NovelToon NovelToon

Papa, Where Are You?

1 Kesalahan Satu Malam

Bocah laki-laki berusia tiga tahun itu tampak duduk dengan tenang di samping dalang Ki Dimas yang sedang melakukan lakon Gatotkaca Lahir di sanggar.

Nama bocah itu Gatot. Sesekali ia membantu eyang Dimas mengambilkan wayang yang dibutuhkan. Ia melihat eyang Dimas yang lincah memainkan wayang.

Sedangkan kakak kembarnya berada tak jauh darinya. Kartini nama kakak Gatot. Ia tampak berada di dekat para sinden. Sesekali ia menembang dan meniru para sinden.

Samantha, nama mama mereka. Ia hendak memanggil kedua bocah kesayangannya itu untuk mandi. Tetapi ia membatalkan niatnya karena melihat mereka begitu asyik dengan kegiatan mereka. Aku akan menunggu sampai latihan selesai.

Bunyi gamelan berhenti. Tanda latihan telah selesai. Para sinden dan pemusik mulai meninggalkan sanggar. Mereka berpamitan pulang.

Tetapi Gatot tetap berada di dekat wayang. Ia memperhatikan wayang-wayang yang menjadi favoritnya sejak bayi. Tinggal di tempat yang berkesenian membuat Gatot dan Kartini tumbuh menjadi anak yang menyukai seni.

“Petyuk, Gayeng, Bagong, ...” Gatot menyebut nama tokoh punakawan sambil melihat wayang. Ia tampak bingung. Ia melihat eyang Dimas, pria yang sudah sepuh itu. “Eyang, Semay-nya nggak ada.”

“Semarnya ada. Ini ...” eyang Dimas menyentuh perut buncit Gatot yang seperti Semar.

*Semar, Petruk, Gareng, Bagong adalah tokoh-tokoh di wayang.

“Ha ... ha ... ha ...” Gatot merasa geli saat eyang Dimas menggelitik perut buncitnya.

“Eyang, ampun. Stop, eyang.” Gatot tidak tahan lagi dengan gelitikan eyang Dimas. Eyang Dimas menghentikan gelitikannya.

Samantha datang. “Mama ...” Gatot melihat Samantha. Mereka pulang ke rumah. Rumah mereka terletak di bagian samping sanggar. 

Samantha membersihkan tubuh Gatot dan Kartini. Setelahnya mereka makan malam. Menu hari ini sayur asem dan ikan asin. Gatot dan Kartini memakannya dengan lahap. 

“Tambah ...” Gatot mengangkat piringnya. Ia ingin makan lagi. Satu porsi piring tidak cukup untuknya. Eyang Ajeng mengambilkan nasi untuk Gatot.

“Biar saya aja, Eyang.” Samantha merasa sungkan. 

“Nggak perlu sungkan. Kita itu keluarga.” Eyang Ajeng tidak merasa direpotkan.

Tetapi Samantha tidak berpikir seperti itu. Sudah tiga tahun mereka tinggal bersama tetapi Samantha selalu merasa sungkan. Ia selalu merasa merepotkan eyang Dimas dan eyang Ajeng yang sudah menganggap dirinya dan kedua anaknya sebagai keluarga mereka. Mereka berdua sangat baik.

Flashback.

Saat Samantha masih gadis. Ayah Samantha meninggal dunia dan  meninggalkan banyak hutang. Rumah keluarga mereka sudah digadai sang ayah dan jatuh tempo. Debt collector datang menagih. Tidak hanya satu debt collector. Entah berapa banyak. Setiap hari selalu ada yang datang menagih hutang.

“Bapak yang sabar, ya. Kami akan bayar secepatnya.” Ibu tiri Samantha, Siska berusaha bernegosiasi. 

“Sabar. Sabar. Kami sudah datang dari bulan lalu. Jika tidak dilunasi, rumah ini akan kami sita,” ucap debt collector. 

Tidak hanya persoalan hutang. Perusahaan ayah Samantha juga mengalami masalah. Perusahaan ayah Samantha membutuhkan suntikan dana yang tidak sedikit. Siska dan kakak tiri Samantha, Diego berusaha mencari pinjaman ke teman-teman mereka. 

Ada satu orang yang mau menggelontorkan dana. Tetapi dengan satu syarat. Ia mau tidur dengan Samantha.

“Baiklah. Saya akan meminta Samantha datang.” Siska akan memberitahu Samantha.

