NovelToon NovelToon

You'Re My World

PROLOG - Cerita Dongeng.

Alkisah, ada sepasang suami istri penyihir yang hidup dan tinggal di pedalaman hutan di daerah Selatan. Pasangan suami istri itu merasa bahagia ketika menantikan kelahiran anak pertama yang akan melengkapi keluarga kecil mereka setelah menunggu cukup lama.

9 bulan kemudian, penyihir wanita pun melahirkan penyihir kecil yang cantik hanya dengan bantuan sang suami. Namun, setelah memberikan ASI (Air Susu Ibu) pertama pada bayi perempuannya, penyihir wanita itu meninggal dunia karena mengalami pendarahan saat proses melahirkan.

Bayi penyihir cantik pun hidup dan dibesarkan oleh ayahnya. Meski begitu, ayahnya membesarkannya dengan baik. Menjadikannya gadis kecil yang cantik dan anggun, juga mengajarkan padanya cara menggunakan kemampuan sihir.

Rupanya, bayi penyihir yang telah tumbuh menjadi gadis kecil cantik itu hanya bisa menggunakan sihir berdasarkan 3 waktu secara tidak terbatas tergantung perasaannya. Yaitu, ketika sedang merasakan kedamaian, ketika sedang merasakan amarah, dan yang terakhir adalah ketika bertemu dengan cinta sejatinya.

Sebagai contoh, jika si gadis penyihir merasa damai setiap hari, maka setiap hari akan bisa menggunakan kemampuan sihirnya. Jika si gadis merasa marah dari pagi hari hingga malam hari, maka sepanjang jangka waktu itu ia akan bisa menggunakan kemampuan sihirnya. Lalu, jika si gadis penyihir bertemu dengan cinta sejatinya, artinya ia sudah bisa menggunakan kemampuan sihirnya tanpa batas waktu dan tanpa harus bergantung pada perasaannya lagi selamanya.

Tak lama setelah si gadis penyihir menguasai kemampuan sihir dengan sempurna, sang ayah meninggal dunia karena sakit yang selama ini disembunyikan.

Tepat sebelum menghembuskan nafas terakhir, sang ayah berpesan pada si gadis penyihir. Pesan dari sang ayah mengatakan agar si gadis penyihir tetap hidup bahagia meski tanpa ayah dan ibu, meminta si gadis penyihir agar melindungi hutan, tidak menyakiti sesama makhluk hidup, dan berusaha untuk menahan amarahnya karena sihir yang ditimbulkan ketika merasakan amarah adalah sihir yang berbahaya, serta semoga si gadis penyihir bisa melewati cobaan hidup saat bertemu dengan cinta sejatinya.

Gadis penyihir pun mulai hidup sebatang kara setelah itu saat dirinya berusia 12 tahun. Namun, si gadis penyihir tidak pernah merasa kesepian atau sedih karena ia berteman dengan seluruh binatang penghuni hutan. Si gadis penyihir juga terus memenuhi pesan terakhir sang ayah untuk melindungi hutan, karena ia terus merasakan kedamaian meski hanya hidup ditemani para hewan penghuni hutan dan itu ia manfaatkan untuk nenggunakan kemampuan sihirnya untuk melindungi, menghijaukan hutan, dan mensejahterakan kehidupan di pedalaman hutan tersebut.

Si gadis penyihir juga selalu bisa menahan amarahnya saat ada sekelompok atau beberapa kelompok hewan yang berbuat ulah. Karena di dalam dirinya mengalir darah seorang penyihir, ia memiliki kemampuan untuk bicara dengan hewan sejak lahir. Dan itu digunakannya untuk mendamaikan sekelompok atau beberapa kelompok hewan yang berbuat ulah, entah itu karena pertengkaran perebutan wilayah atau lainnya. Hingga ia tidak pernah mengeluarkan sihir yang berbahaya karena bisa mwngendalikan diri dan emosinya yang baik.

Si gadis penyihir juga tidak pernah menyakiti makhluk hidup lain. Ia selalu hidup rukun dengan para hewan penghuni hutan. Ia juga adalah satu-satunya manusia yang hidup di pedalaman hutan tersebut hingga tidak pernah saling menyakiti dengan sesama manusia lainnya. Hingga dirinya tetap hidup dengan selalu bahagia.

