NovelToon NovelToon

Affair With BOSS

Satu

"Perkenalkan dia Evelyn mulai hari ini dia akan bekerja bersama kalian sebagai pelayan pribadiku. Perlakukan dia dengan baik!" Setiap kata yang terucap dari bilah bibir berwarna merah itu terdengar begitu tegas dan tidak menerima bantahan apapun.

Manik hazel gadis bernama Evelyn itu menatap satu persatu orang yang sudah lama bekerja di Mansion ini sedangkan mereka sedang menundukan kepala saat sang Nyonya rumah berbicara. Panggil dia Clara Revelton.

"Madam Ling, tolong kau bawa Eve berkeliling. Seperti biasa lakukan tugasmu untuk membimbing setiap pelayan baru di Mansion ini. Dan kau Eve perkenalkan dia adalah Madam Ling kepala pelayan disini."

"Sekarang ikuti dia dan pelajari dengan baik apa yang dia ajarkan padamu."

Eve yang sedang menunduk langsung menganggukan kepalanya tanda mengerti, "Baik Nyonya."

Madam Ling juga terlihat membungkukan badannya, "Baik Nyonya, kalau begitu mari Eve ikuti aku." ucapnya dengan sopan lalu pamit undur diri diikuti oleh Eve yang juga melakukan hal yang sama.

"Aku akan menunjukan kamarmu dulu." Eve menatap sebuah bangunan lain yang berada di halaman belakang mansion. Itu adalah rumah khusus pelayan.

"Karena kau bekerja sebagai pelayan pribadi Nyonya jadi kau tidak perlu mengurus pekerjaan lain."

"Meskipun begitu kau tidak perlu sungkan jika membutuhkan bantuanku."

Sampai langkah mereka berhenti di depan sebuah ruangan, "Ini kamarmu. Sekarang simpan tasmu ke dalam karena aku akan membawamu mengelilingi mansion."

"Baik, Madam."

"Tidak perlu tegang seperti itu. Apa ini pertama kalinya kau bekerja?"

Lagi-lagi Madam Ling hanya mendapatkan jawaban dengan isyarat kepala yang dianggukan.

"Jangan bilang kau bisu, Nak."

"Ti-tidak, Madam." bantah Eve dengan cepat.

Madam Ling tersenyum kecil, entah kemana raut wajah yang selalu terlihat tegas dan keras itu. Madam Ling merasakan sesuatu yang berbeda bersama Eve. Dia jadi mengingat putrinya yang berada di desa.

"Mari kita mulai dari dasar, pemilik mansion ini adalah Tuan Keineer Revelton dan Nyonya Clara Revelton."

"Perlu kau tahu Tuan Kein memiliki watak yang keras maka dari itu jika nanti kau berhadapan dengannya jangan seperti ini, jika dia berbicara padamu kau harus menjawab jangan diam saja. Kau mengerti?"

"S-saya mengerti, Madam."

Madam Ling mencoba memaklumi sikap Eve yang terlihat pendiam, mungkin dia belum terbiasa. Wanita paru baya itu benar-benar membawa Eve menyusuri semua sudut mansion dan membuat Eve mengingatnya satu persatu.

Setelah selesai, Madam Ling membawa Eve kembali ke rumah khusus dan memberikan seragam pelayan yang akan dipakai oleh Eve nantinya.

"Ini pakaianmu, cepat kau ganti pakaiannya. Setelah itu ikut aku ke meja makan karena sebentar lagi waktunya Tuan dan Nyonya makan malam."

Eve langsung patuh, gadis itu buru-buru mengganti baju karena Madam Ling sedang menunggunya. Sebelum keluar Eve terlihat mengatur nafas beberapa kali, "Semoga aku tidak melakukan kesalahan." gumamnya.

Madam Ling tersenyum saat melihat Eve yang begitu telaten melayani sang Nyonya. Dengan satu kali diajari ternyata Eve mudah mengerti.

Gadis itu mengambilkan beberapa menu kesukaan sang Nyonya karena sebelumnya Madam Ling sudah menjelaskannya.

