Disebuah rumah mewah ditengah kota. Sepasang suami istri sedang membicarakan tentang perjodohan putrinya.
"Pah, apa kamu benar-benar tidak bisa membatalkan rencana perjodohan putri kita?", tanya sang istri yang bernama Dona.
"Mah, rencana perjodohan ini sudah lama kami bicarakan. Papa tidak bisa membatalkannya begitu saja. Apalagi ini merupakan wasiat dari mendiang ayahku". Sang suami berusaha menjelaskan pada sang istri mengenai keinginannya.
"Tapi kan Pah, itu hanya perjanjian lama saja. Apalagi kita tidak tahu seperti apa pemuda itu". Bu Dona terus saja berusaha membujuk suaminya.
"Papa tidak bisa mengingkari janji itu Mah. Janji itu tidak bisa dilkukan padaku karena orang tuaku dan keluarga Handoko hanya memiliki anak laki-laki. Sekarang mereka memiliki penerus laki-laki dan kita memiliki penerus wanita, jadi perjanjian itu bisa dilaksanakan sekarang", ujar sang suami kembali menjelaskan.
"Karena Aleena sudah memiliki tunangan, jadi Diana yang akan Papa jodohkan dengan putra dari keluarga mereka",sambung Pak Bastian.
"Kamu benar-benar tidak bisa membatalkannya? Aku tidak ingin Diana sampai menikahi pria yang salah. Terlebih lagi pria itu sama sekali tidak kita ketahui seperti apa rupa dan kepribadiannya". Bu Dona terus berusaha menolak keinginan sang suami.
"Kamu tidak perlu khawatir. Dia adalah pria baik-baik dan tidak pernah terlibat skandal apapun. Meskipun usianya terpaut beberapa tahun dari Diana, Papa yakin dia bisa membahagiakannya".
Sang istri hanya bisa diam dengan wajah kesal karena tidak bisa membujuk suaminya.
"Bi, tolong panggilkan Diana kemari". Pak Bastian meminta pembantu untuk memanggilkan kedua putrinya.
"Baik, tuan". Pembantu itu pun langsung berbalik dan pergi kekamar Diana untuk memanggilnya.
Tok tok tok
"Siapa?", tanya seorang gadis dari dalam kamar.
"Ini Bibi, Non. Tuan dan nyonya memanggil nona keruang keluarga", jawab sang bibi dari balik pintu.
"Iya, Bi. Aku akan segera kesana!". Gadis itu menanggapi tanpa membuka pintu. Tak lama dia membuka pintu dan berjalan menuju ruang keluarga dimana orang tuanya sedang berada disana.
"Papa dan Mama memanggilku? Ada apa?". Gadis itu bertanya pada orang tuanya begitu dia memasuki ruangan.
"Kemarilah". Sang ayah bicara dengan lembut sambil melambaikan tangan agar putrinya mendekat padanya.
"Ada sesuatu yang ingin Papa sampaikan padamu".
Gadis itu nampak bingung dan khawatir dengan apa yang akan dikatakan sang ayah.
"Ada apa? Kelihatannya serius sekali?", tanya sang gadis sambil menoleh kepada kedua orang tuanya secara bergantian.
"Begini, beberapa hari yang lalu keluarga Handoko menghubungi Papa. Mereka membicarakan tentang perjodohan dengan keluarga kita". Pak Bastian menjelaskan dengan sikap yang lembut.
"Lalu?"
"Papa berencana menjodohkanmu dengan putra mereka".
"Apa? Dijodohkan? Aku?". Gadis itu sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Benar, kamu. Aleena sudah punya pacar dan sebentar lagi mereka akan tunangan, jadi Papa ingin kamu menerima perjodohan ini".
"Tidak mau! Aku tidak ingin dijodohkan!". Gadis itu langsung menolak dengan tegas keinginan sang ayah.
