...Happy Reading...
...........
...[02. Asteroid yang Jatuh]...
.
Pada tanggal 12 Agustus tahun 2019, salah satu satelit NAYA merekam peredaran abnormal dari beberapa asteroid di luar angkasa.
Para profesor di NAYA terlambat menyadari pesan yang di sampaikan satelit itu, hingga pada tanggal 7 September 2019 sebuah asteroid bergerak menuju bumi. Pihak NAYA memberikan peringatan darurat, namun semua sudah terlambat.
Pada pukul 11:24 asteroid sukses menghantam bumi, untungnya lokasi jatuhnya asteroid itu berada di Atlantik sebuah dataran es abadi.
Peristiwa jatuhnya asteroid itu begitu mengguncang dunia, meski tidak ada dampak besar yang terjadi tapi saluran televisi menayangkan hal itu lebih dari 2 bulan berturut-turut setiap harinya.
.........
"Hei, kau sudah lihat berita di tv ? Katanya Antartika mulai mencair !"
"Bukankah itu cuma hoax saja ya.."
"Tidak ! Itu benar-benar mencair, salah satu kerabatku yang bekerja di kemiliteran memberitahukannya. Dan menurut prediksi bisa jadi dua atau empat tahun di masa yang akan datang, Antartika akan musnah !"
Helio pemuda berusia 23 tahun yang baru saja di drop out dari kampusnya, tengah berusaha menghibur diri dengan duduk segelas minuman manis di cafe.
Niat awal ingin meringankan beban pikiran dengan santainya suasana cafe, ia justru mendengar obrolan mengerikan yang membuat moodnya tambah hancur.
Meskipun ia di drop out, tapi bukan berarti dia bodoh. Ia kena drop out karena menunggak membayar biaya semester selama 4 kali. Helio tau dampak apa yang akan terjadi jika kutub es mencair, dan bagaimana juga nasib dirinya yang miskin dan yatim piatu.
Akhirnya tanpa pikir panjang Helio pun bangkit dari duduknya dengan malas, setelah menenggak habis minumannya.
"Oh iya asal kau tau saja, belakangan ada kehebohan yang terjadi di negara yang berada paling dekat dengan Antartika. Aku lupa nama negaranya, tapi yang jelas ada sebuah laboratorium yang meledak di sana."
"Hah ? Lalu apa hubungannya kehebohan dan lab yang meledak ? Ayolah jangan berbelit-belit, dan pada intinya saja. Otak ku terlalu kecil untuk menerima informasi dengan bahasa alien seperti itu.."
Helio terdiam mendengar obrolan dua remaja di belakangnya, hatinya berteriak untuk cepat-cepat pergi tapi otaknya menahannya untuk mengetahui info lebih lanjut itu.
Meskipun kebenarannya masih di pertanyakan, tapi jika hal itu benar itu akan sedikit membantunya dari pada duduk linglung seperti keledai bodoh.
Apalagi katanya remaja tadi bilang itu info langsung dari kerabatnya yang ada di kemiliteran, meskipun bukan hal terpuji membocorkan informasi seperti itu tapi namanya juga manusia.
"Iya dengarkan dengan baik. Aku baru saja ingat, laboratorium yang meledak itu ada di negara Peris. Beberapa waktu lalu setelah lab itu hancur, banyak warga-warga di sana tiba-tiba di temukan tewas begitu saja. Awalnya itu di klaim sebagai efek radiasi, tapi entah mengapa hal serupa juga terjadi di Inggris beberapa bulan setelahnya.."
"Hei yang kau ucapkan ini benarkan ? Jangan bercanda ! Itu terlalu mengerikan tau. Dan lagi jika ketahuan oleh orang lain dan di sebarkan ini bisa di sebut pencemaran nama baik dan mengedarkan berita bohong !"
"Astaga sudah ku bilang ini info asli dari militer, kerabat dari ibu ku ada yang bekerja di sana tau !"
Helio mengelus dada perlahan, jantungnya berdetak tak nyaman.