Namun, seluruh kisah ini hanyalah cerita dongeng belaka.

...

"TAMAT ...."

"Aku tidak mengerti. Kenapa Ibu selalu membacakan kisah dongeng ini padaku?" tanya seorang lelaki kecil yang rupanya adalah seorang Putra Mahkota.

"Karena ini cerita dongeng dari daerah asal Ibu, yaitu daerah Selatan. Dan Ibu juga menyukainya. Apa kau tidak suka dengan cerita dongeng ini, Aiden?" tanyanya, Sang Ratu.

"Ya, aku tidak suka lagi dengan cerita dongeng saat aku sudah besar seperti sekarang. Lagi pula, ceritanya tidak masuk akal. Masa di pedalaman hutan yang pastinya sangat besar dan luas hanya hidup sepasang suami istri? Dan setelah gadis penyihir lahir dan kedua orangtua penyihirnya meninggal dunia, si gadis penyihir itu hidup sebatang kara di hutan yang penuh dengan hewan buas itu? Bahkan wanita penyihir itu hanya melahirkan dengan bantuan suaminya, itu sangat tidak masuk akal. Lalu, biasanya cerita dongeng itu berakhir dengan pangeran atau putri yang hidup bahagia setelah bertemu dengan cinta sejatinya, tapi pada cerita dongeng ini malah tidak ada akhir yang seperti itu. Judul dongengnya juga aneh. Penyihir Cantik 3 Waktu ... jelek sekali," cerocos Putra Mahkota, Aiden.

Sang Ratu pun tersenyum simpul ke arah putra kesayangannya.

"Sebesar apa pun dirimu sekarang, kau masih berusia 8 tahun dan masih cocok untuk mendengar cerita dongeng. Namun, sepertinya putraku hanya tidak suka dengan akhir cerita dongeng ini yang tidak mengisahkan seperti dongeng biasanya seperti pertemuan antara sepasang cinta sejati. Artinya putraku memang masih anak-anak," batin Sang Ratu

"Aiden, pada cerita dongeng ini memang mengatakan yang hidup di pedalaman hutan itu hanya sepasang suami istri dan selepas keduanya meninggal dunia hanya tersisa anaknya si gadis penyihir cantik yang hidup dan tinggal di sana. Namun, ada yang bilang bahwa di pedalaman hutan daerah Selatan itu dulunya hidup suatu suku penyihir hutan dalam jumlah besar, tapi karena adanya perang dan banyak anggota suku yang bepergian, akhirnya yang hidup dan tinggal di sana hanya tersisa sepasang suami istri penyihir itu saja. Keduanya tetap memilih untuk tinggal di sana karena tidak ingin meninggalkan kampung halaman yang menyimpan banyak kisah indah seperti pertemuan keduanya sebagai cinta sejati," ucap Sang Ratu

"Apa itu benar? Ibu tahu dari mana cerita itu? Bukankah itu tidak tertulis di dalam buku dongengnya?" tanya Putra Mahkota Aiden.

"Memang tidak tertulis di dalam buku dongengnya, tapi cerita dongeng ini pernah populer di suatu zaman dan banyak orang yang membicarakannya. Jadi, Ibu bisa mengetahuinya dari kabar burung itu," jawab Sang Ratu

"Kabar burung biasanya hanya hasil rekayasa dari mulut ke mulut atau bisa saja Ibu yang mengarang cerita itu untuk menghiburku," kata Putra Mahkota Aiden.

