Keributan besar yang baru saja selesai di ruang rapat membuat kedua manusia berbeda jenis ini saling terpaku pada pikiran mereka masing-masing, di kursi sudut paling depan Bos muda menyodorkan dengan kasar beberapa lembaran kertas di depan wajah gadis yang sudah terlihat pucat.
"Hapus air matamu dan tanda tangani surat pemutusan kontrak kerja di antara kita, ini pulpennya!"
"Pa--k, coba ulangi! Apakah saya salah dengar?"
"Jangan balik bertanya, cepat tanda tangani saja surat itu!"
"Jika saya menandatangani surat ini, apa nanti yang akan saya dapatkan?"
"Sebagai kompensasi, anda akan mendapatkan uang sebesar dua miliar setelah saya membeli gedung kantormu ini. Itu juga ketika surat sudah ditandatangani olehmu, pikirkan walaupun anda bangkrut. Tetapi, anda masih tetap bisa memiliki uang."
Setelah mendengar penuturan dari Arriz atasannya, membuat Fieca diam dan membaca lekat-lekat surat itu dengan tangan yang bergetar memegang pulpen.
"Jadi, bagaimana?"
"Bapak tidak usah bertanya lagi, ini suratnya sudah saya tanda tangani!"
"Bagus." Arriz mengambil handphone-nya yang berada di atas meja.
Dengan buliran air mata yang terus saja menetes membuat Fieca terlihat sangat lunglai, kakinya seakan sulit untuk berdiri dan hanya terduduk di kursi dekat Arriz.
"Baiklah, uangnya sudah saya transfer ke rekeningmu. Selamat tinggal dan jangan lupa bereskan semua barang-barang dari ruanganmu, waktu terakhirmu hanyalah pada hari ini saja."
Arriz pun bergegas meninggalkan Fieca dengan langkah angkuhnya sembari membawa surat yang telah dia masukan ke dalam tas miliknya. Jangankan menoleh ke arah Fieca, memperhatikan wajah pasi gadis itu saja dia seakan tidak sudi lagi.
Tangis Fieca pun seketika pecah di saat dia telah berada di dalam ruangannya, semua barang-barang yang mudah rusak kini dia lempar ke segala arah. Dia sudah tidak peduli lagi apa yang akan terjadi, karena kantor ini bukan lagi menjadi miliknya.
Apa nanti yang harus aku katakan pada Ayah dan Mama? Pasti mereka akan memarahiku, baru saja beberapa bulan aku berjuang di perusahaan kecil ini. Tapi, mengapa harus secepat ini aku hancur seperti belingan vas bunga kaca? jerit Fieca dengan isak tangisnya.
Setelah puas menangis selama dua jam, Fieca pun mengemasi barang-barangnya dengan sangat tergesa-gesa. Menurutnya buat apa lagi berlama-lama di tempat ini kalau hanya menumbuhkan luka karena kegagalan, lebih baik pergi dan kembali mencari jalan keluar.
"Maaf, Mbk. Apa keadaan Mbk baik-baik saja?" tanya karyawan perempuannya.
"Baik saja kok, kamu dan lainnya tetap semangat bekerjanya walau bukan saya lagi pemimpin kalian di kantor ini!"
"Maksud Mbk bagaimana?" Dua orang OB laki-laki juga ikutan menanyai dirinya.
"Perusahaan ini sudah sepenuhnya diambil alih oleh Pak Arriz, jadi mulai besok kalian bekerja di bawah pimpinan beliau."
"Mbk, ini bukan bercandaan'kan?"
"Bukan, kali ini saya serius. Saya tahu saya ini humoris, tetapi itu juga ada pada kondisi tertentu!"
"Jadi ..., Mbk resign secara halus dari kantor ini. Kenapa bisa begini, Mbk?"
"Umm, pokoknya saya harapkan kalian tetap bersemangat bekerjanya. Banggakan diri saya dengan cara kalian tetap bertahan di sini dengan sangat rajin, kita masih bisa bertemu di lain waktu kok."
"Sia--ap, Mbk. Mari saya antar dengan mobil, kebetulan juga ini telah menunjukkan jam pulang kerja," sela Gada sekretarisnya.
"Terima kasih, Gada."
"Sama-sama, Mbk. Mari saya bawakan juga barang-barang yang Mbk angkut itu."