"Aku suka dengan pekerjaanmu. Hari pertama yang cukup mengesankan." puji Clara.

"Jangan terlalu memujinya, nanti dia besar kepala."

Mendengar suara berat itu, Eve membungkukan badan dan langsung bergabung dengan yang lain. Dia yakin suara itu milik Keiner Revelton yang baru saja datang ke meja makan. Untuk sekilas Eve mencuri pandang karena ingin melihat rupa tuannya.

Deg.

Manik hazel Eve bertemu dengan tatapan setajam elang yang sedang memperhatikannya, buru-buru Eve menundukan pandangannya karena merasa takut. Pria itu tampak tidak menyukainya.

---

Semilir angin malam menerpa wajah tampannya. Tampak Keineer hanya memasang wajah datar. Tatapan tajamnya memandang lurus rumah khusus pelayan dari balkon kamarnya.

"Apa yang kau lakukan disini?" sepasang tangan putih melingkar di perut Keineer.

Membuat sang pemilik badan menoleh dan mendapati sang istri yang sedang tersenyum manis padanya.

"Untuk apa kau menambah pelayan lagi, Clara? Apalagi dia terlalu muda untuk dipekerjakan."

Clara sedikit memberengut, "Aku tahu kau pasti marah."

"Tapi apa kau tahu, Kein? Siang tadi aku hampir saja tertabrak sebuah mobil jika saja Eve tidak menolongku di waktu yang tepat."

"Saat aku bertanya ternyata dia baru saja sampai di kota dan sedang mencari pekerjaan. Kupikir akan lebih baik jika ku pekerjakan dia disini sebagai balas budi."

Mendengar itu Keineer langsung memeluk istrinya, "Apa ada yang terluka?" tanyanya khawatir.

"Tidak ada, Kein. Semua ini karena Eve. Jadi kumohon biarkan dia bekerja disini."

Keineer tampak menghela nafasnya, "Tapi Clara kau tahu betul peraturan mempekerjakan pelayan disini."

"Kumohon Kein."

Ada apa dengan Clara? Keineer tahu jika istrinya ini memiliki hati yang baik. Tapi kenapa wanita itu sampai memohon-mohon hanya demi seorang pelayan?

"Akan ku pertimbangkan."

"Kau memang suamiku yang terbaik!"

---

Keesokan harinya Eve diminta datang ke kamar utama.

"Apa kau suka bekerja disini?" tanya Clara.

"Tentu saja Nyonya. Terima kasih." jawab Eve yang sedang menggosok punggung Clara. Sebagai sesama wanita Eve merasa insecure melihat kemolekan tubuh Clara yang sempurna tanpa ada cela.

"Jangan canggung begitu, aku tidak akan memakanmu."

Eve tersenyum mendengar ucapan Clara. Saat ini Clara sedang berendam di dalam bathup. Dia sengaja meminta Eve melayaninya ketika mandi karena sejak kecil Clara memang sudah terbiasa dilayani.

"Sekarang kau boleh keluar, aku akan menyelesaikan mandiku."

Eve menutup pintu kamar mandi dengan pelan, tapi betapa terkejutnya dia saat mendapat tatapan tajam tuannya yang sedang duduk bersantai di atas ranjang.

Eve membungkuk sopan lalu bergegas pergi dengan kepala yang menunduk. Entah kenapa dia merasa Keineer menatapnya dengan tatapan lain. Terkesan misterius.

Tapi meskipun begitu perlu Eve akui bahwa Tuannya itu sangatlah tampan.

---

 

Dua minggu terlewati, Eve sangat beruntung karena dia bisa bekerja dengan mudah tanpa merasa kesulitan. Dia hanya perlu melayani Clara sebelum dan sesudah Clara pergi ke butik yang dikelolanya.

"Besok aku harus pergi ke Dubai, mungkin tiga atau empat hari. Selama itu kau bebas tugas Eve."

"Jika perlu kau boleh pergi berlibur." tawar Clara.

Eve menggeleng pelan,"Tidak Nyonya, saya akan tetap berada di mansion sampai Nyonya kembali."

Clara tersenyum tipis, "Sepertinya kau tipe orang yang setia ya."

