NovelToon NovelToon

AODA

A - Keputusan

Hari ini seluruh keluarga Zara tengah kedatangan tamu. Mereka duduk di ruang tamu sambil membicarakan hal yang penting. Zara ikut bergabung usai menyediakan minuman untuk semua orang. Papa Zara memperkenalkan satu persatu tamu yang hadir di rumah mereka.

"Papa, akan menikahkan kamu dengan Alvaro" ucap Papa Zara begitu tiba-tiba.

"Papa ngomong apa sih? Kenapa tiba-tiba jadi bahas pernikahan? Pa, aku baru saja lulus sekolah dan aku juga sudah punya pacar Pa" ujar Zara dengan tawanya.

"Pada tidak sedang bercanda Zara, ini serius. Putuskan saja pacar kamu karena Papa tidak mau berdebat denganmu untuk masalah ini"

Zara terdiam membisu, ia masih tak memahami situasinya. Air mata Zara menetes begitu deras di depan semua orang. Padahal selama ini Papa tidak mengatakan apapun mengenai hubungan Zara, Papa juga tidak menentangnya. Mama Zara datang dan membawanya anak gadisnya pergi. Beliau mencoba membuat Zara mengerti jika ini adalah pilihan yang terbaik.

"Tapi Ma, aku sayang sekali sama pacar aku" ucap Zara dalam isak tangisnya.

"Papa dan Mama lebih sayang padamu Zara"

Gadis itu menatap mata Mamanya yang memancarkan kesedihan. Zara mengangguk mengerti, ia mengambil ponselnya dan meminta sang kekasih untuk bertemu sekarang juga. Ia melewati ruang tamu, Papa Zara menatap putrinya yang hendak pergi keluar.

"Mau kemana?" Tanya Papa Zara dengan nada sedikit tinggi.

"Menemui pacarku, aku akan memutuskannya sesuai permintaan Papa"

"Tidak harus pergi bukan? Kamu bisa meneleponnya"

"Kumohon, biarkan aku menemuinya untuk terakhir kali Pa" pinta Zara.

Papa Zara terus menolak, ia meminta Zara memutuskan kekasihnya lewat telepon. Gadis itu menggenggam ponselnya dengan erat, ia kembali menetes kan air mata. Alvaro berdiri dari duduknya, ia mengatakan akan mengantarkan Zara pergi menemui kekasih gadis itu. Mendengar hal itu, Papa Zara mengijinkannya, tetapi beliau berkata agar mereka cepat kembali.

Zara pergi berjalan lebih dulu, sedangkan Alvaro mengikutinya dari belakang. Mereka menuju jalanan ke ujung komplek, terlihat seorang pemuda tengah berdiri disana. Zara berlari lalu memeluknya dengan erat, ia menangis dalam dekapan pemuda itu. Alvaro menunggu Zara dari kejauhan, ia hanya melirik sesekali lalu menatap ke arah lain.

"Maaf, maaf kan aku" ucap Zara dalam tangisnya.

"Kenapa sayang? Kamu ada masalah apa?" Tanya sang pemuda.

Gadis itu melepaskan pelukannya, ia menggenggam erat tangan pemuda itu.

"Aku, mau kita putus" ucap Zara dengan nada bergetar.

"Kenapa tiba-tiba? Alasannya apa? Aku ada salah ke kamu?" Cecar sang kekasih.

"Aku yang salah, maaf.. Maaf sudah menyakiti kamu. Kamu boleh membenciku, maafkan aku. Papa akan menikahkan aku, maafkan aku" lirih Zara dalam tangisnya.

Pemuda itu mengelus kepala Zara dengan penuh perhatian. Ia mengatakan pada Zara agar tak khawatir, ini bukanlah masalah besar baginya. Padahal Zara pun tau jika kekasihnya itu juga terluka karena keputusan ini. Tapi tak ada yang bisa mereka perbuat saat ini.

"Aku antar kamu pulang ya, ini sudah malam" tawar pemuda itu masih begitu ramah.

Zara semakin tak bisa membendung air matanya, kakinya terasa begitu lemas hingga membuatnya hampir terjatuh. Gadis itu meminta maaf pada kekasihnya lalu pergi menghampiri Alvaro yang menunggu. Zara tak bisa menghentikan air matanya yang mengalir deras. Pemuda itu adalah cinta pertama Zara, mereka sudah menjalin hubungan selama kurang lebih dua tahun. Zara merasa sangat bahagia saat bersama sang kekasih.