Jika di pikirkan lagi ia sempat melihat sebuah video yang merekam detik-detik sebuah ledakan di Peris di media sosial, tapi ia tidak tau jika ternyata yang meledak di video itu adalah sebuah laboratorium.
Helio kembali membuka handphonenya, mencari video itu yang memang sempat like saat itu. Akan tetapi, video itu hilang.
[Video tidak tersedia]
Helio menelan ludahnya dengan susah payah.
"Ha.. Hahaha !" tawa Helio terdengar sumbang.
"Ini gila.." Gumam Helio dengan helaan nafas berat.
.........
Helio menatap kosong layar lcd raksasa yang terpasang di sebuah gedung mewah pencakar langit, tiba-tiba sebuah peringatan tentang bencana tingkat 1 di umumkan.
Ini belum satu bulan sejak ia menguping obrolan dua remaja nakal di cafe waktu itu, tapi kini kenyataan yang seperti mimpi buruk itu benar-benar terjadi.
'Saat ini pihak pemerintah bersama militer menghimbau untuk seluruh masyarakat untuk menghindari aktivitas berlebih di luar ruangan, dan melakukan kontak fisik dengan orang asing. Negara memberlakukan kode siaga 1, di harapkan semua pihak dapat bekerjasama sebaik-baiknya.'
Suara dari kepala negara menggema di jalanan, orang-orang untuk sejenak berhenti untuk melihat namun kemudian kembali acuh.
"Astaga jika seperti itu bagaimana kami bekerja. Ada-ada saja.."
"Apakah presiden juga melakukan prank sekarang ?"
"Kurang kerjaan sekali.. "
Helio masih menatap layar lcd raksasa itu dengan perasaan tak menentu, ia merasa keadaan tenang saat ini persis seperti suasana tenang sebelum badai menerjang.
Selepas pengumuman tentang himbauan siaga 1 bencana itu di siarkan pagi tadi, di siang hari layar televisi menampilkan berita tentang teror wabah mematikan di sebuah beberapa negara. Salah satunya menyebutkan wabah itu muncul pertama kali dari Peris.
"Seperti yang ku duga ! Ini benar-benar gila.." Pekik Helio dengan suara tertahan.
"Bagaimana jika dunia ini hancur dan terjadi kiamat zombie ?!" Gumam Helio dengan menggigiti kuku jarinya. Kebiasaannya saat sedang panik atau gugup.
"Anu.."
Brak
"Ha ?!" Teriak Helio terkejut yang membuat keseimbangan tubuhnya hilang dan menabrak kabinet di belakang punggungnya.
"Kak ? Anu saya mau pesan.." Cicit seorang perempuan yang ikut terkejut dengan respon dari Helio.
Saat ini Helio lupa jika dia sedang kerja part time di cafe gelato, ia terlalu fokus mengikuti berita yang di siarkan melalui handphonenya.
.........
6 bulan berlalu semenjak himbauan yang di suarakan kepala negara, total ada lebih dari 50 negara yang terinfeksi wabah dengan total kematian mencapai 80 juta jiwa.
Masyarakat mulai waspada pada tahap ini, bahkan militer turun tangan langsung ke jalanan untuk melakukan lockdown. Perbatasan negara, bandara, stasiun semua di jaga ketat dengan prajurit bersenjata.
Perekonomian hampir di setiap negara macet dan mengalami kemunduran.
PDD mengeluarkan dekrit untuk melakukan lockdown dan isolasi. Semua negara melakukannya termasuk Praza, kota kecil tempat tinggal Helio.
Semua orang menganggap serius keadaan pandemi itu saat jumlah korban menyentuh angka 300 juta orang dari total 50 negara, belum terhitung jumlah pasien yang terinfeksi dan terancam meninggal juga.
Dan angka itu di perkirakan akan terus naik seiring virus yang terus menyebar, dan saat ini pihak rumah sakit dari seluruh dunia baru memulai langkah awal pembuatan vaksin. Itu tidak sebanding dengan waktu wabah yang menyebar dengan cepat.
