NovelToon NovelToon

Aloisa

Terlalu berharap.

  Namaku Alesya, aku sudah menjalani rumah tangga selama 5 tahun bersama suami yang sangat menyayangiku, tidak pernah menuntut ku untuk memiliki anak. Tidak ada masalah di antara kami berdua, memang belum di beri saja kepercayaan oleh Tuhan.

  Meskipun penghasilan suamiku dari toko roti nya tidak tinggi tapi aku bersyukur untung nya masih bisa memenuhi kebutuhan kami setiap hari. Aku memiliki mertua yang menurut ku tidak punya perasaan atau pun kasih sayang pada anak nya. Selalu menuntut hak bulanan nya lebih banyak pada suami ku. Mertuaku selalu meminta uang pada suamiku setiap bulan. Padahal mertua ku masih punya 2 orang anak lagi, kakak laki laki dan kakak perempuan suami ku, tapi mereka pengangguran karna gengsi mereka dalam memilih pekerjaan terlalu tinggi.

  Semua kebutuhan di rumah ibu di penuhi oleh suami ku meskipun ibu nya tidak pernah menghargai nya. Pernah sekali suami ku mengurangi uang bulanan ibu nya karna keadaan toko yang sepi, tapi ibu marah marah tidak mau tau, ibu nya meminta uang bulanan rumah kami saja yang di potong. Suami ku yang memang tidak mau membuat keributan akhir nya memberi uang bulanan sebanyak biasa nya dengan memotong uang bulanan rumah kami, tapi untung nya Tuhan maha baik, uang nya bahkan cukup untuk kebutuhan kami.

  Pagi ini saat aku sedang membersihkan rumah entah kenapa rasanya pusing sekali, penglihatan ku kabur, keringat dingin membasahiku, aku segera masuk ke dalam kamar untuk rebahan sebentar berharap akan cepat membaik, benar saja, beberapa saat aku beristirahat tubuhku rasanya normal kembali. Aku melanjutkan pekerjaan rumah ku yang belum selesai.

  Saat masak makanan untuk ku antar ke toko suami ku, aku merasakan mual saat memotong bawang bawangan, rasanya aneh sekali, tapi aku tetap melanjutkan pekerjaan ku. Setelah selesai aku bersiap untuk mengantar makanan ke toko suami ku yang memang berada di depan gang rumah kami. Lagi lagi aku mual mencium parfum ku sendiri saat aku memakai parfum ku. Aku tidak berfikiran aneh aneh dan tetap mengantar makan siang suami ku.

  Saat di jalan, lagi lagi aku merasa pusing, keringat dingin, tubu ku rasanya tiba tiba lemah, aku mencari tempat di mana aku bisa duduk sebentar. Dan lagi lagi tubuhku membaik dalam waktu singkat.

  Sesampainya di toko suami ku, aku langsung menggantikan suamiku duduk di kasir, suami ku membuat semua roti dan kue di toko ini sendiri, suami ku mulai mengerjakan semua nya pada saat sore. Setiap sore aku bergantian menjaga toko dengan suami ku, karna suamiku akan mulai menghitung stok roti dan mulai membuat roti roti yang baru.

"Mas, sepertinya aku sakit" ucap ku pada suami ku yang bernama Vero.

"Ada apa? apa kamu demam?" ucap suamiku mengecek suhu tubuh ku.

"Tidak, kamu tidak panas, memangnya apa yang sakit?" tanya suami ku lagi.

  Aku menceritakan hal hal yang kualami dari tadi pada suami ku. Tentang aku yang tiba tiba pusing, mual mencium bau bawang sampai pada parfum ku sendiri.

  Mas Varo tersenyum mendengar ucapan ku.

"Nanti setelah tutup kita ke dokter dulu ya periksa kesehatan mu" ucap mas Varo.

  Aku hanya menjawab dengan senyuman dan anggukan pada suami ku.

