NovelToon NovelToon

Kau Hanya Untukku

Di Jodohkan

"Assalamu'alaikum Fiq, bagaimana dengan perjodohan anak-anak kita? Anak ku baru saja lulus sekolah. Bukan kah kita pernah sepakat untuk menjodohkan putra dan putri kita. Ku dengar putra mu baru saja pulang dari mesir dan telah menyelesaikan pendidikan S2 nya."

"Ayah, apa maksud ayah melalukan perjodohan. Siapa yang mau ayah jodohkan?"

Bilal yang tengah bertelfon dengan sahabatnya di seberang sana langsung mengakhiri telfonnya mendengar anak gadisnya itu berkata kepadanya karena mendengar percakapannya melalui via telfon dengan sang sahabat di seberang sana.

"Ayah, jangan katakan Balqis akan di nikahkan di usia Balqis yang masih sangat muda. Balqis tidak mau menikah, apalagi di jodohkan dengan lelaki yang tidak Balqis kenal. Ayah tahu sendiri Balqis baru saja lulus SMA. Apa kata teman-teman Balqis, jika Balqis sudah menikah di usia yang masih sangat muda."

Balqis Khansa Alya, gadis yang baru saja berusia 18 tahun, ia baru lulus dari sekolah menengah atas, dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun ayahnya memberi syarat kepada Balqis, jika Balqis ingin melanjutkan kuliahnya, maka Balqis harus siap dinikahkan dengan anak sahabatnya. Ya, itu cara agar putrinya mau menuruti keinginannya. Sebenarnya ada alasan lain kenapa sang ayah ingin segera menikahkan putri satu-satunya itu dengan putra sahabatnya.

"Kamu mau lanjut S1 kan Balqis? kamu tidak ingin kuliah disini kan? jika kamu mau melanjutkan kuliah di Jakarta, maka kamu harus terima perjodohan ini."

Balqis menggelengkan kepalanya pelan, ia tidak percaya ayahnya memberikan syarat kepadanya jika ia ingin melanjutkan kuliah di Jakarta. Ya, Balqis diam-diam memiliki seorang kekasih, ia berpacaran sejak duduk di kelas 2 SMA tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.

Tujuannya kuliah di Jakarta karena ia ingin satu kampus dengan kekasihnya. Namun siapa sangka jika sang ayah berniat menjodohkannya jika ia ingin melanjutkan kuliah di Jakarta sesuai keinginannya.

"Bunda, katakan pada ayah, Balqis tidak ingin melakukan perjodohan, Balqis masih remaja bun, Balqis masih ingin bebas, bermain dengan teman-teman, jika Balqis menikah di usia yang masih muda, apa ada jaminan Balqis bisa sebebas sekarang."

"Maafkan bunda nak, kamu tahu sendiri bagaimana karakter ayahmu, jika ayah sudah berkata begitu, bunda tidak bisa lagi menentang perkataan ayah."

Ya, sebelum Bilal ayah dari Balqis menelfon sahabatnya untuk membahas perjodohan putra dan putri mereka. Ia sudah berdiskusi dengan istrinya, tentu saja alasannya sama yang akan ia sampaikan kepada sang putri. Dengan terpaksa ibunda Balqis menyetujui perkataan suaminya.

Namun Balqis berusaha menolak permintaan Ayahnya untuk menikah, namun Ayahnya punya cara agar anaknya itu mau menuruti keinginannya. Jadilah sekarang kedua keluarga bertemu untuk membahas pernikahan anak-anak mereka.

...****************...

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam, sudah menunggu lama kamu Bilal? Perkenalkan ini istriku Rahmah, dah ini putraku Taqa yang akan aku jodohkan dengan putrimu."

"Tampan sekali putra kamu Fiq. Ayo silahkan duduk."

Ya, kini mereka berada di sebuah restoran bintang lima, Bilal memesan ruangan VVIP agar pembicaraan dua keluarga tidak terganggu. Para calon besan juga saling berkenalan dan berjabat tangan. Sedangkan Taqa menyalami kedua paruh baya yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya itu.

"Mana putri mu Bilal?"

"Lagi ke toilet, sepertinya ia gerogi karena akan bertemu dengan calon suaminya."