"Saya berhutang budi pada Nyonya, jadi apapun yang terjadi saya akan selalu setia pada Nyonya."

"Terima kasih, Eve." ucap Clara tulus. Clara seperti mendapat teman baru padahal orang itu adalah seorang pelayan.

"Sekarang bantu aku berkemas!"

"Baik Nyonya." patuh Eve.

Clara membawa Eve masuk ke ruangan walk in closet. Sejenak Eve terpana melihat banyaknya lemari dan rak-rak yang berjejer dengan rapi berisi barang-barang yang super mewah.

"Ambilkan kopernya disana!" tunjuk Clara pada salah satu lemari yang terletak di paling pojok.

Eve mengangguk dan lagi-lagi dia dibuat menganga karena di dalam lemari itu tersimpan banyak koper-koper mewah mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil.

"Ambil yang ukurannya sedang saja!"

Eve mengemas semua pakaian Clara dengan telaten, menata satu persatu barang yang dibutuhkan oleh Nyonya-nya saat di Dubai nanti.

Sementara Keineer pulang lebih awal dari biasanya, pria itu masuk ke dalam kamar tapi tidak mendapati keberadaan sang istri. Sayup-sayup Keineer mendengar suara dari ruangan lain.

"Sepertinya Clara ada di dalam."

Keineer membuka pintu dengan senyum lebarnya tapi sedetik kemudian senyumannya berubah datar. Selalu saja ada pelayan kecil itu di dalam kamarnya. Keineer melayangkan tatapan tajam yang membuat nyali Eve menciut.

"Nyonya, saya pamit keluar dulu. Panggil saya jika Nyonya membutuhkan bantuan yang lain." pamitnya.

Clara yang memang ingin bicara berdua dengan suaminya, mengijinkan Eve keluar dari kamarnya.

"Ada apa?" tanya Clara karena raut wajah Keineer terlihat masam.

"Sejak ada dia aku merasa kesulitan beraktivitas di rumahku sendiri. Kemana-mana dia selalu mengikutimu."

Clara memainkan telunjuknya di atas dada bidang suaminya, "Dia hanya pelayan dan kau adalah tuan rumahnya. Kau bebas melakukan apapun meskipun ada dia." balas Clara dengan kekehan.

"Maksudmu aku bebas seperti ini?" Keineer menarik tubuh istrinya dan meremas bokong sintal itu dengan penuh nafsu.

"Kein!" protes Clara.

"Kenapa? Bukankah kau bilang aku bebas melakukan apapun?"

Clara tersenyum manis, dia menangkup wajah suaminya dengan kedua tangannya.

"Aku harus pergi ke Dubai besok."

"Pergilah!"

Inilah yang Clara sukai dari seorang Keineer. Pria itu tidak pernah membatasi dirinya. Apapun yang Clara inginkan maka Keineer akan berusaha untuk menurutinya selagi itu membuat sang istri bahagia.

"Sebagai ucapan terima kasih aku akan memberimu hadiah."

Clara mencium suaminya dengan begitu agresif dan Keineer suka itu.

"Kita pindah ke ranjang." bisik Keineer dengan nada sensual.

Dua

Clara tersenyum manis, dia menangkup wajah suaminya dengan kedua tangannya.

"Aku harus pergi ke Dubai besok."

"Pergilah!"

Inilah yang Clara sukai dari seorang Keineer. Pria itu tidak pernah membatasi dirinya. Apapun yang Clara inginkan maka Keineer akan berusaha untuk menurutinya selagi itu membuat sang istri bahagia.

"Sebagai ucapan terima kasih aku akan memberimu hadiah."

Clara mencium suaminya dengan begitu agresif dan Keineer suka itu.

"Kita pindah ke ranjang." bisik Keineer dengan nada sensual.

...---...

Keineer adalah seorang putra bungsu dari keluarga Revelton. Salah satu keluarga terpandang di Spanyol.

Dia adalah tipe pria yang setia, buktinya sudah empat tahun berlalu Keineer masih mencintai satu wanita yang sama, Clara Revelton. Mereka berpacaran selama satu tahun kemudian memutuskan untuk menikah. Tapi sayangnya sampai saat ini mereka masih belum berminat untuk mempunyai seorang anak.