Lalu di atas semua kepanikan tentang wabah yang terus mengganas, ada beberapa oknum yang melakukan penyimpangan dan menyelewengkan wewenang mereka. Alhasil dari tindakan tak bermoral itu membuat korban jiwa semakin meningkat tajam.
Banyak orang tua yang kehilangan anaknya, begitupun anak-anak yang menjadi yatim dan piatu dalam semalam.
Sisi keji manusia yang mana di saat genting sekalipun, sisi kikir dari dirinya masih mampu muncul dan memeras darah dan daging sesamanya.
.........
"Bagaimana dengan pihak pemerintah saat ini ? kondisi semakin gawat dari hari ke hari. Bahkan jika harus di jelaskan secara terang-terangan, ini semua benar-benar di luar kendali. " ucap seorang pria dengan tubuh tegap dan berotot.
"Mayor, saat ini pemerintah sudah angkat tangan mengenai wabah. Apalagi ternyata vaksin gelombang pertama tidak memberi efek yang signifikan pada pasien terinfeksi."
Pria yang dipanggil mayor itu menghela nafas berat, ia yang bertugas sebagai prajurit pelindung negara pun di buat kelimpungan oleh wabah yang seperti mimpi buruk ini.
"Apa ada kemajuan dari negara lain mengenai penanganan pasien terinfeksi dan tempat evakuasi ?"
"Sebagian negara bukan hanya memblokir akses masuk tapi juga komunikasi, tapi jika melihat negara terdekat kondisi kita jauh lebih baik. Dan untuk saat ini kerjasama antar negara sedikit sulit Mayor."
"Oke, kita hanya bisa pelan-pelan.." Gumam mayor dengan desahan frustasi.
'Pandemi kali ini sepertinya akan menjadi pandemi paling mematikan, bahkan flu Spanil pun tak sampai memakan korban jiwa sebanyak ini. Jika ini terus berlanjut apa yang akan terjadi pada peradaban manusia sudah dipastikan musnah sepenuhnya.. '
..........
PS.
Semua nama kota, negara benua dan organisasi yang ada dalam cerita hanya fiktif. Jadi jangan tanyakan letak geografisnya, bayangkan saja sesuai imajinasi masing-masing.
Picture by Pinterest
Cast : Helio
...Happy Reading...
...........
...[03. Pengkhianat]...
...----------------...
Sebuah kabar datang dari pusat penelitian sains di Callumfonia, penyebaran wabah yang melesat pesat itu bukan di karenakan radiasi dari ledakan laboratorium di Peris.
Akan tetapi, dalang yang sebenarnya adalah sebuah virus asing yang larut dalam air, dan itu semua adalah dampak dari es di Antartika yang mulai meleleh.
"Seperti yang semua orang tau Benua Antartika adalah daratan es abadi dan menjadi salah satu tempat yang memiliki misteri yang belum mampu manusia ungkapkan. Virus yang larut di air ternyata sama dengan virus yang terdapat dala bongkahan es Antartika. Maka tidak aneh jika pandemi kali ini adalah dampak dari es yang mencair di Antartika. " ujar salah satu profesor yang bekerja di pusat penelitian sains dalam wawancara.
"Mungkin beberapa orang masih ingat dengan peristiwa jatuhnya asteroid pada bulan September tahun lalu ? Menurut hasil penelitian kami, mencairnya Antartika memiliki keterkaitan yang erat dengan jatuhnya asteroid di Antartika. Tapi ini masih berupa hipotesis belaka, untuk kepastiannya kami akan terus berusaha mencari tau lebih jauh lagi."
"Kami pihak terkait dari institusi sains dunia, memberi nama virus itu sebagai virus Corenna... "
Helio belakangan ini menghabiskan waktunya untuk menonton siaran wawancara dan siaran berita ekslusif mengenai hal-hal terbaru, terkadang saat cafe tempat bekerjanya sepi ia akan kembali sibuk menonton siaran berita seakan takut ketinggalan sesuatu yang seru.
"Belakangan kau begitu lengket dengan layar handphone mu, apa yang kau tonton ?"