Sampai dirumah, Zara langsung berlari masuk ke kamarnya dan menangis kembali. Hari ini air matanya terus menetes tanpa henti.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Beberapa hari berlalu, Zara dan keluarganya pergi menuju rumah Alvaro. Keluarga Alvaro sudah menyiapkan semuanya disana, keluarga Zara hanya perlu duduk dan menunggu. Zara tengah duduk di teras rumah, ia memandangi halaman rumah megah tersebut yang sudah penuh dengan hiasan pernikahan.

"Kak Alvaro mau kemana?" Tanya Zara kala melihat calon suaminya keluar rumah.

"Panggil Al saja, mau bertemu teman-teman ku. Kamu mau ikut?"

Zara menggelengkan kepalanya, ia kembali duduk dan melihat altar pernikahannya. Al menatap ke arah pandang Zara, ia kemudian melanjutkan jalannya dan pergi sambil menaiki motor. Setelah motor Al pergi, Zara menatap ke arah gerbang besar rumah tersebut. Ia merasa sedikit aneh, rasanya sedikit senang saat Al mengajaknya bertemu dengan temannya. Meski dua tahun berkencan, mantan kekasih Zara tak pernah mengajaknya bertemu dengan temannya. Mungkin sesekali mereka berpapasan secara tak sengaja, barulah sang mantan mengenalkan Zara. Meski begitu, anehnya teman-teman sang mantan sudah mengenali Zara sebelum dikenalkan.

Gadis itu masuk kedalam usai sang Mama memanggilnya. Zara harus mencoba lagi baju pengantinnya untuk esok hari. Ia menatap Papanya yang tampak khawatir. Zara tak ingin mengacaukan apapun atau membuat kedua orangtuanya merasa sedih. Ia hanya ingin Papa dan Mamanya selalu bahagia.

Malam tiba...

Seluruh keluarga tengah makan malam bersama, suasananya sangatlah aneh. Zara melirik setiap orang yang makan dengan tenang, tak ada candaan ataupun obrolan apapun.

"Apa Papa dan Mama akan meninggalkan ku?" Celetuk Zara tiba-tiba. Ia langsung mendapatkan perhatian semua orang yang ada disana.

"Kamu ngomong apa sih sayang? Mana mungkin Papa dan Mama meninggalkan kamu, jangan mikir yang tidak-tidak ya" jawab Mama Zara.

"Habisnya, sikap kalian aneh. Sebelum Kakek meninggal dulu juga sikap Kakek aneh, seperti menjaga jarak dariku. Aku tidak suka" rengek Zara seperti anak kecil.

Mama Zara mengelus kepala putrinya itu, ia meminta Zara untuk melanjutkan makannya dengan tenang. Namun gadis itu menyelesaikan makannya dengan cepat lalu pergi keluar rumah. Zara memandangi langit malam yang sepi tanpa satupun bintang disana. Ia berjalan mengelilingi rumah besar itu seraya melihat-lihat apa yang ada disana.

Zara melihat sebuah bangunan terpisah di area belakang, bangunan dengan dua lantai yang cukup lebar. Gadis itu mengintip ke dalam, ia melihat ada banyak sofa dan papan tulis disana. Zara pikir ini adalah tempat berkumpul untuk membicarakan hal serius.

"Mau masuk?" Celetuk seseorang mengejutkan Zara.

Gadis itu menoleh dan mendapati Al berdiri tak jauh darinya. Zara menggelengkan kepalanya lalu berjalan pergi menjauh. Hanya beberapa langkah, Zara kembali menghentikan jalannya dan berbalik menatap Al.

"Apa Kak Al tidak memiliki seseorang yang dicintai?" Tanya Zara.

"Punya, tapi hubungan kami sudah putus sehari sebelum aku pergi ke rumahmu hari itu"

"Maaf ya, rasanya aku tidak akan pernah bahagia usai menyakiti banyak orang. Hehehe..." tutur Zara sebelum benar-benar pergi berlalu.

Al memandangi Zara yang pergi dengan lesuh, ia lalu masuk kedalam bangunan yang ada dihadapannya itu.

