NovelToon NovelToon

Rahim Bayaran Sang CEO

Sekertaris CEO

Prolog

Devan Alexander, seorang pembisnis muda kaya raya. Usianya menginjak 32 tahun namun belum juga ada tanda tanda pria itu untuk menjalin hubungan serius dengan wanita.

Clarisa Viana, Seorang gadis cantik yang berasal dari panti asuhan. di usianya yang menginjak 25 tahun gadis itu sudah membanting tulang demi membantu kehidupan anak panti.

Kerasnya sikap Dev membuat semua orang tunduk kepadanya. Namun tiba tiba seorang gadis datang membuat hidup Dev jungkir balik. Ya, Risa tak pernah sekalipun takut dengan Dev. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.

Kehidupan Risa yang berat membentuk dirinya hingga sekuat sekarang. Hingga akhirnya ia menjatuhkan hatinya pada pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

Dan disinilah kisah Dev dan Risa dimulai.

...

Hari ini adalah hari pertama Risa menapakkan kakinya di kota.

Wanita itu sudah berniat mendaftar posisi disebuah perusahaan terbesar.

Nampak ia mengenakan setelan rapi karna akan mengikuti seleksi penerimaan sekertaris pribadi sang CEO perusahaan itu.

"Duhh panas banget, mana angkotnya nggak dateng dateng lagi" gumamnya menggerutu karna sudah lebih dari 20 menit ia menunggu angkot namun tak kunjung datang.

"Nunggu apa neng?" Tanya seseorang bapak bapak.

"Nunggu angkot lewat pak, kok lama banget ya?"

"Wah, kalo daerah sini emang nggak ada angkot lewat neng. Naik ojek aja"

"Oh gitu ya pak"

"Orang baru ya neng?" tanya orang tersebut.

"Hehe, iya pak"

Risa langsung memesan ojek lewat handphone nya.

"Gilak, mahal banget" batinnya melihat ogkos 35 ribu di layar handphone nya.

"Ambil apa nggak ya?" Batinnya lagi karna menurutnya uang segitu bisa untuk makan 2 hari.

"Ya udah deh, mau gimana lagi" gadis itu pasrah.

Setelah 30 menit, motor tukang ojek sudah sampai di perusahaan itu.

"Wahhh rame banget" decaknya melihat banyak juga orang yang ingin menjadi sekertaris pemilik baru perusahaan itu.

Setelah lama mengikuti seleksi, kini tinggal menunggu pengumuman.

Tangannya terasa dingin karna gugup

"Perhatian semuanya!" Suara keras dari pengeras suara menggema di ruangan itu.

"Setelah perusahaan kami melakukan seleksi pagi ini, kami sudah memutuskan kandidat yang pantas untuk menduduki posisi sekertaris"

Jantung Risa semakin gugup.

Ia takut dengan kegagalan di depannya

"Dan kandidat yang lolos bernama... Clarisa Viana"

Deg deg

Jantung Risa serasa melompat dari tempatnya.

Tak menyangka, ia yang hanya gadis desa bisa menempati posisi hebat itu.

Ruangan itu riuh dipenuhi kekecewaan kandidat lain yang tidak lolos.

"Sebagai ganti bagi para kandidat yang tidak lolos, kalian langsung diterima menjadi karyawan devisi di perusahaan kami"

Suara riuh penuh kegembiraan kembali memenuhi ruangan itu.

"Untuk nona Clarisa Viana, harap menuju ke ruang Direktur sekarang juga"

Risa berjalan memasuki ruangan yang sudah disebutkan tadi.

Tok tok tok

"Permisi"

"Masuk"

Risa berjalan menunduk memasuki ruangan itu.

"Jadi kau kandidat yang dipilih" suara berat seorang laki laki membuat Risa mengangguk pelan meski masih menunduk.

"Angkat kepalamu" titahnya.

Sontak Risa mengangkat kepalanya menatap pria yang tadi berbicara padanya.

Ternyata diruangan itu ada 2 pria. Satu pria Risa duga adalah sang pemilik perusahaan itu. Sedangkan satunya sepertinya asistennya, seperti yang tertulis di name tag nya.

"Astaga, tampan sekali" batinnya menatap 2 pria didepannya.

"Perkenalkan dirimu lagi dan juga tujuanmu bekerja disini" suara tegas itu membuat Risa tersentak kaget.

"Nama saya Clarisa Viana biasa dipanggil Risa,tujuan saya bekerja diperusahaan ini yaitu untuk menyambung hidup saya serta untuk menghidupi anak panti asuhan tempat saya tinggal dulu"

"Hemm" jawaban singkat dari sang pemilik perusahaan yang bernama Dev itu.

"Mulai besok kau sudah bekerja di perusahaan ini, dan perkenalkan saya Gio sebagai asisten tuan Dev" asisten Gio memperkenalkan diri.

"Baik pak, terimakasih" Risa membungkuk hormat.

...

Tak terasa, Risa sudah bekerja diperusahaan itu selama 1 tahun.

