NovelToon NovelToon

Penakluk Ranjang Bos Mafia

1.Tong Kosong.

Memiliki tubuh ideal, postur tinggi langsing, badan semok montok dan wajah cantik pun belum tentu menjadi patokan satu kebanggaan dan kebahagiaan bagi seorang wanita, apalagi jika otaknya kosong tak ada isinya.

"Abang!"

Dialah Joanna Eden, yang terlihat sempurna dari luar namun punya banyak kekurangan ditingkat kecerdasannya.

"Rendahkan suaramu Anna, Abang sedang bekerja ini." Seorang pria gagah yang sedang konsentrasi penuh, seolah tidak terusik dengan kedatangan adik satu-satunya itu, dan kedua matanya terus saja fokus dilayar laptop miliknya.

"Sudah pulang dari Kantor pun masih saja bekerja? Sebenarnya Abang itu kerja apa dikerjain sih?" Anna langsung duduk disamping Jordan sambil bergelayut manja dibahu Abangnya.

"Hush, kamu ini sembarangan aja kalau ngomong, ini tugas negara tau nggak!" Jawab Jordan yang hanya bisa geleng kepala saat melihat sifat adik satu-satunya itu.

"Bang, gimana kalau aku jadi Polisi aja kayak Abang?"

Kali ini ucapan Anna cukup membuat Jordan mengalihkan konsentrasinya, karena setahu dia adeknya itu tidak ada bakat sedikitpun menjadi anggota kepolisian.

"Kamu ini kuliah aja nggak bener, mau sok-sokan jadi Polisi segala, belajar sana biar pinter, nilai ujian setiap semester saja selalu merah terus, silau mata Abang ngelihatnya!"

Beberapa kali dia sampai dihubungi langsung oleh Dosen pembimbing Anna, karena nilai adeknya merah terus, tugas yang dia kerjakan pun selalu asal-asalan.

Namun Jordan tidak bisa berbuat apa-apa, karena sudah capek dia bertengkar dengan adiknya tentang masalah nilai.

Bukannya merasa benci dengan adiknya sendiri, justru Jordan sebenarnya merasa prihatin dan kasihan juga dengan adiknya, karena memang sejak SMP dia kurang bimbingan dari orang tua, sedangkan dia dari dulu sering bertugas diluar kota dan jarang ada dirumah untuk menemaninya.

"Abang Jordan yang paling tampan sejagad raya komplek, justru karena aku tidak pintar makanya aku berencana ingin resign kuliah aja dan bekerja kayak Abang untuk menghasilkan uang." Dia pun heran, sebenarnya semua fasilitas dirinya sudah Jordan berikan, namun entah mengapa otaknya itu sering susah sekali diajak kompromi.

"Hei.. susah payah Abang kumpulkan uang buat biaya kuliah kamu, tapi kamu malah mau resign, urusan mencari uang itu tugas Abang, kamu hanya perlu belajar, belajar dan belajar, paham kamu? Sebenarnya apa yang ada didalam pikiran kamu itu Joanna Edaaan!" Jordan selalu saja gemas saat melihat kelakuan adiknya, badannya sudah besar namun pikirannya masih seperti anak kecil.

"Joanna Eden namaku Bang, ganti-ganti nama kasian almarhum orang tua kita tau nggak!"

Joanna memang tumbuh menjadi dewasa hanya ditemani oleh sosok Abangnya itu saja, tanpa saudara mara, karena memang dulu almarhum kedua orang tuanya merantau keluar kota dan Jordan pun mendapatkan tugas sebagai anggota kepolisian dikota itu.

"Kalau begitu cepat pergi dari hadapanku, dan isi pikiranmu itu dengan materi pelajaran dari kampus, kamu tahu artinya Tong kosong nyaring bunyinya bukan?"

"Tau." Jawab Anna dengan wajah seriusnya.

"Apa coba?" Jordan sampai menjelingkan kedua matanya, karena ingin tahu jawaban adiknya yang sering diluar nalar itu.