Kedua sahabat itu terkekeh. Istri Bilal dan istri Taufiq pun sudah mulai akrab, sedangkan putra dari Taufiq yaitu Taqa hanya diam mendengarkan percakapan kedua orang tuanya dengan calon mertuanya itu, sesekali ia menjawab jika calon mertuanya bertanya kepadanya.

Sejujurnya Taqa tidak ingin menikah secepat itu, apalagi dengan wanita yang belum ia kenal. Namun ia tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya. Ia sudah berjanji akan menikah setelah menyelesaikan S2 nya, akan tetapi karena ia belum memiliki calon, maka ia harus siap di jodohkan dengan anak sahabat ayahnya.

Muhammad Taqa El-Fatih adalah seorang pemuda berusia 25 tahun. Ia adalah seorang pendakwah dan juga memiliki Chanel utube dan stagram yang memiliki banyak followers. Rata-rata penggemar sosial medianya berisi para kaum Hawa dari semua kalangan, walaupun ada beberapa lelaki juga dari para penggemarnya. Tak jarang juga Taqa memposting kegiatan nya selama berdakwah.

Memang usianya masih sangat muda, namun ilmu agamanya tidak perlu di ragukan lagi. Sudah banyak stasiun TV dan acara-acara besar seperti tabligh Akbar mengundangnya sebagai pengisi ceramah, namun ia selalu menolaknya. Entah apa alasannya ia menolak mengisi kajian setiap tawaran itu datang kepadanya.

Selama ini ia hanya berdakwah melalui sosial media dan mempostingnya di utube dan stagram pribadi miliknya. Semua itu ia mulai sejak ia menyelesaikan pendidikan S1 nya, tanpa ia sadari ternyata kini ia telah dikenal di seluruh masyarakat Indonesia.

Banyak yang ingin bertemu secara langsung dan mendengarkan kajian ustadz Taqa. Ya, Taqa adalah seorang ustadz muda yang berasal dari Indonesia. S1 nya ia laksanakan di tanah Jawa, sedangkan S2 nya ia lanjutkan di Mesir.

"Balqis, kesini nak. Perkenalkan ini calon ibu dan ayah mertuamu. Dan ini ustadz Taqa, calon suamimu."

Dengan berat hati Balqis menyalami kedua paruh baya tersebut. Namun ia sama sekali tidak ingin menoleh ke arah calon suaminya itu. Sedangkan Taqa melirik Balqis sepersekian detik, ia tahu bahwa dirinya dan calon istrinya itu bukan mahram, sehingga ia menghindari bertatap muka berlama-lama.

"MasyaaAllah, cantik sekali kamu sayang. Nama kamu Balqis kan nak? Secantik namanya."

"Terimakasih Tante, Tante juga cantik seperti bunda Balqis."

"Pintar sekali putri tuan Bilal dan Bu Rahmah memuji."

Balqis hanya tersenyum mendengar pujian dari calon ibu mertuanya itu. Ya, Balqis yang kini menggunakan atasan berwarna baby pink dan rok kembang dengan motif bunga-bunga, serta hijab yang dililit di lehernya juga dengan warna senada menambah kecantikannya berkali-kali lipat.

Ia yang memang sudah cantik dengan kulit putih bersih serta lesung pipi yang dalam, bibir mungil berwarna merah jambu alami dengan pipi yang kemerah-merahan alami membuat gadis berusia 18 tahun itu terlihat semakin cantik dan manis. Siapapun yang melihat Balqis pasti akan langsung menyukainya.

Hari itu kedua keluarga membahas pernikahan dua orang yang sedari tadi hanya diam dan sama sekali tidak bersuara. Balqis sibuk dengan gadgetnya, ia kini tengah berkirim pesan dengan kekasihnya, sedangkan Taqa sesekali melirik gadis yang duduk di hadapannya itu.

Setelah berbincang dan makan malam hari itu, telah di putuskan pernikahan mereka akan di laksanakan dua Minggu lagi. Baik Balqis dan Taqa hanya bisa menerima keputusan kedua orang tua mereka. Setelah mengakhiri sesi pertemuan malam itu, keluarga Taufik dan Bilal berpisah di parkiran dan pulang kerumah mereka masing-masing.

...****************...

...To Be Continued...

