Bab 1
Amelia gadis yang sudah berumur, hatinya di selimuti kegalauan yang tidak berkesudahan. Bagaimana tidak, diusianya yang sudah melewati kepala tiga, belum juga menemukan pasangan hidup.
Hatinya nelangsa sebagaimana usianya yang sudah lanjut, telah menjadi buku yang penuh dengan cerita pahit tentang cinta yang selalu dikhianati.
Setiap kenangan itu seperti luka yang tak kunjung sembuh.
Amelia tumbuh dalam bayang-bayang cinta pertamanya, seorang pemuda bernama Daniel. Namun, cinta itu sirna ketika Daniel pergi meninggalkannya tanpa alasan.
Bertahun-tahun berlalu, dan cinta yang kedua pun datang dalam wujud seorang seniman bernama Rifan. Namun, seperti sebelumnya, cinta itu pun hancur menjadi serpihan ketidaksetiaan. Lagi-lagi Amelia merasakan kekecewaan yang mendalam.
Meski hatinya telah terluka, Amelia tetap tegar. Di balik wajahnya yang sendu, ia menyimpan api cinta yang tak kunjung padam.
Suatu hari, datanglah seorang pemuda misterius bernama Elias ke dalam hidupnya. Dalam sinar matanya yang tajam, namun lembut, Amelia melihat bayangan cinta yang mungkin akan menyembuhkan lukanya.
Namun, apakah Elias bisa menjadi penawar bagi hati yang telah terluka dan kecewa selama ini?
Elias, dengan senyum lembutnya dan rahasia yang ia simpan, mulai mencairkan dinginnya hati Amelia. Setiap pertemuan mereka bagai mengubur luka-luka lama dengan serpihan kehangatan. Namun, kehidupan tidak selalu memberikan kepastian, dan Amelia tahu itu dengan baik.
Di tengah-tengah kisah cinta yang mulai bersemi, bayangan masa lalu datang menjelma. Daniel, cinta pertama Amelia, tiba-tiba muncul menyatakan penyesalan yang mendalam. Hatinya yang dulu telah berpindah tempat, sekarang ingin kembali kepada Amelia. Perasaan yang telah terpendam sekian lama kembali mencuat, menciptakan pertarungan batin di dalam dirinya.
Dalam redupnya cahaya senja, sesosok pria tampan, mengendarai mobil BMW menuju kesebuah Alamat, sebuah alamat yang mengingatkannya pada cinta pertama.
Daniel melangkah perlahan ke depan pintu rumah Amelia. Tatapan matanya penuh dengan kegelisahan, mencerminkan pertarungan batin yang tak terucap. Pintu terbuka, dan Amelia muncul dengan tatapan campuran antara percaya dan tidak, kaget melihat sosok yang berdiri didepan nya. "Da.. Daniel.." mulut Amelia menganga melihat Daniel berdiri di ambang pintu.
"Sudah lama sekali Amelia," "apa kabarmu," bolehkah aku masuk? "Oh silahkan jawab Amelia terbata-bata."
"Apa yang membuatmu datang kesini Daniel? Tanya Amelia dengan wajah yang menyimpan kesedihan yang mendalam.
"Amelia," desis Daniel dengan suara yang penuh beban penyesalan, "aku tahu aku telah membuat kesalahan besar dengan pergi tanpa alasan yang jelas, setiap langkahku terasa seperti melangkah ke dalam labirin tanpa akhir, dan sekarang aku menyadari betapa berharganya kita bersama."
Amelia memandangnya dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan kekecewaan. "Daniel, mengapa dulu kau pergi begitu saja meninggalkanku? Terlihat mata Amelia memerah, bulir-bulir bening mulai membasahi pipinya yang mulus.
Daniel menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Aku tersesat dalam diriku sendiri, terjebak dalam cinta yang semu, saat itu aku pikir pergi bersamanya adalah yang terbaik." "Dia telah mengkhianati aku." Sekarang aku menyesal, Amelia." Setiap detik tanpamu seperti kehilangan sebagian dari diriku."
Amelia menatapnya dengan tatapan yang memendam kekecewaan yang begitu dalam, mencari jawaban yang mungkin bisa memenuhi rasa kekosongan hatinya. "Kenapa sekarang, Daniel? Dia tidak kuasa untuk berkata-kata lagi. Segera dia menghapus air matanya dengan sapu tangannya.
Daniel menundukkan kepala sejenak sebelum menatap mata Amelia. "Amelia, aku ingin memperbaiki kesalahanku." Ucap Daniel lagi.
Dengan lembut, dengan mata yang masih berkaca-kaca, Amelia menatap mata Daniel, memancarkan kejelasan yang tak tergoyahkan. "Daniel, aku menghargai perasaanmu, tetapi aku harus jujur, sekarang sudah ada seseorang yang mengisi setiap kekosongan dalam hatiku, dan aku tidak ingin menyakitinya."
Mendengar itu, Daniel merasakan kehampaan di dalam dadanya, namun ia mencoba tersenyum, "Aku menghargai kejujuranmu, "Amelia." Meskipun sulit, aku akan menghormati pilihanmu."
Amelia tersenyum lembut, "Terima kasih, "Daniel". "Aku harap kau menemukan seseorang yang dapat mengisi kehidupanmu dengan kebahagiaan yang sejati."
***
Setelah pertemuan singkat dengan Amelia, Daniel merasakan kekosongan di dalam hatinya. Malam itu, Daniel duduk sendirian di tepi jendela rumahnya, menatap bintang di langit. Pikirannya melayang pada Amelia, sosok yang telah hilang dalam hidupnya.
Daniel mengingat lagi kata-kata Amelia, "(bahwa dia sudah ada seseorang yang mengisi di setiap kekosongan dalam hatinya, dan dia tidak mau menyakitinya)." Kata-kata itu terasa menghantam telinganya, Daniel merasa dunianya hancur seketika. Ia mencoba tersenyum sebagai tanggapannya, tetapi hatinya terasa berat. Malam ini pun berlalu dengan kesendirian yang menyelimuti dirinya.