"Ja--ngan, aku tidak mau merepotkanmu."
"Mbk!! Stop bilang seperti itu, Mbk itu sudah saya anggap seperti Kakak saya sendiri. Jadi, biarkan saya melakukan hal apapun sebagai seorang Adik."
"Dasar, kakakmu ini lapar."
"Baik Mbk, aku akan membawamu ke cafe milik temanku."
Di dalam mobil Fieca hanya mendiamkan dirinya, wajahnya pun dipalingkan ke arah jendela mobil. Gada yang paham akan kondisi Fieca dia hanya bisa memberi waktu ketenangan untuk sang Kakak angkat.
"Mbk, ehh Kak. Mari turun karena kita sudah sampai di cafe, Kakak mau makan siang'kan?"
"Iya, tapi temani Kakakmu ini yaa."
"Baik, Kak. Permintaan tolong darimu adalah kewajiban untuk diriku." Gada memegangi tangan Fieca agar tidak terlihat lungkai.
Fieca dan Gada pun memasuki cafe dengan senyum tipisnya, dia tahu mau apapun itu tetap harus tersenyum walaupun hati sudah terlihat sangat menyesakan.
"Ehhh, lu bro." Sapa seorang laki-laki yang di mana itu adalah teman Gada sang pemilik cafe.
"Hhee, gue pesan seafoud cumi dan gurita balado. Jangan lupa dua lemon tea dan dua coklat hangat."
"Cake rasa madu coklat juga yaa." Fieca ikut memesan cemilan kesukaannya."
"Baik, gue nemuin koki dulu."
"Ok, ditunggu." Teriak Gada ke temannya yang bergegas berlari ke arah dapur.
"Apa setelah ini dirimu tidak sibuk?"
"Tidak Kak, aku hanya ingin menemani dirimu saja. Kemana pun dirimu pergi, aku akan selalu berada di sampingmu."
"Mengapa kau sesayang ini sampai menganggapku sebagai seorang Kakak untukmu?"
"Karena sikap keibuanmu, Kak. Itulah yang membuatku menyayangimu, kau adalah Kakak perempuan untukku.
"Maukah nanti Gada mengantarkan Kakak untuk menemui Psikater?"
"Sudah aku bilang Kak, semua permintaanmu adalah kewajiban untuk selalu aku turuti!"
"Ribut apa sih ini, itu makanan sampai tidak disadari bahwa sudah berada di atas meja."
"Maafkan kami yaa, Bro."
"Santai, anggap saja cafe ini adalah basemant untuk kita-kita."
"Terima kasih yaa." Fieca pun menikmati makanan dengan perut yang memang susah untuk diajak kompromi.
Gada yang melihat tingkah lucu sang Kakak hanya bisa tersenyum dan ikut makan bersama. Namun, dia berpikir kembali cara apalagi untuk memulihkan mood Fieca agar terlihat riang seperti sediakala.
"Ampun dah, Kak. Itu pipi pengen aku makan, bulet sumpah."
"Emang pipi Kakak bakso super apa?" Fieca mengerucutkan bibirnya yang terlihat cemong karena kuah seafoud kesukannya.
"Haha, bagaimana tidak gemes coba kalau sama Kakak ini."
"Kakak bukan balita, Gada."
"Kak, habis ini kita pergi ke danau yuk?"
"Yang baru dijadikan orang-orang tempat prewedding itu'kan?"
"Iya Kak, kita ke sana untuk healing."
"Boleh, Kakak lanjut makan cake dulu."
Semoga cara ini bisa membuatmu lupa sama luka baru yang kau rasakan, Kak, batin Gada yang sudah duluan menghabiskan makanannya.
"Kakak ke toilet dulu ya, mau bersihin wajah Kakak yang daritadi membuat kamu cengcengesan ngetawain Kakak."
"Iya, kak."
Fieca pun memasuki toilet untuk berkumur dan memperbaiki riasan wajahnya, dia tidak mau terlihat buruk di depan khalayak ramai. Pastinya nanti Gada akan meminta dirinya untuk berpose ketika telah sampai di Danau."
"Akhirnya aku kembali elegant," gumam Fieca.