“Ta, ibu ingin kamu ke hotel ini.” Siska menyerahkan kartu masuk kamar hotel.

“Ini apa, Bu?” Samantha tidak berpikir apa-apa.

“itu kamar tuan ... Kamu tak perlu tahu siapa dia. Layani dia dengan baik. Ia akan memberikan dana untuk perusahaan.”

“Maksud ibu?” Samantha tidak mengerti. Melayani tuan dengan baik? Apa maksud Ibu?

“Kamu akan tidur dengannya malam ini.”

“Aku tidak mau, Bu.” Samantha hanya mau menyerahkan kegadisannya kepada suaminya nanti.

Siska mendekat. “Kamu mau rumah ini disita? Kamu mau ibu jadi gelandangan? Kamu mau perusahaan ayahmu dinyatakan bangkrut?”

Tentu saja Samantha tidak mau. Terlalu banyak kenangan dirinya dan kedua orang tuanya di rumah ini. Dan perusahaan ayahnya yang sudah dibangun sejak dulu. Ia tak mau kerja keras sang ayah sia-sia.

“Apa tidak ada cara lain, Bu?” 

“Tidak ada. Dan jangan bertingkah. Anggap ini balas budimu karena ibu sudah membesarkanmu.” Tak ada rasa iba dari Siska. Ia hanya mau tetap hidup mewah seperti dulu tanpa peduli dengan Samantha yang akan menjadi rusak.

Samantha ingin kabur. Tapi ia juga tidak tahu mau kabur ke mana. Teman-teman yang selama ini ia anggap teman sudah menjauh saat tahu keluarganya banyak hutang,

Samantha menuju hotel yang dimaksud.

Tidak aku duga malam pertamaku terjadi hari ini. Dengan orang yang tidak aku kenal. Siapa dia? Seperti apa dia? Ibu tidak memberitahukanku. Bahkan namanya aku tidak tahu. 

Samantha berjalan masuk ke dalam hotel. Ia berdiri cukup lama di depan lift. “Kamu nggak naik?” kata seseorang saat pintu lift terbuka.

Lamunan Samantha buyar. Saat ia masuk ke dalam lift, ia bertabrakan dengan seorang wanita yang tergesa-gesa. Kartu pintu kamar yang ia pegang terjatuh. Ia mengambilnya kartu yang terjatuh. Begitu juga wanita itu.

Samantha masuk ke dalam lift. Lift menuju ke lantai dua puluh. Pintu lift terbuka. Samantha menuju ke kamar yang dimaksud. Ia membuka pintu kamar dan melihat jika kamar hotel itu sangat gelap. Samantha menyalakan ponselnya untuk mencari saklar lampu.

“Matikan ponselmu,” seru pria itu. ia ingin bermain dalam gelap. Samantha mematikan ponselnya dan menaruhnya ke dalam tas miliknya. Ia merasa pria itu mendekati dirinya. Ia bisa merasakan pria itu meraba dirinya dan tangan pria itu bergerak ke bagian tubuh Samantha.

Samantha sempat menolak. Tapi ia tidak berdaya. Rumah, perusahaan ayahnya dan nasib keluarganya berada di tangannya sekarang. Samantha dibawa pria itu ke atas ranjang. Pria itu mulai bermain dan akhirnya mereka bersatu.

Perih. Samantha mulai meneteskan air matanya. Batinnya tersiksa. Ia merasa seperti pelacur di tempat prostitusi yang menjual tubuhnya demi uang.

Jika memang kegadisanku bisa menyelamatkan perusahaan ayah, aku rela.

Semalaman pria itu bermain dengan tubuh Samantha. 

Pagi harinya Samantha terbangun. Pria itu sudah tidak ada lagi di kamar itu. Samantha pulang ke rumah. 

Di depan pintu Siska sudah berkacak pinggang. “Kamu memang anak yang tidak bisa membalas budi. Kamu ke mana saja semalam? Tuan itu menelpon ibu. Kamu tidak datang ke kamarnya. Tuan itu tidak jadi memberikan dana untuk perusahaan.”

Samantha membeku. Ia sudah datang ke hotel.

Siapa pria yang meniduriku kemarin? Aku menyerahkan kegadisanku pada siapa?

2 Orang Yang Baik Hati

“Malam ini ibu yang akan membawamu langsung ke sana. Ia mau memaafkanmu jika kamu mau tidur dengannya malam ini.”

