NovelToon NovelToon

Bertemu Masa Lalu Karena Isu

1. Tersebar Isu

"Aduh … siapa sih yang nelpon siang-siang begini!"

Di tengah-tengah kesibukannya akan jadwal yang padat. Dering ponsel Kaileya tidak berhenti menginterupsi telinganya sejak 10 menit yang lalu. Seakan-akan panggilan itu suatu hal yang amat sangat penting. Hal itu membuat Kaileya mau tidak mau, ia menghentikan acara pemotretannya sejenak dan kemudian mengambil ponselnya yang disodorkan oleh sang manajer. Dengan cepat ia memeriksa siapa gerangan yang sibuk menghubunginya.

"Sara?" gumamnya pelan dan berjalan menjauh dari studio pemotretan.

Di layar benda pipih tersebut tertera nama 'Sara' yang tak lain adalah salah satu pekerjanya. Setelah menjauh dari sana, ia segera mengangkat telepon dari perempuan itu.

"Iya, kenapa, Sar? Apa mereka berulah?" tanya Kaileya dengan suara yang dikecilkan, agar tidak ada orang yang bisa mendengar percakapannya dengan seseorang di seberang telepon.

"Maaf, Bu … saya telponnya pas jam Ibu kerja. I-ini si kembar tiba-tiba demam, Bu." Sara menjawab pertanyaan dari Kaileya dengan nada panik.

"Astaga! Baiklah, aku pulang sekarang," balas Kaileya pun tak kalah panik dan langsung memutuskan sambungan secara sepihak.

Kaileya menelusuri sekelilingnya, ia memastikan tidak ada satu orang pun yang melihat apalagi mendengar percakapannya barusan. Saat sudah memastikan keadaan aman, dengan cepat ia berjalan ke luar gedung dan segera menaiki mobil dengan tujuan utamanya, yaitu apartemen pribadinya.

Setelah menempuh perjalanan dengan kecepatan di atas rata-rata dan Kaileya pun tiba di apartemen.

"Akhirnya, Ibu datang juga. Ibu datang dengan siapa?" tanya Sara dengan polosnya. Gadis itu masih sempat-sempatnya bertanya ketika situasi genting seperti ini.

"Sara, itu gak penting. Sekarang keadaan anakku jauh lebih penting, cepat!" Kaileya panik setengah mati melihat kondisi kedua anaknya yang sudah kesulitan bernafas.

Kaileya mendekati kasur anak kembarnya dan ia langsung menggendong anak perempuannya, sedangkan yang laki-laki dibawa oleh Sara. Tanpa banyak berkata lagi, Kaileya segera membawa anaknya menuju rumah sakit.

Selama dalam perjalanan menuju kesana, pikiran Kaileya sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Sekarang, yang ada di kepalanya hanya keselamatan untuk kedua buah hatinya. Bahkan, begitu sampai di rumah sakit, Kaileya sendiri yang langsung menggendong kedua anaknya, agar bisa sesegera mungkin akan mendapat penanganan dokter.

Kaileya berlari melewati banyak orang-orang yang berlalu-lalang di lobi rumah sakit. Ia seakan melupakan statusnya sebagai seorang publik figur yang mengharuskan dirinya untuk menutupi identitas keluarganya. Tanpa Kaileya sadari beberapa kamera ponsel yang ada disana sedang dan juga sudah membidik momen yang sangat menyakitkan bagi Kaileya.

"Dokter! Suster! Tolong periksa anak saya," pinta Kaileya dengan suara panik dan sedikit membesar.

Sontak, seketika orang-orang yang berada di sekitaran sana memusatkan perhatian mereka pada seorang Kaileya–seorang model ternama. Apakah mereka mendengar perkataan Kaileya? Jelas, tentu saja mereka mendengar perkataan wanita itu yang menyatakan kata 'anak', bukan?

Tak lama setelah itu, dua orang perawat perempuan datang dan segera mengambil alih anak-anak Kaileya untuk diperiksa dan ditangani lebih lanjut oleh mereka.

Kaileya terduduk lemas di kursi tunggu depan ruangan. Ia menghela nafas panjang dan mencoba meminimalisir degupan jantungnya akibat panik dengan kondisi kedua anaknya.