"Benar kok, Ibu pernah mendengar ceritanya seperti itu dulu. Lalu, penyihir wanita memang hanya melahirkan dengan bantuan suaminya karena hanya ada mereka berdua yang hidup dan tinggal di sana. Mungkin saat itu mereka juga inginnya meminta bantuan dari luar hutan, namun sudah tidak sempat lagi, makanya pada akhirnya hal itulah yang termasuk jadi kesalahan mereka berdua, karena itulah akhirnya penyihir wanita itu meninggal dunia karena mengalami pendarahan saat proses melahirkan," ujar Sang Ratu

"Mungkin awalnya mereka merasa bisa menangani hal seperti kelahiran bayi mereka hanya berdua karena sama-sama merupakan seorang penyihir, namun tetap saja tidak ada yang tahu dengan pasti takdir seseorang yang sudah ditentukan Sang Pencipta. Kalau soal judul dongengnya, menurut Ibu itu sangat sesuai dengan isi ceritanya. Kan, memang benar pada akhirnya hanya ada seorang gadis penyihir cantik yang hidup dan tinggal di pedalaman hutan sepeninggal kedua orangtuanya," sambung Sang Ratu

"Judulnya itu adalah julukannya karena memang benar kalau si gadis adalah penyihir yang hanya bisa menggunakan kemampuan sihirnya tergantung 3 perasaannya, yaitu saat damai, marah, dan bertemu cinta sejatinya yang artinya adalah saat bahagianya. Lalu, kalau soal akhir ceritanya mungkin memang sengaja dibuat seperti itu agar pembaca merasa penasaran dan menantikan kelanjutan ceritanya. Mungkin suatu saat nanti akan ada buku jilid 2 yang berisi cerita lanjutan dongeng ini," lanjut Sang Ratu lagi.

"Semua itu, apa pun alasannya ... buku cerita dongeng hanyalah karangan orang dewasa untuk memenuhi imajinasi anak kecil. Aku tidak suka. Anak kecil itu harusnya diberi pengajaran yang benar bukan malah diberi kesempatan berimajinasi dengan berlebihan. Saat anak kecil dewasa nantinya malah akan menumbuhkan karakter yang polos dan mudah diperdaya," ucap Putra Mahkota Aiden.

"Tapi, cerita dongeng juga merupakan pengajaran yang dibuat khusus para anak kecil agar mereka dapat memahami pesan moral di balik ceritanya," kata Sang Ratu

"Kalau begitu, aku hanya perlu tahu pesan moral yang terkandung dalam cerita dongeng itu," ujar Putra Mahkota Aiden.

"Lalu, apa yang kau ketahui tentang pesan moral dongeng Penyihir Cantik 3 Waktu ini?" tanya Sang Ratu

"Cerita dongeng itu mengajarkan tentang cara kita mensyukuri hidup meski hanya tinggal sebatang kara dan meski begitu kita tetap bisa merasa bahagia," jawab Putra Mahkota Aiden.

"Putraku, sungguh pintar ... " puji Sang Ratu

"Tentu saja. Kan, aku ini anak Ibu dan ayah," sahut Putra Mahkota Aiden yang berhambur memeluk Sang Ratu.

"Meski Putraku masih kecil, pemikirannya sudah lebih dewasa dari pada usianya. Kuharap ini hal yang baik untuknya. Namun, cerita dongeng tidak semudah hanya memahami pesan moral yang terkandung di baliknya. Terutama cerita dongeng Penyihir Cantik 3 Waktu ini. Hanya saja ini belum waktunya untuk kau mengetahuinya, Putraku ... " batin Sang Ratu sambil membelai lembut kepala Putra Mahkota Aiden.

1 - Kabar Duka.

Hampir 20 tahun telah berlalu.

- Kerajaan Tiaret -

Sosok Ratu yang dahulu sering menemani Sang Putra Mahkota masih sama. Namun, yang berbeda adalah jika dulu Sang Ratu selalu tersenyum, kini Ratu tampak murung dan bermuram durja. Penyebabnya tak lain karena kini Putra Mahkota tengah terbaring tak sadarkan diri dalam kondisi koma selama sekitar 2 tahun di atas ranjang.

Kini Putra Mahkota tidak lagi bisa menyahuti perkataan Sang Ratu seperti dahulu hingga membuat Ratu terpuruk dalam kesedihan. Namun, Ratu tidak pernah menyerah untuk mengajak bicara Putra Mahkota meski pun tidak ada sahutan. Ratu meyakini jika Putra Mahkota masih bisa mendengar suaranya dan berharap suatu saat Putra Mahkota akan terbangun untuk mengomentari ocehannya yang tak kunjung berhenti itu. Selain itu, Ratu juga tidak punya pilihan lain karena saat ini Raja sedang berjuang dalam perang untuk mengakhirinya.