“Tapi, Bu. Aku sudah tidur dengan tuan itu. Aku sudah tidak perawan lagi.” 

“APA!?” Siska shock. Samantha adalah satu-satunya harapannya. Dan harapan itu sudah hilang.

“Kamu tidur dengan siapa? Kita minta pertanggung jawabannya.” Siska merasa jika pria yang merenggut kegadisan Samantha itu juga kaya. Ia bisa meminta dana dari pria itu.

“Samantha tidak tahu siapa pria itu. Kamar hotel sangat gelap. Pria itu tidak mau Samantha menyalakan lampu kamar.” Samantha ingin segera melupakan apa yang terjadi semalam. Ia merasa sangat kotor. Ia sudah mandi di kamar hotel. Tapi ia merasa dirinya kotor. 

Samantha masuk ke kamar mandi. Ia menangisi dirinya. Ia menggosok tubuhnya dengan kuat. Tetapi perasan kotor itu tetap menempel. Entah berapa kali Samantha menggosok tubuhnya. 

Kegadisannya hilang. Perusahaan ayahnya, rumah dan keluarganya juga akan hilang.

Samantha berusaha melupakan apa yang terjadi saat kegadisannya terenggut oleh pria tidak dikenal.

Ia dijual lagi oleh ibu tirinya ke pria hidung belang. Diego yang menemani/menjaga agar Samantha tidak kabur.

Entah berapa kali Samantha berhubungan dengan pria-pria. Sepertinya ia sudah tidak bisa menghitung.

Sampai suatu ketika ia mengalami apa yang dialami oleh ibu yang hamil muda. Benih tumbuh di dalam rahimnya. Siapa ayah anaknya? Ia tidak tahu. Terlalu banyak pria yang berhubungan dengannya.

“Kamu hamil? Bukankah ibu bilang untuk selalu memakai pengaman. Gugurkan bayimu.” Perintah Siska. 

“Aku tidak mau. Aku mau melahirkannya.” Samantha tak ingin dosanya bertambah. Berhubungan badan sebelum menikah termasuk dosa zina apalagi jika ia mengaborsi bayinya. Dosa-dosa zina nya akan bertambah dengan dosa pembunuhan.

Dalam keadaan hamil, Samantha dijual lagi oleh Siska. Sampai akhirnya ia berhasil kabur.

Samantha berlari dan berlari. Ia tidak membawa apa-apa. Ia hanya ingin menjauh dari keluarga yang sangat sangat toxic itu.

Uang? Tidak ada sepeserpun. Pakaian? Hanya yang melekat di tubuhnya. Semua uang hasil pekerjaan haramnya langsung mengalir ke Siska.

Turun hujan dengan derasnya. Samantha melihat ada gudang kosong di depannya. Ia berteduh di sana. Ia tidur beralaskan tanah.

Keesokkan harinya.

Samantha terbangun dan merasa lapar. Tidak ada makanan. Ia harus mencari uang. Samantha melihat ada orang yang membuang makanan yang tidak habis. Samantha dengan segera mengambil makanan itu dan memakannya. Kotor? Sudah tidak ia pedulikan lagi. Asalkan perutnya terisi, itu yang ia utamakan. 

Keesokkan harinya. Samantha mulai memulung. Botol plastik, kardus, kaleng soda ia kumpulkan untuk dijual kembali di tempat pengepul.

Walau tubuhnya kotor, Samantha tetap terlihat cantik. Pemilik pengepul itu mempunyai motif lain dengan Samantha. Ia ingin menjadikan Samantha istri keduanya. Istri pengepul itu mengetahui niat suaminya. Ia tidak mengijinkan Samantha menjual hasil mulungnya di  tempatnya lagi.

Samantha pulang dengan tangan yang membawa barang bekas. Ia terpaksa puasa karena tidak berhasil menjual barang bekas. Usia kehamilannya saat ini sekitar sembilan bulan. Selama ini Samantha tidak pernah memeriksakan kandungannya karena tidak memiliki cukup uang. Bisa makan saja ia sudah beruntung. 

Samantha merasakan tendangan di perutnya. Ia tahu bayinya masih hidup. Itu saja cukup baginya.

Maafkan mama, ya. Kalian jadi ikut menderita sama mama. Samantha berusaha menutupi rasa laparnya dengan meminum banyak air.