Fieca pun keluar dan menemui Gada dengan mengagetkan sang empu yang sedang merokok, dia tahu berhias itu memakan waktu cukup lama. Maklum wanita, tetapi bukannya memang harus bisa menjaga penampilan?
Rambut lurus hitam tergerai indah melambai-lambai mengikuti semilir angin yang sedari tadi sedang menerpa, wajah mulus seputih susu dan tembem berubah merah ketika dicubit. Iya, itu adalah Fieca yang berdiri santai dengan tangan terlentang seolah-olah memanggil malaikat untuk menyembuhkan isi hatinya.
"Gadaaaaa, pipi Kakak sakit. Kamu kenapa nakal segala cubit pipi Kakak, sini kamu!"
"Wlee, habisnya Kakak cuekin Gada sih."
"Gada ini kita lagi di Danau, bukan di Pantai. Buat apa kejar-kejaran kayak gini!"
Gada pun tertawa lepas karena Fieca menggelitiki perutnya. Merasa lelah dengan kelakuan absurd ini membuat Fieca kehausan, matanya melihat sekelilingi tempat hingga menemukan penjual es krim yang sedang berjualan tepat di samping penjual roti bakpao.
"Kak, kenapa?"
"Ke sana yukk." Fieca menunjuk ke arah dua kedai.
"Sebentar, Kak. Ada panggilan di handphone, Kakak duluan saja."
"Emm." Fieca beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju Kedai dengan wajah masam.
Gada pun mengangkat telpon dengan perasaan tidak enak dihatinya, [ Siang, Pak. Apakah ada yang bisa saya bantu? ]
[ Diingat mulai besok kita benahi ulang peraturan perusahaan dan lainnya di Kantor yang telah saya ambil alih, tetapi sebelum itu kita adakan rapat internal terlebih dulu. Soalnya saya mau membahas beberapa hal penting, mungkin lima hari ke depan kita akan sangat sibuk sehingga bisa lembur. Saya juga telah mengangkatmu sebagai Sekretaris saya, saya harapkan perusahaan kali ini bisa berkembang di bawah pimpinan saya walau saya juga memegang banyak perusahaan lainnya! ] Tegas Arriz dia berbicara dengan the to point.
[ Terima kasih, baik Pak. ]
Gada pun menyusul Fieca dengan berlari setelah telpon dimatikan sepihak oleh Arriz. Dia mencari-cari di mana keberadaan Fieca, ahh ternyata gadis itu sedang ikut mengantri bersama pembeli lainnya. Di tangan sebelah kiri Fieca memegang dua bungkusan roti bakpao yang beberapa detik lalu telah dia beli.
Wajah Fieca semakin bertambah merah karena terkena terik sinar matahari. Ingin rasanya Gada menjadi peneduh, tetapi itu tidak bisa karena akan mengundang kericuhan dari beberapa orang yang berada di depan dan belakangnya Fieca. Alhasil, akhirnya Gada hanya bisa memilih duduk di bawah pepohonan rindang sambil menunggu Fieca.
"Sudah berapa lama duduk di sini?" Gada kaget karena Fieca tiba-tiba saja duduk di sampingnya.
"Kenapa tidak menyahut!" Wajah Fieca semakin bertambah masam.
"Maaf Kak, beberapa menit yang lalu kok." Gada menetralkan rasa terkejutnya.
"Umm, ini es krim dan roti bakpao untukmu."
"Terima Kasih, Kak."
Fieca pun memakan bakpao itu dengan sesekali menikmati es krim rasa vanila dan madu, bakpao ini pun dia beli dengan rasa coklat. Gada juga memakan es krim dan bakpao itu dengan tertawa ringan, dia tidak heran mengapa Fieca sangat menyukai beberapa cemilan yang selalu membuat pipi Fieca membengkak.
Gada beranjak pergi ke penjual eceran, di situ dia membeli dua botol minuman es teh pucuk harum ukuran sedang. menurutnya menikmati es krim ini sama sekali tidak mengurangi rasa hausnya, lalu dia berjalan kembali untuk memberikan satu botol ukuran sedang itu kepada Fieca.
"Kenapa tidak sekalian tadi kamu membelikan Kakak gulali berwarna pink itu?"
"Kakak ingin gulali?"