Di sisi lain, setelah pertemuan dengan Daniel, Amelia merasakan kebingungan yang mendalam merayap ke dalam hatinya. Kenangan masa lalu bersama seseorang yang telah lama meninggalkannya kembali menghantuinya. Namun, di sisi lain, Elias, pria yang telah menemaninya dalam setiap langkah, memberikan kehangatan dan kedamaian yang telah lama hilang.
Amelia duduk di tepi ranjang, berpikir tentang pilihan yang harus diambil. Pikirannya melayang pada masa lalu yang membingungkan dan masa sekarang yang menawarkan cinta yang tulus. Suara-suara dalam pikirannya bercampur aduk, menciptakan pertarungan batin yang sulit dihindari.
Setelah berjam-jam merenung, Amelia duduk di meja tulisnya. Dia mengambil pena dan memulai menulis surat kepada dirinya sendiri. "Aku harus memilih," tulisnya. "Masa lalu membawaku ke sini, tetapi masa depan ada di tangan ku. Elias memberiku kebahagiaan dan kenyamanan yang tidak pernah kudapatkan sebelumnya."
Dengan perasaan hampa, Amelia menghadapi fakta bahwa memilih Elias berarti melepaskan masa lalu dan semua kenangan manis yang pernah mereka bagikan bersama. Namun, dalam hatinya, dia merasa bahwa ini adalah langkah yang benar.
Tampak dalam keheningan malam, Daniel duduk di tepi pantai, mendengarkan deru ombak yang datang dan pergi. Suara ombak itu seperti melodi yang memperdalam kesendirian dalam hatinya. Dalam kegelapan malam, ia merenung tentang setiap perjalanan hidupnya, setiap pilihan yang pernah diambilnya.
"Dalam pencarianku untuk menemukan makna kehidupan, aku malah menemui kehampaan," bisik Daniel pada dirinya sendiri. "Pertemuan dengan Amelia membuka luka lama yang seolah-olah telah tertutup rapat."
Dalam prosesnya merenung, Daniel menulis surat-surat kepada dirinya sendiri. Kata-kata yang tertulis di atas kertas menjadi teman setianya, mencerminkan pertarungan batin yang terus ia hadapi. "Mungkin pergi adalah jawaban yang aku butuhkan," tulisnya pada salah satu surat. "Mungkin dengan menjauh, aku dapat menemukan kedamaian yang telah hilang dalam diriku.
Dalam prosesnya, Amelia menemukan kekuatan untuk melepaskan belenggu masa lalu. Ia memilih untuk membangun cinta yang baru bersama dengan Elias, meskipun bayangan cinta yang pernah hilang masih terasa. Dalam pelukan Elias, Amelia menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang selama ini dia impikan.
Hari-hari mereka diisi dengan kegiatan yang penuh kegembiraan. Mereka sering berjalan-jalan di taman, menikmati indahnya alam sambil bercanda dan tertawa.
Elias, seorang pria dengan luka dimasa lalu, menemukan keberanian untuk berubah demi cinta. Dia adalah seseorang yang berkomitmen membuktikan bahwa keputusan Amelia untuk mempercayainya adalah langkah yang tepat.
***
Terlihat Elias lagi merenung, dalam renungannya Elias mengingat masa lalu yang pahit. Dia hidup dengan kenangan pahit yang terpendam dalam hatinya. Cinta masa lalunya, Laura, adalah wanita yang membawa senyum di setiap sudut hatinya, tetapi juga meninggalkan luka yang tak terlupakan.
Mereka menjalin kasih sewaktu duduk di bangku kuliah. Elias di bidang arsitek sementara Laura di bidang seniman. Cinta mereka tumbuh bersama di lingkungan yang sama.
Namun, seperti yang sering terjadi dalam cerita cinta, kebahagiaan mereka menjadi runtuh oleh pengkhianatan yang tak terduga. Ketika Elias mendapati bahwa Laura selingkuh dengan seorang pria, saat itu serasa dunianya hancur.
Kepercayaan yang telah dibangun dengan susah payah runtuh seperti rumah kaca yang retak. Dalam keheningan yang menusuk, Elias merasakan pedihnya pengkhianatan itu merayap dalam setiap serat jiwanya.
Malam setelah pengungkapan itu, Elias menghadapinya dengan tatapan mata yang penuh dengan kebingungan dan kesedihan. "Mengapa, "Laura? Mengapa kau melakukan ini pada kita?" tanyanya, suaranya terasa gemetar oleh kehancuran yang dialaminya.
Laura memberikan alasan yang menyakitkan. "Aku... Aku merasa terjebak dalam rutinitas kita, Elias." Aku mencari sesuatu yang baru, sekarang lebih baik kita akhiri saja hubungan kita."
Deghh
Elias, terasa dunianya seperti mau runtuh. Hatinya terasa hancur berkeping-keping, mendengar pengakuan Laura. Sesuatu yang dulu begitu nyata dan erat, sekarang terasa seperti ilusi. "Apa yang salah dengan hubungan kita Laura"? Tanya Elias. "Tidak ada Elias," aku merasa jenuh aja, bahwa kamu orang yang membosankan."
Betapa sakit dan hancurnya hati Elias mendengar kata-kata Laura yang menusuk batinnya. "Baiklah Laura, aku hormati keputusan kamu." Jawabnya dengan wajah yang sedih bercampur marah.
Malam-malam setelah keputusan itu terasa seperti petualangan gelap yang tak kunjung usai bagi Elias. Ia mencoba mencari jawaban, mencoba memahami apa yang telah terjadi, dan mencari-cari kesalahan dalam dirinya sendiri.
Saat melihat foto-foto mereka bersama yang terpampang di dinding, senyum yang dulu begitu tulus kini telah sirna.