"Diana, kamu tidak bisa menolak! Ini adalah kesepakatan yang kakekmu buat, jadi mau tidak mau kita harus melalukannya!". Pak Bastian pun menanggapi dengan tegas penolakan putrinya.
"Pah. Aku ini bukan akan kecil yang harus mengikuti aturan kalian. Terlebih lagi ini adalah perjanjian orang tua yang bahkan sudah tidak ada didunia lagi. Kenapa aku harus setuju?!". Diana sangat emosi sampai dia bicara dengan nada tinggi pada sang ayah.
"Mah, kenapa Mama diam saja? Bantu aku untuk meyakinkan Papa!". Kini Diana meminta bantuan sang ibu dengan mata yang berkaca-kaca agar dia mau mendukungnya.
"Papa tidak ingin dengar alasanmu lagi. Mau tidak mau kamu harus segera menemui pemuda itu begitu dia kembali dari luar negri!". Sang ayah yang kesal langsung beranjak pergi tanpa menunggu tanggapan dari putrinya.
"Mah … tolong aku, aku tidak ingin dijodohkan dengan pria yang sama sekali tidak aku kenal. Hiks … hiks … hiks". Diana mencoba membujuk sang ibu agar dia bisa membantunya membatalkan rencana sang ayah.
"Diana, ini adalah perjanjian keluarga. Apalagi keluarga kita berhutang budi pada keluarga Handoko, jadi tidak mungkin bisa dibatalkan". Bu Dona berusaha meyakinkan putrinya untuk menerima perjodohan ini.
"Tapi aku tidak ingin menikah dengan pria yang tidak aku kenal. Dan lagi … aku sudah memiliki seseorang dihatiku. Aku tidak mungkin bisa berhubungan baik dengannya".
Bu Dona tampak terkejut dengan pernyataan putrinya.
"Kamu sudah punya seseorang? Siapa?", tanya bu Dona dengan dahi mengkerut.
"Kak Angga, aku sudah lama jatuh cinta padanya". Diana menjawab dengan sikap yang tenang.
"Apa katamu? Angga? Bagaimana bisa kamu jatuh cinta padanya? Dia itu pacarnya Aleena". Bu Dona semakin terkejut setelah mendengar nama pria yang disukai Diana.
"Tapi aku sudah lama jatuh cinta padanya, Mah. Bahkan sebelum kak Aleena pacaran dengannya! Mah, tolong bantu aku". Diana bicara dengan nada memohon pada sang ibu.
"Kenapa harus Angga …? Mereka akan bertunangan, bagaimana bisa kamu mencintai dia?". Bu Dona tampak bingung dengan apa yang harus dia lakukan, sedangkan Diana hanya menundukkan kepala dengan air mata yang terus mengalir.
Melihat putri yang disayanginya menangis, hati bu Dona terasa sakit. Dona pun mulai memikirkan cara untuk membantu Diana.
"Diana, dengarkan Mama. Kamu harus cari cara agar Angga bisa berpisah dengan Aleena. Dengan begitu kamu bisa menikah dengan Angga dan biarkan Aleena yang melakukan perjodohan ini".
Diana langsung menatap sang ibu setelah mendengar saran yang diberikan.
"Bagaimana caranya, Mah?", tanya Diana dengan raut wajah penasaran.
Bu Dona pun langsung mendekati Diana dan membisikkan apa yang dia rencanakan pada Diana.
"Kamu tidak boleh gagal. Ini adalah satu-satunya cara agar kamu bisa mendapatkan Angga", ujar sang ibu dengan sikap tegas.
"Iya, Mah. Aku mengerti. Aku tidak akan melakukan kesalah apapun". Diana menanggapi dengan seringai tipis dan sorot mata yang licik.
...****************...
Ditempat lain, sepasang kekasih sedang makan malam bersama.
"Sayang, apa kamu suka makanannya?", tanya seorang pria pada kekasihnya.