"Tong yang kosong bisa diisi lagi, tapi kalau dompet kosong baru bikin sakit hati."

"JOANNA!"

Jordan ingin sekali marah setelah mendengarnya, namun marah dengan adiknya itu tidak akan ada gunanya, karena perkataan adiknya itu sebenarnya lucu.

"Abang, otakku ini sudah sulit sekali untuk mencerna pelajaran, dia sudah sangat lelah aku pergunakan untuk berfikir sejak SD, SMP sampai SMA, kasihan loh Bang jika harus dipaksa kuliah bertahun-tahun lagi." Celetuk Anna yang membuat Jordan langsung menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, agar darahnya tidak terlalu mendidih saat ini, dia hanya takut kalau terlalu sering marah dengan adiknya, rambutnya akan cepat beruban.

"Astaga Joanna, apa kamu ini memang adikku?" Dan akhirnya Jordan memilih menyandarkan kepalanya dibahu kursi, sambil memijit tengkuk lehernya yang tiba-tiba terasa pegal.

"Menurut Kartu Keluarga sih begitu, tapi aku sempat nggak percaya juga, lihat saja kulitku yang putih mulus dan berseri-seri ini, tapi kulit Abang hitam, berbulu dan kasar lagi, dih.. aku kayak terhina gitu saat dibilang satu gen dan sedarah sama Abang." Salah satu kecerdasan Joanna satu-satunya, hanyalah memancing perkara dan amarah dengan Abangnya.

"Woah, suara kamu begitu empuk tapi sangat menusuk ya, itu karena Abang latihan fisik setiap hari tau nggak? jadi sekarang lebih baik kamu, PERGI DARI HADAPAN ABANG ATAU KEPALA KAMU AKAN MELAYANG!" Jerit Jordan yang sudah tidak tahan lagi.

"Hehe, ampun Bang! Aku hanya bercanda, Abang itu sebenarnya tampan kok, hanya saja jika dilihat saat mati listrik total tanpa sinar rembulan!" Celetuk Anna tanpa rasa takut sedikitpun.

"JOANNA!"

"Ahahahaha, Abang jelek sekali kalau sedang marah, pantas saja Abang sudah tua tapi kagak laku-laku!" Ledek Anna sambil berlari menjauh dari Jordan, karena sudah berhasil membuat wajahnya memerah karena marah.

"Bisa diam nggak kamu, hah!"

"Makanya Bang, biarkan aku ikut pendidikan Polisi sama kayak Abang, aku tidak mau lanjut kuliah Bang, please, aku mohon Bang." Otak Anna seolah benar-benar sudah tidak sanggup lagi menerima pelajaran setiap harinya.

"Apa kamu pikir jadi Polisi itu mudah?"

"Kan ada Abang." Jawab Anna yang memang tidak pernah mau berpikir ribet.

"Joanna, pendidikan menjadi anggota kepolisian itu tidak mudah, selain harus kuat fisik kamu juga harus kuat mental."

"Aku juga bisa kuat Bang, santai aja, kalau kata Pak Ustad itu, innamal a'malu binniyat, sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan aku niat banget sekarang jadi Polisi Bang." Bahkan Anna sampai mengepalkan kedua tangannya keudara, seolah menunjukkan rasa semangatnya yang berkobar.

"Hahahaha, luar biasa sekali bocah yang satu ini!" Dan hal itu membuat tawa Jordan sudah tak bisa tertahankan lagi.

"Kok malah ketawa sih Bang, bantuin napa Bang, resek banget punya Abang sebiji aja!" Padahal niatnya bersungguh-sungguh, tapi Abangnya malah menjadikan hal itu sebagai ajang ledekan untuknya.

"Jadi polisi itu harus bisa bangun pagi, nah kamu tidur aja kayak Kingkong, kalau alarm belum bunyi tujuh kali belum bangun, dasar pemalas."

"Itu aku memang sengaja Bang, kalau cuma bangun pagi bisa diatur!" Dia mulai pandai bersilat lidah.