Assalamu'alaikum sahabat Musim_Salju💞

Ini karya author selanjutnya. Semoga karya kali ini bisa menghibur para pembaca semua. Novel kali ini pun berbeda dengan cerita novel-novel sebelumnya. Yuk kepoin langsung dan nantikan update selanjutnya 🫶🫶🫶

Baca juga karya Author yang lain;

W¹ Penantian Kekasih Halal (The End)

W² Hidayah Terindah (On Going)

Happy Wedding

Hari yang di tentukan akhirnya tiba, hari pernikahan antara Balqis dan juga Ustadz Taqa. Gadis cantik yang sebentar lagi akan menjadi istri orang itu hanya bisa meratapi nasibnya. Apakah keputusannya itu benar menerima perjodohan orang tuanya.

Namun menyesal pun kini percuma, karena semua tamu undangan telah berdatangan. Apalagi tamu undangan berisi kolega bisnis kedua orang tuanya serta rekan bisnis dari calon mertuanya.

Kini Balqis tengah di dandani oleh seorang perias pengantin. Ia hanya diam selama di dandani, tidak ada raut kebahagiaan dalam wajahnya. Sang kekasih juga belum ia kasih tahu, Balqis sendiri bingung bagaimana caranya untuk memberitahu kekasihnya bahwa ia akan menjadi seorang istri hanya dalam hitungan jam.

"MasyaaAllah neng, kamu cantik banget. Lihat hasilnya, saya bahkan pangling sama neng Balqis. Saya yakin calon suami neng Balqis terpesona nantinya saat melihat kecantikan neng."

"Begitu kah mbak? Saya cantik?"

"Sungguh neng Balqis cantik banget."

Balqis hanya tersenyum tipis, ia tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan dirinya. Apakah ia harus bahagia atau tidak. Sedangkan pernikahan nya tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Menyesalinya juga percuma, nasi sudah menjadi bubur.

Ia juga tidak mungkin kabur dan meninggalkan acara pernikahannya. Ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya malu jika ia benar-benar kabur dari pernikahannya sendiri. Walaupun Balqis seorang gadis yang selalu melakukan apapun sesuai keinginannya, namun untuk kali ini Balqis tidak berani melakukan hal-hal yang akan membuat keluarga besarnya malu dengan tindakannya.

"MasyaaAllah sayang, putri bunda cantik sekali. Kamu yang selama ini tidak pernah dandan, sekali di dandani jadi manglingi. Bunda yakin nanti calon suamimu tidak akan berkedip melihat kecantikan putri bunda ini. Kamu bahagia nak dengan pernikahan mu? Maafkan bunda ya sayang, bunda tidak bisa menetang perkataan ayahmu."

"Tidak apa-apa bunda, mungkin ini sudah takdir Balqis menikah dengan seseorang yang tidak pernah Balqis bayangkan."

Suara shalawat kini terdengar menggema, sepertinya calon pengantin dan keluarga besarnya sudah tiba. Ibunda Balqis meninggalkan Balqis dengan perias pengantin tersebut. Karena ia ingin menyambut kedatangan keluarga dari besan dan calon menantunya.

Entah kenapa jantung Balqis kini berdebar tak beraturan. Ia pun menekan dadanya agar berhenti berdebar. Namun suara shalawat yang semakin terdengar di indra pendengarannya membuat ia tidak bisa mengatur ritme jantungnya.

"neng Balqis deg-degan ya, itu hal yang wajar bagi setiap calon pengantin. Oh iya neng, saya dengar calon neng Balqis seorang ustadz ya? beruntungnya neng Balqis di nikahi oleh seorang ustadz, mana katanya masih muda dan cakep."

Balqis hanya tersenyum tipis. Ia tidak bisa berpikir kali ini. Entah kenapa jantungnya masih saja berdebar, tiba-tiba bayangan kekasihnya terlihat jelas di bayangannya. Bagaimana tanggapan kekasihnya nanti jika tahu Balqis sudah menikah. Ia pejamkan matanya untuk menghilangkan perasaannya kepada kekasihnya itu.

Sepertinya acara akad sudah di mulai. Namun Balqis belum di perbolehkan keluar sebelum kata sah itu terucap. Ia hanya bisa berdo'a kali ini, semoga keputusannya tidak salah.

Kini Taqa calon suami dari Balqis sudah duduk berhadapan dengan ayah Bilal. Pak penghulu dan juga dua orang saksi juga sudah menempati tempat duduk. Para tamu undangan dan keluarga sepertinya sudah pada berdatangan.