Ratu terduduk di atas ranjang tepat di samping posisi Putra Mahkota yang sedang terbaring dengan sangat lelap dalam kondisi koma. Usai membasuh sebagian tubuh Putra Mahkota dengan kain air hangat, seperti biasa Ratu akan berbincang sambil memegangi tangan atau mengusap wajah tampan anak semata wayang kesayangannya itu.

"Aiden, Ibu datang lagi, Nak. Ayo, kita mengobrol seperti biasa. Sebenarnya Ibu jadi sering merasa sedih karena ayahmu sedang berjuang untuk mengakhiri perang. Namun, selain merindukan ayahmu, Ibu juga merindukanmu, Putraku. Karena itu cepatlah bangun dan buka matamu agar Ibu tidak sendirian dan kesepian lagi," ucap Ratu yang bermonolog ria di samping Putra Mahkota yang terus memejamkan kedua matanya.

"Ibu memang merasa sedih, tapi itu akan hilang kalau Ibu membaca dongeng kesukaan Ibu. Ibu tahu kalau kau tidak suka membaca atau mendengar dongeng saat sudah dewasa seperti ini, tapi tolong izinkan Ibu membacanya kali ini saja. Kalau kau memang sangat tidak suka, maka bangunlah untuk melarang dan menghentikan Ibu. Ibu harap keajaiban itu benar-benar terjadi," sambung Ratu yang terus mengoceh bahkan mulai membaca dongeng dari sebuah buku.

Sudah sekitar 2 tahun lamanya Putra Mahkota terus terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang dalam keadaan koma dengan penyebab yang tak kunjung diketahui. Raja dan Ratu sekaligus pihak kerajaan telah berusaha yang terbaik mulai dari mendatangkan dokter terhebat bahkan sampai ahli alternatif, tapi tidak ada yang mampu mengobati atau membuat Putra Mahkota terbangun dari tidur panjangnya.

Itu dimulai dari perjamuan kecil di Istana Kerajaan. Pada hari acara berlangsung, Putra Mahkota masih baik-baik saja. Namun, setelah seminggu kemudian, Putra Mahkota tidak terbangun di pagi hari. Penyelidikan pun telah dilakukan. Mulai dari melakukan interogasi pada seluruh pekerja Istana Kerajaan, bahkan Raja dan Ratu sampai memecat beberapa pekerja yang diduga lalai. Lalu, juga melakukan penyelidikan ke luar Istana Kerajaan.

Mulai dari penyelidikan secara diam-diam dan tertutup hingga dengan cara terbuka. Pada tamu yang hadir saat perjamuan sederhana sampai kemungkinan musuh kerajaan. Namun, semua itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Tidak ada yang mengaku atau terungkap. Hingga akhirnya Raja dan Ratu serta pihak kerajaan mulai pasrah.

Meski begitu, Putra Mahkota tetap dirawat dengan baik dengan harapan akan segera siuman dan kembali pulih seperti semula. Karena bagaimana pun juga Putra Mahkota masih bernafas meski pun terus tertidur. Raganya memang tampak seperti mati, tapi masih bernyawa. Hanya saja kondisinya dalam keadaan statis atau disebut juga koma.

Ratu pun menutup buku setelah selesai membaca cerita dongeng di dalamnya. Saat itu tiba-tiba saja seorang pelayan datang dengan tergesa-gesa.

"Salam hormat pada Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Putra Mahkota. Maafkan dan ampuni kelancangan saya yang sudah masuk sambil terburu-buru. Saya hanya ingin menyampaikan kabar bahwa pasukan perang telah kembali, begitu juga dengan Baginda Raja." Pelayan merasa tetap harus memberi salam hormat pada Putra Mahkota meski pun sedang terbaring koma.