"Dan apa kamu tahu, selama pendidikan dasar sebagai anggota kepolisian, kamu harus berlatih fisik ditengah-tengah teriknya sinar cahaya matahari tanpa pandang waktu, sedangkan saat matahari baru muncul saja kamu sudah heboh pakai sunscreenlah, bedak UV lah, lotion dan segala tetek bengeknya, begitu mau jadi Polisi kamu? peh... jangan mimpi kamu, bangun sana, tidurmu ileran!" Dia langsung mendekat kearah adeknya dan menjepitkan kepala adiknya dibawah ketiak miliknya.

"Aaaaaaaa... Abang menyebalkan, lihat saja nanti, akan aku buktikan, bahwa aku bisa membuat Abang bangga dengan semua yang ada pada diriku, cam kan itu!" Sekuat tenaga Anna berusaha meloloskan diri dari kokohnya jepitan tangan Abangnya.

"Hoerk! Kalau ngayal itu jangan tinggi-tinggi Dek, noh nanti kesamber pesawat trus jatuh kesakitan, paling bisanya juga cuma nangessssss!" Ledek Jordan terus menerus.

"Awas kamu Bang, buah kesemek asem rasanya."

"Hmm, lalu?" Jordan masih dengan mode ledekannya.

"Ya udah, asem aja rasanya kayak Abang, tapi ingat satu hal Bang, spion dulu diri kita, baru klakson orang lain, huh!" Joanna langsung melengos dan memilih masuk kedalam kamar miliknya.

"Pfftthh, dasar bocah nggak jelas!"

Jordan Eden dan Joanna Eden adalah kakak beradik, mereka berdua memang selalu bertengkar dan beradu mulut setiap harinya, namun jauh didalam hati, mereka sama-sama ingin saling melindungi satu sama lain, karena mereka berdua sudah yatim piatu, ayah dan ibunya sudah lebih dulu meninggalkan mereka dari dunia ini.

♡♡♡♡♡♡♡

HAI SEMUA, JUMPA LAGI DI NOVEL TERBARU DARI AUTHOR, JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL SUBSCRIBE YA MAN TEMAN, BIAR DAPAT NOTIF TERBARU.

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA KALIAN SUKA🥰

2.Penguasa

(Di Negoro Ngalengko Dirojo)

"Kembali ke MBS sekarang juga!"

MBS adalah sebuah ruangan yang berada didalam gedung tua biasa, namun merupakan markas utama mereka untuk berkumpul, tapi tidak sembarang orang bisa masuk kedalam ruangan itu, karena hanya orang-orang tertentu yang punya akses agar mereka bisa masuk kedalamnya.

Walau dari luar tempat itu hanya terlihat seperti gedung tua biasa, namun didalam ruangan MBS semua serba digital, bahkan penyusup pun akan sulit membongkar isi didalam ruangan itu, karena pengamanannya memang sangat ketat, bahkan sistem disana sudah memprogam wajah-wajah mana yang bisa masuk, kecuali sang pemilik sendiri yang membawanya ikut masuk bersama dengannya.

"Siap Sir!"

Priiittt

Pritttt

Pritttt

Laluan dan pengawalan khusus selalu diberikan kepada mobil mewah berwarna hitam metalic dengan plat nomor yang sangat cantik, yang kini ditumpangi oleh seorang pria tampan yang setiap harinya selalu tampak berkharisma, bak sosok anak Raja Ksatria.

"Kapan jadwal pengiriman barang klien utama kita?"

Jay Alisher dia adalah sosok penguasa wilayah atau sering dipanggil sebagai Bos Mafia yang terkenal kejamnya tidak pernah main-main, jika sudah ada orang yang berani menyenggol dirinya.

Saat dia berjalan menuju ruang MBS, beberapa pengawal sudah berbaris untuk menyambutnya dan sekedar membungkuk untuk memberikan hormat, sambil menunggu perintah darinya, namun hanya sampai didepan ruangan yang dikelilingi kaca yang bisa berubah warna mode gelap atau terang itu saja, bahkan ruangan itu bisa diseting kedap suara maupun tidak, pembangunan ruangan itu memang tidak murah, itu kenapa ruangan itu begitu istimewa.