Helio menoleh saat seorang remaja laki-laki berdiri di sampingnya, dia rekan kerja part timenya di cafe gelato, namanya Jeremy.
"Bukan hal seru, hanya siaran terbaru tentang pandemi.."
"Ah, ya.. Itu cukup membuat penasaran sih. " ujar Jeremy. "Tapi ada yang aneh menurutku, kenapa saat wabah pertama kali muncul. Dugaan dari titik munculnya adalah ledakan lab di Peris ? Apalagi yang mengatakan hal itu adalah pihak militer.."
Helio seketika melotot. "Wuah ! Maksud mu sebuah konspirasi dan propaganda ?! Hei ini membuatku merinding ! Lihat ! Lihat bulu tanganku berdiri !" pekik Helio dengan wajah tak percaya.
"Mungkin saja. Aku punya firasat buruk tentang ini.." Gumam Jeremy sambil memicingkan matanya.
"Apa maksud mu ? Dulu juga pernah ada kasus pandemi seperti ini.. " Ucap Helio dengan sedikit ragu.
Jeremy menghela nafas begitu panjang. "Entahlah, seringkali firasatku tak pernah bohong. Anggap saja seperti insting hewan liar." Tukas Jeremy.
Helio mengangguk-angguk setuju, memang benar jika di banding pandemi yang pernah terjadi di masa lalu korban jiwa tak pernah sebanyak ini.
Diperkirakan korban saat ini tiga kali lipat dari korban pada pandemi flu Spanil, yang di gadang-gadang sebagai pandemi mematikan sepanjang sejarah.
.........
Dung
Dung
Dung
Suasana di luar begitu berisik, Helio menatap jam dindingnya dan merasa heran. Keributan macam apa di jam 1 dini hari seperti ini.
"Hel ! Helio ! Cepat buka pintu !"
Helio mengerang kesal, siapa orang yang memukul-mukul pintu rumah orang lain di jam seperti ini.
Ceklek
"Ayo cepat kemasi barangmu ! Kita harus segera evakuasi !" seru orang di depan pintu dengan suara hati hati.
"Heh ? Kenapa ?" Tanya Helio dengan kebingungan.
"Aish, cepat bodoh ! Wilayah ini akan di hancurkan !" pekiknya dengan panik.
Seketika kesadaran Helio seperti kembali dengan paksa, ia langsung melotot horor mendengar kabar mengerikan itu.
Plak !
Suara tamparan yang renyah membuat kedua pemuda itu saling bertatapan.
"Kau sedang apa bodoh ?!" teriak pemuda itu.
"Aku mencoba bangun dari mimpi ! Tapi sepertinya ini bukan mimpi, bagaimana ini Loy ?!" pekik Helio dengan nyaring.
Tanpa basa-basi Loyd langsung masuk dan mengemas barang-barang yang dir asa penting dan berharga milik Helio, sedangkan si tuan rumah masih mencoba mencerna keadaan.
Loyd menyeret Helio menuju mobil pick up yang di bawanya, dalam keadaan linglung itu Loyd menceritakan garis besar keadaan saat ini.
Pihak institusi sains dan NAYA berkhianat, mereka melakukan transaksi rahasia berupa vaksin Anti virus dari Corenna.
Ameurasia memonopoli Anti virus itu dan hanya menjualnya pada bangsanya sendiri, bahkan orang-orang asia dan kulit hitam yang tinggal di sana di bunuh secara terang-terangan.
Ameurasia sebagai negara super power dan Elgar Jonh sebagai kepala negaranya, mereka begitu tamak dan menginginkan kekuasaan absolut atas benua-benua lain. Jika dalam kondisi normal, Elgar tak memiliki keberanian untuk menginvasi benua Eurasia dan Laurasia yang entah bagaimana menjadi negara dengan zona merah terbanyak.
Saat ini negara-negara kuat di Eurasia dan Laurasia tidak memiliki cukup waktu untuk mengkoordinir militer, mereka terlalu kelimpungan dengan masalah wabah yang tak kunjung mereda.