A - Pernikahan Zara dan Al

Hari berganti...

Semua orang sibuk untuk mempersiapkan pernikahan Zara dan Al hari ini. Menata setiap meja dan mengecek makanan untuk pernikahan.

"Apa teman-teman Kak Al akan datang?" Tanya Zara menghampiri Al yang tengah duduk di tepi kolam renang.

"Hanya teman dekat, bagaimana denganmu?"

"Papa tida mengijinkan aku mengundang siapapun. Maaf jika aku lancang bertanya, aku tidak melihat Mama kalian"

"Sudah tiada sepuluh tahun lalu" sahut Al.

Zara minta maaf atas pertanyaan nya, ia benar-benar tak bermaksud untuk menggali kesedihan itu lagi. Al hanya berdehem, ia meminta Zara untuk masuk dan bersiap. Gadis itupun pergi masuk ke kamarnya, dirumah ini hanya ada Al yang usianya dua tahun lebih tua dari Zara. Elan Kakak Al yang berusia dua puluh lima tahun, serta Ilyas yang baru berusia lima belas tahun. Mereka bertiga tinggal bersama dengan Papa dan Kakek mereka di rumah besar ini.

Rumah ini hanya dipenuhi para lelaki sebelum Zara bergabung di dalamnya nanti. Pantas saja semua orang terlihat sangat dingin dan acuh.

Satu persatu tamu mulai berdatangan, Zara mendengar suara motor yang mendekati rumah Al. Gadis itu mengintip melalui jendela, terlihat kumpulan anak muda masuk dan menghampiri calon suaminya. Zara berusaha untuk baik-baik saja, ia tersenyum ke arah Mamanya yang terlihat sangat cantik. Usai didandani, Zara pun keluar menuju altar pernikahan bersama Papanya.

Para tamu berdiri sambil mengagumi betapa cantiknya istri Al itu. Zara tersenyum dengan ramah, ia merasakan matanya berkaca-kaca tanpa alasan. Papa Zara menyerahkan putrinya pada Al, kedua mempelai saling bertukar cincin sebagai tanda pernikahan. Al mencium kening Zara dan membuat para tamu bertepuk tangan riuh.

Selama acara berlangsung, Zara terlihat gugup dan jantung nya berdebar kencang. Al merangkul pinggang Zara dan mengenalkannya pada teman-teman pemuda itu. Teman-teman Al berseru melihat wanita cantik menghampiri mereka.

"Kakak ipar sangat cantik" puji Kevin.

"Oh, Kakak ipar apa loe mantan pacar Vernon?" Celetuk Gema usai memperhatikan wajah Zara dengan seksama. Ia juga menunjukkan foto wanita yang ada di sosmed Vernon.

"Kalian mengenal Kak Vernon? Apa dia teman kamu juga? Kenapa tidak bilang padaku hari itu?" Cecar Zara. Ia mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah teman Al yang lainnya.

"Jadi dia Vernon ya, pantas terlihat tidak asing. Kami tidak dekat hanya saling mengenal saja" jelas Al. Ia menatap teman-teman nya, memberikan isyarat agar tak membahas pemuda bernama Vernon itu lagi.

Kakek membawa Zara untuk menemui koleganya, beliau mengenalkan Zara pada cucu teman-temannya. Acara berlangsung cukup lama, tamu berdatangan silih berganti. Namun tak ada satupun tamu dari pihak keluarga Zara. Seolah pernikahan ini tidak boleh sampai diketahui oleh orang terdekat Zara, bahkan keluarga besar Zara pun tak muncul. Zara bisa memahaminya sebab keluarganya memang tak akur dengan keluarga lainnya.

----------------

Malam tiba...

Para pengurus pesta pernikahan tengah membersihkan halaman rumah besar itu, pesta sudah selesai dilaksanakan. Zara tengah berdiri di balkon kamar Al, ia memperhatikan setiap orang yang tengah bersih-bersih. Gadis itu melihat Papa dan Mamanya keluar rumah di tengah malam. Ia merasa aneh dan langsung berlari turun untuk menyusul kedua orangtuanya.

"Mau kemana?" Tanya Al yang hendak naik ke lantai atas.

"Papa dan Mamaku mau pergi kemana malam-malam begini?"