  Hari ini toko tutup lebih cepat dari biasa nya karna mas Varo dan aku akan ke rumah sakit, aneh nya tidak ada kecemasan di wajah mas Varo bahkan mas Varo senyum senyum seperti bahagia tapi tidak memberi tau apa yang membuat nya bahagia.

  Sesampainya di rumah sakit mas Varo semakin bersemangat menemani ku bertemu dokter. Setelah menunggu beberapa saat, akhir nya giliran ku dan mas Varo bertemu dokter.

  Setelah keluar dari ruangan dokter dan menerima penjelasan dari dokter aku melihat mas Varo tidak seperti tadi lagi. Dokter mengatakan bahwa aku hanya kecapean dan kekurangan darah jadi aku hanya di beri vitamin dan obat penambah darah oleh dokter.

"Mas? kenapa murung gitu? tadi perasaan semangat sekali" ucap ku pada mas Varo.

"ah? tidak.... maaf ya kamu kurang istirahat karna mengerjakan tugas rumah seharian setelahnya harus membantu mas di toko" ucap mas Varo padaku.

  Aku ini istrinya, aku sangat tau perkataan suami ku di saat iya jujur atau sedang berbohong.

"Jujur lah mas apa yang membuat mas murung?" tanya ku pada mas Varo. Sebenarnya hati ku sudah menduga jika mas Varo berharap aku hamil, namun karna takut membuat ku sedih iya membuat alasan lain untuk ku.

"Tidak sya, mas tidak apa apa" ucap suami ku pada ku, terlihat harapan yang hancur dari mata nya.

"Mas berharap aku hamil kan? aku juga mas, tapi ternyata kita masih belum di beri kepercayaan" ucap ku pada mas Varo.

"Maaf kan mas ya sya, membuat mu kecewa" ucap mas Varo pada ku.

  Aku mengusap punggung suami ku, kasihan melihat keadaan suamiku seperti ini, aku tidak tega melihat harapan nya berulang kali menjadi sia sia.

  Saat perjalanan pulang suamiku mencoba menghibur ku dengan mengajak ku makan di tempat kesukaan ku, sebenarnya yang butuh di hibur suami ku, karna aku benar benar sudah pasrah di beri atau tidak nya keturunan.

"Alesya, nanti mas membuat roti sendiri saja ya, lagian semua stok kita masih banyak, mas hanya membuat beberapa jenis roti saja nanti, kamu istirahat saja ya di rumah, jika ingin sesuatu langsung telfon mas saja" ucap mas Vero di sela sela makan.

"Aku bosan di rumah mas, aku mau menemani mu saja membuat roti, aku tiba tiba saja ingin makan roti hangat isi coklat mas" ucap ku tidak bohong.

"Hmmm boleh, tapi kamu tidak boleh membantu ya, mas tidak mau kamu kenapa kenapa" ucap mas Varo.

  Sesampai nya di toko aku hanya duduk saja memerhatikan mas Varo yang sedang sibuk dengan adonan roti nya, sambil merebahkan tubuh ku di kursi panjang yang ada di toko.

 "Mas... apa roti coklat nya sudah siap?" tanya ku, entah kenapa aku sangat ingin sekali makan roti coklat yang masih hangat.

"Tunggu ya 5 menit lagi keluar dari oven" ucap mas Varo padaku.

  Aku kembali ke kursi panjang dan merebahkan tubuh ku kembali, aku mulai merasa ragu dengan apa yang di ucapkan dokter tadi, tapi tidak mungkin dokter salah memeriksa ku. Keraguan itu semakin kuat di saat aku aku memikirkan hal hal yang sebelum nya tidak pernah terjadi padaku.

Aku memutuskan besok akan pergi ke rumah sakit lain tanpa sepengetahuan mas Varo, aku kasihan jika harus melihat harapan nya lagi lagi hancur, untuk mengurangi keraguan ku saat ini, aku membeli tespek ke apotik setelah minta izin pada mas Varo dengan alasan ingin ke minimarket mencari beberapa barang yang sudah habis di rumah.