Apalagi kabar bahwa institusi yang berjanji mengembangkan anti virus justru membelot dan mendukung tindakan penyelewengan yang dilakukan Ameurasia. Bahkan Russein dan Korau Utara yang terkenal dengan angkatan militernya pun tak bisa sembarangan melakukan tindakan, mereka mengambil jalan yang salah untuk saling percaya, sedari awal sifat manusia bisa berubah dengan mudah.
Elgar meluncurkan rudal-rudalnya dan mencoba mengambil alih, dalam invasi Ameurasia ini lebih dari 500 juta orang tewas di Laurasia dan Eurasia.
Dalam perjalanan menuju tempat evakuasi pun, Helio bisa melihat rudal-rudal yang di luncurkan di langit.
"Apakah ini yang namanya hujan rudal ? Tak ku sangka di umur segini aku bisa melihatnya.." celetuk Helio.
...----------------...
*Russein : Rusia
*Korau Utara : Korea Utara
...----------------...
Matahari sudah tinggi saat Loyd dan Helio tiba di sebuah tempat luas yang di sebut barak evakuasi, tempat itu sudah penuh dengan orang-orang dan di jaga oleh para prajurit militer bersenjata.
"Loy, aku masih belum mengerti. Kenapa kita tiba-tiba ada di tempat seperti ini ?" ucap Helio dengan lesu.
Loyd memindai keadaan sekitar sambil menyesap kopi hitam. "Aku juga tidak tau. Tapi yang jelas kita sedang tidak baik-baik saja. Jika wabah tidak segera reda dan anti virus tidak juga di distribusikan, maka persentase kita hidup tidak lebih dari 50 persen."
Helio menghela nafas dengan begitu frustasi, rasanya ia benar-benar ingin menangis saja.
"Dasar manusia sampah ! Memangnya untuk apa sih menguasai dunia, apa untungnya sialan ! Mati sana dasar brengsek !" pekik Helio sambil menjambak rambutnya.
"Hah, kau ini. Orang seperti mu yang tak memiliki hasrat tidak akan mengerti. " celetuk Loyd dengan mata memicing sinis.
"Tapi apa yang di lakukan PDD ? Bukankah tindakan Ameurasia terlalu anarkis ?! Harusnya dia mendapat peringatan keras, kita harus buat petisi ?" seru Helio dengan serius.
Loyd mendecih sinis mendengar ucapan Helio. "Tak ada gunanya.. "
Helio terdiam seketika mendengar ucapan Loyd, perlahan otaknya memutar dengan keras. Menggabungkan satu informasi ke informasi lainnya, menarik kesimpulan yang paling masuk akal.
"Kondisi saat ini sudah jauh lebih buruk dari sekedar perang, tidak seperti info yang di siarkan di berita. Skala wabah Corenna ini benar-benar tak masuk akal, kau sudah mengecek jumlah korban mati dari infeksinya hari ini ? " tanya Loyd saat melihat Helio hanya duduk dengan kening berkerut.
"Korban jiwa sudah mencapai 840 juta orang, dan itu terus bertambah setiap jamnya. "
Helio terhenyak dengan fakta yang di berikan Loyd, ini bahkan belum 1 tahun semenjak wabah menyebar. Tapi sudah ada banyak peristiwa mengerikan yang terjadi, dari jatuhnya asteroid, lab ilegal yang meledak di Peris, benua Antartika yang mulai meleleh juga invasi yang tiba-tiba di lakukan Ameurasia.
"Untuk saat ini kita harus berusaha untuk bertahan hidup, tanah air kita telah menjadi medan perang.."
.........
PS.
Picture by Pinterest
Cast : Loyd
Cast : Jeremy
...Happy Reading...
.........
...[04. Sekte Sesat]...
...----------------...
Asap hitam mengepul memenuhi udara, nyala api pada puing-puing bangunan yang hancur beradu dengan jingganya lembayung senja.
Suara tangis ketakutan, raungan penuh kesakitan dan rintihan pilu di ujung sekarat, adalah lagu penghantar tidur bagi orang-orang yang selamat.