"Kau dengar itu, Aiden? Ayahmu berhasil mengakhiri perang dan kembali. Pada surat terakhir yang Ibu terima, ayahmu mengatakan kalau perang akan segera berakhir, tapi setelah tidak ada kiriman surat lainnya lagi yang mengatakan perang benar-benar usai. Ternyata, ayahmu ingin memberi kejutan pada kita. Maaf, Aiden. Ibu harus langsung menemui ayahmu dan kau bisa menemuinya nanti. Ibu tinggal pergi dulu sebentar," ujar Ratu sambil tersenyum meski pun tanpa sahutan dari Putra Mahkota.

Ratu pun langsung menaruh buku dongeng di atas ranjang tepat di samping posisi Putra Mahkota yang terlelap dalam tidur panjang dan beranjak dengan cepat ke luar dari kamar tidur pribadi Putra Mahkota. Namun, karena gerakan di atas ranjang, buku dongeng jadi bergeser sampai menyentuh bagjan tubuh Putra Mahkota. Setelah Ratu ke luar, pelayan yang tadi datang tampak mengusap sudut matanya seolah menghapus jejak air mata, lalu ia bergegas mengikuti Ratu ke luar dari sana.

Ratu melangkah dengan cepat sambil tersenyum diikuti oleh pelayan yang berjalan di belakangnya. Namun, rupanya pasukan perang sudah lebih dulu masuk ke dalam Istana Kerajaan yang megah itu.

"Selamat datang kembali semuanya. Serta selamat dan terima kasih atas usaha dan perjuangan kalian semua dalam mengakhiri peperangan kali ini. Saya harap kalian semua tidak menderita luka dan kerugian yang terlalu parah," ucap Ratu sambil tersenyum bijak.

"Namun, di mana Baginda Raja berada? Apa Beliau kembali dengan rombongan yang berbeda dan terpisah dari kalian? Kenapa kalian semua hanya diam? Lalu, kenapa pedang milik Baginda Raja ada padamu? Apa Beliau yang menitipkannya padamu?" tanya Ratu melanjutkan saat tidak dapat melihat sang suami, yaitu Baginda Raja.

Ratu tidak mungkin tidak dapat mengenali pasangan tercintanya, apa lagi Raja pasti memiliki penampilan yang berbeda dari pasukan perang. Namun, entah berapa kali pandangan kedua mata Ratu diedarkan, ia tetap tidak bisa menemukan Raja di sana.

Pasukan yang terus terdiam akhirnya berlutut memberi hormat di hadapan Ratu.

"Salam hormat kami pada Yang Mulia Ratu!" seru seluruh pasukan.

Ratu pun mengedarkan pandangannya sekali lagi dan karena seluruh pasukan sedang berlutut, Ratu baru menyadari bahwa ada peti mati yang ikut dibawa masuk. Ratu langsung terdiam seribu bahasa.

Seorang dari anggota pasukan yang membawa pedang milik Raja pun mengangkat dan memberikan pedang tersebut ke hadapan Ratu masih dalam posisi berlutut.

"Menjawab pertanyaan Yang Mulia Ratu sebelumnya. Memang benar, Baginda Raja memitipkan pedang milik Beliau pada saya. Baginda Raja pun ikut dalam rombongan dan tidak pernah terpisah dari kami semua. Namun, mohon maaf dan ampuni kami semua yang tidak bisa melindungi Baginda Raja dengan baik. Kami semua siap menerima hukuman sekarang juga."

Tidak ada yang melihat karena seluruh pasukan sedang berlutut dan pelayan hanya berdiri di belakang Ratu. Begitu mendengar jawaban yang diberikan oleh seorang dari pasukan, tubuh Ratu langsung bergetar dengan mata yang berlinang.

Saat kedua kaki Ratu mulai melangkah, seorang dari pasukan memberi isyarat perintah agar beberapa orang dari pasukan mengangkat peti mati ke hadapan Ratu. Begitu peti mati telah diangkat ke hadapan Ratu, Ratu bersimpuh untuk menyentuh peti mati dengan tangannya yang bergetar hebat. Saat orang-orang dari pasukan membuka peti mati, Ratu pun mulai meneteskan air mata bahkan menangis dengan histeris diselingi dengan suara isak tangis yang terdengar memilukan.