Positif tapi tak berharap

  Aku pergi menuju apotik tidak jauh dari toko suami ku, aku membeli 2 tespek biasa, karna niat ku memang untuk mengurangi keraguan ku.

  Setelah membeli tespek aku kembali ke toko berharap roti coklat yang aku mau sudah ada.

"Mas.... apa roti nya sudah ada?" tanya ku tidak sabaran pada suami ku.

  Suamiku tersenyum melihat ku yang tidak sabar dari tadi dengan roti coklat yang aku mau padahal stok roti coklat masih ada di rak tapi aku mau roti yang masih hangat, meskipun yang ada di rak sama sama roti baru.

"Mas, maaf aku sudah makan 5 roti tapi aku masih mau" ucap ku malu pada suami ku, karna memang entah kenapa aku tidak berasa kenyang ataupun bosan aku benar benar ingin makan roti itu sepuasnya.

"Ya sudah sayang, makan lah sebanyak yang istri mas mau, mas tidak melarang kan?" ucap mas Varo padaku.

  Aku baru merasa puas setelah memakan 7 roti, setelah nya aku kembali berbaring di kursi panjang di dekat rak roti, tubuh ku rasanya lemas sekali, tidak bertenaga dan malas bergerak, tidak seperti biasa nya aku seperti ini, padahal aku tidak demam.

  Setelah mas Varo menyelesaikan pekerjaan nya aku dan mas Varo pulang ke rumah, sesampainya di rumah aku diam diam mencoba 2 tespek yang aku beli tadi, jujur aku hanya menaruh sedikit harapan, aku tidak ingin berharap banyak takut mengecewakan diri ku sendiri.

  Tidak lama menunggu saat aku mencoba tespek pertama hasil yang ku dapat positif, tapi aku tetap tidak menaruh harapan banyak aku karna tespek yang ku beli adalah tespek murah yang belum tentu akurat. Akhirnya aku mencoba dengan tespek ke dua dan hasil nya sama, hati ku mulai yakin bahwa hasil pemeriksaan ku tadi tidak benar karna aku tidak menemui dokter kandungan akhirnya aku memutuskan untuk datang ke dokter kandungan besok sendirian.

  Seperti yang ku katakan hari ini aku menyelesaikan tugas rumah dengan cepat walaupun tubuh ku rasanya tidak bertenaga dan malas sekali untuk bergerak tapi aku memaksakan untuk membereskan rumah, setelah selesai aku pamit pada mas Varo di toko roti dengan alasan ke pasar membeli isi kulkas di rumah.

  Aku pergi menemui dokter kandungan setelah menunggu setengah jam antrian akhirnya datang giliran ku. Aku di periksa seorang dokter perempuan yang sangat baik. Aku melakukan USG, saat dokter melihat ke arah layar dokter itu memberikan senyum nya padaku.

"Kapan terakhir kali bunda datang bulan?" tanya dokter itu pada ku.

  Sekarang aku juga sadar bahwa aku sudah telat datang bulan 2 minggu.

"Seperti nya tanggal 27 bulan kemarin dok" ucap ku pada dokter.

  Setelah nya dokter menaruh alat alat yang di gunakan untuk memeriksa ku dan membantu ku duduk.

"Baiklah, setelah kita melakukan beberapa tes pemeriksaan tadi, seperti nya bunda sedang hamil 1 minggu, janin nya masih sangat kecil, dan itu sangat rentan sekali keguguran jika bunda stres, tertekan atau terjatuh, nanti setelah 3 bulan bunda bisa datang ke sini lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut, ini resep obat nya silahkan bunda beli di apotik depan ya" ucap dokter nya tersenyum ramah.

  Rasanya dunia ku terasa sejuk, semua beban dan tubuh ku yang lemah tadi menjadi semangat, aku tidak sabar memberi tau mas Varo tentang kabar yang ku dapat. Di sepanjang jalan menuju toko aku senyum senyum sendiri tidak sabar memberi kabar baik ini.