Elias tidak menyadari kehadiran Amelia, dia terlalu larut dalam lamunannya. Amelia, dengan langkah yang lembut, seolah tak ingin mengganggu aliran lamunan Elias. Ketika ia sudah cukup dekat, Amelia meletakkan tangannya dengan lembut di atas pundak Elias, membangunkannya dari lamunan panjangnya.
Sontak itu membuat Elias kaget, "Amelia sayang"? gumam Elias, mencoba menyusun kembali pikirannya yang masih berkabut oleh lamunan tadi.
Amelia tersenyum dengan lembut, "Sedang apa kamu, Elias? Aku melihat kamu seperti tenggelam dalam pikiranmu sendiri."
Elias menghela nafas dalam-dalam, mencoba membuang kabut pikiran yang masih menyelimuti dirinya. "Aku hanya merenung tentang masa lalu," ucapnya perlahan, memilih untuk tidak menyembunyikan perasaannya.
Amelia duduk di sampingnya, tetapi tetap mempertahankan kontak lembut di pundak Elias. "Masa lalu yang membawa senyum atau kesedihan?" tanyanya dengan lembut.
Elias tersenyum getir, "Mungkin keduanya." Ada banyak kenangan manis, tapi juga luka yang belum sembuh sepenuhnya."
Amelia merasakan kehampaan dalam kata-kata Elias, dan dengan kelembutan, ia bertanya lagi, "Ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu, Elias"?
Elias menatap Amelia dengan mata yang penuh rasa terima kasih. "Hanya dengan kehadiranmu saja sudah cukup, "Amelia."
Mereka duduk bersama di bawah cahaya lembut bulan, berbagi keheningan malam. Amelia merasa bahwa ia adalah tempat yang nyaman bagi Elias untuk meluapkan perasaannya, dan Elias merasakan kehangatan yang datang dari tangan yang bersahaja dan hati yang penuh pengertian.
Dalam kebisuan malam yang bersemi, mereka merasakan kekuatan kehadiran satu sama lain. Dalam pelukan keheningan itu, Elias merasa bahwa mungkin, bersama Amelia, ia bisa merangkai kembali benang-benang masa lalunya yang retak, dan mungkin, di sini, di saat ini, ada kebahagiaan baru yang menanti untuk dijelajahi bersama.
Dengan kehangatan hati dan tekad, Elias memahami arti sejati dari cinta yang tulus bersama Amelia. Elias, dalam perjalanan transformasinya, menegaskan bahwa cinta untuk Amelia adalah yang utama baginya.
Meskipun dia memiliki kenangan pahit dari masa lalu, kehadiran Amelia menjadi pilar utama dalam perubahan positifnya. Elias telah berkomitmen sepenuh hati untuk menjalani hubungan yang tulus dan setia, menghapus bayang-bayang masa lalu yang mungkin menciptakan keraguan.
Tetapi, di tengah kebahagiaan mereka, muncul sosok orang ketiga yang bernama Laura. Laura adalah masa lalu Elias yang mencoba untuk merayu dan menggoda Elias kembali ke jalur yang pernah mereka jalani.
Munculnya Laura membawa gelombang ketidakpastian dan kecemasan dalam hubungan Elias dan Amelia.
Bersambung
Bab 2
Tetapi, di tengah kebahagiaan mereka, muncul sosok orang ketiga yang bernama Laura. Laura adalah masa lalu Elias yang mencoba untuk merayu dan menggoda Elias kembali ke jalur yang pernah mereka jalani.
Munculnya Laura membawa gelombang ketidakpastian dan kecemasan dalam hubungan Elias dan Amelia.
Amelia, yang merasakan ancaman dari kehadiran Laura, merasa dilema. Meskipun kepercayaannya pada Elias telah tumbuh, namun rasa cemas dan keraguan masih menghantuinya.
Elias, menyadari dampak munculnya Laura, dengan tegas menjelaskan bahwa dia telah meninggalkan gaya hidup masa lalunya.
Laura, sementara itu, dengan penuh daya tarik dan rasa percaya diri, terus berusaha merebut perhatian Elias. Hal ini menciptakan ketegangan di antara mereka, merubah keadaan yang tadinya penuh dengan kedamaian.
Cinta Elias dan Amelia, diuji dengan kehadiran Laura. Laura, dengan segala daya tariknya, berusaha merayu Elias dan menciptakan rasa cemburu dalam hati Amelia.
Amelia, yang terasa terganggu dengan kehadiran Laura, merasa cemas. Melihat itu, Elias berusaha meyakinkannya bahwa dia hanya memiliki mata untuk Amelia, namun Laura terus menciptakan intrik yang membuat suasana semakin rumit.
Elias, sadar akan risiko yang mungkin timbul, memutuskan untuk mengambil tindakan tegas. Dia membuka diri kepada Amelia tentang masa lalunya dengan Laura, menjelaskan "bahwa itu hanya kenangan pahit yang sudah ditinggalkannya, Elias menegaskan bahwa cinta sejatinya hanya untuk Amelia."
Laura, bagaimanapun, tidak mudah menyerah. Dia terus merayu Elias dan mencoba memanipulasi situasi.
Amelia, sementara itu, merasa terombang-ambing antara keyakinan pada Elias dan keraguan yang muncul akibat ulah Laura.
Laura, dengan senyum merayu, mendekati Elias yang lagi bersama Amelia di sebuah kafe. "Elias," ucap Laura sambil melirik kearah Amelia, "kau tahu betapa sulitnya aku melepaskan kenangan indah masa lalu kita."
Elias, yang merasakan ketegangan dalam kata-kata Laura, menjawab dengan hati-hati, "Laura, masa lalu itu sudah berlalu. Aku telah berubah, dan sekarang hidupku bersama Amelia."
Namun, Laura tak tergoyahkan. Dia memandang Elias dengan penuh kehalusan, "Tapi, Elias, ingatkah kau saat kita bersama? Kenangan itu begitu manis, begitu sulit untuk dilupakan."
