Hari terakhir MOS dibulan July,
Aerelle, gadis pendiam yang dingin dan jutek terlihat turun dari dari angkot dengan membawa kantong berisi atribut Masa Orientasi Siswa (MOS). Aerelle yang selalu berpenampilan sederhana, selama ini bersekolah dengan damai karena dia tak suka menjadi sorotan. Dan hari ini adalah hari terakhir MOS di SMA Negeri 1 Karta. Tahun ini, Aerelle resmi menjadi siswi SMA kelas 1.
Dia berhenti sejenak didepan gerbang sekolah memandangi pohon-pohon yang rindang. SMA Negeri 1 Karta ini terkenal dengan sekolah yang luas dan penuh dengan pepohonan. Sadar bahwa sudah melamun, aku bergegas menuju group MOS yang sudah dibagi sejak hari pertama masuk sekolah (saat itu disebut Gugus). Asyik berjalan, bahuku ditepuk pelan dari belakang.
"Hai Aerelle. Sendirian saja?"sapaan hangat dari Kakak kelas bernama Santo.
"Selamat pagi, Kak. Iya, sendirian saja,"
"Hahaha, bisa gak kamu pakai ekspresi sedikit? Muka datar gitu,"Kak Nando malah tertawa.
"Maaf, maksudnya gimana, Kak?"Aerelle bingung.
Kak Santo yang tertawa lebar itu membuat beberapa siswa siswi yang lewat memandangi mereka. Aerelle yang terheran-heran dengan tawa kakak kelasnya pagi itu, malah sibuk meneliti wajah Kak Santo. Dia berperawakan sedang, rambut cepak, hidung mancung, bibir tebal, alis tipis, berkulit kuning langsat, dan yang terpenting, dia cukup tampan. Meski wajahnya begitu, Aerelle tetap saja tidak tertarik. Aerelle teringat beberapa teman seangkatan yang sering membicarakan Kak Santo.
"Oh pantesan dia jadi kakak kelas idaman,"gumamnya dalam hati.
"Kak, saya mau ke gugus. Permisi,"
"Oke, oke,"Kak Santo berhenti tertawa.
Aerelle kembali melangkah dan berlalu meninggalkan Kak Santo. Sejujurnya dia lumayan merinding pagi itu. Tatapn beberapa anak cewek kearahnya membuat ia ingin kabur dari Kak Santo secepat mungkin.
"Kalau minat, masuk OSIS yaaaa,"teriak Kak Santo.
Aerelle terkejut dan menoleh kebelakang. Kak Santo yang cengengesan dan melambaikan tangan kearahnya, membuat Aerelle menjadi sebal.
"Dia ini gila ya berteriak begitu?"umpatnya dalam hati.
...****************...
Jam istirahat pukul 11:40 WIB,
Aerelle yang baru keluar dari mushalla sekolah, ingincsegera makan siang. Panas yang terik membuat mukanya sedikit memerah. Warna kulit Aerelle tidak terlalu putih (sedang-sedang saja tingkat kecerahannya tapi bukan sawo matang). Hanya saja wajahnya cepat memerah kalau terlalu lama menikmati teriknya sinar matahari. Aerelle melangkah ke perpustakaan untuk menyantap makan siang disana karena disana sunyi dan.....ada AC.
Aerelle adalah anak yang tertutup dan penyendiri. Sifatnya juga pemalu dan tidak suka banyak bicara. Sejak SD, Aerelle selalu membawa bekal ke sekolah karena orangtuanya memberi uang saku sesuka hati mereka. Orangtua Aerelle bisa dibilang orang berada. Sayangnya, mereka pelit dan tidak menfasilitasi kebutuhan buku pelajaran Aerelle dengan benar. Karena situasi yang demikian, Aerelle harus berhemat. Uang sakunya digunakan membeli buku pelajaran dengan mencicil kepada guru. Sedangkan untuk sekolah, Aerelle meraihnya dengan beasiswa.