Rasa kagumnya pada CEO perlahan berubah dengan rasa cinta yang begitu besar.

Sudah tak ada Risa yang pendiam seperti dulu.

Kini tersisa Risa yang cerewet dan cenderung agresif mendekati pemilik perusahaan itu.

Keduanya terkadang terlihat akrab dan kompak. Namun kadang juga terlihat Dev seringkali menolak gadis yang dinilainya centil itu.

"Kak, makan bareng yuk" ajak Risa pada Dev.

"Sudah kuingatkan berapa kali, panggil aku bos!" Geram Dev karna sekertaris muda itu selalu memanggilnya 'Kak'

"Ah, maaf kak, eh bos. Aku selalu lupa" Risa menyengir tanpa rasa bersalah.

Memang Dev akui, kinerja Risa sangat baik. Berkat bantuannya perusahaan mengalami perkembangan pesat.

"Mau ya?" Tawarnya lagi.

Makan Siang

Memang Dev akui, kinerja Risa sangat baik. Berkat bantuannya perusahaan mengalami perkembangan pesat.

"Mau ya?" Tawarnya lagi.

..

"No"

"Ayolah bos, sekali kali makan siang bersamaku"

Dev memandang sinis wanita di depan nya ini. Jika bukan karna kinerjanya yang baik, pasti Dev sudah memecatnya sejak dulu.

"Cih, mengajak makan seorang pria yang sudah memiliki pasangan. Bukankah itu bisa disebut murahan" ejek Dev.

"Lagian kan baru pacar bos, belum jadi istri kan? Selama janur kuning belum melengkung aku akan tetap berusaha" jawab Risa bercanda.

Dev memutar bola matanya jengah

"Kalau begitu biar saya beli makanan diluar lalu kita makan disini bersama. Gimana?" Tawar Risa sekali lagi.

"Sekali tidak tetap tidak!" Bentaknya keras namun tak membuat Risa takut karna sudah biasa pria itu marah marah.

"Ya udah kalau nggak mau" pasrah Risa.

Gadis itu segera keluar dari ruangan itu.

"Asisten Gio, makan siang bareng yuk" ajaknya pada rekan kerjanya.

"Boleh, ayo"

Keduanya mulai berjalan ke kantin.

"Loh, kok dia masuk ruangan pak Dev?" Tanya Risa pada asisten muda itu ketika melihat seorang wanita memasuki ruangan bos nya.

"Oh, dia pacar barunya pak Dev" jawab Gio santai.

"Pacar barunya?!" Risa kaget.

Asisten itu mengangguk membenarkan

"Menurutmu lebih cantikan aku atau pacar barunya itu?" Tanya Risa membuat asisten itu gelagapan menjawab.

"Emmm menurut saya kecantikan itu relatif. Jika menurut saya lebih cantik anda, tapi bisa saja menurut pak Dev lebih cantik pacarnya"

"Oh begitu ya, apa menurutmu aku pantas mengejarnya? Apa selama ini aku berlebihan?" Tanya Risa padahal ia sudah jelas tau jawabannya.

"Saya tidak tahu" asisten itu lebih memilih jalan aman.

"Sebagai seorang pria, menurutmu apa yang bisa membuat pak Dev jadi tertarik sama aku?" Tanya Risa serius.

"Biasanya laki laki suka dimanja, diperhatikan, dan juga dibelai"

"Yahh kalau itu jelas aku nggak bisa lakuin, bisa bisa aku langsung habis ditangan pak Dev" gerutu Risa mengingat betapa galaknya bosnya itu.

Ke esokan harinya,

Hari ini Risa membawa makanan untuk bekal makan siangnya.

Rencananya ia akan memberikan bekal buatannya itu pada Dev.

Jam makan siang,,

Tok tok tok

"Permisi"

Dev tidak menyahut karna jelas tau siapa gadis yang mengetuk pintunya.

Ceklek

"Bos, ini saya bawakan..."

"Siapa yang menyuruhmu masuk!" Dev memotong ucapan sekretarisnya itu.

Nampak Dev sedang duduk di sofa ruangan itu sembari memainkan poselnya.

"Maaf bos, saya cuma mau nganter ini doang kok" Risa menyengir tanpa rasa salah.

"Bawa pergi makanan sampah itu" kesalnya karna sudah paham kebiasaan Risa yang sering membawakannya makan siang.

"Ck, ini enak loh bos. Aku memasaknya sendiri" ucap Risa meyakinkan.

"Tidak!" Tolak Dev mentah mentah.

"Ah, kau tidak seru bos. Masak gini aja nggak mau sih"

"Sudah ku bilang jangan mencari perhatianku. Aku sama sekali tidak tertarik"

"Yakin nggak tertarik bos?" Tanya Risa dengan senyum menggodanya.

Gadis itu mendekat ke arah sofa itu.

"Mau ngapain kamu" Dev mulai was was.

"Kenapa emangnya?" Tanya Risa dengan senyum menggodanya semakin membuat Dev menjadi gusar.

melihat Dev was was membuat Risa tertawa keras.