"Ya, Tuhan … semoga anakku baik-baik aja," doa Kaileya sambil memijat pangkal hidungnya.

"Ibu, yang tenang. Semoga si kembar baik-baik saja." Sara ikut menenangkan majikannya.

Kaileya tidak menyahuti apapun. Sekarang ia mulai merasa ada yang janggal atas apa yang sudah dirinya lakukan hari ini. Namun, saat hendak menemukan titik terang atas kejanggalan yang dirasakan olehnya, sang dokter sudah lebih dulu keluar dari ruangan dan langsung menjelaskan pada Kaileya perihal keadaan kedua buah hatinya. Sehingga, kejanggalan yang Kaileya pikirkan tadi, seketika ia lupakan.

Setelah dokter pergi dan Kaileya memasuki ruangan di mana anak-anaknya berada. Ia mendekati ranjang sang buah hati. Kaileya bisa dan sanggup jika harus dihadapi dengan masalah sebesar apapun. Tetapi, tidak dengan masalah yang menyangkut kesehatan dan keselamatan kedua buah cintanya.

Mama muda tersebut memeluk anaknya satu persatu secara bergantian. Kaileya mengusap ujung matanya yang terus mengeluarkan air, ia benar-benar lemah sekarang.

"Sayang, jangan bikin Mommy khawatir," lirihnya sambil kembali memeluk anak laki-lakinya.

Sara yang melihat itu ikut merasakan perasaan sedih yang dirasakan oleh bu bosnya–Kaileya. Sara langsung menggeleng kepalanya untuk mengusir perasaan sedih yang siap membuatnya meluncur air mata. Ia menjauh dari posisi ranjang dan menuju ke arah sofa rumah sakit. Ia hendak membuka salah satu media sosial yang kerap kali memberinya informasi terkini. Namun, ketika sudah berada di halaman beranda, Sara membelalakkan matanya terkejut dengan berita yang sedang panas dibicarakan di seluruh media.

"Bu!" Sara memanggil Kaileya dengan suara kagetnya.

Kaileya melirik sekilas kearah baby sitter itu. "Kenapa lagi, Sara?"

Sara tidak menjawab, perempuan itu malah menyodorkan ponselnya pada Kaileya, agar majikannya itu melihat sendiri isi dari ponselnya.

Kening Kaileya mengernyit heran menatap Sara. Pasalnya Sara kerap kali membuat dirinya kebingungan dengan semua tingkah laku pegawainya itu.

Kaileya langsung mengambil ponsel tersebut. Detik itu juga mata Kaileya seperti hendak keluar dari kelopaknya. Ia benar-benar tidak bisa berkata-kata dengan berita apa yang barusan ia lihat.

Hot News!!

Telah Tersebar luas Foto seorang Model Cantik Ternama, yaitu Kaileya Jennata, yang sedang membawa dua anak kecil di lobi rumah sakit. Kabarnya, diisukan kedua anak kembar itu adalah anak dari model tersebut.

Berita ini valid! No tipu-tipu! Karena ada satu warganet yang tidak sengaja mendengar langsung teriakan panik Model Kaileya, kepada salah satu dokter yang bertugas di rumah sakit siang tadi!!

Ponsel milik Sara pasti akan mencium lantai, jika saja pemiliknya tidak cepat menyambar ponselnya yang terlepas dari genggaman Kaileya.

Seketika tubuh Kaileya hilang keseimbangan, tatkala ia telah melihat sendiri rumor tentang dirinya yang tersebar luas mengenai dirinya yang mempunyai anak. Kaileya yakin sekali, pasti berita ini telah tersebar hingga ke seluruh kota.

"Bagaimana ini … apa yang harus aku lakukan?" gumam Kaileya resah.

Di saat sedang berperang dengan pikirannya. Sebuah panggilan suara kembali masuk pada ponselnya. Dengan cepat ia memeriksa siapa gerangan yang menelpon dirinya sesaat setelah berita itu viral dan tersebar. Dan, benar saja isi kepalanya mengarah pada orang yang sama, yaitu atasannya di agensi lah yang kini sedang menelpon Kaileya.