Clara yang masih menikmati pekerjaannya dan Keineer yang selalu menghormati keputusan istrinya.

Clara merasa beruntung karena dicintai begitu hebat oleh seorang Keineer. Dia juga memiliki ibu dan ayah mertua yang sangat menyayanginya. Sepertinya sudah lebih dari cukup.

Lagipula bukankah semua itu adalah impian para wanita?

 

Keesokan harinya Clara berangkat pagi-pagi sekali, bahkan Eve tidak sempat bertemu dengan Nyonya-nya.

"Nyonya berangkat jam tiga pagi." ucap Madam Ling memberi informasi.

"Lalu apa yang bisa aku lakukan sekarang Madam?" tanya Eve.

"Tidak ada, semua orang sudah mendapatkan bagiannya masing-masing Eve."

Terdengar helaan nafas dari mulut Eve, sekarang dia seperti seorang pegawai yang memakan gaji buta dan hal itu tidak membuatnya nyaman.

Eve memutuskan untuk mengunjungi bagian belakang mansion yang katanya terdapat sebuah danau kecil. Mungkin Eve bisa menghilangkan rasa bosannya disana.

Mansion Revelton memang memiliki tanah yang sangat luas. Bangunan bergaya eropa itu terlihat megah dan kokoh diantara bangunan yang lain.

Bahkan saat pertama kali Eve menginjakan kaki disana, dia mengira bangunan itu adalah sebuah istana karena setiap detailnya yang terlihat begitu mewah.

Dengan langkah kecilnya Eve berjalan menikmati sejuknya udara pagi ini, matanya terus menoleh kesana dan kemari karena takut ada sesuatu yang terlewat untuk dilihat. Padahal dia tinggal menggunakan buggy car, selain sengaja dia memang tidak bisa mengemudikannya.

Membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit langkah Eve berhenti. Matanya melihat sebuah danau dengan satu jembatan melengkung berada di tengah-tengahnya.

Sementara di bagian pinggir tumbuh beberapa jenis bunga dengan warna yang berbeda-beda.

"Woahh, ini benar-benar indah." ucap Eve terkagum-kagum.

Eve merasa tak habis pipir, kenapa tempat seindah ini justru berada di halaman belakang?

Eve membawa kedua kaki mungilnya melewati satu persatu batu yang menjadi pijakannya, dia ingin naik ke atas jembatan. Gadis itu pun tersenyum senang saat akhirnya dia berhasil. Eve berlari dari ujung jembatan ke ujung lain bagaikan seorang anak kecil yang berhasil mendapatkan mainan.

Dan tanpa Eve sadari seseorang sedang memperhatikannya. Dengan sesekali menyesap rokok di tangannya, matanya tidak pernah lepas dari layar monitor yang menunjukan bagian cctv ke arah danau.

"Ck, apa kubilang. Dia hanya anak kecil!" Siapa lagi kalau bukan Keineer.

Dia baru saja pulang setelah mengantar sang istri ke bandara. Awalnya Keineer hanya ingin mengambil pad yang tertinggal karena dia harus pergi ke kantor. Tapi justru malah melihat adegan yang tidak penting.

 

"Kein, jangan membuat Eve ketakutan. Biarkan dia bekerja padaku." pesan Clara sebelum pergi.

Entah kenapa Clara jadi khawatir Keineer memecat Eve saat dirinya tidak ada.

"Katakan sesuatu yang lebih penting daripada itu!" ketus Keineer karena Clara malah membahas pelayan.

Clara tampak berpikir, "Kalau begitu jagalah hatimu selama aku pergi."

"Omong kosong apa itu."

Clara tertawa kecil, "Lalu apa? Kurasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan bukan?"

"Tentu saja, Sayang." Keineer meremas bokong istrinya kemudian membubuhkan ciuman perpisahan di bibir Clara.