  Setelah turun dari taksi online dan akan masuk ke dalam toko, aku melihat mertua ku sedang memarahi mas Varo karna belum memberi jatah bulanan nya, padahal baru 2 minggu lalu dia ke sini sekarang datang lagi.

"Dasar anak tidak tau diri! memberi uang pada orang tua nya saja hitung hitungan! dulu aku membesarkan mu berapa banyak uang yang habis untuk membeli makanan mu dam semua kebutuhan mu?! jika aku tau besar nya kau perhitungan lebih baik dulu aku catat semua pengeluaran ku saat membiayai mu!" itu yang ku dengar dari balik tembok tinggi sebelah toko.

"Tapi bu, Varo baru memberi ibu 2 minggu lalu uang dapur ibu, sekarang Varo belum ada duit lagi bu, Varo juga butuh uang untuk menafkahi dan memenuhi kebutuhan Alesya bu" ucap mas Varo pelan pada ibu nya.

"halah! istri tidak berguna, kerjaan nya di rumah saja! lebih baik kamu ceraikan ibu akan mencari wanita kaya untuk menggantikan nya" ucap mertua ku pada mas Varo.

"Bu, sudah cukup, cukup masalah uang saja yang ibu bahas dengan ku, jangan sesekali mencoba membuat rumah tangga ku hancur bu, tidak ada yang bisa menggantikan Alesya, lagian ibu juga punya 2 orang anak selain aku ada Mas deon dengan mbak Rani, kenapa ibu tidak menyuruh mereka mencari pekerjaan saja? kenapa aku yang menanggung semua nya?" ucap Varo mulai tidak sabar dengan ibu nya.

"Dasar anak kurang ajar, baru segitu uang yang ku minta, kau sudah perhitungan! semoga saja usaha mu tidak lancar!" ucap asal mertua ku.

  Aku tidak tega melihat mas Varo yang di tekan ibu nya terus menerus mendapat doa doa yang tidak baik dari ibu nya padahal jika bukan karna usaha toko roti ini pasti ibu mas Varo juga tidak akan punya pemasukan.

"Sudah cukup bu! apa ibu tidak berfikir sebelum berucap? jika penjualan dari toko roti ini tidak lancar maka ibu juga yang akan sengsara, siapa lagi yang akan membiayai ibu dan 2 anak kesayangan ibu jika bukan suami ku dan aku?" ucap ku dari belakang.

  Mertuaku terdiam mendengar ucapan ku, karna apa yang ku katakan benar ada nya, sumur untuk mencari uang hanya toko roti kecil ini, itu pun modal dan semuanya tanpa bantuan dari mertuaku. Mertuaku hanya menikmati untung nya tanpa tau diri saja.

"Dasar menantu kurang ajar, apa kau tidak tau bagaimana tata krama saat berbicara pada orang yang lebih tua! entah kenapa anak sialan ini menikahi perempuan seperti mu, padahal banyak wanita cantik dan memiliki karir yang aku jodohkan untuk nya" ucap mertuaku.

"Ibu menjodohkan atau menjual nya? kenapa bukan 2 anak ibu yang ibu jodohkan dengan wanita kaya yang punya karir bagus? lagian logika saja, mas Varo yang tampan dan mandiri di jodohkan dengan wanita tua yang lebih pantas di panggil tante oleh nya malah di jodohkan dengan nya." ucap ku santai karna tidak ingin terbawa emosi takut janin ku kenapa kenapa jadi aku berusaha melawan mertua ku dengan kata kata datar tapi pasti membuat nya panas.

  Seperti yang ku katakan, mertuaku tidak bisa melawan ucapan ku karna amarah nya di tambah lagi orang orang yang melihat keributan itu dari tadi mulai membicarakan nya, jadi mertua ku memilih pulang ke rumah nya, Rumah mertua ku dan rumah ku hanya berjarak beberapa gang makanya jika mertua ku kehabisan uang dia datang meminta uang tanpa tau waktu dan keadaan.