"Apa kau benar-benar sudah tidak bisa membuka kedua matamu? Kenapa kau seperti ini? Bangunlah dan hapus air mataku. Jika kau berniat ingin membuatku terkejut, maka kau sudah berhasil. Jadi, sekarang tolong hentikan sandiwara ini. Kau membuatku takut. Katakan sesuatu, aku ingin mendengar suaramu. Kalau kau merasa dingin, aku akan memelukmu sampai kau kembali merasa hangat. Namun, kenapa kau malah meninggalkanku saat kondisi Aiden sedang seperti ini? Sungguh tega," racau Ratu sambil menyentuh wajah Raja yang sudah kaku dan terasa dingin.

"Kau berkata padaku akan pulang dengan membawa obat atau dokter ajaib yang bisa membangunkan Aiden dari tidurnya, tapi kenapa justru kau pulang dalam keadaan tidur seperti ini? Pembohong. Kalau seperti ini, apa yang harus aku katakan pada Aiden saat dia terbangun dan tidak bisa menemukanmu di mana pun? Bangunlah, dasar pria malas. Masih banyak yang membutuhkanmu di sini," sambung Ratu sambil berusaha memeluk tubuh Raja yang berada di dalam peti mati meski pun dengan susah payah.

Setelah sedikit tenang, beberapa pelayan datang untuk membawa Ratu ke dalam kamar agar bisa beristirahat. Sementara pasukan mengurus peti mati yang berisi Baginda Raja. Namun, ternyata pihak kerajaan tidak akan hanya memakamkan satu orang penguasa Kerajaan Tiaret saja. Karena mereka menemukan Ratu juga ikut wafat selagi istirahat karena terlalu syok dengan kabar duka yang sangat mendadak. Hingga akhirnya Raja dan Ratu dimakamkan bersamaan.

Seluruh penjuru Negeri Kerajaan Tiaret pun berduka dengan hal ini.

2 - Bagai Sambaran Petir di Siang Bolong.

Sudah beberapa waktu berlalu setelah Raja dan Ratu dimakamkan, pihak kerajaan mulai meributkan masalah penerus takhta yang masih kosong. Karena Putra Mahkota masih terbaring di atas ranjang dalam keadaan koma, semua orang berada dalam kebingunan karena merasa tidak seharusnya takhta dibiarkan kosong begitu saja dalam waktu lama. Bahkan para petinggi dari pihak bangsawan pun turut meributkan masalah ini hingga datang ke Istana Kerajaan.

Entah dengan niat baik atau ada maksud terselubung dengan keributan semua orang tentang penerus takhta, kini di suatu ruang rapat Istana Kerajaan benar-benar bising dengan suara banyak orang yang berdiskusi. Ini lebih tepat jika disebut debat kekuasaan.

Di saat seperti ini, beberapa pelayan tetap mengabdikan diri untuk merawat Putra Mahkota. Ada pelayan lelaki yang membasuh bagian tubuh dan menggantikan pakaian Sang Putra Mahkota. Lalu, juga pelayan perempuan yang membersihkan seisi kamar tidur pribadi milik penerus takhta yang seharusnya.

"Sayang sekali, di saat seperti ini Yang Mulia Putra Mahkota justru sedang terbaring lemah dan tak berdaya. Sungguh kasihan. Saat Mendiang Yang Mulia Ratu masih hidup, beliau pasti selalu dengan rajin dan tepat waktu membasuh dan mengganti pakaian Yang Mulia Putra Mahkota. Beliau pasti sedih jika tahu dan melihat orang-orang justru sibuk memikirkan penerus takhta yang harusnya menjadi milik Yang Mulia Putra Mahkota hingga mengabaikan kondisi Yang Mulia Putra Mahkota saat ini. Di mana pun memang selalu orangtua yang lebih peduli."

"Dari pada memikirkan perasaan orang yang telah tiada, justru lebih kasihan Yang Mulia Putra Mahkota. Yang disadari olehnya hanya dia yang tertidur selama semalam, tapi saat dia membuka matanya nanti dia telah menjadi sebatang kara karena Baginda Raja dan Yang Mulia Ratu telah meninggal dunia dan kenyataan dirinya telah tertidur selama 2 tahun tanpa tahu apa pun. Saat itu terjadi, aku bahkan tidak tahu apa yang harus kukatakan sebagai penjelasan untuk Yang Mulia Putra Mahkota."