Amelia, yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka, merasa hatinya berdebar. Dia mencoba memendam rasa cemburunya, tetapi ketidakpastian mulai merayap masuk ke dalam pikirannya.
Laura terus memutar kata-kata dengan penuh godaan, "Amelia memang cantik." Kau beruntung memiliki dia." Tapi, apakah dia benar-benar bisa menggantikan semua kenangan kita"?
Elias, yang mulai merasa tertekan, berusaha menjelaskan, "Laura, aku mencintai Amelia." 'Apa pun yang terjadi di masa lalu, aku tidak peduli." "Tohh dulu kamu yang mengkhianati aku," dan sekarang aku telah menemukan kebahagiaan bersama Amelia."
Namun, Laura terus menggoda, "Tapi, sayang, cinta kita dulu begitu mendalam." "Bagaimana jika aku memberimu pelukan, satu pelukan terakhir untuk mengenang semua kenangan itu"?
Amelia, yang tak tahan melihat situasi semakin rumit, mendekati Elias. "Elias," apakah semuanya baik"? tanyanya, mencoba menahan emosi.
Elias, dengan tatapan tegas, menyentuh tangan Amelia, "Laura," aku mohon, berhenti! "Ini tidak adil bagi Amelia."
Laura tersenyum penuh keserakahan, "Elias," kau mungkin telah berubah, tapi jangan lupakan betapa sulitnya melepaskan kenangan indah."
Amelia, dengan hati yang berdebar, bertanya pada dirinya sendiri, "apakah aku mampu menghadapi cobaan ini, apakah aku bisa melalui ujian ini agar hubunganku sama Elias tetap utuh"?
Laura, dengan senyum licik, mendekati Elias . "Elias," bisiknya, sambil memainkan ujung rambutnya, "tidakkah kau merindukan sentuhan dan tawa kita dulu? "Amelia mungkin cantik," tapi dia takkan pernah sepenuhnya menggantikan kita."
Elias, berusaha menjaga ketenangan, menjawab, "Laura," masa lalu itu sudah kita tinggalkan," aku bahagia dengan Amelia sekarang."
Namun, Laura tak gentar. Dia memandang Elias dengan matanya yang penuh tipu daya, "Apa Amelia bisa memberimu semua yang pernah aku berikan padamu, "Elias? Ingatkah kau saat-saat bahagia kita bersama"?
Amelia, mendengar percakapan itu, merasa hatinya berdesir. Rasa cemburu dan ketidakpastian mulai merayap, namun ia berusaha menyembunyikannya di balik senyuman.
Laura terus meracuni pikiran Elias, "Amelia itu tampak seperti wanita yang rapuh "Elias." Apakah dia bisa memberimu kegembiraan dan keintiman sepertiku kepadamu dulu, "Elias." Elias yang semakin terbebani oleh kata-kata Laura, mencoba memastikan dirinya sendiri, "Laura, "aku mencintai Amelia." Aku telah berubah," dan aku ingin membangun masa depan bersamanya."
Namun, Laura tak berhenti. Ia menggoda lagi, "Apa kau yakin, "Elias? "Ingatkah kau saat kita berdua, tanpa beban, tanpa batasan?
Amelia, yang mulai kehilangan kesabaran, mendekati mereka dengan ekspresi tegas. "Ada masalah apa, Elias?" tanyanya, mencoba menahan rasa cemburunya.
Laura, tanpa ragu, menyentuh lengan Elias dengan lembut, "Amelia, kau tahu, "Elias dan aku memiliki kenangan yang sulit untuk dilupakan." Mungkin aku hanya ingin memastikan dia tidak melupakan semuanya begitu saja."
Amelia, dengan tegas bertanya, "Elias, apakah semuanya baik-baik saja?
Elias, memegang tangan Amelia dengan penuh keyakinan, menyatakan, "Laura," cukup! "Aku telah memilih Amelia." Kau harus menghormati itu."
Laura tersenyum penuh keserakahan, "Tentu.. tentu." "Tapi, apakah kau yakin tidak merindukan semua yang kita miliki dulu?
Amelia, yang merasa tak nyaman dengan situasi, merenung apakah cintanya bersama Elias cukup kuat untuk menghadapi godaan yang terus menerus dari Laura. Hanya waktu yang akan menunjukkan apakah hubungan mereka dapat bertahan di tengah godaan dan keraguan yang muncul.
Laura, dengan senyum tipis yang mengisyaratkan rencana jahat, terus menempel sama Elias. "Elias," ucapnya, sambil meremas sudut bibirnya dengan penuh godaan, "aku tak habis pikir kau bisa jatuh cinta begitu dalam pada gadis itu." "Apa yang bisa dia berikan padamu yang tak bisa kuberikan?
Elias, mencoba menjaga ketenangan, menjawab, "Laura, masa lalu itu sudah berlalu." "Aku menemukan kebahagiaan bersama Amelia sekarang." "Cukup Laura! Kamu sudah keterlaluan." Hardiknya.
Laura tertawa dengan nada merendahkan, "Amelia, gadis murahan itu? "Apa daya tariknya? "Apakah dia tahu bagaimana memanjakan kamu seperti yang kulakukan dulu?
***
Amelia, yang tanpa sengaja mendengar kata-kata pahit itu, merasa hatinya tertusuk. Ia berusaha menahan perasaan kesal dan merasa tidak dihargai.
Laura terus menyulut api rasa tidak nyaman dalam diri Elias, "Elias, 'kau tahu betapa beruntungnya dia mendapatkan pria sepertimu." Tapi, "apakah dia bisa memberimu sensasi yang aku berikan dulu?
Elias, yang mulai merasa terjebak dalam percakapan beracun, menjawab, "Laura," cintaku untuk Amelia adalah sesuatu yang tulus." Dia memberiku kebahagiaan yang sejati."