Dengan penuh ke was-wasan, Kaileya memberanikan mengangkat dan mencoba berbicara untuk meluruskan berita yang sedang panas-panasnya. Namun, belum pun Kaileya membuka mulutnya, sebuah suara laki-laki sudah duluan terdengar dari seberang sana.

"Kailey, apa maksud berita yang baru tersebar itu, hah!? Saya tidak mau mendengar penjelasan via telepon. Cepat segera datang kembali ke perusahaan!"

2. Opsi dari Agensi

Jantung Kaileya seakan berhenti berdetak mendengar suara sarkas dari seberang panggilan. Kaileya kebingungan, apa yang harus ia lakukan sekarang. Kini, ia benar-benar butuh ketenangan.

Kaileya kembali memeluk anaknya, yang ia butuhkan sekarang hanyalah ketenangan. Hanya dengan memeluk sang buah hati lah, ia bisa bisa merasa tenang.

Tuhan, apa yang harus aku jelaskan pada mereka nanti? batin Kaileya mempertanyakan, jawaban apa yang mesti ia berikan pada atasannya.

Kaileya beralih mencium kening kedua anaknya yang sudah tertidur secara bergantian. Ia bergumam meminta izin untuk kembali pergi pada kedua anaknya.

"Sara, tolong jaga mereka. Aku mau pergi sebentar. Ingat, jangan bukakan pintu untuk siapapun, kecuali untuk pihak rumah sakit, paham?" Kaileya yang hendak berangkat lagi dan menyempatkan diri untuk berpesan pada pengasuh anaknya.

"Baik, Bu. Saya akan jaga si kembar, Ibu hati-hati di jalan." Sara menyahuti pesan Kaileya.

Kaileya mengangguk singkat. Setelahnya, wanita cantik itu keluar dari ruang rawat dan ia tidak lupa memasangkan masker sebagai alat penutup wajahnya dari pandangan publik.

Saat beberapa langkah lagi Kaileya akan tiba di lobi. Kaki Kaileya berhenti melangkah ketika matanya mendapati banyak sekali awak media dengan kamera di tangan mereka, yang sedang ditahan oleh beberapa satpam pengaman. Sontak, Kaileya berjalan mundur, ia yakin sekali jika para awak media tersebut pasti akan meliputi dirinya tentang perihal yang sedang viral.

Kaileya memutar haluan. Ia memilih keluar dari gedung rumah sakit dari arah belakang. Ia berjalan dengan penuh kehati-hatian agar dirinya tidak kecolongan dan ketahuan dengan orang-orang, bahwa si model Kaileya masih berada di area rumah sakit. Yah, akhirnya Kaileya tiba di mobilnya, tanpa banyak berpikir lagi ia langsung membanting setir untuk menuju ke perusahaan tempatnya bekerja sebagai seorang model.

Berita yang tersebar siang tadi begitu cepat tersebar, apalagi dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini, sudah pasti berita tersebut telah terdengar oleh seluruh penjuru kota.

Perusahaan agensi yang menaungi Kaileya juga sudah mendengar berita tersebut. Oleh karena itu, Kaileya akan kembali kesana, sesuai perintah atasannya. Ia benar-benar harus meluruskan masalah ini, jika tidak maka akan banyak resiko yang harus ia tanggung nantinya.

Kaileya pun tiba. Tak lama satu pria datang untuk melindungi Kaileya, agar bisa melewati lautan awak media yang sudah menunggu kedatangannya semenjak tadi.

"Aduh! Rame banget, sih!" kesal Kaileya setelah sampai di dalam gedung.

Pria yang membantu Kaileya tadi adalah petugas keamanan perusahaan. Setelah ia berhasil membawa Kaileya masuk dan ia langsung segera pergi lagi, karena banyak keamanan yang harus pria itu tertibkan hari ini.

Kaileya menapaki lantai gedung tersebut. Semua mata memandang dirinya dari atas hingga bawah. Apakah Kaileya risih? Tentu saja iya, tapi ia tidak memusingkan dirinya karena hal itu. Hal yang sangat memusingkan dirinya kini adalah harus berhadapan dengan atasannya.