"Ya, itu memang benar."

Setelah urusan pekerjaan di dalam kamar tidur pribadi Putra Mahkota selesai, para pelayan pun beranjak ke luar dan pergi dari sana.

Namun, sebenarnya tidak ada yang tahu karena sebelumnya semua orang sibuk dengan kematian Raja dan Ratu. Suatu hari, saat semua orang berduka dan sempat melupakan kondisi Putra Mahkota, sesuatu yang terbilang ajaib telah terjadi di dalam kamar tidur pribadi Putra Mahkota.

Buku dongeng yang diletakkan di atas ranjang dan menyentuh lengan Putra Mahkota tiba-tiba mengeluarkan cahaya terang hingga tubuh Putra Mahkota pun ikut bercahaya seluruhnya. Saat itu kamar tidur pribadi Putra Mahkota diliputi cahaya ajaib tanpa diketahui oleh siapa pun. Bahkan dalam tidur panjangnya, Putra Mahkota mulai bermimpi indah.

Saat ini pun setelah pelayan ke luar dari kamar tidur pribadi Putra Mahkota, buku dongeng itu kembali mengeluarkan cahaya. Meski pun buku dongeng itu tidak lagi menyentuh tubuh Putra Mahkota hingga membuatnya ikut bercahaya, namun kali ini cahayanya seolah mengusik tidur panjang Putra Mahkota. Bisa dilihat dari dahi Putra Mahkota yang berkerut hingga kedua alisnya saling bertaut.

Yang ajaibnya lagi, Putra Mahkota benar-benar membuka kedua matanya secara perlahan meski pun terasa sangat berat sambil sesekali mengerjap pelan.

"Aku bermimpi hal aneh yang sangat indah. Namun, rasanya aku sudah tidur sangat lama," gumam Aiden, Sang Putra Mahkota.

Putra Mahkota yang baru saja bangun dari tidur panjangnya merasa tubuhnya lemas dan kepalanya sakit. Meski begitu, Putra Mahkota tidak sadar bahwa dirinya telah melewati waktu selama 2 tahun hanya untuk terbangun dari tidurnya. Namun, melihat sinar matahari yang berusaha menerobos masuk tirai kamarnya, Putra Mahkota sadar kalau dirinya bangun terlambat. Begitu Putra Mahkota terbangun buku dongeng tidak lagi memancarkan cahaya secara ajaib.

"Biasanya kalau aku terlambat bangun, ibu sudah datang untuk membangunkan aku sambil mengomel. Kenapa kali ini tidak dan malah terasa sangat sepi, ya?" batin Putra Mahkota Aiden bertanya-tanya.

"Aku ingat ini bukan pakaian yang kupakai sebelum tidur semalam. Apa yang terjadi semalam?"

Setelah berusaha mengumpulkan tenaga, Putra Mahkota pun beranjak ke luar dari kamarnya karena tidak ada yang datang saat dirinya membunyikan lonceng untuk memanggil pelayan.

Putra Mahkota berjalan dengan langkah yang tertatih-tatih. Bahkan tidak sanggup berjalan dengan tegak, Putra Mahkota terpaksa berjalan sambil berpegangan dengan dinding Istana Kerajaan.

"Aku merasa tidak habis mabuk semalam, tapi kenapa tubuhku rasanya sangat lemas seperti ini? Bahkan aku saja tidak suka minum alkohol, mustahil jika aku mabuk ... " gumam Aiden

Merasa janggal dengan suasana Istana Kerajaan yang sepi, Putra Mahkota terus berjalan hingga akhirnya terdengar suara bising saat mendekati ruang rapat pertemuan.