Pagi ini Samantha masih memulung. Ia berencana menjual hasil mulungnya di tempat lain. Tetapi rasa sakit itu muncul. Samantha mencoba bertahan. Ia tidak tahu jika sudah waktunya baginya untuk melahirkan. Ia pingsan. Tidak ada yang menolong karena mereka merasa Samantha orang gila.

Sampai akhirnya ada sepasang kakek dan nenek yang sedang berada di mobil melihat Samantha. Mereka adalah Eyang Dimas dan Eyang Ajeng. Mereka langsung membawa Samantha ke rumah sakit. Di sana lahir Gatot dan Kartini.

“Bobot bayinya di bawah rata-rata,” kata dokter yang membantu proses persalinan. “Tetapi ibu dan bayi kembarnya dalam keadaan baik.”

“Terima kasih, dokter.” Eyang Dimas dan Eyang Ajeng berterima kasih ke dokter. Mereka menemani Samantha.

Samantha siuman. Ia melihat sekitarnya. Aku ada di mana?

“Kamu ada di rumah sakit,” ucap eyang Ajeng.

Samantha menyentuh perutnya yang kempes. Tanda bayi-bayinya sudah tidak berada di sana lagi.

“Bayi-bayimu ada masih ada di NICU karena bobotnya masih di bawah rata-rata.”

“Saya mau pulang.” Samantha sama sekali tidak mempunyai uang untuk membayar rumah sakit.

“Kamu baru saja melahirkan.” Eyang Ajeng melarang Samantha untuk bergerak. “Kamu harus banyak beristirahat.”

“Tapi saya tidak punya uang.”

“Kamu tenang saja. Kami yang akan membayar semuanya.” Eyang Ajeng berusaha membuat tenang Samantha. “Nama kamu siapa cah ayu? Keluarga kamu di mana? Bapaknya anak-anak?”

Samantha hanya diam lalu ia menjawab. “Saya Samantha. Saya yatim piatu. Bapaknya anak-anak ... saya tidak tahu.”

Eyang Ajeng terenyuh. Apa Samantha ditinggal begitu saja tanpa ada pertanggung jawaban? Kasihan kamu Nduk.

“Kamu tinggal di mana?” tanya eyang Ajeng lagi.

“Saya tinggal di gudang.”

Eyang Ajeng terenyuh lagi. Ia dulu juga punya anak perempuan. Tapi ia sudah lama meninggal. Melihat Samantha ia teringat anaknya sendiri, Srikandi.

Makanan rumah sakit datang. Samantha hendak memakannya. “Eyang tidak makan?”

“Eyang sama suami eyang akan makan di kantin. Kamu habiskan makanannya ya. Biar cepat kuat lagi.” Badan Samantha bisa dibilang tinggal tulang. Ia terlalu sangat kurus karena sering menahan lapar karena tak punya uang.

Eyang Dimas datang. Kedua eyang itu makan di kantin. Eyang Ajeng menceritakan ke suaminya tentang Samantha. “Aku mau bawa Samantha pulang. Aku tidak tega.” 

Eyang Dimas setuju. Mereka tidak bisa membiarkan Samantha tinggal di gudang lagi. Terutama dengan kondisi Samantha saat ini.

Saat dokter memperbolehkan Samantha dan bayi kembarnya pulang, mereka pulang ke rumah eyang.

Eyang Dimas ternyata pemilik sanggar dan juga seorang dalang. Sedangkan eyang Ajeng adalah seorang sinden. Walaupun sudah lanjut usia tapi mereka masih pentas.

Flashback end.

Aku benar-benar berhutang budi sama eyang. Kalau nggak ada eyang, aku dan anak-anak tidak tahu bagaimana nasibnya.

Hari-hari berlalu. Gatot yang sudah berusia empat tahun sudah mulai pentas. Begitu juga dengan Kartini. Ia menjadi sinden cilik.

Tangan mungil Gatot begitu lihai memainkan wayang. Gerakan salto untuk wayang tidak begitu sulit baginya. Gatot belajar banyak di bawah bimbingan eyang Dimas.

Akhir-akhir ini Gatot sering merasa lemas. Samantha merasa curiga karena Gatot adalah anak yang aktif. Perut buncit Gatot juga menjadi kecurigaan Samantha. 

Samantha membawa Gatot ke rumah sakit. Dokter melakukan beberapa pemeriksaan dan dari sana diketahui jika Gatot terkena talasemia. Gatot mulai menjalani transfusi darah.