Namun, Laura tak kenal lelah. Ia melanjutkan godaannya, "Apa dia benar-benar bisa memuaskan kamu sepenuhnya? "Ataukah kau hanya merasa terikat padanya karena belas kasihan?
Amelia, kesal dengan kata-kata Laura, mendekati mereka dengan langkah mantap. "Ada apa, "Elias? tanyanya, berusaha menyembunyikan rasa tidak nyaman.
Laura, tanpa ragu, berkata dengan nada sinis, "Oh, "Amelia," hanya seorang gadis murahan yang beruntung mendapatkan lelaki sepertinya, aku harap kau tahu bagaimana menyenangkan Elias seperti yang biasa kulakukan."
Amelia, yang sudah tak tahan, menatap tajam Laura. "Elias," apa semuanya baik-baik saja? tanyanya, mencoba menekan kekesalannya.
Elias, dengan tatapan tegas, menarik Amelia ke dalam pelukannya. "Laura," itu sudah cukup! "Aku telah membuat pilihan dan aku cinta Amelia." "Kau harus menghormati itu." Jawabnya berulang agar Laura mengerti.
Laura hanya tersenyum penuh keserakahan, "Tentu, tentu." Tapi, "apakah kau yakin dia bisa memberimu segalanya?
Amelia, meskipun merasa terluka, mencoba untuk tidak membiarkan kata-kata Laura merusak hubungannya dengan Elias.
Elias, mulai kehilangan kesabarannya, menatap tajam kearah Laura yang dengan senyum sinis mencoba meruntuhkan hubungannya dengan Amelia. "Laura," ucapnya dengan nada tegas, "aku tak akan membiarkanmu merendahkan Amelia seperti itu." "Amelia bukalah wanita sepertimu," "apa yang kau inginkan sebenarnya?
Laura, merasa senang melihat reaksi Elias, membalas dengan santai, "Oh, "Elias," "apa yang bisa dia berikan padamu? "Apakah dia tahu bagaimana memuaskan hasrat kamu sepenuhnya?
Amelia, yang terus mendengarkan percakapan itu, merasa hatinya semakin teriris. Tetapi Elias, tanpa ragu, memotong, "Laura," 'jangan pernah lagi bicara seperti itu tentang Amelia! "Dia bukan gadis murahan yang bisa kau hina seenaknya."
Laura, tersinggung, menyahut, "Elias," "aku hanya berkata apa adanya." "Aku yakin, di dalam hatimu, masih ada tempat untuk kenangan kita dulu."
Elias, dengan tegas menegaskan, "Itu masa lalu, "Laura." "Aku telah berubah, dan Amelia adalah masa depanku.' "Kau harus menerima kenyataan itu."
Laura, mencoba menggoda lebih lanjut, tersenyum cabul, "Apa dia benar-benar bisa memberi kehangatan dan kepuasan seperti yang bisa kulakukan dulu? "Aku yakin dia tidak tahu banyak hal."
Elias, kesal dengan permainan kata-kata Laura, berbicara dengan nada yang tegas, "Laura," "jangan pernah meremehkan Amelia! "Dia adalah wanita yang pantas dihormati! "Jika kau tidak bisa menghormati itu, lebih baik kau menjauh."
Amelia, yang sejak tadi berusaha menahan emosinya, merasa haru mendengar pembelaan Elias. Namun, keraguan tetap melingkupi pikirannya.
Laura, tak terima, mencoba menaikkan intensitasnya, "Elias," "aku tahu kau pasti merindukan saat-saat indah kita bersama." "Kau tak bisa menepis kenangan itu begitu saja."
Elias, dengan penuh keberanian, menjawab, "Laura," kita telah melalui hal ini sebelumnya." "Aku telah membuat pilihan untuk bersama Amelia." 'Jangan pernah lagi merusak kebahagiaan kami!
Laura, yang menyadari bahwa Elias tak akan bergeming, tersenyum mengejek, "Terserah padamu." Tapi, "percayalah, cinta kita dulu takkan pernah tergantikan."
Elias, tanpa kata lagi, memimpin Amelia pergi dari sana. Mereka meninggalkan Laura yang masih terdiam, menghadapi kenyataan bahwa Elias telah menentukan pilihannya.
Laura, yang tidak puas dengan kenyataan bahwa Elias tetap memilih Amelia, memutuskan untuk memutar otaknya. Dengan senyum liciknya, dia menyusun rencana untuk mengejar dan memisahkan pasangan itu.
Namun Elias dengan kuat memegang tangan Amelia, sehingga Laura tidak bisa memisahkan mereka. Dan dia hanya menggigit jari melihat kepergian mereka.
***
Suatu hari, Laura tanpa sengaja bertemu dengan Elias dan Amelia di tempat yang tak disangka-sangka. "Elias," sapanya dengan senyuman manis, "ternyata kita sering bertemu, ya? "Bagaimana kabarmu dan Amelia?
Elias, mencium kecurigaan terhadap Laura menjawab dengan hati-hati, "Kami baik-baik saja, "Laura." "Apa yang kamu lakukan disini?
Laura, dengan tatapan yang merayu, mencoba memainkan kartunya, "Elias," "aku tak bisa menahan perasaanku." "Aku merindukanmu." "Apakah kita bisa bicara sejenak?
Elias, yang sudah paham rencana Laura, menolak dengan tegas, "Laura," "kita sudah membicarakan semuanya." "Aku bersama Amelia sekarang," dan aku tak ingin melibatkan kamu dalam hubungan kami."
Namun, Laura tak berputus asa. Dia terus mendekati Elias, mencoba mempengaruhi pikirannya. "Elias," "apakah kau yakin Amelia bisa memberimu apa yang aku berikan dulu? "Aku tahu kau pasti merindukan sensasi itu."
Elias, mulai kehilangan kesabaran, menjawab dengan tegas, "Laura," hentikan! "Aku mencintai Amelia," dan aku tak akan membiarkanmu mengganggu hubungan kami."