"Ya, aku menyukainya. Bagaimana denganmu?", si gadis pun balik bertanya pada kekasihnya.
"Aku juga menyukainya. O iya, kamu tidak lupa kan kalau keluargaku mengadakan pesta besok?", ujar sang pria dengan senyum lembut.
"Tentu saja tidak. Mana mungkin aku melupakan acara yang dibuat keluargamu. Terlebih lagi ini juga pertemuan keluarga kita. Akan ada banyak kolega dan juga rekan bisnis keluarga kita disana". Gadis itu menanggapi dengan senyum tipis dan sikap yang anggun.
"Kamu benar. Besok juga merupakan hari yang penting untuk kita, karena saat itu kita akan mengumumkan acara pertunangan kita didepan semua orang".
"Ya. Kuharap semuanya berjalan dengan lancar". Gadis itu menganggukkan kepala sambil tersenyum lembut menanggapi ucapan sang kekasih.
"Aku juga berharap begitu"
Keesokan harinya, rumah keluarga Prasetyo.
Disebuah kamar terlihat seorang gadis sedang memeriksa kembali penampilannya. Dia sangat cantik dengan rambut hitam panjang, kulit putih bersih dan tubuh tinggi semampai. Wajahnya kecil dengan mata jernih dan hidung yang mancung.
"Kakak, apa kamu sudah siap?". Diana langsung masuk kekamar sang kakak tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Gadis itu menoleh dengan senyum yang tipis.
"Ya, aku sudah siap", jawab gadis lembut.
"Kak Aleena terlihat sangat cantik dengan gaun itu. Kak Angga pasti tidak akan mengalihkan pandangannya dari Kakak", ujar Diana dengan senyum ceria di wajahnya.
"Kamu juga sangat cantik. Apa papa dan mama sudah siap?", jawab Aleena sambil berjalan mendekati Diana.
"Iya. Mereka sedang menunggu kita dibawah. Ayo kita turun!". Diana mendekat pada Aleena dan menggandeng tangannya sambil berjalan meninggalkan kamar sang kakak.
Diluar rumah terlihat pak Bastian dan bu Dona sedang menunggu didekat mobil.
"Kalian sudah siap?", tanya pak Bastian begitu melihat kedua putrinya keluar dari rumah.
"Iya, Pah". Aleena dan Diana menjawab dengan serempak.
"Kalau begitu kita berangkat sekarang", ujar pak Bastian, yang langsung membukakan pintu mobil bagian depan untuk istrinya. Sementara kedua putrinya duduk dikursi belakang.
"Aleena, ingat untuk tidak membuat keluarga kita malu. Ini pesta besar, ada banyak tamu dan kolega bisnis Papa yang juga ikut hadir disana". Pak Bastian bicara pada Aleena sambil menatapnya melalui kaca spion. Dia bicara dengan sikap yang tenang sambil mengendarai mobil.
"Baik, Pah. Aku mengerti". Aleena menanggapi sang ayah dengan sikap sopan. Sementara sang ibu dan Diana diam-diam saling melirik satu sama lain.
...****************...
Setelah menempuh perjalanan beberapa lama, mereka tiba di sebuah hotel mewah tempat dimana pesta keluarga Sulistyo diselenggarakan. Ada banyak tamu undangan yang hadir disana. Mulai dari pebisnis, selebriti, bahkan sampai politikus ikut hadir sebagai tamu undangan.
Pak Bastian dan keluarganya masuk ke hotel setelah memberikan kunci mobilnya pada petugas parkir.
"Kalian sudah sampai?". Angga langsung datang menjemput Aleena dan keluarganya begitu dia melihat mereka masuk ke ballroom hotel.
"Halo om, tante, Diana", Angga menyapa dengan sopan sambil berdiri disamping Aleena.
"Ya, Halo. Apa kabarmu? Rasanya sudah cukup lama kita tidak bertemu". Pak Bastian menanggapi dengan sikap yang tenang sementara sang istri hanya menganggukkan kepala dengan senyum yang manis.