"hayo mikirin apa hayo. Pasti mikir yang enggak enggak. Hayo ngaku" canda Risa.

"mana ada, kau tu yang pikiranmu kotor" Dev menunjuk dahi sekretarisnya itu.

"ish tega banget sih" gerutu Risa.

Gadis itu ikut duduk di samping bos nya.

"Coba deh kak Dev jujur sama aku. Sebenarnya apa sih yang kurang dari aku sampek kak Dev nggak mau sama aku?" Tanya Risa serius.

Kebakaran Panti

"Coba deh kak Dev jujur sama aku. Sebenarnya apasih yang kurang dari aku sampek kak Dev nggak mau sama aku?" Tanya Risa serius.

"Cih, kau masih bertanya" Dev tersenyum meremehkan.

"Aku perlu jawaban jujur darimu"

"Bagaimana aku melirikmu jika kau berkelakuan rendahan seperti ini. Kau tak ada bedanya dengan wanita murahan diluaran sana" desis Dev tak suka.

"Apa hanya karna itu? Berarti kecantikanku sudah menjadi standar kriteriamu?"

"Cih, kau kira kau cantik hah?! Mungkin kau adalah wanita ter jelek yang pernah aku temui" sembur Dev kesal.

Ia segera mendorong kasar gadis itu hingga Risa terjembam jatuh.

"sana keluar!"

"Astaga kak, kau itu tega sekali denganku" gerutu Risa.

"Kau pantas mendapatkannya, kau sudah keterlaluan. Jika bukan karna kinerjamu, sudah ku pastikan kau akan kutendang dari perusahaan ini"

"Lagian kau aneh kak, apa jangan jangan kau tidak normal ya? Mana ada laki laki disodori gadis cantik tapi tidak mau"

"Cih kau terlalu percaya diri, kau itu jelek"

Risa mengerucutkan bibirnya sebal dengan hinaan yang keluar dari mulut Dev.

Gadis itu tak mengambil hati ucapan pujaan hatinya itu.

Risa segera kembali ke ruangannya untuk makan siang.

Drttt

Drttt

Ponselnya berbunyi menampakan nama kontak ibu panti. Seorang paruh baya yang mengurusnya sejak kecil.

"Halo, iya bu? Apa kabar"

"Baik nak, kamu gimana disana? Betah kan?"

"Betah bu, ibu gimana kabarnya?"

"Kabar ibu baik nak, ibu senang kamu betah disana"

"Ada apa bu? Tumben telpon jam segini? Apa ada masalah?" Tanya Risa hati hati.

Tak lama kemudian suara tangis wanita itu terdengar.

"Rumah panti kebakaran nak" wanita diseberang tersedu sedu.

"Hah? Bagaimana bisa bu"

"Ibu juga nggak tau, sekarang ibu dan anak anak panti bingung harus gimana. Semuanya sudah ludes terbakar. Ibu udah nggak punya apa apa"

Risa terdiam,

Gadis itu sedikit berfikir.

Baru kemarin tiga perempat gajinya sudah ia berikan pada ibu panti. Dan jelas saja, saat ini ia hanya memegang uang untuk makan sehari harinya.

Tapi ia juga tak bisa diam melihat anak panti yang pasti kelaparan dan kesulitan tempat tinggal.

"Ibu tenang dulu, biar Risa cari solusinya ya bu"

"Tabungan panti hanya tersisa sedikit, pasti tidak cukup untuk membangun panti dan juga makan anak anak"

"Udah nggak papa bu, nanti Risa cari cara dulu. 2 jam lagi Risa kabari ya bu"

Setelah telpon terputus, Risa termenung.

Gadis itu bingung harus bagaimana, ia tak punya tabungan dalam jumlah besar.

Ia pun tak punya banyak teman disini.

"Coba aku tanya asisten Gio dulu" gumamnya.

Gadis itu mencari asisten Gio diruangannya.

"Asisten Gio"

"Iya, ada apa?"

Risa terdiam sejenak, ia mulai ragu mengutarakan maksudnya.

"Risa?" Panggilnya melihat rekan kerjanya bengong.

"Eh iya maaf. jadi begini, panti tempatku dirawat dulu mengalami musibah kebakaran. Sekarang anak anak panti terlantar karna semua benda dipanti terbakar. Aku tidak memiliki cukup tabungan untuk mereka. Apa aku boleh meminjam uang padamu? Aku janji akan menyicilnya setiap bulan" pinta Risa mengiba.

"Berapa memangnya?"

"Kalau 200 juta ada nggak?" 

"Duhh, maaf kalau nominal segitu jelas aku nggak ada. Kalau 20 juta aku ada. Kenapa tidak coba cari donatur dulu?"

"Aku juga berniat begitu, tapi masalahnya ini benar benar mendesak. Jika tidak mendapatkan uangnya hari ini juga, bisa dipastikan nanti malam anak panti akan terlantar"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!