Sesampainya diperpustakaan, Aerelle duduk paling pojok dan menyantap bekal sederhananya (nasi, telur dadar, kecap). Ia memilih duduk dibawah AC agar badanku tidak terlalu bau (mengusir keringat, hehe). Setelah ini, kegiatan MOS dilakukan didalam kelas. Ia bersyukur tidak usah lagi berpanas-panasan dilapangan sekolah.
Tiba-tiba ia teringat dengan tawaran Kak Santo untuk bergabung ke OSIS. Salah satu keunikan sekolah ini adalah per bulan mendapatkan uang saku dari sekolah sebagai bentuk apresiasi. Jumlahnya tidak banyak, namun kalau dihitung dengan benar, bisa digunakan untuk kebutuhan Aerelle yang lain. Lamunan Aerelle buyar dengan suara bel pertanda jam istirahat selesai.
Dikelas, pukul 16:00,
"Ini lembaran essai. Tolong tuliskan semua yang kalian ketahui tentang sekolah ini, kesan dari MOS, dan juga pilih masing-masing satu nama Kakak Terfavorit, Kakak Terbaik, Kakak Tercantik dan Kakak Terganteng,"tutur Kak Egi, Ketua Penanggung Jawab Gugus Aerelle.
Suasana langsung riuh begitu disebutkan Kakak Tercantik dan Kakak Terganteng. Kak Egi menenangkan kami semua sambil tersenyum dan setengah tertawa.
"Ingat! Harus diisi semua ya. Waktunya 10 menit. Silakan dimulai!"ujarnya kembali dan memberi aba-aba untuk mulai mengerjakan.
Aerelle memandangi lembaran kertas itu dan mulai mengisinya. Ketika sampai dipertanyaan Kakak Terganteng, ia malah memilih untuk tidak mengisinya. Dengan cueknya, Aerelle mengumpulkan kertas tersebut begitu ada aba-aba bahwa sudah selesai. Saat kembali kebangku, Aerelle disapa oleh anak perempuan bernama Mira.
"Aerelle, lo tadi isi siapa Kakak Terganteng? Kalo gue, Kak Santo,"ungkap Mira malu-malu.
"Gak isi,"jawab Aerelle datar.
"Kenapa?"Mira melotot kaget.
"Gak mau isi,"jawab Aerelle kembali cuek.
"Hihihi, lo lucu,"Mira terkekeh.
...****************...
Waktu berlalu hingga akhirnya sampai pada upacara penutupan MOS SMA Negeri 1 Karta. Besok sudah mulai belajar dan mendapat pembagian kelas. Suasana penutupan MOS penuh dengan sorak-sorai begitu sampai pada bagian "Kakak-Kakak" seperti pertanyaan yang tertulis dilembaran yang kami isi sebelumnya.
Sore itu menjadi pecah begitu nama Kak Santo disebutkan sebagai Kakak Terganteng. Yaahh, Aerelle sebetulnya sangat tidak peduli hal-hal begini. Ia hanya ingin cepat pulang dan istirahat. Setelah upacara penutupan MOS selesai, semua berhamburan untuk segera pulang kerumah masing-masing.
Ketika Aerelle tengah sibuk membersihkan roknya, ia disapa Kak Fitri, salah satu Kakak Pembina Gugusnya.
"Aerelle boleh tanya sesuatu?"
"Iya, boleh,"
"Kamu memang selalu begini ya?"Kak Fitri yang manis, berkulit putih dan bicaranya lembut itu sampai setengah tertawa.
"Maaf Kak, gimana maksudnya?"
"Beneran gak ada ekspresi,"Kak Fitri senyum-senyum.
"Setelannya begini, Kak,"jelas Aerelle singkat.
"Haha, oke deh! Lembaran Kesan MOS kamu. Kenapa gak isi bagian ini?"tanyanya sambil menunjuk pertanyaan terakhir.
Aerelle mengernyit. "Karena gak bisa isi,"
Kemudian, datang Kak Egi, Kak Wisnu dan Kak Sinta (Kakak Pembina lain). Mereka ikut nimbrung dan mengerubungi Aerelle dan Kak Fitri. Mereka semua langsung paham situasi begitu melihat lembaran Kesan MOS milik Aerelle, dan balik menatapnya penuh rasa penasaran.