"Oke, rileks," ucap Kaileya mencoba untuk tenang saat membuka pintu berbahan kaca tersebut. Ia menghembuskan nafasnya berkali-kali untuk meminimalisir kegugupannya, sebelum ia akan berhadapan langsung dengan atasannya.

Begitu Kaileya masuk. Sepasang mata langsung menatapnya tajam. Ia masih mencoba untuk bersikap tenang, meskipun pada kenyataannya Kaileya sangat gugup sekarang. Apa kalian tidak akan gugup ketika akan diinterogasi oleh atasan karena sebuah kelalaian kalian?

"Kailey, jelaskan apa maksud dari berita yang viral tadi!" Suara tegas itu menginterupsi pendengaran Kaileya.

"Berita yang Bapak sedang beredar itu benar, Pak. Itu anak saya," jawab Kaileya seadanya. Walaupun ia berbohong lagi, pasti nanti urusannya akan panjang dan akan semakin rumit, kan?

"Kamu tau kan, jika perusahaan menentang kalian untuk mempunyai anak?" tanya atasan dengan nada sarkas. "Mempunyai anak untuk seorang model akan sangat mengganggu keprofesionalan kalian!"

"Iya, Pak. Saya tau," balas Kaileya masih mencoba bersikap tenang.

Sang atasan memandang Kaileya dengan penuh keseriusan. Memang agensi yang menaungi Kaileya sangat menentang model mereka mempunyai anak, apalagi anak diluar pernikahan. Sang atasan menghela nafas panjang dan seraya berkata.

"Apa kamu sudah menikah?" Sang atasan kembali menanyakan hal sakral dan privasi Kaileya.

Kaileya tidak menjawab. Bibirnya tertutup rapat, lidahnya tidak bisa diajak bekerjasama sekarang.

"Mengundurkan diri atau konversi pres?" Sang atasan memberikan opsi pada Kaileya. "Pilihlah … dan kamu boleh pergi sekarang."

***

Isak tangis seorang wanita terdengar pilu.

Kini, Kaileya sedang berada di mobil, ia akan kembali menjemput anaknya di rumah sakit. Sepanjang jalan, pikiran wanita cantik itu masih tertuju pada pilihan opsi yang diberikan oleh sang atasan.

Setelah Kaileya tiba di rumah sakit. Ia langsung menuju ruangan anaknya dan setelah semua resep obat dan biaya administrasi selesai ia urus. Kaileya harus segera membawa anaknya pergi dari rumah sakit.

Kaileya dan Sara dengan menggendong si kembar pun, berhasil tiba di mobil pribadi milik Kaileya.

Kaileya menghela nafasnya. Ia kembali membuka masker yang menutupi wajahnya. Ia memperhatikan area sekelilingnya, untuk memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya.

Namun, anggapan Kaileya yang mengira tidak ada yang melihat dirinya itu adalah kesalahan besar. Tepat di ujung parkiran, seorang pria yang sedari tadi sudah melihat kedatangan Kaileya dengan menggendong anak laki-laki dan hingga perempuan itu membuka kembali penutup wajah.

Pria tersebut semakin yakin bahwa itu adalah orang yang ia cari selama ini. Tanpa banyak berpikir, pria itu langsung menghampiri posisi Kaileya yang masih berada di sisi mobil. Dengan satu kali tarikan dari pria tersebut, membuat pergerakan Kaileya yang hendak memasuki mobil terhenti.

"Kailey? Ini benar kamu kan?" tanya laki-laki tersebut yang kini sudah berhadapan langsung dengan Kaileya.

Seketika muka Kaileya berubah menegang, tatkala melihat wajah laki-laki yang kini berada di hadapannya. Kaileya tidak bisa membuka suaranya.

Kenapa dia datang kembali, Tuhan? batin Kaileya.

"Kailey, akhirnya aku menemukanmu," ucap pria itu dengan senyum mengembang.

"Mommy, cepat …!" Suara melengking tersebut menembus pendengaran kedua orang dewasa yang berada di luar mobil.

Sontak pria tersebut melempar pandangannya ke dalam mobil lewat jendela yang tiba-tiba terbuka. Lalu ia kembali menatap Kaileya yang diam membisu dan wajah menegang.