3 Petuah Hidup

Saat akan menjalani transfusi darah. Gatot berbaring di ranjang rumah sakit.

Tetapi sikap positif Gatot tetap ada. Ia tidak mau dikasihani oleh orang-orang. “Mama sama mbak Tini jangan nangis. Gatot nggak papa.” Gatot berusaha terlihat sehat. 

Suster datang untuk memasang alat transfusi darah.

“Bulik suster, apa jarumnya kuat?” tanya Gatot.

“Jarumnya kuat.”

“Jarumnya harus kuat. Gatot itu ototnya kawat. Tulangnya besi. Kalau nggak kuat jarumnya nanti patah.” Ucapan Gatot membuat semuanya tersenyum. Samantha yang down juga menjadi bersemangat lagi. 

Saat ini memang Gatot harus menjalani transfusi darah. Tapi aku juga harus kuat.

Talasemia memang tidak bisa disembuhkan tapi dengan pengobatan saat ini bisa meningkatkan kualitas hidup penderita.

Gatot menahan sakit saat jarum ditusuk. Ia mau menangis tapi malu. Laki-laki nggak boleh nangis.

Proses transfusi darah sudah selesai. Gatot diperbolehkan pulang.

*talasemia adalah penyakit genetik. Di mana terjadi penurunan produksi hemoglobin yang berakibat terganggunya pasokan sel darah merah ke seluruh tubuh.

Di rumah.

“Eyang ...” Gatot berlari dan memeluk eyang Dimas. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

Eyang Dimas menggendong Gatot. 

“Eyang, Gatot tadi nggak nangis.”

“Tapi eyang, Tini lihat air matanya Gatot.” Kartini memperagakan Gatot yang sempat menangis.

“Mbak Tini ...” Gatot tidak ingin diungkap rahasianya.

Eyang Dimas menurunkan Gatot saat ia melihat ada sosok pria yang datang mendekat. Arjuna? Cucuku datang? Terakhir kali mereka berhubungan adalah beberapa tahun yang lalu.

Arjuna adalah cucu eyang Dimas yang pergi ke luar negri untuk melanjutkan bisnis ayahnya di sana. 

“Eyang ...” Arjuna membungkukkan badannya. Ia menyalimi dan mencium punggung tangan eyang Dimas dan eyang Ajeng. Arjuna melihat Samantha dan anak-anak.

“Eyang nikah lagi? Jadi, ini bulik dan paklik aku?” Arjuna seperti melihat dirinya di diri Gatot. Gatot sangat mirip dengan dirinya saat kecil. Dan Kartini itu mirip ibunya saat kecil, Srikandi.

“Gundulmu itu.” Eyang Dimas memukul kepala Arjuna.

“Sakit Eyang. Aku nggak gundul. Harusnya eyang nyebut rambutmu itu.”

Gatot dan Kartini tertawa. Arjuna memperkenalkan dirinya ke Samantha. “Aku Arjuna.”

“Samantha.” Samantha menyambut jabat tangan Arjuna.

“Kamu siapa cah ayu?” Arjuna merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan pandangan mata Kartini.

“Tini. Kartini.”

“Kamu siapa cah ganteng?” Arjuna bertanya ke Gatot.

“Gatot.”

“Gatot? Gagal total?” Arjuna hanya bercanda.

“Gatot dari Gatotkaca. Yang ototnya kawat tulangnya besi itu pakde,” ucap Gatot.

“Ar, masuk. Bawa barang-barangmu masuk dulu. Ngobrolnya dilanjutin di dalam,” kata eyang Ajeng.

“Inggih.”

Arjuna beristirahat sebentar di dalam kamarnya. Ia merasa jet lag. Di dalam kamar ia mendengar suara latihan dari sanggar. Ia bisa mendengar suara Gatot yang sedang membawakan tokoh punakawan. Gatot membuat suara yang berbeda dari tiap tokoh yang ada. Gatot cukup berbakat juga.

Arjuna juga mendengar bagaimana Kartini menembang. Suara Kartini mirip suara ibu waktu kecil. Arjuna sering mendengar suara ibunya melalui kaset. Srikandi, ibu Arjuna juga menjadi sinden cilik. Keluarga mereka memang berada di bidang seni secara turun temurun.

Malam harinya.

Samantha mengetuk pintu untuk mengajak Arjuna makan malam. Menu malam ini adalah nasi liwet kesukaan Arjuna. Sengaja dibikin eyang Ajeng untuk menyambut kedatangan Arjuna yang sudah lama berada di luar negri.