Kabar gembira

  Setelah mertua ku pergi aku menemui mas Varo yang dari tadi diam mendengar jawaban ku pada ibu nya. Selama ini aku tidak pernah melawan ibu nya, baru kali ini aku melawan ibu nya karna tidak tega dengan mas Varo yang terus terusan di hina oleh ibu nya.

"Mas... maaf" ucap ku pada mas Varo karna sudah melawan pada ibu nya.

"Tidak apa apa Alesya" ucap mas Varo padaku memberi senyuman.

"Mas, aku punya kabar baik untuk mu" ucap ku seolah melupakan permasalahan tadi.

"Kabar baik apa sayang?" ucap mas Varo membelai kepala ku dengan lembut.

  Aku mengeluarkan 2 tespek semalam dan hasil pemeriksaan dokter, tapi aku lupa menebus vitamin saat di rumah sakit karna tidak sabar memberi kabar ini langsung pada suami ku.

"Ini milik siapa?" tanya mas Varo belum sadar bahwa itu adalah tespek milik ku, mas Varo baru paham setelah membaca nama ku yang ada dari kertas hasil pemeriksaan di rumah sakit tadi.

"Apa mas bermimpi? apa ini benar benar milikmu?" ucap mas Varo dengan melebarkan matanya tidak percaya, padahal kemarin kami baru dari dokter dan dokter hanya mengatakan bahwa aku kecapean.

"Kenapa kamu pergi sendirian? kenapa tidak ajak mas bersama mu?" tanya mas Varo pada ku.

"Aku takut hasil tespek nya tidak akurat, jika aku membawa mas bersamaku aku tidak tega jika hasil nya tidak sesuai dengan harapan mas, aku tidak mau suami ku sedih karna harapan nya tidak sesuai dengan yang di inginkan." ucap ku pada mas Varo.

"Alesya....." ucap mas Varo tiba tiba mengeluarkan air mata nya, tidak percaya setelah menunggu sekian lama akhir nya kami di beri keturunan.

  Mas Varo memelukku dengan penuh sayang, bertanya banyak apa yang ku ingin kan saat ini.

"Mas tadi dokter menyuruh ku menebus vitamin di rumah sakit, tapi aku lupa karna terlalu bahagia dan ingin memberi tau mas langsung, aku pergi ke apotik depan saja ya, pasti vitamin nya ada di jual di sana" ucap ku pada mas Varo.

"Tidak, tidak... jika dokter menyuruh membeli nya di rumah sakit, ayo kita beli sekarang" ucap mas Varo bersemangat tersenyum senyum saking bahagia nya.

"Tapi mas ini terlaku awal menutup toko, sekarang masih jam satu siang kita beli nya sore nanti saja setelah tutup toko" ucap ku pada mas Varo.

"Tidak, tidak. jangan membantah kita beli sekarang, setelah nya membeli susu ibu hamil lalu membeli buah buahan" ucap mas Varo bersemangat.

  Aku hanya bisa menuruti keinginan mas Varo karna percuma saja aku membantah mas Varo yang sedang di mabuk bahagia nya.

  Setelah menutup toko aku dan mas Varo menuju rumah sakit di tempat aku memeriksa kandungan tadi, mas Varo menebus Vitamin sesuai dengan yang diresepkan dokter tadi. Aku kaget dengan harga nya yang mahal, awalnya aku akan mencegah mas Varo untuk membeli nya dan meminta Vitamin dengan mereka lain saja, tapi percuma juga jika aku melarang mas Varo bahkan tidak keberatan menebus vitamin dengan harga yang hampir 500 ribu, Itu menurut ku mahal karna ya kami bukan orang kaya tapi bersyukur masih di beri kecukupan.

"Mas vitamin nya mahal sekali" ucap ku pada mas Varo sambil menuju parkiran tempat dimana motor kami parkir.