Di saat penghulu mengarahkan kepada mempelai lelaki untuk menjabat tangan calon ayah mertuanya, Taqa dengan mantap menjabat tangan calon ayah mertuanya tersebut. Setelah pertemuannya pertama kali saat membahas pernikahannya dengan Balqis.

Setiap di sepertiga malam ia tak pernah lupa meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa serta melaksanakan shalat istikharah, untuk meyakinkan hatinya bahwa Balqis memanglah jodoh yang terbaik untuknya. Hingga petunjuk itu datang dalam sebuah mimpi.

Berkali-kali seorang gadis selalu muncul di mimpinya meminta tolong kepadanya untuk ia selamatkan, hingga di malam terakhir ia melaksanakan shalat istikharah, dengan jelas muncul bayangan Balqis di dalam mimpinya.

Sejak itu ia dengan yakin dan mantap mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa ia sudah menerima dengan ikhlas pernikahannya dengan Balqis putri dari sahabat ayahnya itu. Mendengar perkataan sang putra, tentu saja Taufiq senang mendengarnya.

Akhirnya putranya itu tidak lagi terpaksa menerima pernikahannya dengan Balqis. Sehingga jika nanti putranya membawa Balqis ke jakarta, ia tidak perlu khawatir jika putranya akan menyakiti putri dari sahabatnya.

"Bagaimana nak Taqa, apakah sudah siap?"

"Bismillah, Insyaa Allah saya sudah siap pak,"

"Alhamdulillah, kalau sudah jabat tangan calon ayah mertua mu. Pak Bilal, ikuti saya."

Pak penghulu menuntun ayah Bilal untuk mengucapkan ijab, dan di sambut dengan lantang dan jelas oleh Taqa.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Balqis Khansa Alya Binti Bilal Hasan Shafi dengan mas kawin 500 gram emas murni dan seperangkat alat shalat dibayar tu-nai."

"Saya terima nikahnya Balqis Khansa Alya Binti Bilal Hasan Shafi dengan mas kawin tersebut tunai."

"Alhamdulillah, bagaimana para saksi?"

Sah! Sah! Sah!

Para saksi dan semua tamu undangan berucap hamdalah setelah ijab qobul itu lancar tanpa ada hambatan apapun. Hanya dengan sekali tarikan nafas Taqa berhasil mengucapkan ijab qobul tersebut.

Pak penghulu pun membacakan doa, setelah itu Balqis di bawa ke hadapan suaminya. Bunda Rahimah ibundanya Balqis memanggil putrinya itu yang masih berdiam diri di dalam kamar. Melihat kehadiran bundanya, Balqis tahu bahwa ijab qobul telah usai.

"Assalamu'alaikum nak, kamu dan ustadz Taqa sudah resmi menjadi suami istri. Ayo temui suamimu."

"Wa'alaikumsalam bunda. Iya bunda."

Dengan langkah perlahan Bunda Rahimah menuntun Balqis menuju meja akad, saat Balqis telah memasuki ruangan akad, semua pasang mata melihat ke arahnya, mereka terpana dengan kecantikan dari mempelai perempuan.

Termasuk Taqa, kini ia sudah berani menatap wajah cantik istrinya, karena Balqis kini sudah menjadi mahramnya dan halal untuk ia tatap. Seketika dada Taqa berdebar saat Balqis duduk di sampingnya. Namun ia pandai dalam mengatur ekspresinya. Sedangkan Balqis masih menunduk dan tidak berani menatap lelaki yang kini sudah menjadi suaminya itu.

Setelah mendatangi buku nikah, tukar cincin dan serangkaian acaranya, hingga resepsi dilakukan. Belum ada obrolan terjadi di antara sepasang suami istri tersebut. Bahkan saat Balqis mencium punggung tangan suaminya untuk pertama kali, ia masih belum berani menatap wajah suaminya. Sedangkan Taqa tak henti memperhatikan istrinya itu.

Hingga sesi foto bersama keluarga selesai dan juga para tamu undangan datang memberikan selamat. Senyuman itu belum terbit di wajah Balqis. Dikatakan ia menyesal? Entahlah, Balqis sendiri tidak tahu dengan perasaannya saat ini. Yang jelas ia hanya ingin berbakti kepada kedua orang tuanya, dan kedepannya bakti itu akan berpindah ke suaminya.

...****************...

...To Be Continued...