Tak berhasil mendapatkan respons yang diinginkannya, Laura memutar otaknya lagi. Dia mulai mendekati Amelia dengan siasat manis dan kepalsuan. "Amelia," "betapa beruntungnya kau memiliki Elias." Tapi, "bisakah dia benar-benar memberimu segalanya?
Amelia, yang merasa terkejut dengan ucapan Laura, mencoba menjaga ketenangannya, "Laura," "aku tahu kau punya sejarah dengan Elias," tapi aku percaya padanya."
Laura, dengan senyum merendahkan, mencoba menyusup ke dalam pikiran Amelia, "Amelia," "aku hanya ingin memperingatkan kamu.' "Elias bukanlah lelaki yang mudah untuk dipahami, dia bisa jadi milik siapa saja."
Amelia, merasa tertantang dan ingin membuktikan cintanya pada Elias, membalas, "Laura," aku tahu apa yang kau coba lakukan." "Tapi Elias dan aku telah melewati banyak hal bersama, dan aku tahu dia mencintaiku dengan tulus."
Laura, tersenyum sinis mendengar ucapan Amelia. dalam hatinya berkata "(tunggu saja tanggal mainnya, jangan sebut Laura kalau tidak bisa membuat hubungan kalian hancur)" dia tanpa menyerah, terus merencanakan intriknya. Dia mengumpulkan informasi tentang masa lalu Elias yang mungkin bisa membuat Amelia meragukan kesetiaannya.
Dengan setiap langkah yang diambilnya, Laura semakin yakin bahwa dia bisa memisahkan mereka.
Bersambung
Bab 3
Laura, tanpa menyerah, terus merencanakan intriknya. Dia mengumpulkan informasi tentang masa lalu Elias yang mungkin bisa membuat Amelia meragukan kesetiaannya.
Dengan setiap langkah yang diambilnya, Laura semakin yakin bahwa dia bisa memisahkan mereka.
Di sisi lain, Elias dan Amelia mulai menyadari bahwa kekuatan cinta dan kepercayaan mereka pada satu sama lain adalah bekal terbesar dalam menghadapi godaan dan intrik dari orang ketiga.
Hanya waktu yang akan menentukan apakah rencana jahat Laura bisa memecah belah cinta yang mereka bangun bersama-sama.
Laura, dengan niat licik yang tak berkesudahan, semakin gencar merancang rencana memfitnah Amelia. Dia mulai menyebar desas-desus dan cerita palsu yang bisa merusak citra Amelia di mata orang lain.
Pertama-tama Laura menceritakan kepada teman dekat Elias, yang bernama Rangga, dengan maksud agar berita itu cepat sampai ke telinga Elias. dia mengatakan, "Rangga," "kamu tahu tidak, sama Amelia kekasih Elias? "nampak Rangga berpikir sejenak," "oh aku tahu," si cantik yang wajahnya ayu itu bukan? "Emangnya kenapa sama Amelia? (Rangga mengernyitkan dahinya). Laura pun berkata "kamu belum tahu ya," bahwa Amelia itu memiliki masa lalu yang kelam, dia terlibat skandal dengan suami orang." "Ah masa sih? "Aku tidak yakin, "dari wajahnya dia seperti orang yang baik-baik. Awalnya Rangga tidak percaya, "itu benar Rangga, aku punya buktinya." "Mana buktinya, tanya Rangga lagi, "Laura memberi foto palsu Amelia lagi berpelukan dengan seorang lelaki dan wajah lelaki itu di blur yang di edit sedemikian rupa agar terlihat asli." "Melihat itu Rangga terperangah. "Aku tidak bohong kan? ucap Laura lagi, "Rangga menggelengkan kepalanya, tapi dia merasa belum yakin apa yang di lihatnya."
Kemudian Laura bercerita lagi dengan tetangga Elias, dan orang-orang menurutnya yang kenal sama Elias, agar berita cepat terdengar oleh Elias.
Suatu hari, Laura secara sengaja datang ketempat Elias, melihat itu Elias mau menutup pintu namun keburu Laura mendorongnya sekuat tenaga, sehingga membuat Elias terpental jatuh.
"Tunggu dulu "Elias! "Ada sesuatu yang sangat penting yang ingin aku beritahukan kepada kamu." Ucap Laura.
"Sudah cukup! "Aku tak ingin mendengar apapun dari kamu." "Sebaiknya kamu pergi sekarang! Usir Elias
"Sabar, "Elias, "Aku yakin, setelah kamu melihat ini, dahimu akan berkerut." "Dengan senyum licik, Laura mulai memberikan bukti palsu itu kepada Elias." "Apa kamu masih tidak percaya apa yang kamu lihat ini, "Elias? tanya Laura dengan senyum liciknya
"Elias," "Aku tak ingin kau terluka, mungkin kau perlu memeriksanya sendiri." ucap Laura dengan penuh sandiwara.
Elias, yang sekarang terombang-ambing antara kepercayaan pada Amelia dan desas-desus dari Laura, merasa bingung. Dia memutuskan untuk mendatangi Amelia untuk mencari klarifikasi, dan meninggalkan Laura begitu saja.
Ketika Elias menghadap Amelia. "Amelia," "dulu apa benar kamu terlibat skandal dengan lelaki yang sudah beristri? "Saya melihat foto kamu dengan lelaki lain sedang berpelukan." Amelia, terkejut dan kesal, berusaha menjelaskan bahwa, "itu semua adalah upaya jahat Laura untuk memisahkan kita "Elias." Namun, keraguan telah ditanam oleh Laura, dan Elias merasa dirinya terjebak dalam labirin kebohongan.
Laura, sementara itu, terus menyaksikan hasil rencananya yang bekerja. Fitnahnya menyebar seperti api, menciptakan jurang antara Elias dan Amelia. Dia menunggu dengan senyum penuh kemenangan, yakin bahwa rencananya akan berhasil memisahkan pasangan tersebut.