"Mereka mau ambil baju-baju kamu, kamu istirahat saja Zara. Hari ini pasti melelahkan" ucap Papa Al.

Al membawa Zara untuk kembali masuk kedalam kamarnya. Pemuda itu menutup pintu kamar dan jendela balkon. Ia meminta Zara untuk tidur karena hari sudah sangat larut malam. Zara berbaring diatas tempat tidur, ia memainkan ponselnya membalas pesan masuk dari temannya.

"Zara, berikan ponselmu" pinta Al.

Gadis itu memberikan ponselnya, ia membaringkan tubuhnya dalam posisi miring dan melihat Al yang tengah mengotak-atik ponselnya. Al memasang aplikasi pelacak, mereka bisa saling mengetahui lokasi masing-masing. Ia juga menjadikan nomornya menjadi panggilan darurat agar Zara bisa menghubunginya kapan saja dengan cepat. Pemuda itu melirik Zara yang sudah tertidur, Al melihat pesan masuk dari Vernon. Pesan yang meminta Zara berhati-hati kepada Al, rupanya mereka masih berhubungan baik meski telah putus.

"Sepertinya Vernon sangat mencintaimu" gumam Al. Ia menaruh ponsel Zara dan pergi tidur di samping istrinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari berganti, Zara sudah bangun pagi-pagi sekali. Ia tengah berbincang dengan tukang kebun yang menyirami tanaman. Sebenarnya Zara tengah gelisah menunggu kabar dari orangtuanya, ia melihat koper dan barang-barang Zara sudah ada disini tetapi ia belum mendapatkan kabar dari kedua orangtuanya.

Salah seorang pelayan memanggil Zara untuk sarapan, ia pun berlari masuk kedalam rumah dan menuju ruang makan. Semua orang sudah berkumpul disana, Al juga terlihat baru bangun tidur.

"Darimana Zar?" Tanya Papa.

"Melihat tanaman Pa, banyak sekali bunganya disana. Sangat cantik" jawab Zara dengan ceria.

"Kamu satu-satunya yang memuji kebun Kakek, Kakek akan mengajakmu berkebun lain kali. Kakek punya banyak perkebunan buah dan sayuran" sela Kakek.

"Benarkah? Aku ingin melihatnya, aku ingin makan buah yang baru di petik, pasti rasanya sangat segar. Itu sangat menyenangkan, apakah Kakek menanam banyak macam buah?" seru Zara bersemangat.

Kakek terlihat senang sebab Zara membalas percakapannya dengan semangat. Beliau hanya memiliki anak tunggal dan tiga cucu lelakinya yang sangat cuek. Kakek butuh teman mengobrol namun ketiga cucunya tak pernah menjawab dengan antusias. Mereka hanya menjawab singkat lalu pergi dengan urusan masing-masing. Papa juga terlihat senang karena melihat Papanya merasa bahagia.

Selepas makan, Zara menata pakaiannya di dalam lemari yang telah disiapkan. Ia melihat pakaian Al yang bermerk dan terlihat sangat mahal. Gadis itu bisa mengerti karena keluarga Al sangatlah kaya raya.

"Zara, aku sudah menambahkan aplikasi pelacakan di hp kita. Kalau kamu mau telepon aku tekan nomor satu ya" ucap Al.

"Baiklah" jawab Zara.

"Apa kamu masih menyukai Vernon?"

Pertanyaan Al membuat Zara menghentikan kegiatan nya, bohong jika Zara menjawab tidak. Melihat sang istri yang tak kunjung menjawab, Al sudah tau jawabannya. Mana mungkin Zara melupakan Vernon secepat itu, disaat ia menangis begitu pilu kala berpisah dengannya. Al beranjak dari duduknya dan pergi keluar kamar, ia keluar menggunakan motornya untuk bertemu teman-teman nya.

Zara usai menata semua pakaian nya, ia lalu turun kebawah dan menghampiri Ilyas yang sedang menulis sesuatu di ruang tamu. Zara yang ingin dekat dengan adik iparnya pun menghampiri Ilyas lalu duduk di dekatnya.

A - Terpaksa

"Ilyas sedang apa?" Tanya Zara membuka pembicaraan.

"Melist barang yang aku butuhkan" jawab Ilyas.

