. Mereka diam-diam mengeluh iri.
"Makeupku rusak. Aku akan memakainya lagi nanti." Jelas Nadia berbohong. Tentu tidak ada kata nanti. Selepas ini, Nadia tidak berencana untuk terus memelihara para benalu itu di sampingnya. Terlalu merepotkan.
"Ya ya. Kalau kau tidak memakai makeupmu bagaimana Kevin akan menyukaimu." Andin tersenyum dan meyakinkan Nadia. Ia lebih senang kecantikan suci di depannya tertutup dempul tebal. Empat lainnya mengangguk setuju.
Nadia mencibir dalam hati dan tak menjawabnya. "Ayo teman-teman."
Nadia memimpin jalan dan masuk ke dalam lift. Dalam novel hari ini Kevin dan adik tirinya pertama kali memasuki kamar hotel. Mereka tidak melakukan apapun kecuali hanya berciuman. Tapi Nadia tidak akan mentolerirnya dan akan mencari alasan untuk memutuskan hubungan pertunangannya. Lebih cepat lebih baik.
Keluar dari lift karena terburu-buru Nadia tidak memperhatikan dan hanya berjalan ke depan. Hidungnya menabrak sesuatu yang keras dan ia terhuyung ke belakang hampir terjatuh. Teman-temannya segera mendukungnya.
"Ughh!" Nadia hendak memaki tapi hidungnya terlalu sakit hingga ia tak dapat bicara. Gadis itu hanya memelototi sosok tinggi di depannya.
Orang yang ditabraknya adalah lelaki tinggi dengan setelan hitam formal. Ia tampak tak terpengaruh meski Nadia menabraknya keras. Wajah dinginnya menatap Nadia tajam. Mata elangnya menyipit.
Nadia dan teman-temannya tercekat. Aura orang ini terlalu mendominasi. Membuat mereka gugup tanpa alasan. Melirik wajahnya Nadia sedikit linglung. Bagaimana di dunia ini ada orang setampan itu! Ah ah... Apakah sosok ini merupakan karakter penting dalam novel??!
Nadia berusaha menggali ingatan pemilik sebelumnya. Memikirkan apakah ia mengenalnya. Ah! Pemilik tubuh ini sepertinya mengenalinya.
Ia adalah Liam Steward paman dari pemeran utama lelaki!
Dalam novel digambarkan Liam adalah anak haram di keluarganya dengan karakter yanh dingin dan gila kerja. Ia mengelola perusahaan keluarga Steward Group dan ketika sudah mencapai puncak, ia akan mewariskannya kepada keponakannya Kevin. Seumur hidupnya Liam tak pernah menikah. Setelah menyerahkan kepemilikan perusahaan, lelaki ini akan pergi berkeliling dunia. Lalu tak pernah lagi disebutkan dalam novel.
Begitu! Sosok ini hanya disebutkan dalam satu paragraf saja! Ia hanya karakter lewat tak penting yang hanya diciptakan penulis untuk menghantarkan pemeran utama pria menuju puncak saja!
Haha, betapa tragisnya.
Bagaimana sosok tampan bak dewa di depannya dibuat penulis hanya selewat pandang saja. Tiba-tiba Nadia memiliki keinginan kuat untuk mendatangi penulis novel untuk berduel dengannya.
Sejak Nadia tenggelam dalam lamunannya Liam tengah memperhatikan gadis itu. Karena tertabrak ujung hidungnya berubah merah dan sedikit air mata menggantung di bulu matanya yang panjang. Bibir gadis itu mengkerut tampak tak senang. mantel kebesaran berwarna hitam tampak canggung membungkus sosoknya. Menyisakan kaki putih yang mengintip malu-malu. Liam mendapati sosok ini tampak menarik...
"Tuan Liam..." Nadia tiba-tiba menyapanya. Ia mendapatkan ide untuk memanfaatkan tokoh itu untuk ikut serta dalam rencananya.
Liam terkejut. "Kau mengenalku?"
"Ya. Kita pernah bertemu saat pertunanganku dengan Kevin."
"Pertunanganku? Kamu..Nadia?" Liam mengukur sosok polos di depannya. Mencari kesamaan pada gadis ini dan wanita glamour yang sombong di pesta pertunangan saat itu.
Nadia tampak malu. "Yah... Saat ini aku tak mengenakan makeup. Oh ya, aku akan menemui Kevin. Apa kau mau ikut denganku?" Nadia mengalihkan ucapannya. Menatap lelaki itu.
Alis Liam terangkat. "Kevin ada di hotel ini?"
"Ya. Aku akan menemuinya. Ayo teman-teman." Nadia mulai berjalan diikuti teman-temannya menuju sebuah kamar.
Liam terdiam dan merasa ada yang salah ketika melihat rombongan itu berjalan dengan kamera yamg siap di tangan mereka. Ia mendapat firasat tak bagus akan hal yang akan terjadi nanti.
"Bos...." Suara asisten di sampingnya.
"Ikuti mereka. Mari lihat apa yang akan terjadi." Ucap Liam.