"Gak bisa isi?"Kak Fitri bingung.
"Iya, Kak,"
"Kenapa?"
"Karena gak ada,"jawab Aerelle cuek.
Mereka berempat (para kakak kelas tersebut) saling bertukar pandangan, melongo, lalu tertawa terbahak-bahak. Aerelle sampai keheranan dengan reaksi mereka. Segitu pentingkah jawaban "Kakak Terganteng" dariku? Pikirnya dalam hati.
"Beneran gak ada yang ganteng dari kami semua ya?"tanya Kak Egi yang masih tertawa.
"Iya benar. Itu salah ya?"Aerelle bertanya balik.
"Udah Gi. Dia mau pulang tuh. Kasian. Bingung dia,"celetuk Kak Sinta.
"Lagian cewek bebas menilai,"sambungnya lagi dengan tersenyum geli.
Aerelle yang masih bingung dan keheranan memilih pamit dan melangkah menuju gerbang depan untuk menunggu angkot. Sesekali ia menoleh kebelakangmemperhatikan mereka berempat yang masih tertawa dan entah membicarakan apa.
Aerelle yang tidak pernah tahu bahwa keputusannya untuk tidak mengisi pertanyaan itu, membuatnya menjadi terkenal satu sekolah. Aerelle yang selalu dikejar-kejar pengurus inti OSIS, pada akhirnya menyerah dan bergabung kedalam OSIS. Disinilah awal mula percintaan Aerelle dimulai.
Awal pagi hari yang teduh dan dingin,
Aerelle tengah sibuk menyiapkan bekal makan didapur. Aerelle biasa berangkat sekolah pukul 5:15 pagi. Karena orangtuanya pelit, ia terpaksa berjalan kaki sejauh 2 KM dari rumah untuk menghemat ongkos. Orangtuanya tidak pernah tahu akan hal ini karena Aerelle menyembunyikannya dengan baik.
Dilingkungan keluarga besar kedua orangtua Aerelle, termasuk ditetangga, orangtuanya termasuk yang dihormati dan disegani. Apalagi mereka juga oranf berada. Kalau mereka tahu Aerelle anaknya berjalan kaki sejauh itu ke sekolah untuk menghemat ongkos, citra mereka berdua pasti tercoreng. Aerelle juga akan mendapatkan hukuman cambukan lidi dibetis. Kedua orangtuanya sangat keras dalam mendidik Aerelle. Karena itulah, Aerelle memilih menghindar untuk bicara dengan kedua orangtuanya. Ia juga selalu dimarahi, dicaci, dan dipukuli tanpa alasan. Meski begitu, Aerelle menyayangi kedua orangtuanya.
Suasana dirumah yang masih sunyi membuat Aerelle buru-buru menyiapkan bekal dan kembali merapikan segala kebutuhan sekolah. Ia takut membuat suara berisik yang akan memicu amarah Ibunya. Selesai bersiap, Aerelle menghampiri Ayah dan Ibunya untuk salim. Meski ia selalu dimarahi, mereka masih mau jika Aerelle ingin salim.
Oh, mungkin ada yang heran mengapa kedua orangtuanya tidak bertanya kenapa anaknya berangkat lebih awal. Aerelle masuk ke SMA 1 Karta melalui jalur beasiswa. Sejak SMP, ia bersekolah dengan mencari beasiswa karena kedua orangtuaku mengatakan terbeban membayar uang sekolah Aerelle. Karena ia bisa bersekolah dengan jalur beasiswa, orangtuanya menjadi tahu batasan sehingga tidak pernah bertanya aturan sekolahku. Aerelle bebas membohongi mereka dengan mengatakan bahwa SMA kali ini masuk pukul 6 pagi. Padahal sebenarnya masuk pukul 6:30 pagi.
Sesampainya disekolah, ia bergegas pergi ke papan pengumuman didepan ruang guru. Matanya menyisiri daftar nama seluruh siswa.
Oh, masuk kelas X5!