Dalam kebingungan yang dihasut oleh fitnah Laura, Elias mulai merasa terombang-ambing antara kepercayaannya pada Amelia dan desas-desus yang ditanamkan oleh Laura. Setiap langkah yang diambilnya terasa seperti mengarahkan pada ketidakpastian.
Amelia, yang merasa keputusasaan merayap, menjelaskan setiap detail dari fitnah yang ditempatkan Laura. "Elias," "aku bersumpah bahwa aku tidak pernah terlibat hubungan asmara sama lelaki yang berstatus suami orang" "untuk apa aku melakukannya tidak ada untungnya bagiku. ucap Amelia dengan wajah yang penuh dengan ketulusan." "Elias, kita telah melewati begitu banyak bersama, apa yang kita miliki lebih kuat daripada bukti palsu itu," ucapnya dengan matanya yang memohon.
Namun, Elias masih terbelenggu oleh keraguan. Dalam upayanya untuk mencari kebenaran, ia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Langkah-langkahnya terdorong oleh ketidakpastian yang ditanamkan oleh Laura, dan Amelia terpaksa menunggu dalam kecemasan.
Sementara itu, Laura, dengan senyuman jahatnya, melihat rencananya mulai berbuah. Kegelisahan dan perpecahan yang dihasilkan dari fitnahnya membuatnya merasa berkuasa. Ia terus memantau dari kejauhan, yakin bahwa cengkeraman kotor yang dia buat dapat menghancurkan cinta Elias dan Amelia.
Elias, dalam pencariannya, menemukan beberapa bukti yang sepertinya mendukung klaim Laura. Hatinya dipenuhi kekecewaan dan amarah, merasa telah dikhianati oleh orang yang dicintainya. Dia mendekati Amelia dengan tatapan yang penuh keraguan dan sakit.
Amelia, yang tahu bahwa kebenaran ada pada pihaknya, mencoba meyakinkan Elias. "Elias, aku tak pernah melakukan apa yang Laura katakan. "Aku mencintaimu, dan aku tidak akan pernah merugikan kamu," ucapnya dengan suara lembut yang penuh cinta.
Namun, Elias, masih terpengaruh oleh fitnah, merasa sulit untuk menerima kata-kata Amelia. Konflik ini merobek hubungan yang sebelumnya kokoh, membuka pintu bagi kehancuran yang dirancang oleh Laura. Hanya waktu yang akan menentukan apakah cinta mereka dapat melewati badai fitnah dan membangun kembali kepercayaan yang terkoyak.
Laura, dengan keinginan jahatnya untuk memisahkan Elias dan Amelia, menyusun fitnah yang dirancang untuk merusak citra Amelia di mata Elias. Berbekal informasi palsu dan cerita yang diputar-balik, Laura mulai menyebarkan desas-desus yang penuh tipu daya.
Laura menyebarluaskan bahwa Amelia terlibat dalam sebuah skandal sosial yang melibatkan banyak orang. Ia menciptakan versi yang dilebih-lebihkan dari kisah tersebut, menempatkan Amelia sebagai pusat dari semua peristiwa buruk tersebut. Fitnah ini bertujuan untuk menciptakan gambaran bahwa Amelia adalah wanita yang tidak pantas untuk Elias.
Laura juga memutar fakta tentang pekerjaan dan aktivitas Amelia, menciptakan cerita palsu bahwa Amelia terlibat dalam praktik-praktik yang tidak bermoral di lingkungan pekerjaannya.
Fitnah yang diucapkan Laura ini bukan hanya sekadar omong kosong, tetapi cerdik merancang untuk merusak hubungan Elias dan Amelia.
Dengan senyuman licik, Laura terus memantau rencananya yang busuk berbuah, yakin bahwa fitnahnya akan menciptakan perpecahan yang tak tersembuhkan di antara pasangan itu.
Hanya waktu yang akan mengungkap kebenaran sebenarnya dan apakah cinta Elias dan Amelia cukup kuat untuk mengatasi godaan fitnah yang penuh kepalsuan ini?
Elias, terombang-ambing oleh keraguan yang terus ditanamkan oleh fitnah Laura, memutuskan untuk mencari tahu kebenaran di balik desas-desus tersebut.
Dalam usahanya mencari klarifikasi, ia memutuskan untuk berbicara dengan orang-orang yang Laura sebutkan dalam cerita fitnahnya.
***
Pertama-tama, Elias mendekati teman-teman lama Amelia untuk mencari kebenaran tentang kisah masa lalu yang disebutkan Laura.
Mereka dengan jujur menjelaskan bahwa cerita tersebut adalah fitnah, dan bahwa Amelia tidak pernah terlibat dalam skandal sosial yang dituduhkan oleh Laura.
Namun, keraguan Elias masih belum sepenuhnya terhapus.
Elias memutuskan untuk berbicara dengan rekan-rekan kerja Amelia untuk mencari pemahaman lebih lanjut. Dia menemui Anna rekan kerja Amelia, dia menanyakan kebenaran tentang Amelia, dan menceritakan semua apa yang Laura katakan tentang Amelia kepada Anna, Anna sangat kaget mendengar itu, dan dia berkata, "Elias," Amelia itu orang yang paling jujur dan sangat profesional dalam pekerjaannya.
Selama percakapan dengan rekan-rekan kerja Amelia, Elias mengetahui bahwa cerita yang diucapkan Laura adalah serangkaian kebohongan yang direkayasa.
Mereka menjelaskan bahwa Amelia adalah seorang profesional yang bertanggung jawab, dan mereka tak pernah melihat tanda-tanda perilaku yang mencurigakan seperti yang diakui oleh Laura.
Elias, semakin yakin bahwa ia telah terjerat dalam jaring fitnah yang rumit, memutuskan untuk berbicara langsung dengan Amelia. Dengan perasaan cemas dan hati yang berat, Elias mengajak Amelia duduk bersamanya untuk membicarakan semua yang terjadi.