Mendengar itu membuat penjual eceran itu mendekati mereka dan memberikan gulalinya ke tangan Fieca. Sontak ini membuat Gada kembali mengeluarkan uang dari dompetnya, tetapi penjual itu menolak karena saat membeli dua minuman Gada memberikan uang lebih. Gada pun hanya bisa tersenyum kagum kepada penjual yang kembali berjualan itu.
Lain halnya dengan Fieca, dengan sangat cepat dia memakan gulali. Wajahnya terlihat sangat lucu sehingga ini membuat Gada semakin tersenyum lebar, tetapi senyum itu dia artikan bahwa dirinya senang karena Fieca sangat tidak cerewet. Gada takjub kepada Fieca karena bisa semudah ini bersikap tenang dan senang di saat masalah datang melanda.
Bisakah sikap anak-anak ini berhenti sejenak dari Kak Fieca, batin Gada dengan senyumannya.
"Gada, kita berkeliling lagi yuk mencari penjual makanan berat. Perut Kakak masih lapar."
"Iya Kak, ayoo." Ingin rasanya Gada mengejek Kakaknya yang lucu ini, tetapi itu diurungkannya.
Mereka pun kembali berjalan dengan beriringan, penjagaan dan pandangan Gada tidak pernah lepas dari Fieca. Dia selalu menjaga sang Kakak dengan sangat baik, dia tahu dirinya menyimpan perasaan pada Fieca. Namun, ini mustahil bisa diterima Fieca. Rasa itu pun terus saja dia pendam demi kebahagiaan sang Kakak yang sangat berarti untuknya.
"Kak, aku mencintaimu. Tapi, hanya dengan cara inilah aku bisa menafikan seluruh perasaanku untukmu. Aku tidak mau jika nanti aku ungkapkan itu akan membuat kerenggangan, biarlah rasa ini hanya aku pendam untuk kebaikan kita berdua," gumamnya yang tidak terdengar oleh Fieca.
"Gada, kita makan di rumah makan ini saja yaa. Kakak mau makan rawon udang." Fieca mengguncang-guncangkan lengan Gada karena tergiur akan menu makanan di spanduk depan rumah makan itu.
"Baik, Kak."
Mereka berdua pun memasuki rumah makan, memilih duduk di dekat pintu supaya ketika selesai makan tidak kesulitan berdesakan keluar dari tempat ini dengan beberapa pembeli lainnya. Gada pun memesan dua minuman lemon tea, sedangkan Fieca takjub baru kali ini dia menemukan menu makanan yang estetik. Biasanya rawon itu dimasak menggunakan daging kambing atau ayam, ehh ini menggunakan udang.
"Mbk, Mas. ini makanan dan minumannya, silahkan dinikmati." Penjual itu menyajikan makanannya dengan sangat sopan.
Baru saja mencicipi rawon itu, Fieca dibuat sangat kesenangan karena rasa dari rawon ini sangatlah bisa memanjakan lidahnya. Dia pun mengambil nasi dan juga sedikit demi sedikit memakan lauk, mungkin setelah ini dia akan menambah porsi makannya.
Melihat perilaku abstrak Fieca seperti ini membuat Gada mendapatkan ide yang sangat sensasional, dia mengambil kamera canon ukuran sedang dan menyambungkan ke chanel youtube. Dia tahu Fieca ini menyukai makan, nah mungkin dengan cara ini dia bisa membuat sang Kakak dengan cepat untuk kembali mendapatkan penghasilan.
"Kak, aku mempunyai ide cemerlang untuk membuat Kakak sukses kembali dengan sangat melejit."
"Hah, bagaimana itu!" Fieca tidak berhenti menyeduh kuah rawon itu.
"Begini Kak, bagaimana kalau Kakak setiap saat itu membuat konten chanel youtube dengan tema bantu semua penjual makanan dan minuman sehat untuk menjajakan jualan mereka. Kayak chanel Makan Gratis, Bantu Laris. Itu looh, Kak."
"Menarik sih dan sesuai sama Kakak, terus?"
"Soal edit-mengedit itu serahkan ke aku saja, Kak. Nah, Kakak pakai saja dulu kamera aku ini. Bagaimana untuk percobaan pertama kita dengan rawon ini, Kak?"
"Boleh."