"Nanti malam, tepatnya pukul satu malam, Sir."

Walau mereka bukan termasuk petugas keamanan yang resmi, tapi gaji yang Jay Alisher berikan mampu bersaing bahkan melebihi dengan yang lainnya, karena memang nyawa adalah taruhan mereka.

"Bagus, nanti kalian block beberapa jalan dalam satu jam, agar barang itu aman sampai ditempat tujuan."

Jay memang mempunyai semacam organisasi pengamanan swasta, namun lebih mengarah ke pengamanan jalur gelap yang mengandung resiko tinggi.

"Lewat jalur mana Sir?"

Walau mereka bertugas sebagai anak buah, namun pakaian mereka setiap harinya selalu terlihat rapi dan elegan, bahkan melebihi orang kantoran dengan menggunakan setelan jas berwarna hitam yang berlabelkan MBS dan kaca mata hitam tentunya.

"Jalur biasanya saja."

Namun jika ada pihak manapun yang membutuhkan jasa dari pihak MBS, dia tetap akan menerima juga, asalkan cocok harganya.

"Maaf, sepertinya tidak bisa Sir."

"Why?"

Dan perkataan anak buahnya itu membuat sosok Jay menaikkan kedua alisnya dengan heran, karena biasanya hanya ada kata jawaban 'YA' saja didalam kesehariannya.

"Rute jalan itu sudah diketahui oleh pihak yang berwajib!"

Dan ketika MBS menerima klien dari jalur gelap, sudah pasti pihak kepolisian adalah musuh terbesarnya.

"Aish, kenapa kalian bisa kecolongan? Itu satu-satunya rute tercepat saat ini, karena barang itu harus sampai besok pagi, ada apa dengan kalian, hah?"

Selama ini pihak yang berwajib belum bisa menangkap pemilik organisasi itu langsung, walau sudah mengincarnya sejak lama, karena mereka semua adalah pemain yang menggunakan trik handal dalam menyembunyikan apa yang menjadi aset mereka dan pihak yang berwajib tidak mungkin menangkap satu organinasi swasta tanpa bukti yang jelas.

"Maaf Sir, ada anak buah kita yang memilih menyerahkan diri ke pihak yang berwajib dan membocorkan segalanya."

Praaannnggggggg!

"Kenapa hal itu bisa terjadi, apa kamu mengurangi bayarannya?"

Dengan satu kali terjangan kaki panjangnya saja, isi meja dihadapannya kini sudah hancur dan jatuh berserakan.

"Tidak Sir, itu pilihan darinya."

Dia adalah anak buah yang mengurus tentang kesejahteraan para pegawai yang lainnya.

"Pilihan apa yang kalian maksud, dia ingin masuk ke lembaga yang resmi, begitu?" Ada rasa tidak percaya yang seolah muncul pada diri Jay, karena selama ini tidak ada yang berani keluar dari organisasinya, karena memang semua fasilitas dan gaji sangat menguntungkan, walau resikonya tinggi namun hasilnya sepadan dengan pekerjaan mereka.

"Bahaha, apa mantan Mafia bisa masuk kedalam sebuah lembaga resmi? Jangan bercanda kalian!" Mereka bahkan lebih dikenal sebagai Mafia yang kejam dan tak terkalahkan selama ini.

"Dia bilang mau kerja apa saja, lebih baik gaji sedikit tapi dia dan keluarganya aman dari masalah kedepannya." Kemarin Anak buah Jay sudah berusaha untuk membujuknya, sebelum memutuskan untuk hengkang dari MBS.

"Woahahaha! Masalah apa yang dia maksud? Siapa yang mengajarinya untuk berkhianat denganku, atau dia sedang ada masalah intern?"