10 bulan berlalu setelah wabah pertama kali menyebar, puluhan negara di benua Laurasia hancur lebur begitu pula Eurasia.
*Chiuni, Korau Utara, Russein, Araz Sauda dan Meesik selaku negara yang masih mampu bertahan dalam gempuran hujan rudal Ameurasia mengumumkan untuk membentuk sebuah Aliansi.
*Nama negara.
Meski pada awalnya negara-negara kuat itu saling mencurigai, setelah Perwakilan dari institusi penelitian sains di Callumfonia melakukan pengkhianatan.
Jangan tanya PDD. Saat ini organisasi raksasa dan adi kuasa itu lumpuh total.
Sejak rapat darurat dan penandatanganan surat perjanjian Aliansi, pihak militer dari setiap negara yang masih bertahan melakukan evakuasi setiap harinya.
Ada total 15 shelter darurat untuk saat ini, tersebar di benua Laurasia dan benua Eurasia. Menurut perjanjian Aliansi orang-orang yang di evakuasi akan di angkut menuju negara Meesik, karena di sana mereka akan membuat shelter besar di gurun Sajara.
Mungkin agak sedikit mencengangkan, kenapa lokasi shelter itu di gurun tandus bukannya di tempat yang subur dan dekat sumber daya.
Semua di dasarkan pada perkiraan, saat ini Ameurasia membombardir dengan mesiu dan rudal yang mana itu akan menghancurkan segalanya baik ekosistem atau kesuburan tanah. Jadi semua akan sama saja pada akhirnya.
...----------------...
"Bagaimana jalannya evakuasi hari ini?" tanya Mayor Dante pada ketua regu prajurit yang melakukan evakuasi.
"Hari ini evakuasi sedikit tersendat Mayor, ada sebuah kelompok yang tidak mau di evakuasi. Bahkan mereka tidak segan melakukan kekerasan pada tim evakuasi. Menurut laporan yang baru saja masuk, belakangan banyak kelompok aneh muncul yang membuat resah."
Mayor Dante memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut linu, rumor mengenai kelompok aliran sesat itu memang benar ternyata.
"Apa yang kelompok itu lakukan ? Apa mereka masih tetap tinggal di kawasan itu atau mengevakuasi sendiri ?"
Ketua regu Evakuasi menghela nafas frustasi. "Itulah masalahnya Mayor ! Kelompok itu melakukan kegiatan yang mencurigakan, mereka menghasut orang lain untuk ikut bergabung. Dan itu bukan hanya satu kelompok, menurut informasi dari regu lain mereka juga menemuinya, ada lebih dari 5 kelompok menurut perkiraan."
"Terus lakukan evakuasi, dan bekerja lebih keras lagi. Bukan untuk kita saja, tapi untuk semua orang. Demi kemanusiaan.." ucap Mayor Dante dengan helaan nafas lelah.
Namun berbeda dengan sorot mata beliau, ke dua bola mata itu justru berkilat tajam penuh ambisi.
...----------------...
Saat orang-orang sibuk menyelamatkan diri, ada seorang pria paruh baya yang justru duduk terpekur di tanah.
Seusai tanah bergetar di barengi ledakan yang memekakkan telinga, bangunan-bangunan yang pada awalnya kokoh telah hancur.
Salah satu negara dengan tingkat kehancuran yang parah, Wiella ibu kita dari Auztra.
Bapak tua itu hanya duduk dan menatap kosong pada bangunan yang kini sudah rata dengan tanah, di pangkuannya sepotong kain berlumur darah di dekapnya dengan erat.
Ah, ternyata itu adalah potongan tubuh dari anaknya yang baru berusia 6 tahun.
"Tak apa. Semua sudah takdir dari Tuhan. Aku juga kehilangan cucu perempuan dan anak laki-laki ku. Aku mengerti perasaan mu." ucap seorang pria tua dengan prihatin.
Kakek tua itu mengusap-usap punggung pria itu yang kini tergugu memeluk sepotong lengan mungil sang anak, raungan kehilangannya yang menggema begitu pilu.