Setelah adanya persetujuan dari Fieca, Gada pun menghampiri penjual tersebut untuk meminta persetujuan lagi, setelah itu meja tempat mereka makan dibersihkan dan dihidangkan kembali rawon tanpa nasi. Karena saat ini Fieca hampir kekenyangan, mereka juga memesan es susu rasa vanila.
"Bentar Gada, ini Kakak harus mulai darimana dulu? Apa kayak anak kekinian yang 'Hello, Gyuss'?"
"Senyaman Kakak saja."
Fieca pun memulai aksinya, Orang-orang di sana juga ikut-ikutan menampakan dirinya di balik kamera walau hanya lewat saja. Ingin rasanya Gada tertawa lepas lagi, tetapi dia hanya bisa tertawa ringan saja. Dia tidak mau mengganggu titik fokus Fieca yang sedang berkonsentrasi di depan layar kamera dengan celoteh-celoteh bagaikan burung nuri yang sedang berkicau.
Semoga saja dengan Kakak menjadi youtubers bisa membuat diri Kak Fieca terbukti sukses tanpa adanya ejekan dari siapapun itu orang-orangnya, batin Gada yang selalu memberikan dukungan untuk Fieca.
Tiga puluh menit berlalu ...
Fieca telah menyelesaikan satu kontennya, dia tidak menyangka bahwa dia lihai dalam membawakan sebuah konten. Padahal dirinya bukan pembawa acara maupun presenter. Namun, ini sangat-sangat menarik untuk dirinya kembali bersemangat.
Gada yang membantu sang Kakak pun ikut senang dan takjub bisa melihat semangat Kakaknya telah kembali. Sungguh waktu luangnya sangat tidak sia-sia karena berhasil membuat sang Kakak ceria lagi, kamera yang tadi dipakai Fieca kini di ambil alih untuk mengedit vedio konten sebelum di update ke chanel youtube.
"Gada, kita pulang yukk."
"Iya, Kak. Kakak juga mengantuk karena kekenyangan, tidur saja nanti Kak di dalam mobil. Biar aku yang nyetir, ini juga tidak terlalu sore."
"Kakak iya-iya saja."
Melihat Fieca yang memang benar-benar menguap karena mengantuk, Gada pun menggendong Fieca Kakaknya dari belakang setelah keluar dari rumah makan itu. Dia berjalan dengan langkah pelan. Namun, sangatlah cepat.
Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di mobil, Gada membuka pintu mobil dan menyandarkan Fieca di samping kursi kemudi. Lalu, Gada mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Di dalam perjalanan menuju rumah, Fieca masih tidur dengan nyenyaknya. Sedangkan laju mobil Gada semakin melambat dikarenakan sebentar lagi mereka akan sampai di kediamannya Fieca. Perubahan laju mobil ini membuat Fieca terbangun, dia pun mengerjapkan mata sembari mengumpulkan nyawa.
"Hoaaam, apakah kita akan segera sampai?"
"Iya Kak, tapi kita singgah ke minimarket dulunya untuk membeli beberapa bungkus coklat bubuk."
"Iya, Kakak menunggu di dalam mobil saja."
Gada pun memberhentikan mobil tepat di sisi pinggir minimarket. Menurutnya tidak apa-apa memarkirkan mobil di sini karena di kelilingi banyak pasang mata, di dalam mobil pun juga ada Fieca. Setelah memastikan apakah sudah aman? Gada akhirnya melangkahkan kaki berjalan memasuki minimarket.
Sembari menunggu Gada, Fieca memeriksa handphone. Apakah banyak notifikasi? Ternyata ada yaitu dari Ayahnya, "Nak, kamu kami tinggal sendirian di rumah. Soalnya tiga hari ke depan Ayah dan Mama ada urusan di luar Kota, jaga rumah baik-baik ya!"
"Fyuuh." Fieca menghembuskan napasnya dalam-dalam.
Aku tidak tahu apakah nanti yang akan terjadi setelah Ayah dan Mama telah berada di rumah? batinnya mengingat kembali keterpurukan tadi siang.
Iya, ketika Fieca mengalami kejadian di luar nalar pada bangkrutnya perusahaan. Handphone senghaja dia matikan, itu karena dia tidak mau banyak mengambil pusing akan banyaknya notifikasi tidak penting yang bermunculan. Namun, sebelum itu dia telah meninggalkan info pada status Whatsapp.