Jay memicingkan kedua matanya, selama dia menjabat sebagai Bos disana, tidak ada masalah yang tidak terselesaikan, bahkan dia juga merekrut sebuah rumah sakit besar dengan fasilitas nomor satu, untuk menangani anak buahnya jika memang harus terjadi peperangan dan menimbulkan luka nantinya.

"Lebih detailnya saya belum tahu Sir, namun jika anda mau, kami akan mencari tahu dengan segera." Karena biasanya Bosnya itu tidak mau tahu tentang urusan pribadi dari anak buahnya, lagipula menurut dia, anak buah yang keluar itu tidak terlalu hebat.

"Tidak perlu repot-repot, kalian selesaikan saja semuanya hari ini."

Didalam pedoman hidupnya, dia tidak ingin menunda-nunda hal yang berkaitan dengan seorang penghianat.

"Apa maksud anda kita harus---?"

Anak buah itu sebenarnya paham maksudnya, apalagi kata selesai menurut Bosnya itu adalah pergi dari kehidupan nyata didunia ini, namun yang membuat anak buah itu sedikit terasa berat, setidaknya seseorang yang akan dia lenyapkan itu adalah rekan kerja mereka yang pernah berjuang bersama dimedan musuh yang ingin menghalangi langkah mereka, jadi untuk menghabisi nyawa dari pria itu sedikit ragu.

"Jangan banyak tanya, jika seseorang berani berbuat sesuka hatinya, seharusnya dia sudah tahu resikonya, karena dunia ini bukan hanya miliknya."

Jika anak buahnya tidak berbuat ulah, dia tidak akan berbuat kejam, namun jika sekiranya akan merugikan nasip organisasi yang dia dirikan, dia tidak akan ragu untuk melakukan tindakan diluar nalar seseorang.

"Siap Sir."

Dan sebagai anak buah dia bisa apa, padahal diawal mereka ikut gabung dalam organisasi pengamanan swasta itu tidak ada unsur paksaan dan sudah ada perjanjian juga sebelumnya.

"Bawa dia kemari, aku ingin melihat mimik wajah imutnya untuk yang terakhir kalinya, wah... pasti terlihat lucu dan sangat menggemaskan, ahahaha!"

Jay Alisher paling anti dengan yang namanya sebuah Pengkhianatan, karena dia pernah tahu rasa pahitnya dikhianati, jadi kesedihan dan kesengsaraan yang akan anak buahnya terima nanti, akan menjadi sebuah tayangan lelucon yang mampu menggelitik perut kekarnya.

Jika ada seorang B@jingan yang menasehatimu, bukan berarti dia tidak tahu diri, melainkan dia tidak ingin kamu berada dititik yang pernah dia alami.

Sifat dan kelakuan seseorang itu terbentuk pasti dengan sebuah alasan, karena sejatinya kodrat manusia lahir ke bumi ini fitrahnya adalah sebagai bayi polos dan suci tanpa noda apalagi dosa.

3.Ranjang Panas.

Diperjalanan hidup ini banyak sekali pria yang diuji ketika dia sudah bergelimangan harta dan ujian yang terberat biasanya adalah perihal Wanita.

Begitu juga dengan sosok Jay yang selalu ingin melampiaskan hasratnya sebagai pria normal pada umumnya dengan mencari wanita bayaran, karena dia tidak punya pasangan atau lebih tepatnya dia tidak berminat punya kekasih, karena menurutnya mempunyai pasangan itu hanya akan membuat hidupnya ribet dan rempong saja.

"Sir, target sudah ada dibawah."

Tak butuh waktu yang lama bagi mereka untuk menangkap target utama, apalagi dengan kekuasaan dan juga fasilitas yang Jay miliki, mereka akan dengan mudahnya menangkap target bahkan tanpa jejak.

"Kalian bawa naik keatas, aku ingin melihat pertunjukan kalian secara langsung." Jay langsung bangkit dan keluar dari ruangan MBS, untuk melihat pertunjukan live sore hari ini diruangan lain.

"Siap Sir."

Anak buah Jay, langsung membungkuk patuh atas segala perintah dari atasannya.