"Saya baik, Om. Akhir-akhir ini memang saya sedikit sibuk jadi sangat jarang juga bertemu dengan Aleena". Angga menanggapi dengan senyum lembut sambil menatap Aleena.
"Kak Angga, terlihat sangat tampan hari ini. Benar kan Kak Aleena?".
"Iya".
Diana bicara dengan senyum ceria dibibirnya sambil bersikap manja pada Angga. Sedangkan Aleena hanya menanggapi dengan senyum yang lembut dibibirnya.
"Benarkah? Kamu juga terlihat sangat cantik". Angga menanggapi sambil tersenyum manis pada Diana.
"Leen, ayo temui keluargaku dulu"
"Iya. Pah, Mah, aku mau menemui keluarga Angga dulu", ujar Aleena pada kedua orang tuanya setelah dia mengangguk setuju pada Angga.
"Ya, pergilah". Aleena dan Angga langsung beranjak pergi setelah mendapatkan izin dari pak Bastian. Seketika raut wajah Diana yang tadinya ceria langsung murung setelah melihat Angga dan Aleena yang berjalan menjauhbsambil bergandengan tangan.
Bu Dona menyadari betul perubahan Diana. Dia pun langsung mendekati putrinya itu dan bicara padanya.
"Tenanglah. Ingat dengan rencana kita. Jangan sampai kamu membuat kesalahan", bisik bu Dona sambil memegang tangan Diana.
"Iya, Mah. Mama tenang saja. Aku sudah meminta seseorang untuk membantu rencanaku. Aku yakin tidak akan gagal, dengan begitu kak Angga bisa menjadi milikku". Diana menunjukkan seringai liciknya saat dia bicara dengan sang ibu.
...****************...
Sementara Diana dan ibunya sedang menunggu waktu yang tepat untuk rencana mereka, Aleena sedang menemani Angga menyapa kerabatnya yang hadir dalam pesta ini.
"Mah, Pah, Aleena sudah disini". Angga langsung memberitahu kedua orang tuanya mengenai kedatangan Aleena.
"Aleen, apa kabar? Sepertinya akhir-akhir ini kamu sangat sibuk sampai tidak pernah menemui tante". Ibu Angga menyapa Aleena dengan ramah dan senyum ceria sambil memeluknya.
"Aku baik, Tante. Akhir-akhir ini memang sedikit sibuk karena perusahaan tempatku bekerja sedang bersiap untuk kedatangan direktur baru. Bagaimana dengan keadaan Tante?". Aleena pun menanggapi ibu Angga sikap dengan ramah dan lembut.
"Tante tidak terlalu baik. Karena kamu tidak pernah berkunjung, tante jadi tidak punya teman untuk pergi berbelanja". Ibu Angga sedikit mengeluh pada Aleena.
"Mah, hentikan. Ada banyak orang disini". Ayah Angga langsung menegur sang istri untuk mengingatkannya tentang situasi sekarang.
"Ah ya. Kamu benar, sayang. Maaf ya Aleen. Sebaiknya kamu nikmati pestanya dengan Angga. Tante akan menyapa tamu-tamu lain", Ibu Angga tersenyum canggung pada Aleena.
"Baik, Tante"
"Ayo, aku kenalkan pada rekan bisnisku". Aleena mengangguk setuju dengan ajakan Angga.
Mereka pun mulai menghampiri rekan bisnis Angga satu persatu. Ada banyak tamu yang hadir, jadi ada banyak pelayan juga yang ditugaskan untuk menyediakan makanan dan minuman.
"Anda mau minum, Nona?". Seorang pelayan datang menghampiri Aleena sambil menyodorkan minuman yang dia bawa.
"Ya, terima kasih". Aleena menerima minuman itu. Sambil menemani Angga yang sedang berbincang dengan rekan bisnisnya, dia menikmati minuman yang ada ditangannya.