"Kailey, apa mereka anakku? Jawab Kailey!"

Bab 3

Hari itu Kaileya langsung memilih pulang. Wanita cantik itu tidak berniat menjawab pertanyaan dari laki-laki tersebut.

Dua hari berlalu. Kaileya senantiasa mendapat teror dari atasannya, mengenai pilihan apa yang akan ia pilih nanti. Ia harus langsung memilih opsi tersebut dalam waktu dekat ini, karena jika tidak maka dirinya lah yang akan dikeluarkan langsung oleh pihak agensi. Kaileya kebingungan, apakah ia harus meninggalkan karirnya atau konversi pres untuk mengumumkan pernikahannya?

Sekarang ini, Kaileya yang baru saja selesai dengan pemotretan terbarunya, harus segera menemui atasannya yang sudah menunggunya di salah restoran ternama. Kaileya pergi ke sana dengan diantar sopir khusus untuk model-model mereka, yang dipersiapkan oleh perusahaan.

Setiba di sana. Kaileya segera memasuki bangunan mewah nan klasik tersebut. Ia tak lupa memakai penutup wajah, agar tidak ada lagi yang mengusik hal-hal yang menyangkut tentang privasinya. Kaileya melangkahkan kakinya menuju ruang VIP sebagaimana yang telah dikatakan oleh atasannya tadi melalui managernya.

"Siang, Pak." Kaileya menyapa sang atasan.

Sang atasan mengangguk sebagai respon. "Silakan, duduk."

Kaileya mendudukkan dirinya dengan anggun di salah satu sofa yang sudah disediakan. Ia mencoba menetralkan deru nafasnya, ia tidak mau jika sang atasan melihatnya yang terang-terangan sedang gugup. Bagaimana tidak gugup, jika yang akan dibahas dan ditanyakan sekarang adalah hal yang paling sulit bagi Kaileya.

"Jadi, apa pilihanmu, Kaileya? Seorang model papan atas harus tegas dengan pilihannya!" tegas Arya–atasannya. "Mengundurkan diri atau mengumumkan pernikahan di konferensi pers?"

Pertanyaan yang sama kembali ditanyakan oleh Arya. Hal itu membuat Kaileya menelan ludahnya kasar. Bagaimana ia bisa mengumumkan pernikahan, ketika ia tidak pernah menikah sebelumnya?

"Saya akan menentukan pilihan terbaik, Pak. Berikan saya waktu dua hari lagi untuk mengambil keputusan ini," balas Kaileya apa adanya. Ia bingung juga harus menjawab apa ketika berada dalam situasi seperti ini.

Arya terlihat mengangguk menanggapi jawaban salah satu model agensinya. Kemudian, fokus pria itu teralihkan ketika ponselnya berdering nyaring. Terlihat pria matang itu berbicara dengan serius dengan seseorang di seberang telepon.

"Kaileya, saya beri kesempatan dua hari lagi. Saya harap kamu bisa memutuskan pilihan yang bijak," papar Arya kembali mengingatkan Kaileya.

Kaileya tersenyum singkat dan mengangguk paham.

"Saya harus pergi lebih cepat, ada hal yang harus saya urus," pamit Arya.

"Baik, Pak. Terima kasih atas kesempatannya," balas Kaileya sambil menunduk singkat memberi rasa hormat.

Arya pergi dari ruangan tersebut. Barulah Kaileya bisa bernafas lega. Akhirnya, ia masih diberi kesempatan, meskipun hanya dua hari.

Kaileya melirik pergelangan tangan kirinya. Jam di sana menunjukkan pukul 14.40. Sekarang ia sudah merindukan kedua buah hatinya. Kaileya bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu keluar.

Sekarang yang menjadi tujuannya, yaitu menjumpai kedua buah hatinya.

***

Sore ini, Kaileya sedang membawa kedua anaknya berjalan-jalan di sebuah mall. Setelah anaknya sembuh dari demam beberapa hari kebelakang, Kaileya berniat ingin menyenangkan hati buah cintanya.

"Mommy, mau es krim," pinta anak perempuan yang cantik.