Putra Mahkota pun berniat untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Namun, Putra Mahkota lebih dulu kembali mengumpulkan tenaganya agar tidak terlihat lemah di depan orang lain hingga membuat harga dirinya jatuh. Begitu mempersiapkan diri dan telah menyentuh knop pintu untuk dibuka, Putra Mahkota justru mendengar kenyataan bagai sambaran petir di siang bolong dari hal yang diributkan di dalam ruang rapat pertemuan tersebut.

Saat itu Putra Mahkota masih berusaha menyangkal sebelum ia mendengarnya secara langsung. Karena itu Putra Mahkota berusaha untuk tetap tegar dan menguatkan dirinya sendiri. Setelah itu Putra Mahkota pun langsung membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut hingga orang-orang yang berada di sana terkejut saat melihat kehadirannya di sana.

"Yang Mulia Putra Mahkota!" seru semuanya dengan mata terbelalak.

"Tidak perlu merepotkan kalian semua untuk memikirkan tentang penerus takhta karena aku masih hidup dan ada di sini," ucap Aiden

"Salam hormat kami pada Yang Mulia Putra Mahkota." Semua orang yang ada di sana langsung membungkuk di sekeliling Putra Mahkota.

"Berani-beraninya kalian semua mendiskusikan masalah penerus takhta selagi aku masih hidup! Katakan padaku, apa kalian berniat untuk melakukan pemberontakan?" tanya Aiden, Sang Putra Mahkota.

"Kami tidak berani, Yang Mulia."

"Kalau begitu, hentikan keributan di sini dan akhiri pertemuan kali ini. Seperti yang kalian tahu, aku masih butuh istirahat. Kalian semua sudah bisa pergi meninggalkan tempat ini. Silakan," ujar Putra Mahkota Aiden

"Semoga Yang Mulia Putra Mahkota diberi berkah umur panjang, sejahtera, dan sehat selalu."

"Kami semua pamit undur diri."

Setelah itu mereka semua beranjak pergi satu per satu. Hingga hanya meninggalkan Putra Mahkota dan Ajudan Mendiang Raja di sana.

"Tuan Parvez, berapa lama aku tertidur?" tanya Putra Mahkota Aiden

"Anda telah tertidur selama 2 tahun, Yang Mulia Putra Mahkota," jawabnya

"Jadi, bukan hanya semalam dan selama itu aku tertidur dalam keadaan koma ... " gumam Putra Mahkota Aiden yang goyah hingga harus menumpu tubuhnya dengan berpegangan pada meja besar yang ada di dalam ruang rapat tersebut.

"Apa saja yang telah terjadi selama aku tertidur dalam waktu lama?" tanya Putra Mahkota Aiden melanjutkan.

"Telah terjadi perang perebutan wilayah dan Baginda Raja tewas dalam perang tersebut. Lalu, Yang Mulia Ratu ikut wafat saat melihat Baginda Raja kembali dalam kondisi terbaring di dalam peti mati. Itulah alasan para petinggi meributkan masalah penurus takhta yang kosong," jelasnya, Ajudan Mendiang Raja bernama Tuan Parvez.

"Bawa dan antarkan aku pergi untuk melihat makam ibu dan ayah sekarang juga," pinta Putra Mahkota Aiden

"Tidak bisa, saya harus menolak perintah Anda, Yang Mulia Putra Mahkota. Anda harus istirahat untuk memulihkan kondisi Anda saat ini. Setelah Anda merasa lebih baik, saya sendiri yang akan mengantar Anda menuju makam Baginda Raja dan Yang Mulia Ratu. Kalau tidak, orang-orang tadi akan kembali dengan permasalahan yang sama. Setidaknya Anda tidak boleh membiarkan kondusi Anda terlihat lemah seperti ini," ujar Tuan Parvez

Tuan Parvez pun memanggil prajurit dan pelayan untuk membantu Putra Mahkota kembali ke kamar tidurnya agar bisa istirahat dan memulihkan diri. Seluruh penghuni Istana Kerajaan pun merasa sangat senang setelah tahu dan melihat bahwa Putra Mahkota telah sadar dari tidur panjangnya. Namun, mereka semua tetap merasa kasihan dengan Putra Mahkota yang harus menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya karena kedua orangtuanya yang telah tiada, yaitu Mendiang Raja dan Mendiang Ratu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!