"Jangan lupa, bawakan juga aku seorang wanita." Ucap Jay sambil melepas kemeja miliknya dan hanya menyisakan kolor yang melekat ditubuhnya.

"Yang model seperti apa Sir!" Tanya anak buah Jay yang memang selera Bosnya itu sering berubah-ubah sesuai dengan mood yang dia rasakan.

"Spanish Guitar!"

Jay adalah definisi uang bisa membeli segalanya, jangankan kehormatan dan juga jabatan, iman yang setipis tissu baginya mampu dengan mudahnya dia taklukan.

"Siap Sir!"

Mereka sudah hafal dengan betul, bagaimana keinginan dari Bosnya jika sedang memberikan pelajaran yang begitu mengerikan kepada seorang pengkhianat dari organisasinya, karena pasti akan ada seorang wanita yang dijadikan hiburan tambahan untuk mengurangi berisiknya suara rintihan dari korban.

Disebuah ruangan khusus yang juga memiliki sistem kedap suara, Jay sudah standby diatas ranjang panas miliknya, dengan sebuah tirai putih yang menerawang sebagai pembatas tempat antara dia dan anak buahnya.

"Woi, kalian menunggu apa lagi, hah?" Teriak Jay dari balik tirai, saat suasana dihadapannya masih terlihat sepi, belum ada pergerakan sama sekali, sedangkan dirinya sudah berada diposisi On, karena wanita bayarannya sudah pamer tubuh sedari tadi.

"Apa kita akan memulainya sekarang?"

Jauh disudut hatinya, terkadang seorang Mafia pun punya sisi tidak tega juga, jika target korbannya adalah rekan yang sama-sama pernah berjuang mempertahankan nyawa untuk mencari nafkah keluarga.

"Menurutmu?" Tanya Jay dengan suara lantangnya karena merasa kesal, padahal dia sudah memerintahkan hal itu sedari tadi pikirnya.

"Ta-tapi?"

Dia sudah mengikat seluruh tubuh target diatas kursi, jadi gerakan apapun yang akan dia hantamkan nantinya kearahnya tidak akan pernah bisa dilawan.

"Jika kamu merasa tidak sanggup, bertukarlah posisi!" Ucap Jay dengan senyuman anarkisnya, sambil menikmati setiap sentuhan dari wanita bayarannya tadi.

"Baik Sir, saya akan memanggil anak buah yang lainnya saja, untuk menyelesaikan tugas ini." Anak buah itu langsung ingin bergegas pergi, karena dia memang merasa tidak sanggup sebenarnya untuk melakukan hal itu dengan rekan kerjanya.

"Bukan dengan anak buah lainnya, tapi silahkan kamu bertukar posisi dengan targetmu."

Duar!

Langkahnya kaki anak buah Jay langsung terhenti, dia paham dengan benar bahwa Jay tidak akan membuat keputusan dua kali, jadi sebelum dia yang akan menjadi korban pengganti, lebih baik dia menghabisinya terlebih dahulu.

"Maaf Sir, saya akan melakukannya sekarang juga!" Dengan keringat yang sudah mulai mengucur dengan deras, dia mulai mempersiapkan diri untuk menghajarnya.

Bugh

Satu terjangan mulai mengenai tubuh pria itu, sampai dia tersungkur dilantai.

"Argh!" Pria itupun langsung merintih kesakitan, karrna mungkin tulang rusuknya ada yang bergeser akibat tendangan maut itu.

"Kamu bisa memulainya!"

Dan saat pertunjukan itu dimulai, Jay pun menyuruh wanuta bayarannya untuk memulai sedi ranjang panas miliknya.

"Tentu saja Tuan." Setiap wanita yang masuk kedalam gedung itu, pasti keluar dengan tawa bahagia, karena memang bayarannya luar biasa.

Bugh

"Emh, ahh.urmh!"

Saat hantaman kedua terjadi, saat itu pula Jay sudah mulai mendesis merasakan nikmat dari benda pusaka miliknya yang seolah berdenyut kencang, karena perlakuan wanita bayaran yang sudah sekelas profesional itu sedang menggarap dirinya habis-habisan.