"Es krim? Tapi, kalian baru sembuh. Em … gimana kalau kita beli yang lain aja?" tanya Kaileya mengalihkan perhatian anaknya yang meminta es krim.

"Tapi, Lyka mau es krim, My." Bocah empat tahun itu masih tetap pada pilihan pertamanya.

"Kan, adek baru sembuh." Kaileya kembali memberi pengertian kepada putrinya.

Lyka yang tidak mendengar ucapan mommy-nya langsung berlari menuju toko es krim yang dimaksudkan. Ketika sedang berlari, Lyka tersandung dengan kaki kecilnya sendiri dan berakhir balita itu terjatuh dan hampir mencium lantai, jika saja balita itu tidak ditolong oleh seorang pria dewasa.

"Ada yang sakit?" tanya pria tampan yang menolong Lyka.

Lyka menggelengkan kepalanya. Ia tidak merasakan sakit ditubuhnya.

Pandangan Justin kembali terpaku pada mata indah milik anak itu. Mata ini terasa tak asing baginya.

Dari kejauhan Kaileya berlari dengan putranya untuk menyusul Lyka yang lebih dulu berlari, hingga anak itu terjatuh.

"Lyka, kamu gapapa, Sayang?" Raut panik tercetak jelas di wajah Kaileya. Ia buru-buru memeriksa keadaan tubuh putrinya.

Lyka menggeleng lagi menjawab pertanyaan mommy-nya. "Om, ini yang menolong Lyka, Mommy."

Kaileya mengikuti arah tunjuk anaknya. Ia terkejut karena yang menolong putrinya barusan adalah Justin. Dengan cepat Kaileya menarik Lyka, agar anak itu berada di sisinya.

"Kailey?" tebak Justin ketika melihat wajah Kaileya yang tertutupi masker.

Justin memandang kedua anak kembar tersebut secara bergantian. Pantas saja ia merasa tidak asing dengan mata anak perempuan tersebut, yang memang ternyata itu adalah anak yang pernah ia lihat di dalam mobil Kaileya.

Berakhirlah, sekarang mereka berempat duduk di salah satu restoran. Setelah Justin memaksa Kaileya, akhirnya wanita itu mau menuruti permintaan Justin, yang ingin berbicara dengannya sebentar.

"My, siapa Om itu?" tanya anak laki-laki tampan yang duduk disamping kiri Kaileya.

Pertanyaan itu keluar ketika mereka sedang diam-diamnya. Sontak Kaileya bingung harus memberi jawaban seperti apa pada Liam–anak laki-lakinya.

"Em, Om itu …."

"Aku Daddy kalian." Justin langsung mengakui dirinya pada kedua anak kembar itu.

Kaileya yang mendengar pengakuan dari Justin hanya bisa menggerutu dalam hati. Bagaimana bisa laki-laki itu langsung mengakui dirinya seenak hati.

"Benar, kan?" Justin menatap Kaileya dengan mengangkat keningnya pada Kaileya.

Kaileya tidak menjawab. Ia membuang muka ketika Justin kembali mempertanyakan hal itu.

"Kailey, kamu harus katakan pada anak ini, bahwa aku adalah Daddy mereka!" Justin menuntut Kaileya, agar wanita itu mengakui jika anak kembar itu adalah juga anaknya.

Kaileya kembali menatap Justin dengan tatapan yang tajam. Namun, itu sama sekali tidak membuat Justin takut. Bagaimana ia bisa takut jika pandangan tajam Kaileya bagaikan binar mata seekor kelinci.

Justin masih terus mendesak Kaileya. Hingga wanita itu tak tahan lagi mendengar suara pria itu. Setelah semuanya selesai makan dan Justin selesai membayar. Mereka semua beranjak pergi meninggalkan restoran.

Si kembar sudah dulu memasuki mobil, karena Kaileya tidak mau anaknya mendengar semua percakapan antara dirinya dan laki-laki itu. Tinggallah kedua orang dewasa itu yang masih berada di luar.

"Kailey, aku berhak atas anak itu! Kalau kamu tidak mengakui pada mereka, bahwa aku ayah kandungnya, lihat saja … akan ku bawa paksa kedua anak kembar itu!"