Tiga

Keineer membuang nafasnya dengan kasar setelah menerima panggilan video dari sang istri, wanita itu baru saja melapor jika dia tidak bisa pulang dalam waktu dekat. Dia masih harus memenuhi beberapa undangan fashion show yang diadakan di berbagai tempat di Dubai.

Keineer sendiri hanya bisa mengiyakan saja karena dia sudah terlanjur janji bahkan dari sebelum menikah jika dia tidak akan membatasi semua keinginan dan kegiatan Clara.

Tapi yang Keineer rasakan semakin hari wanita itu semakin melunjak.

Hari ini Keineer memutuskan untuk tidak berangkat ke kantor. Moodnya menjadi rusak karena kabar mengecewakan dari Clara.

"Aku malas bekerja hari ini. Kau atur saja semuanya!" perintahnya pada sang asisten lewat panggilan suara.

Memang dasar sultan, seenak jidat tiba-tiba malas bekerja tapi tetap mendapat penghasilan. Suruh-suruh orang lain pula.

Sementara di dapur, para pelayan mulai sibuk mempersiapkan hidangan untuk menyambut Clara yang akan kembali dari Dubai. Mereka belum tahu jika sang Nyonya membatalkan kepulangannya.

"Eve, bisa kau bantu aku?"

"Tentu saja, Madam." tanggap Eve dengan cepat. Sudah tiga hari ini dia hanya duduk dan menganggur.

"Tolong ambilkan wine di gudang belakang. Kau masih mengingatnya kan?"

Eve terlihat mengingat sesuatu, senyumnya mengembang siap melaksanakan tugas, "Baik, Madam."

"Berhati-hatilah!" peringat Madam Ling saat melihat Eve sedikit melompat kemudian berlari. Wanita paru baya itu tersenyum tipis.

Eve membawa langkahnya ke arah rumah khusus pelayan, di belakang bangunan itu terdapat dua bangunan yang jauh lebih kecil yang katanya adalah bagian gudang.

Eve membuka pintu dengan kunci kecil yang diberikan oleh Madam Ling sebelumnya. Gadis itu berdecak kagum saat melihat deretan botol wine dari berbagai jenis merk. di dalam sebuah rak besar yang menjulang tinggi. Rak besar tersebut tak hanya dipenuhi oleh botol wine tapi ada juga beberapa jenis minuman alkohol lainnya.

Tangan kanannya terangkat sebelah, kedua mata hazel Eve menatap satu persatu botol wine yang dimaksud Madam Ling.

"Black wine kan?" Eve berbicara sendiri, lantas mengambil salah satu botol dengan tulisan Black Wine.

Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Eve buru-buru keluar tapi saat dia ingin menutup pintu tiba-tiba dia melihat bayangan seseorang yang berjalan tergesa menuju ke halaman belakang.

"Siapa dia?" Dengan rasa penasarannya Eve mulai mengikuti bayangan tersebut. Rupa-rupanya bayangan itu milik Keineer.

Pria itu terlihat berdiri di balik dinding besar yang menjulang tinggi sebagai pembatas antara ruang gudang lain yang katanya terbengkalai. Tapi anehnya beberapa detik kemudian Keineer menghilang disana. Dan itu membuat Eve bingung.

"Yang kulihat benar-benar Tuan Kein kan? Bukan hantu?" lirih Eve.

"Siang-siang bolong begini tidak mungkin ada hantu kan?" Eve terus berbicara sendiri. Suasana menyeramkan mulai menyelimutinya. Eve bergidik ngeri kemudian lari terbirit-birit menuju ke bangunan utama.

Madam Ling sampai heran karena Eve datang dengan banjir keringat. "Ada apa, Eve?"

"Ti-tidak. Ini pesananmu, Madam."

"Terima kasih, Eve. Tapi sepertinya Nyonya tidak jadi pulang hari ini."

"Ah benarkah?"

Madam Ling mengangguk, "Tuan baru saja memberitahuku."

Itu artinya orang yang Eve lihat tadi itu benar-benar Keineer, lantas yang jadi pertanyaan adalah kemana perginya pria itu? Kenapa bisa menghilang begitu saja? Apa Keineer mempunyai kekuatan teleportasi?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!