Di ruang makan.

“Beneran Gatot dan Tini itu bukan anak eyang?” Arjuna masih meragukan eyangnya.

“Minta dipukul lagi tole satu ini.” Eyang Dimas emosi.

“Mak Tini, eyang bisa galak juga.” Gatot berbisik ke Kartini.

“Iya.” Tini jadi takut melihat eyang Dimas. Selama ini eyang Dimas jarang marah ke siapapun. Walaupun ada sinden atau pemain musik yang salah saat pertunjukkan, eyang Dimas tidak marah.

Selesai makan malam, Samantha menyajikan es dawet. “Kata eyang Ajeng, kamu suka es dawet.”

Arjuna langsung meminum habis es dawet favoritnya itu. “Akhirnya aku bisa minum ini lagi.” Hidup di luar negri membuatnya selalu menyantap menu barat. Makanan Indonesia juga dijual. Tapi jarang yang membuat es dawet. Biasanya ada makanan padang dan makanan lain yang harganya sudah pasti mahal. 

“Ini resepnya bude Yati, ya?” Arjuna tahu siapa pemilik resep.

“Kok kamu bisa tahu?” Samantha memang belajar membuat es dawet dari bude Yati.

“Es dawet buatan bude Yati itu paling the best.” Arjuna menambah lagi.

Selesai makan malam. Gatot dan eyang Dimas menonton youtube di TV. Mereka akan menonton pertunjukan wayang dari Ki Manteb Sudarsono. Dalang legend yang sudah meninggal karena covid dan terkenal dengan jargon pancen oye. Bagi eyang Dimas seorang dalang itu harus terus belajar seumur hidupnya. Tidak ada kata berhenti.

Pertunjukkan dimulai dengan alunan gamelan lalu diikuti nyanyian sinden. Lalu dalang mulai bercerita. Wayang mulai bergerak di layar. Kalau anak seusianya biasanya bermain game online mobile legend, berbeda dengan Gatot, ia lebih menyukai wayang.

Gatot dengan serius memperhatikan bagaimana cara Ki Manteb Sudarsono menggerakkan wayangnya. Caranya menuturkan kisah. Apalagi sabetannya saat adegan perkelahian. Mantap Jiwa. Ki Manteb Sudarsono memang bisa membuat penontonnya merasa tertarik dan menonton sampai habis pertunjukkan wayangnya. 

Tak terasa tiga jam berlalu. Eyang Dimas memang membiasakan Gatot untuk melihat banyak pertunjukkan wayang dari banyak dalang. Gatot memang bisa belajar darinya tapi Gatot yang masih kecil harus bisa menambah ilmu perdalangan dari dalang-dalang senior. 

Selesai menonton, mereka beristirahat di kamar mereka masing-masing.

Keesokkan malamnya eyang Dimas membawa Gatot ke pertunjukkan live wayang yang diadakan oleh dalang lain. 

Gatot memperhatikan dengan seksama bagaimana dalang itu beraksi. Wayang kulit mengandalkan dalang untuk bisa menjadi hidup. Wayang kulit memang hanyalah kulit yang dibentuk menjadi banyak karakter wayang tapi dengan adanya dalang, wayang kulit menjadi hidup.

Terkadang dalang juga dalam pertunjukkannya menyebutkan petuah hidup yang keluar dari wayang yang ia pertunjukkan seperti dari Ki Seno Nugroho. Beliau juga sudah almarhum. Salah satu petuahnya adalah :

Saya beritahu kamu, ya.

Kehidupan di dunia ini hanya sementara.

Kehidupan di dunia itu ibarat orang menyebutnya seperti kilatan petir.

Namun kehidupan sebenarnya di alam baka.

artinya ada di akhirat sana.

kalau perilakumu di dunia penuh dengan kekeliruan, senang jahat terhadap sesama, tindakan buruk, budi pekertimu tidak baik.

besok kelak tempatmu menebus dosa akan sulit.

kesulitan untuk menebusnya.

suatu saat kamu akan mendapatkan siksaan tanpa pengampunan.

tapi jika perilakumu di dunia berbudi pekerti luhur 

tidak pernah salah tindakanmu.

selalu benar perbuatanmu.

dan besok di akhirat akan nyaman hidupmu.

seperti itu kok gak dipikir.

kamu itu sebenarnya mikir apa?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!