"Minumannya enak, tapi kenapa aku merasa sedikit pusing ya?". Pikir Aleena sambil menatap gelas ditangannya.
Dia menoleh ke arah Angga dan semuanya terasa sedikit berputar.
"Aku pusing. Sebaiknya aku pergi ke toilet sebentar". Aleena memegangi kepalanya dan berusaha untuk tetap sadar.
Perlahan dia berjalan mendekati Angga untuk memberitahunya.
"Angga, aku akan ke tolet dulu sebentar. Kamu lanjutkan saja berbincangnya", bisik Aleena pada Angga.
"Baiklah. Jangan lama-lama ya, karena kita akan segera mengumumkan pertunangannya", ujar Angga mengingatkan tanpa menyadari keadaan Aleena.
"Iya, tidak akan lama". Aleena pun berjalan menuju toilet dengan perlahan. Dia sangat berhati-hati karena takut akan jatuh dan membuat kesalahan didepan banyak orang.
"Tenang Aleena. Kamu pasti bisa. Kamu tidak boleh membuat kesalahan apapun sampai membuat papa dan mama malu nantinya", gumam Aleena sambil terus berjalan dengan sedikit terhuyung.
Tanpa dia sadari seorang pria mengikutinya dari belakang. Pria itu mengendap dan menoleh kesana kemari untuk memastikan situasi sekitarnya. Saat Aleena sudah dekat toilet, pria itu mulai mendekati Aleena.
"Ah".
"Nona, anda tidak papa?". Pria itu menangkap Aleena yang hampir saja terjatuh.
"Aku baik-baik saja. Kepalaku hanya terasa sedikit pusing", jawab Aleena yang kini mulai kehilangan kesadarannya.
"Biar saya membantu anda istirahat. Anda tidak perlu khawatir. Saya bukan orang jahat". Pria itu berusaha meyakinkan Aleena untuk mengikutinya.
Aleena yang masih setengah sadar tidak dapat berbuat apa-apa. Perlahan dia pun kehilangan kesadarannya. Dan pria itu dengan mudah membawa Aleena pergi.
"Kenapa sampai sekarang Aleena tidak kunjung kembali? Padahal tadi dia bilang tidak akan lama". Angga terlihat bingung dan cemas karena sampai sekarang Aleena belum juga kembali dari toilet. Dia berusaha menghubungi Aleena namun ponselnya tidak bisa dihubungi.
"Kak, dimana kak Aleena? Kenapa dari tadi aku tidak melihatnya?". Diana bertanya pada Angga sambil menoleh kesana kemari
mencari keberadaan Aleena.
"Aku juga tidak tahu. Tadi dia bilang akan ke toilet sebentar, tapi sampai sekarang belum kembali juga. Padahal ini sudah lebih dari 1 jam dan kami harus mengumumkan rencana pertunangan kami sekarang". Angga menjelaskan pada Diana dengan raut wajah yang gelisah.
"Tenanglah Kak. Kita bisa cari kak Aleena bersama. Mungkin dia sedang istirahat karena terlalu lelah". Diana menyarankan dengan senyum lembutnya pada Angga.
"Ya, kamu benar. Kita bisa mencarinya disekitar sini". Angga dan Diana pun mulai mencari Aleena ke toilet wanita.
"Bagaimana Na? Apa Aleen ada didalam?", tanya Angga dengan raut wajah khawatir.
"Tidak, Kak. Didalam tidak ada siapa-siapa". Diana menjawab Angga sambil menggelengkan kepalanya perlahan.
"Tidak ada? Lalu kemana perginya Aleena?". Mereka berdua terdiam memikirkan kemungkinan Aleena pergi.
"Hmn... Kak, bagaimana kalau kita pergi ke bagian keamanan saja? Kita bisa melihat CCTV dan mengecek keberadaan kak Aleena".
"Kamu benar. Ayo kita kesana".