Nadia sampai di pintu kamar nomor 907 sesuai cerita di dalam novel. Ia mengatur ekpresinya. Bersiap tenggelam dalam sebuah drama.
Tok tok
Nadia mengetuk pintu. Ketika tidak ada jawaban, ia mengetuk dengan semakin keras.
"Siapa itu begitu berisik...."Pintu terbuka. Sosok pemuda yang tampak kesal dengan penampilan sedikit acak-acakan muncul di pintu.
"Sayang... Aku sangat merindukanmu!" Nadia melemparkan tubuhnya pada sosok itu. Memeluk lehernya erat-erat dan bertindak penuh kasih.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?" Kevin kaget dan tak sempat bereaksi. Ia tergagap di hadapan semua orang.
"Tentu saja karena aku kekasihmu.... Aku...." Nadia mencari dan akhirnya menangkap gumpalan besar di atas kasur. Matanya bersinar licik.
"Siapa... Siapa gadis di kasur itu??! Kevin... Kevin apakah kamu menghianatiku... Apakah kau berselingkuh?!" Nadia segera mundur dan menutupi mulutnya. Matanya memerah dan air mata segera jatuh. Ia tampak hancur dan teraniaya.
Kevin merasa ada yang berbeda dengan tunangannya namun tak memiliki waktu untuk memikirkannya. Melihat gerombolan orang di depannya yang memergokinya, Ia tampak marah dan malu. Seumur hidupnya ia selalu bermartabat dan tak pernah dipermalukan. Saat ini entah dimana ia harus menyimpan wajahnya.
Kevin mendesah. "Nadia. Kau tau aku tak pernah menyukaimu. Aku hanya bertunangan denganmu karena jebakanmu. Cepat atau lambat... Pertunangan kita akan segera dibatalkan."
Air mata kian bergulir. Nadia menatap Kevin dengan tidak percaya. "Kau... Kau ingin memutuskan pertunangan? Bagaimana mungkin.... Aku sangat mencintaimu... "lirihnya.
"Aku tidak peduli. Karena kau sudah tau. Mari kita akhiri saja pertunangan kita." Kevin ingin mengatakan kalimat yang lebih kasar. Tapi melihat wajah Nadia yang teraniaya entah kenapa ia tampak ragu.
"Jadi... Kau memilih wanita itu daripada aku?" Nadia menunjuk gumpalan yang tampak menggigil di kasur.
"Ya. Besok aku akan mendatangi keluargamu untuk memutuskan pertunangan kita."
"Kamu berani!" Nadia melompat dan menampar kevin. Suaranya tamparannya terdengar nyaring dan renyah. Nadia baru saja menggunakan semua tenaganya. Setelah itu ia bergegas ke kasur dan menginjak tubuh di dalam buntelan dengan sepatu tumit runcing 9 sentinya.
Terdengar suara jeritan. Kevin yang telinganya masih berdengung akibat tamparan tadi segera menuju kasur untuk melindungi wanitanya. Nadia segera melompat dan melemparkan dua sepatunya pada wajah lelaki itu membuat benjolan ungu dan buruk di wajahnya. Nadia melesat keluar kamar dan berlari ke luar lift dengan penuh air mata.
"Kejar dia." Ucap Liam yang sejak awal hanya diam menonton pertunjukan. Asistennya mengangguk dan segera berbalik.
Ia menghadapi kelima teman Nadia.
"Apa yang akan kalian lakukan dengan rekamannya?"
Mereka berlima saling berpandangan. Masih shock dengan pemandangan garang saat Nadia membuat babak belur dua sejoli itu.
"Nadia meminta kami merekam dan akan membayarnya."
"Kirimkan saja rekaman itu kepada asistenku dan hapus dari handphone kalian setelahnya. Aku akan membayar kalian dua kali lipat. Jangan membocorkan berita ini."
Kelimanya mengangguk patuh dan segera pergi.
Liam memasuki kamar hotel dan mendapati keponakannya yang tampak menyedihkan dengan banyak lebam di sana sini memeluk seorang gadis yang tampak berantakan dan terisak. Liam merenggut. Keduanya tampak seperti jalang.
"Paman..." Kevin menyadari kemunculan pamannya.
"Apa kau benar-benar serius dengan ucapanmu?"
"Ya paman. Aku tak menyukai gadis bengis itu."
"Bagus. Aku akan membantu pemutusan pertunangan kalian. Wanita itu...." Liam menyembunyikan ekspresi jijik dimatanya.
Kevin yang tampak senang dengan janji pamannya tampak bersemangat. "Dia orang yang kucintai. Ini Clara."
Liam diam-diam mengamati gadis layu di pelukan keponakannya. Ketika mata mereka beradu, jejak kepuasan muncul di mata Liam.
Yah... Gadis ini tak semenarik gadis harimau yang baru saja mengamuk sebelumnya.
Liam menyeringai. "Paman akan pergi. Kalian... Lanjutkan apa yang akan kalian lakukan." Liam segera berbalik dan menutup pintu.
Entah kenapa ia memiliki keinginan kuat untuk membuat gadis rubah itu putus dari keponakannya yang tidak berguna.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!