Gara-gara Kecoak

Serangkaian acara demi acara telah terlewati, rasa lelah melanda pengantin baru tersebut. Balqis dan Taqa sama-sama memasuki kamar. Kamar yang dulunya milik Balqis, kini menjadi kamar milik mereka berdua. Semua itu karena ibunda Balqis yang menyuruh putri semata wayangnya itu untuk membawa suaminya beristirahat di dalam kamar.

Di dalam kamar, Taqa akhirnya berbicara, ia sudah tidak tahan saling diam-diaman selama acara dengan sang istri. Bisa saja ia mengajak istrinya berbicara, namun melihat wajah istrinya hanya di tekuk sepanjang acara, jadilah ia urung dari pada membuat keributan selama proses resepsi berlangsung.

"Balqis, kamu duluan yang bersih-bersih atau saya? Atau kamu mau kita mandi berdua."

Degh!

Jantung Balqis berdebar tak karuan mendengar perkataan suaminya itu. Apa maksud dari perkataan lelaki itu, dasar mesum. Begitu pikir Balqis. Sebuah ide terpikir di dalam pikirannya. Ia tahu pasti lelaki yang baru saja berstatus sebagai suaminya itu pasti hanya menggertak nya saja, jadilah ia mengiyakan perkataan suaminya yang kedua.

"Maksudnya, kita mandi berdua?"

"Iya, memangnya kenapa? Kan kita sekarang sudah sah."

"Yakin nih? Ayo kalau begitu."

Dengan berani Balqis berjalan terlebih dahulu ke kamar mandi, padahal ia amat gemetaran saat ini, terlihat dari bibirnya yang bergetar saat menjawab perkataan suaminya. Taqa sendiri tahu jika wanita yang baru saja menjadi istrinya itu hanya menggertaknya saja, jadi ia akan mengikuti permainan sang istri.

"Kenapa diam saja? kenapa kamu tidak melepas pakaian mu? Apa perlu aku yang bantu untuk melepaskannya?"

Taqa mulai mendekat ke arah Balqis, Balqis perlahan berjalan mundur hingga terbentur dinding kamar mandi, ia kini sudah tersudut dan tidak bisa menghindar. Padahal tadi ia hanya menggertak saja, ternyata suaminya itu malah mengiyakan perkataannya. Sungguh Balqis kini hanya bisa menelan salivanya.

Berduaan dengan seorang lelaki di dalam kamar mandi membuat badannya panas dingin. Hembusan nafas Taqa terasa di leher jenjangnya saat Taqa menunduk dan mulai menarik resleting pakaian pengantin yang ia kenakan.

"Stop, kamu mau ngapain?"

"Kamu bagaimana sih istriku, tentu saja membantu kamu melepas pakaian mu. Masak ia mandi menggunakan baju."

"Dasar ustadz mesum, katanya Ustadz, tapi kok mesum."

"Lah, salahnya dimana? Saya ini sekarang suami kamu. Mesum sama istri sendiri tidak masalah bukan? Bahkan apa yang akan kita lakukan sekarang adalah sebuah ibadah untuk sepasang suami istri."

Sial, ternyata Balqis terjebak dengan ucapannya sendiri. Ia menutup matanya, melihat Balqis gemetaran, terbitlah senyuman itu di bibir sang ustadz muda. Sungguh lucu istri kecilnya itu, begitu fikir Taqa. Padahal tadi dia yang mengatakan untuk mandi berdua, sekarang malah dia yang gemetaran.

Cup!

Sebuah kecupan mendarat di pipi sang istri. Merasakan kecupan hangat itu, seketika tubuh Balqis menegang, perlahan ia membuka matanya. Ustadz Taqa tersenyum melihat mata Balqis yang sudah melotot sempurna. Sungguh ia sangat senang melihat ekspresi Istrinya. Pernikahan yang awalnya ia pikir akan membosankan, namun sepertinya akan menjadi warna tersendiri dalam hidupnya.

"Kamu!"

"Eits, jangan marah, saya ini suamimu, jadi apa yang ada dalam diri kamu adalah milikku. Ya sudah mandi lah lebih dulu, saya tahu kamu belum siap. Saya akan mandi setelah kamu selesai."