Angga tampak panik dengan hilangnya Aleena. Begitupun Diana, dia menunjukkan sikap yang seakan khawatir dan perhatian, namun tanpa Angga sadari, ujung bibir Diana sedikit terangkat dan menunjukkan seringai licik tatkala Angga setuju dengan apa yang dia sarankan.
"Permisi, Pak. Bisakah aku melihat rekaman CCTV disekitar tempat pesta? Aku ingin mencari keberadaan tunanganku". Angga langsung menjelaskan pada petugas keamanan tentang tujuannya.
"Maaf Pak, kami tidak bisa menunjukkan rekaman CCTV begitu saja pada sembarang orang", ujar petugas keamanan berusaha menjelaskan pada Angga aturan dalam pekerjaannya.
"Keluargaku yang sedang mengadakan pesta hari ini dan tunanganku sejak tadi tidak dapat ditemukan keberadaannya. Jika sesuatu terjadi padanya, maka aku bisa saja menuntun kalian atas keamanan hotel ini".
Mendengar ucapan Angga, petugas itu terdiam sesaat. Dia terlihat berpikir untuk mengambil keputusan yang seharusnya.
"Baiklah. Mari ikut saya". Mereka pun bergegas pergi menuju ruang kontrol CCTV. Terlihat ada banyak monitor yang memantau setiap sudut hotel ini. Bahkan ada CCTV didepan pintu masuk toilet.
"Kapan terakhir kali tunangan anda terlihat?", tanya petugas sebelum memeriksa CCTV.
"Sekitar 1 jam yang lalu. Dia bilang akan pergi ketoilet".
Setelah mendengar penjelasan dari Angga, petugas itu langsung mencari rekaman CCTV sekitar 1 jam yang lalu.
"Apa disini ada tunangan anda?". Angga dan Diana mulai memperhatikan rekaman CCTV. Mereka melihat Aleena yang berjalan ke toilet dengan lemas.
"Kak, ini kak Aleena. Tapi … siapa pria yang bersama kakak?". Diana menemukan Aleena terlebih dahulu dan memberitahu Angga yang masih memperhatikan sudut lain.
"Apa? Mana?". Angga sampai terkejut dan langsung melihat layar monitor.
"Aku tidak tahu, tapi … bagaimana Aleena bisa bergandengan dengan pria lain?. Angga tampak bingung dengan dahi berkerut.
"Kak Aleena tidak bisa minum, jadi tidak mungkin kalau kak Aleena mabuk sampai tidak sadar kalau dia bersama pria lain dan bukan kakak. Apa jangan-jangan …"
Diana dengan sengaja menggantungkan kalimatnya agar Angga berpikiran sesuka hatinya.
"Pak, apa semua sudut dipasang kamera CCTV?". Angga bertanya dengan panik pada petugas keamanan
"Ya, semua sudut hotel dilengkapi CCTV"
"Kalau begitu, kita bisa tahu kemana mereka pergi kan?", tanya Angga lagi memastikan.
"Iya, bisa". Petugas keamanan itu kembali mengatur monitor agar dapat menunjukkan rekaman CCTV tujuan Aleena dan pria itu pergi. Mereka terus menelusuri setiap lorong hingga menuju sebuah kamar.
"Kak, apa mungkin terjadi sesuatu pada kak Aleena? Bagaimana mungkin dia diam saja saat dibawa menuju kamar?". Diana dengan sengaja memanas-manasi Angga agar berasumsi lain dengan apa yang dia lihat dilayar monitor.
Disana terlihat Aleena digandeng seorang pria, dalam rekaman itu terlihat mereka begitu mesra. Setiap tertangkap kamera dalam posisi depan, si pria akan sedikit menunduk dan memberikan perhatian pada Aleena sehingga tidak terlihat kalau Aleena berada dibawah pengaruh obat atau semacamnya.