"Amelia," ucap Elias dengan suara yang penuh emosi, "aku mendengar beberapa cerita yang membuatku bimbang." "Apakah benar ada sesuatu yang tidak kusadari dalam masa lalumu dan masa sekarang?
Amelia, dengan mata yang penuh kejujuran, menjawab, "Elias, "itu semua fitnah." "Laura berusaha memisahkan kita dengan menciptakan kisah palsu." "Aku tak pernah terlibat dalam apa yang ia katakan."
Elias, melihat kejujuran di mata Amelia, dia merasa sedikit lega.
Elias kemudian memutuskan untuk menghadapi Laura dan mengekspos kejahatannya. Dengan fakta-fakta yang ditemukan, Elias memberitahu Laura bahwa fitnahnya telah terungkap dan bahwa upayanya untuk merusak hubungan mereka sia-sia.
Laura, meski terkejut dengan balasan Elias, mencoba tetap bermain licik. "Apa kau yakin Amelia berkata jujur? "Bagaimana kalau dia hanya mencoba melindungi dirinya sendiri? ucapnya dengan senyum penuh kepalsuan.
Elias, dengan tekad bulat, menjawab, "Aku tahu kebenaran, "Laura." "Dan kau harus bertanggung jawab atas semua yang kau lakukan." Laura terdiam sejenak, kemudian dia berkata, "kalau kamu tidak percaya, saya akan tunjukkan bukti-buktinya lebih banyak lagi." Jawab Laura sambil berlalu pergi.
Laura, tidak puas dengan upayanya untuk memisahkan Elias dan Amelia, merencanakan serangkaian bukti palsu yang dirancang untuk memperkuat fitnahnya.
Dengan kecerdikannya, ia mulai menyusun cerita palsu yang dapat menyesatkan Elias dan meneguhkan keraguan yang sudah ditanamkan dalam pikirannya.
Pertama, Laura membuat dokumen palsu yang diduga berasal dari masa lalu Amelia. Dokumen tersebut mencakup surat-surat palsu, tangkapan layar pesan teks yang direkayasa, dan foto-foto yang telah dimanipulasi. Ia dengan sengaja menyusunnya sedemikian rupa sehingga terlihat meyakinkan dan memuat informasi yang sesuai dengan cerita fitnah yang telah ia sebar.
Kemudian, Laura mencoba melibatkan orang lain dalam rencananya. Dia merayu beberapa kenalan lama Amelia untuk memberikan kesaksian palsu yang mendukung ceritanya, dengan iming-iming uang yang banyak, salah satunya Rina. Rina bersedia memberikan keterangan palsu dengan merekam suaranya, Dalam rekaman itu dia mengatakan bahwa, "(Amelia memang pernah terlibat skandal dengan suami orang, dan saya sendiri yang memfoto mereka lagi berpelukan, waktu itu Amelia tidak sadar perbuatannya itu, dilihat oleh orang)," demikian isi rekaman suara Rina. Laura sangat puas dengan bukti palsu itu.
Tidak berhenti di situ, Laura mengakali sejumlah kejadian yang tampak kecil namun dapat merusak reputasi Amelia. Ia menyebarkan rumor palsu di antara lingkungan sosial mereka dan mencoba menempatkan Amelia dalam situasi yang mengecoh agar terlihat seperti kejadian yang sesuai dengan fitnahnya.
Laura menyusun catatan palsu, rekaman suara palsu, yang mengandung detail yang terlihat meyakinkan, menciptakan ilusi bahwa ada bukti konkret untuk mendukung fitnahnya. Dia dengan cermat memastikan bahwa setiap elemen bukti palsu yang dia buat sesuai dengan narasi yang ingin dia kembangkan.
Ketika Elias secara tidak sengaja menemukan beberapa dari bukti-bukti palsu tersebut, Laura menyiasati situasi dengan menyatakan bahwa itu semua adalah "kebetulan" dan "kesalahan pengertian." Dia memainkan peran kaget dan bersikeras bahwa Amelia berusaha menyembunyikan masa lalunya.
Namun, seiring berjalannya waktu, sejumlah kejanggalan dalam bukti-bukti palsu mulai terungkap. pertama-pertama Elias menemui Rina, minta klarifikasi soal rekaman suaranya. "Rina apa kamu yakin dengan apa yang katakan tentang Amelia? Rina menjawab dengan wajah meyakinkan, "benar, sayabtidak bohong, ucapnya. "Kalau kamu tidak bohong, mana bukti foto itu," berikan kepada saya! Tanya Elias dengan setengah memaksa. sontak membuat Rina kaget, karena foto tidak ada, "dia berdalih bahwa foto itu sudah terhapus." "Kalau memang sudah terhapus,' "kenapa ada di Laura tanya Elias dengan nada penuh emosi." Rina terlihat gugup, dan dia tetap bersikeras bahwa dia tidak bohong.
Tapi Elias tidak percaya dengan kesaksian Rina, dia semakin waspada dan mencurigai, mulai menggali lebih dalam untuk mencari kebenaran. Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul, dan Laura harus menghadapi risiko bahwa rencananya dapat jatuh ke dalam lubang yang ia gali sendiri.
Kejadian-kejadian ini merangkul ketegangan dan konflik, membawa hubungan Elias dan Amelia ke ujian yang semakin sulit.
Hanya waktu yang akan mengungkapkan bagaimana cinta sejati dapat bertahan dalam menghadapi kebohongan dan fitnah yang dirancang dengan cerdik oleh Laura.
Laura juga memanfaatkan teknologi untuk menyusun percakapan palsu antara Amelia dan pihak ketiga yang fiksi. Dia membuat percakapan palsu yang seolah-olah membuktikan keterlibatan Amelia dalam skandal sosial yang dituduhkan.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!