Bugh

"Argh.. Ampun Sir, ampun!"

Saat kesakitan yang dia alami sudah terasa amat menyakitkan, dia pun mulai memohon pengampunan kepada Jay.

"Hmpth.. Lebih cepat lagi, uhh!"Namun Jay seolah tak perduli, dia semakin menekankan kepala wanita itu dibawah sana dan meraih kedua gundukan wanita itu sebagai pegangan tangannya.

Jay mengganti oli pribadinya tanpa harus mengeluarkan tenaga dan keringatnya, karena dia cukup duduk santai biarkan mulut wanita bayarannya yang bekerja dengan ekstra.

Karena sejatinya, sebr€ngsek apapun seseorang, dia tidak mau mengeluarkan keringatnya hanya untuk wanita murahan yang hanya mementingkan dunianya saja.

Jika dia diharuskan punya pasangan pasti dia akan memilih wanita baik-baik, bukan wanita yang rela menjual harga dirinya hanya demi uang semata, walaupun dirinya seorang penikmat nafsu wanita sekalipun.

"Sir, ampun saya mengaku salah!" Jerit pria itu yang sudah mulai babak belur dengan cairan berwarna merah kental yang mulai membanjiri seluruh tubuhnya.

Bugh!

"Seharusnya saat kamu menginjakkan kaki ditempat ini, kamu sudah tahu resikonya bukan?" Jay tidak akan bertindak sekejam ini jika anak buahnya tidak berulah, namun kalau sudah begini kejadiannya, sudah tidak ada ampun lagi baginya, apalagi jalur mereka harus terhambat gara-gara ulah anak buahnya yang sudah berkhianat itu.

"Maaf Sir, aku berjanji akan kembali bekerja lagi ditempat anda." Pria itu awalnya ingin cari aman, namun ternyata pilihannya salah, bahkan nyawanya saat ini sudah diujung tanduk, karena sudah bisa dipastikan tidak ada yang bisa menolongnya untuk keluar dari sini.

"Bahaha, aku sudah tidak berminat lagi menerima anak buah yang punya mental pengkhianat sepertimu!" Tawa Jay langsung terdengar menggelegar, untuk mencari anak buah sepertinya akan sangat mudah baginya, jadi untuk apa dia mempertahankan seorang pengkhianat didalam organisasinya.

"Ta-tapi sir..?"

"Habisi dia, sekarang juga!" Teriak Jay kembali dengan otot-otot diwajahnya yang ikut menegang karena kekesalan dihatinya dan juga karena gerakan wanita bayarannya yang ikut menggila seiring dengan irama kesakitan dari siksaan anak buahnya.

Bugh

Bugh

Bugh

Dengan beberapa kali terjangan dan hantaman, pria itu langsung tergeletak lemah tak berdaya, bahkan mungkin sudah mulai meregang nyawanya, karena memang hantaman itu sengaja dijatuhkan tepat pada titik sensitif ditubuhnya.

"Aaaaaa.. To-tolong.. A-ampuni a-akuu.." Jerit pria itu disisa-sisa akhir nafasnya.

Bahkan jika sang pengkhianat itu hidup sekalipun, kemungkinan besar dia akan cacat seumur hidup karena tragedi ini.

"Emh.ahh.uenaktenanrek!"

Begitu target babak belur dan sudah terkapar, begitu juga dengan sosok Jay Alisher, dia pun ikut terkapar, namun bukan karena rasa sakit ditubuhnya, melainkan rasa nikmat yang tak tertandingi, karena telah berhasil mengganti oli alami didalam tubuhnya, seiring anak buahnya memberikan hantaman dan pukulan kepada anak buahnya yang telah berkhianat.

Entah memukul atau merangkul, entah membina atau menghina, entah menguji atau memuji, entah dicintai atau menggangap sampah sekalipun, orang-orang disekitar kita akan mendewasakan kita dengan cara masing-masing.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!