"Aku sangat kenal Aleena, dia tidak akan mungkin mau berdekatan dengan pria yang tidak dia kenal. Satu-satunya yang bisa aku pikirkan sekarang hanyalah, dia berselingkuh dibelakangku", ujar Angga dengan penuh kebencian.
"Apa?Apa itu mungkin? Kak Aleena adalah gadis yang baik. Tidak mungkin dia melakukan itu". Diana berusaha menyangkal tuduhan yang Angga berikan pada Aleena.
"Aku juga tidak tahu pasti akan hal itu"
Drrt drrt drrt
Disaat Angga dan Diana sedang bingung dengan tindakan Aleena, ponsel Angga berdering. Dia meraih ponsel dalam sakunya dan melihat layar ponselnya.
"Halo, Mah". Angga langsung menerima panggilan telepon tersebut tanpa mengulur waktu.
"Angga, kamu dimana? Ini sudah saatnya untukmu mengumumkan pertunanganmu. Semua orang sudah menunggu kalian", ujar ibu Angga dari ujung telepon.
"Iya Mah. Aku segera kesana". Angga yang sedang kesal langsung menutup telepon dari ibunya tanpa basa-basi.
"Apa yang akan Kakak lakukan? Semua sudah menunggu Kakak dan Kak Aleena untuk pengumuman pertunangan kalian. Jika sampai dibatalkan … maka kedua keluarga pasti akan sangat malu". Diana memang terlihat khawatir namun jika disadari, sedikit ujung bibirnya terangkat dan membentuk seringai tipis.
"Aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Seperti apa katamu, hampir semua orang tahu kalau keluarga kita akan terkait dengan ikatan pernikahan". Angga mengusap wajahnya sendiri dan terlihat jelas kalau dia sangat frustasi dan kecewa.
Angga terdiam memikirkan apa yang harus dilakukan.
"Kak, apa kamu sangat mencintai kak Aleena? Apa setelah ini kamu akan memaafkannya?". Diana bertanya pada Angga dengan sedikit ragu.
"Aku sangat mencintainya, tapi … aku tidak yakin apa kami bisa melanjutkan lagi hubungan kami kedepannya setelah melihat dia bersama pria lain. Aku sungguh kecewa padanya". Angga terlihat sangat sedih dan kecewa saat dia mengungkapkan perasaannya.
"Emn … apa Kakak bisa memberikan kesempatan padaku untuk menggantikan posisi kak Aleena?".
"Apa katamu?". Angga sangat terkejut mendengar perkataan Diana. Dia menatap gadis itu yang bicara padanya dengan ragu sambil menundukkan kepala.
"Aku serius. Aku menyukai Kakak sejak lama. Bahkan sebelum Kakak dan kak Aleena mulai berkencan. Jadi … Apa Kakak tidak bisa memberikan kesempatan padaku?". Diana menjelaskan dengan raut wajah serius dan penuh harap.
Angga kembali terdiam sambil terus menatap wajah Diana.
"Tapi aku ini pacar kakakmu dan kami akan bertunangan?", tanya Angga berusaha meyakinkan dirinya.
"Aku tahu, dan sudah sejak lama aku berusaha mengubur perasaanku pada Kakak. Aku berniat menyerah namun melihat sikap kak Aleena pada Kakak … aku tidak ingin melakukan itu. Meskipun dia kakakku sendiri, aku tidak bisa melihat dia mengecewakan pria yang aku sukai. Aku pasti bisa lebih baik dari kakakku. Aku akan menghargai Kak Angga. Karena itu, tolong pilih aku untuk menggantikan posisi kak Aleena". Diana terus berusaha meyakinkan Angga, bahkan kini air matanya mulai berderai membasahi wajah cantiknya.
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Aku mencintai Aleena, tapi ketika mengingat dia bersama pria lain … aku tidak bisa memaafkannya. Terlebih lagi, pesta ini diselenggarakan untuk mengumumkan penyatuan keluarga kami".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!