Taqa langsung keluar dari kamar mandi setelah mengatakan hal demikian. Balqis buru-buru menutup pintu kamar mandi dan tidak lupa menguncinya, takut tiba-tiba lelaki itu berubah pikiran dan ikut mandi bersamanya. Sungguh Balqis belum siap, walaupun ia tahu kini ia sudah menjadi seorang istri dari seorang ustadz muda bernama Muhammad Taqa El-Fatih.

"Ya Allah, ini kenapa jantung aku berdebar gini, masak iya karena dicium si ustadz mesum itu. Seumur-umur aku tidak pernah dicium sama lelaki. Ini dia dengan mudahnya mencuri ciuman di pipiku. Pacar ku saja tidak pernah berani mencium ku." Bathinnya berbicara sembari menetralkan debaran di dadanya.

Mengingat lelaki yang masih berstatus pacarnya itu. Seketika membuat Balqis merasa bersalah. Pasalnya sang kekasih belum mengetahui sampai saat ini kabar pernikahannya dengan ustadz Taqa. Apa yang terjadi jika pacarnya mengetahui kabar pernikahannya. Sungguh Balqis tak dapat membayangkan.

Tok..! Tok..! Tok..!

"Balqis, kamu tidak jadi mandi? Kenapa saya tidak mendengar apapun. Kamu baik-baik saja kan di dalam?"

"Iya, ini mau mandi, sabar dong."

Mendengar pintu di ketuk dan suara ustadz Taqa di luar kamar mandi. Dengan cepat ia menyelesaikan aktivitasnya di kamar mandi. Ternyata di saat ia ingin mengganti pakaiannya, ia baru teringat jika ia tidak membawa pakaian ganti sama sekali.

"Mampus, gimana ini, aku lupa bawa baju ganti lagi. Bodo ah, anggap saja dia tidak ada."

Disaat Balqis ingin membuka pintu kamar mandi, tiba-tiba saja kecoak terbang ke arahnya. Balqis pun teriak sekencang mungkin. Membuat Taqa yang tengah memainkan gadget nya pun langsung meletakkan handphone miliknya dan berlari ke arah kamar mandi.

Aaaa...!

"Balqis, kamu kenapa? kenapa berteriak?"

Ceklek!

Balqis langsung membuka pintu kamar mandi, di saat ia ingin berlari ternyata handuk yang ia kenakan terlepas dari badannya, dan terlihatlah lekuk tubuh Balqis yang putih mulus bak porselen itu. Bahkan Taqa terdiam mematung melihat keindahan yang ada di hadapannya.

Aakkhhh!

Brugh!

Balqis tiba-tiba saja tak sadarkan diri. Untung saja Taqa segera menangkap tubuh sang istri. Ia gendong Istrinya itu, dan ia baringkan di atas tempat tidur. Lalu ia tutup tubuh polos Istrinya dengan selimut yang ada.

"Astaghfirullah, aku tidak berdosa, dia istriku. Tapi kenapa Balqis tiba-tiba pingsan begini. Balqis.. Hey.. Ayo bangun, kamu kenapa?"

"Ya ampun, masak malam pertamaku ada adegan seperti ini sih. Ini kasian juga Balqis tidak pakai baju. Tidak apa-apa kan jika aku gantikan pakaiannya. Tidak apa-apa, ya benar dia sekarang istriku. Maaf ya saya gantikan dulu baju kamu."

Ustadz Taqa berjalan ke arah lemari pakaian. Ia pilihkan pakaian ternyaman menurutnya untuk sang istri. Perlahan ia pasangkan baju itu ke tubuh polos Istrinya. Namun karena takut imannya goyah, Saat memasangkan baju untuk sang istri, Taqa menutup matanya. Bagaimanapun juga ia lelaki normal.

Melihat wanita cantik di hadapannya dengan tubuh putih dan bening, apalagi sudah halal baginya, siapa juga yang tidak tergoda. Namun Taqa paham, tidak mungkin ia melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya di saat sang istri tidak sadarkan diri.

"Cah, selesai juga. Sekarang aku harus sadarkan si gadis kecil. Mana ya minyak kayu putih."

Taqa mencari minyak kayu putih untuk menyadarkan Balqis. Akhirnya ia menemukannya di atas meja belajar sang istri. Lalu ia dekatkan minyak kayu putih itu ke hidung Balqis. Perlahan mata itu terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya di saat sinar lampu menyilaukan pandangannya.

"Kamu!"

...----------------...

...To Be Continued...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!