"Aah, kamu mau masuk SMA ya, mau Kak Zara bantu? Kak Zara sedang bosan sekali karena tidak ada kegiatan. Apakah Ilyas mengikuti banyak les? Apa Ilyas suka belajar? Pelajaran apa yang kamu sukai? Ilyas masuk SMA mana?" Cecar Zara dengan banyak pertanyaan.

Ilyas memandangi Kakak iparnya yang berbicara tanpa henti. Ia merasakan aura berbeda kala bersama dengan Zara. Ilyas merasa mungkin seperti inilah saat ada perempuan di rumah mereka, akan lebih banyak suara dan pertanyaan yang muncul. Sebab selama ini Ilyas di didik menjadi pria mandiri yang tak membutuhkan orang lain untuk menjalani hidup. Ia tak perlu berinteraksi dengan hal yang tidak menguntungkan atau tak ia butuhkan.

"Aku mau pergi membeli buku" celetuk Ilyas.

"Ikut ya" pinta Zara memelas.

Pemuda itu mengangguk, ia tak memiliki niat untuk menolak Zara yang ingin ikut. Mereka berdua pun pergi menggunakan mobil bersama supir. Ponsel Zara tiba-tiba berdering, ada panggilan masuk dari suaminya. Al hanya ingin memastikan kemana dan dengan siapa istrinya pergi.

Sesampainya di pusat perbelanjaan, Zara dan Ilyas pergi menuju toko buku. Zara terlihat sibuk memilihkan buku untuk Ilyas, ia mengatakan jika pilihannya adalah yang terbaik. Ilyas memberikan daftar kebutuhannya dan membiarkan Zara memilihkan untuknya. Pemuda itu tertawa kecil sembari membawa barang-barang yang Zara beli.

"Apakah butuh pulpen sebanyak ini Kak?" Tanya Ilyas.

"Tentu saja, saat SMA kamu akan lebih sering mengerjakan latihan soal. Apa kamu pergi les?"

"Aku tidak sepandai itu, aku tidak mau mengikuti les karena itu memaksaku berpikir" jawab Ilyas.

Zara tertawa, ia bisa mengerti mengenai perasaan itu. Mereka sudah selesai mengumpulkan semua yang hendak dibeli. Sekali lagi Ilyas mengejutkan Zara kala mengeluarkan black card untuk membayar. Barang bawaan mereka sangatlah banyak, hingga Zara harus beberapa kali berhenti karena merasa lelah.

"Butuh bantuan?" Tanya seseorang yang sudah berdiri di samping Zara.

"Kak Vernon? Sedang apa disini?" Ucap Zara dengan ramah seperti biasanya.

"Mau beli parfum, tapi tidak sengaja melihatmu. Boar aku bantu bawakan ya, kamu kan cepat lelah kalau bawa yang berat-berat" jawab Vernon sembari membawa barang belanjaan Zara.

Gadis itu berterimakasih dan mengenalkan Ilyas selama perjalanan menuju mobil. Keduanya masih terlihat dekat meski berpisah secara tiba-tiba. Vernon tak pernah membenci Zara, ia tau itu bukanlah keputusan Zara untuk mengakhiri hubungan mereka. Ilyas memperhatikan Vernon dengan seksama, ia rasanya mengingat wajah itu. Ilyas tak suka melihat Zara yang tertawa dan terlihat nyaman bersama dengan pemuda lain.

Langkah mereka terhenti tiba-tiba, terlihat Al dan teman-temannya menghadang jalan Zara serta Vernon. Tatapan Al terlihat begitu dingin, berbeda dengan Vernon yang tersenyum hangat. Zara bisa merasakan perbedaan aura mereka dari jarak dekat.

"Sudah selesai belanjanya?" Tanya Al mengalihkan pandangan ke arah Zara.

"Sudah, ini kami mau pulang. Kalian terlihat menakutkan" jawab Zara. Ia merasa suaminya terlihat seperti ketua geng motor kala berdiri menghadang jalan mereka. Gadis itu menoleh menatap Ilyas yang ada dibelakangnya, Zara terkejut melihat gerombolan pemuda lain berdiri dibelakang mereka. Sontak gadis itu menarik Ilyas untuk berdiri di dekatnya.

"Oh, kalian teman-teman Kak Vernon kan? Apa memakai jaket kembar sedang trend ya sekarang?" Cetus Zara.