Kaileya langsung terbelalak ketika mendengar Justin akan membawa paksa kedua anaknya. Tidak! Ia tidak akan biarkan siapapun membawa anaknya, tanpa terkecuali.

"Berikan nomor ponsel mu." Justin menyodorkan benda pipih itu pada Kaileya yang hendak menaiki mobil.

Pikirannya tidak fokus di sini, melainkan ia masih memikirkan pilihan yang diajukan oleh atasannya.

Kaileya menyambut ponsel itu dan ia mulai mengetik beberapa angka di sana. Setelah selesai Kaileya menyerahkan kembali ponsel itu pada pemiliknya.

"Terima kasih, hati-hati calon istri. Jaga anak kembar kita."

***

Sehari berlalu, itu artinya Kaileya hanya memiliki waktu satu hari lagi untuk mengambil keputusan. Bahkan, hari ini wanita itu tidak pergi ke perusahaan.

Kaileya berjalan mondar mandir mengitari setiap ruangan apartemennya.

Pikiran Kaileya benar-benar buntu sekarang. Masa ia harus meninggalkan karir yang susah payah didapatkan, hingga dirinya bisa seperti sekarang. Lalu, bagaimana ia bisa mengumumkan pernikahan, di saat ia belum pernah menikah sama sekali.

Saat Kaileya kalut dengan pikirannya, tiba-tiba sekilas nama dan wajah Justin terlintas begitu saja.

"Nah, Justin, kan, ada," gumamnya girang seperti baru saja menemui jawaban ujian.

Ia langsung menghubungi nomor Justin. Begitu tersambung, Kaileya langsung bersuara tanpa basa-basi.

"Aku akan mengakui jika kamu adalah ayah si kembar. Tapi, dengan satu syarat." Kaileya menjeda ucapannya.

Justin tentu saja sangat senang mendengar pernyataan Kaileya. "Apa syaratnya?"

"Kita menikah … tapi, hanya menikah kontrak." Kaileya kembali menjawab.

"Tidak! Aku tidak mau jika hanya menikah kontrak." Justin menolak tawaran Kaileya.

Kaileya kembali menghela nafasnya pasrah. Sekarang, hanya Justin lah yang bisa dimanfaatkan, agar ia bisa lepas dari tekanan agensi.

"Lalu, apa maumu, Justin?" Kaileya mencoba menahan kekesalannya pada pria yang ada di seberang telepon.

"Kita menikah secara resmi untuk selamanya, aku tidak ingin menikah hanya dalam hitungan bulan, Kailey." Justin mengungkapkan keinginannya dengan penuh percaya diri.

"Oke, deal." Kaileya menyetujui itu dengan suara terpaksa. "Siang ini kita langsung ke KUA."

Sekarang Kaileya tidak ada cara lain, selagi karir dan anaknya tidak terusik, maka Kaileya akan melakukan apapun, termasuk menikah terpaksa dengan laki-laki yang sudah membuatnya kecewa.

***

Keesokan harinya, suasana di luar gedung perusahaan agensi yang menaungi model-model ternama dipenuhi oleh awak media setelah mendapat kabar, bahwa jika salah satu model agensi tersebut akan melakukan konferensi pers terkait berita yang beredar beberapa waktu lalu.

Terlihat kerumunan orang-orang yang membawa kamera dan alat perekam suara mendekatkan pada posisi Kaileya. Benar, hari ini adalah hari di mana Kaileya akan mengumumkan pada publik terkait berita yang melibatkan anak-anaknya. Kaileya akan menyatakan dan mengemukakan opsi yang telah ia pilih

"Baik, dengan ini saya menyatakan, bahwasanya saya dan suami saya sebenarnya sudah menikah." Kaileya menatap Justin yang berada disisinya. "Hanya saja, kami baru menikah dan akan berencana melangsungkan resepsinya." Kaileya menyelesaikan penjelasannya.

"Lantas, kapan kalian akan menggelar resepsi tersebut?" tanya seorang perempuan dengan alat perekam suara di tangan kanannya.

Kaileya mengangguk dan tersenyum sebelum menjawab pertanyaan wartawan tersebut. "Kami akan melangsungkan resepsinya, dalam waktu dekat."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!