"Ahhh tidak masalah, uang bisa di cari, jangan di pikir kan pasti ada rezeki yang sudah di siapkan Tuhan" ucap mas Varo padaku.

  Aku dan mas Varo kembali pulang sebelum pulang mas Varo membeli Apel, Pir, Anggur dan beberapa sayuran di pasar menuju rumah, alasan mas Varo agar aku dan bayi ku tidak kekurangan vitamin.

  Sesampainya di rumah mas Varo memegangi ku berjalan seolah aku tidak punya tenaga untuk berjala.

"Mas kamu terlalu berlebihan, aku baik baik saja mas" ucap ku pada mas Varo.

"Tidak apa apa sya, mas takut kamu terjatuh, makanya mas pegangi" ucap mas Varo senyum padaku.

"Mas kamu terlalu berlebihan, padahal aku bisa jalan sendiri" ucap ku.

  Setelah aku duduk mas Varo segera ke dapur memasukkan semua belanjaan tadi ke kulkas. Setelahnya mas Varo menyuci dan memotong buah apel untuk ku.

  Saat aku sedang duduk dengan mas Varo sambil memakan buah Apel tiba tiba saja 2 ipar ku masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu dulu.

"Heh! dasar wanita tidak tau diri!" ucap iparku menarik kasar tangan ku berdiri membuatku kaget dan mas Varo.

"Apa yang kau katakan pada adikku hingga dia berani melawan ibu nya!" bentak mas Rani pada ku.

"Cukup! jangan sesekali menyakiti istri ku!" ucap mas Varo meninggikan suara.

"Varo! apa karna wanita ini sekarang kau berani melawan ibu mu, apa menurut mu dia punya etika melawan mertua nya?" ucap mas Deon pada mas Varo.

"Dia istriku, tentang etika dan sopan santun nya tidak ada yang berhak mengajarinya selain aku" ucap mas Varo lalu menarik ku lembut ke belakang nya.

"Jangan berani menyentuh istriku!" ucap Mas Varo menatap nyalang pada mbak Rani.

"Demi wanita sialan ini kamu berani menelantarkan keluarga mu Varo? kamu membiarkan ibu kesusahan? apa kamu sadar bahwa wanita ini membawa pengaruh buruk padamu?!" ucap mas Deon pada mas Varo.

"Wanita ini? wanita ini istri ku, dia tidak pernah membawa pengaruh buruk apapun yang buruk itu adalah sifat kalian, kalian berdua hanya mengandalkan ku dalam mendapatkan uang, bukannya tau diri malah melampaui batas" ucap mas Varo terpancing emosi.

  Tidak lama mertua ku masuk dari luar ternyata mertua ku dari tadi juga ada tapi hanya menunggu saja di luar.

  Aneh nya kali ini mertua ku bersifat baik tidak seperti di toko tadi.

"Sudah sudah Deon, salah ibu juga tidak tau diri, harusnya ibu sadar bahwa tanggung jawab Varo bukan hanya ibu saja tapi juga Alesya. Ibu minta maaf ya dengan semua yang terjadi" ucap mertuaku pada mas Varo.

  Mas Varo sedikit kebingungan dengan sifat ibu yang berubah tiba tiba apa karna ibu takut mas Varo tidak lagi mau memberi ibu uang makanya ibu berpura pura baik.

  Setelah nya ibu benar benar pulang bersama mas Deon dan mbak Rani.

"Ibu apa apa an sih bu baik pada mereka yang jelas jelas tidak menghargai kita sebagai keluarga mereka" ucap mbak Rani di jalan pada ibu mertua.

"Sudah sudah kalian ini bodoh sekali, ibu punya rencana lain, jika kita terus terusan menginjak mereka di saat mereka sudah berani melawan bisa bisa mereka tidak tidak memberi uang lagi pada kita, ikuti saja apa kata ibu" ucap ibu mertua ku pada kedua anak nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!