"Kak, mereka tuh anak geng motor" sahut Ilyas.

Zara mengernyitkan dahinya, ia menoleh menatap ke arah Vernon. Pemuda itu menatap Zara dengan rasa bersalah, pasalnya alasan Vernon tak pernah membawa Zara bertemu teman-teman nya adalah karena ia anak geng motor. Zara tak pernah menyukai anak geng motor karena menurutnya mereka suka membuat onar. Gadis itu mengambil kotak belanjaannya dari tangan Vernon, Zara mengajak Ilyas untuk pergi.

"Zara aku bisa jelaskan" tutur Vernon mencoba menghentikan gadis itu.

"Gak perlu kok Kak, lagian kita juga bukan siapa-siapa kan. Kamu menyembunyikannya dengan baik, ayo Ilyas kita pulang"

Vernon mengepalkan tangannya, sudah ia duga jika ini pasti akan terjadi. Sekarang ia akan benar-benar kehilangan Zara karena kebohongannya sendiri. Al dan gengnya berjalan pergi, mereka mengikuti mobil Zara yang melaju menuju rumahnya. Sampai dirumah, Al menarik tangan Zara yang hendak masuk kedalam. Ia menatap mata istrinya yang kecewa, entah apa alasan kekecewaan itu.

"Kamu tidak tau jika Vernon adalah ketua geng motor? Padahal kalian berkencan selama dua tahun?" Tanya Al.

"Tidak tau" jawab Zara dengan tawanya.

"Apa kamu bodoh? Kenapa mengencani pria yang tidak terbuka padamu? Karena kau terlalu mencintai nya ya? Sejauh mana kalian berhubungan? Apa kamu selalu menuruti permintaan nya?"

Tangan Zara mengepal dengan kuat, ia membenci setiap pertanyaan yang Al lontarkan padanya. Ini membuat Zara kembali membenci anak geng motor. Tuduhan kasar Al membuat Zara hilang rasa hormat pada pemuda itu.

"Jawaban apa yang ingin kamu dengar dariku?"

"Jawaban jujur tentunya, tapi melihat kamu yang janjian dengan Vernon, sepertinya hubungan kalian masih berlanjut"

"Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia, berhenti mencurigai ku"

Al tak mempercayainya, ia menarik tangan Zara dengan kasar dan masuk kedalam kamar mereka. Pemuda itu mengunci semua pintu, Zara terlihat ketakutan duduk diatas tempat tidur. Al membuka pakaian istrinya dengan paksa, mengingat hubungan masalalu Zara dan Vernon membuat Al semakin marah.

"Kamu mau apa? Tidak jangan memaksaku, tolong" ucap Zara berusaha menghentikan Al yang melepas pakaiannya dengan brutal.

"Kenapa aku tidak boleh? Pasti kau sudah melakukannya dengan pemuda itu beberapa kali bukan" sentak Al. Ia menahan menindih tubuh Zara dan melakukannya secara paksa.

Zara mencoba mengalihkan tubuh Al, ia merasa kesakitan. Namun pemuda itu tak peduli dan terus melakukanya, memuaskan kemauan nya. Gadis itu menangis, ia tak mengira jika Al sangatlah kasar seperti ini. Al yang masih tak peduli hanya menatap wajah Zara dengan datar.

Usai melakukannya, Zara meringkuk kesakitan. Al melihat ada bercak darah di sprei tempat tidurnya. Pemuda itu terkejut dan menatap Zara yang menangis sembari menahan sakit.

"Kamu belum pernah melakukannya?" Tanya Al.

"Sudah puas kan kamu? Apa karena aku terlihat bodoh atau karena aku memang bodoh karena tidak tau jika mantan pacarku adalah anggota geng motor? Atau karena aku berkencan dengan anggota geng motor sebab itu kamu berpikir begitu rendah tentang ku?"

"Zara maaf, begini, aku dan Vernon adalah ketua geng motor. Aku hanya, maksud ku, kami tau sifat masing-masing karena sering berselisih. Tapi aku tidak mengira jika dia tidak pernah menyentuhmu. Zara, aku..." perkataan Al terhenti kala melihat Zara yang terisak dengan pilu. Ia benar-benar bodoh melakukan tindakan ini karena percaya rumor palsu itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!