"Kita lanjut pulang ya, Kak. Ini bungkusan snack coklat dan coklat bubuk untuk Kakak."
Gada memasuki mobil tanpa sepengetahuan Fieca, Fieca pun akhirnya mengelus dadanya untuk menormalkan rasa kaget dan tidak enaknya pada Gada. Tangannya juga mengambil kresek yang diserahkan Gada untuknya.
"Iya, maafkan Kakak ya Gada karena tidak menyadari kamu sudah ada di mobil." Fieca meminta maaf dengan puppy eyesnya.
"Santai Kakak." Gada kembali mencubit lembut pipi Fieca.
Mobil pun kembali berjalan dengan kecepatan stabil. Gada kamu pulangnya malam saja yaa, soalnya Ayah dan Mama Kakak tidak ada di rumah. Nanti Kakak masakan makan malam untuk kita berdua, bisakan?"
"Bisa kok, Kakak. Lama juga baru makan masakan ala, Kakak." Mendengar akan dimasakan oleh Fieca membuat perut Gada merasakan lapar.
Setengah jam berlalu, mereka berdua telah sampai di rumah. Gada turun terlebih dulu agar bisa menyambut Fieca turun dari mobilnya, sungguh Fieca sudah seperti seorang Puteri Raja oleh perilaku yang dilakukan Gada.
Untung saja selama kemana-mana Fieca selalu membawa kunci rumah cadangan yang tersimpan di dalam tasnya. Kalau tidak, pasti dia akan kesulitan untuk memasuki rumah beton minimalis milik orang tuanya ini.
Gada pun langsung menuju kamar tamu untuk menumpang mandi, dia juga beruntung karena tidak melupakan membawa baju ganti saat berada selain di dalam rumahnya. Berbeda dengan Fieca setelah meletakan tasnya di ruang keluarga, dia langsung saja menuju dapur untuk memasak.
Fieca tahu dirinya ini adalah perempuan manja, tetapi dia tidak melupakan qodratnya sebagai perempuan yaitu untuk bisa mengurus rumah seperti berberes, memasak, mencuci baju dan lain-lainnya. Ajaran ini dia amalkan dari nasihat Mamanya, ini pun tidak melelahkan karena dirinya sudah terbiasa.
Saat shalat magrib sudah berakhir, Fieca juga sudah menyelesaikan pekerjaannya. Lalu, dia pergi ke kamar untuk mandi dan mengerjakan ibadahnya yaitu shalat dan mengaji. Gada juga belum keluar dari kamar tamu karena sibuk akan ibadah masing-masing yang mereka laksanakan.
19.35 Wib ...
Kedua Kakak beradik ini sudah berada di meja makan, mereka menikmati makan malam ini dengan khidmat. Kali ini makanan yang Fieca masak adalah sayur asam daun melinjo, sambal petai dan telur omelet. Dalam memasak Fieca suka menambahkan banyak bumbu rayko dan sedikit garam.
Fieca juga sudah menyediakan minuman kopi panas dan air mineral di dalam gelas, benar saja. Masakan Fieca membuat Gada makan dengan sangat lahap, bahkan dia sampai menambah tiga porsi makannya. Menurutnya masakan yang paling enak itu adalah masakan Ibunya dan Fieca Kakaknya.
Akhirnya mereka berdua sudah selesai makan bersama, "Kak, aku ke ruang keluarga dulunya untuk mengedit vedio konten dan mengupdatenya ke chanel youtube."
"Iya, nanti Kakak menyusul setelah membereskan meja makan dan membuat segelas susu coklat hangat untuk Kakak!"
"Baik, Kak."
Gada melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga dengan membawa kopi yang sudah hangat, untung saja peralatan untuk konten tersebut sudah dia letakan di meja ruang keluarga. Jemari lincah Gada bermain dengan lihainya di atas keyboard laptop miliknya, jarinya seakan menari-nari seperti seorang pelukis yang melukiskan gambarnya.
Fieca yang baru saja sampai di ruang keluarga dengan tangan memegang mug berisikan susu coklat hangat. Dia juga ikutan duduk di samping Gada tanpa ingin membuat kaget atau pun menganggu. Buat apa menganggu coba kalau ini memang untuk kebaikannya agar tidak mudah diremehkan oleh orang lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!