Setelah ia kehilangan istrinya yang terinfeksi virus, sekarang ia pun harus kehilangan buah hatinya dengan cara yang keji.
"Ayo, kau harus kuat."
Kakek tua itu membantu pria itu untuk berdiri, dengan langkah yang terseok-seok kedua laki-laki beda usia itu berjalan beriringan. Membantu satu sama lain..
"Di saat sedang dalam kesulitan seperti ini kita harus bersatu. Dari pada mengandalkan pemerintah yang justru jelas-jelas tak peduli pada kita, maka dari itu kita harus saling menopang !" ujar kakek itu dengan menggebu-gebu.
Pria tua itu tak menjawab, pandangan matanya begitu linglung. Ia hanya mengangguk dan sesekali mengusap kedua pipinya yang basah.
"Aku tau tempat yang bisa menolong kita, orang-orang yang sudah kehilangan seperti kita berkumpul di sana."
Kakek tua itu terus bercerita di sepanjang jalan kaki mereka melangkah, cukup jauh hingga mereka akhirnya tiba dengan susah payah di sebuah jalanan kota besar yang tela hancur.
Pada pukul 7 malam tepat, sebuah mobil jep hitam mendekat ke arah mereka berdua.
Si kakek yang melihat mobil itu mendekat dan terlihat seperti berbincang-bincang sebentar, sebelum akhirnya memanggil pria malang itu yang masih terus mendekap sepotong tangan anaknya.
Mobil jep itu kembali melaju dengan cepat, membawa ke dua orang tadi menuju ke suatu tempat yang aneh.
...----------------...
"Saat ini, detik ini kita adalah orang-orang terpilih yang lolos dalam seleksi Tuhan !" Teriak seorang pria dengan tangan yang menengadah ke atas.
Tepat di depannya ada puluhan orang yang duduk berlutut dengan tangan yang ikut menengadah ke atas, laki-laki, perempuan, tua maupun muda.
"Bersabarlah ! Saat waktu itu tiba kita akan menjadi hamba suci di atas neraka kotor ini ! Kita akan pergi menuju EDEN!"
"Eden !"
"Eden !"
Teriakan pria misterius itu di sambut penuh suka cita, sembari mensorakkan kata EDEN dengan lantang.
"Kita adalah Angellacth ! Utusan langsung dari Tuhan untuk menuntun manusia yang dzolim dan kikir !"
"Angellacth !"
"Angellacth !"
Tuk
Seorang pria menatap jemaat dari sekte aliran yang di yakini sesat itu dengan mata melotot horor, tangannya yang senantiasa memeluk potongan lengan anaknya semakin erat mendekapnya di dadanya.
Kakinya secara tak sadar melangkah mundur, hingga punggungnya menabrak tembok di belakangnya.
Matanya melirik sosok kakek yang tadi membawanya, terlihat kakek tua itu mengangkat tangannya dan ikut bersorak.
'Apa-apaan ini ! Meskipun aku berada pada keputusasaan tiada ujung, aku tidak pernah berpikir untuk menjadi anggota kelompok sesat seperti ini..'
Pria itu melihat sekeliling tempat itu, memperhatikan orang-orang di sana.
Dalam kondisi gelap gulita di sertai oleh sorakan yang menggema, pria itu menyelinap dari dari sarang sesat itu. Kakinya bergerak dengan cepat menuruni tangga, ini adalah gedung apartemen yang gagal di bangun dan di tinggalkan, tak sangka justru malah di buat sebagai markas dari aliran sesat.
Untuk beberapa saat pria itu memang sempat hilang kewarasan saat melihat tubuh anaknya hancur, dan terombang-ambing dalam kesedihan.
Namun saat mendengar teriakan dan sorakan tak masuk akal itu, kewarasannya kembali. Seperti di ingatkan bahwa itu bukanlah tempat yang bisa membuatnya tetap hidup, instingnya menyuruhnya untuk cepat menjauh.
Pria itu tau tak akan ada akhir yang menyenangkan jika terlibat dengan kelompok seperti itu, meski dunia hancur sekalipun.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!