Begitu sampai dikelas X5, Aerelle memilih bangku paling depan dipojok dekat jendela, yang didepannya adalah meja guru. Aerelle yang si anak rajin pasti memilih bangku paling depan agar bisa konsentrasi belajar. Aerelle ini juga agak kolot. Hanya berpikir belajar daripada menikmati masa muda. Hahaha, benar-benar lugu dan polos.
Karena Aerelle berangkat sangat pagi, ia selalu menemukan suasana sepi yang meneduhkan pandangannya. Hanya ada Bapak penjaga sekolah sedang menyapu halaman depan, dan Ibu-Ibu kantin. Pagi hari itu juga benar-benar sangat sejuk. Aerelle melempar pandangan keluar jendela memperhatikan daun-daun berguguran dan sederet pohon cemara lainnya.
...****************...
"Boleh duduk sini?"sapa seorang anak perempuan berkulit putih, rambut sebahu, dan cukup tinggi. Mungkin tingginya sama dengan Aerelle.
"Iya,".
Anak itu meletakkan tas nya yang dihiasi gantungan kelinci. Dari penampilannya, terlihat anak orang kaya.
"Gue Sarah. Nama lo siapa?"dia mengulurkan tangannya.
"Aerelle,"
"Sejak MOS, gue merhatiin lo. Gak tahu ya, gue seneng aja liatin lo. Mungkin karena gue jarang liat orang penyendiri,"cerocosnya membuka obrolan.
"Iya benar. Aku begitu. Apa kamu terganggu?"
"Maksud gue bukan gitu. Zaman sekarang jarang nemu orang pendiam, kalem, tertutup. Gue cuma takjub. Bahasa lo juga sopan bener,"Sarah terkekeh.
"Kamu bicara santai aja ke aku. Jangan mengubah gaya bicara kamu juga. Aku bisa mengerti,"Aerelle tersenyum tipis.
"Serius nih?"
"Iya. Senyamannya kamu aja,"sahut Aerelle.
"Gak ah. Gue mau menyesuaikan. Moga kamu betah setahun sebangku sama gue ya!"Sarah tersenyum.
"Lho? Setahun?"Aerelle mengernyit heran.
"Keliatan kamu mah pasti milih jurusan IPA. Gue mau nya IPS. Tapi tetep temenan boleh kan? Kamu pasti pinter. Ajarin belajar juga ya apa yang gue gak tahu,"Sarah mendadak cenayang.
Aerelle mengangguk merespon cerocosan Sarah. Setidaknya setengah tebakan dia benar. Aerelle merasa tidak perlu repot menjelaskan kondisinya yang pendiam dan senang sendiri. Sarah sendiri juga mengatakan tidak masalah dengan itu karena dia butuh orang waras untuk menyadarkannya agar tidak sesat dalam pergaulan. Hahaha, lucu sekali.
Sarah adalah anak yang rame, seru, asyik, dan juga berbakat populer karena wajahnya cantik. Semoga saja dia tidak bosan duduk bersamaku selama setahun.
Hari pertama dikelas X5, dijam pertama sebelum belajar, kami memulai dengan saling perkenalan diri bersama wali kelas bernama Ibu Zahra. Beliau adalah guru Fisika. Ibu Zahra berperawakan kurus, garis wajahnya tegas, berkulit sawo matang dan memiliki aura guru killer. Tidak hanya garis wajahnya yang tegas, cara bicaranya juga tegas.
Selama sesi perkenalan, Aerelle mendapatkan satu kesan bahwa teman-teman sekelasnya banyak yang unik. Dengan wali kelas yang beraura killer, rasanya bertolak belakang keunikan ini. Hal yang paling mencolok dari keunikan kelas ini adalah, murid laki-laki lebih banyak dari murid perempuan.
...****************...
Jam istirahat kedua,
"Aerelle gak ke kantin?"
"Enggak. Bawa bekal,"
"Mana? Mana? Mau lihat?"Sarah yang takjub begitu membuatnya agak malu menunjukkan bekalnya.
"Udah lama gak liat telur dadar kecap begini. Bikin sendiri?"
"Iya. Bagiku, ini enak,"
"Kamu gak suka jajan ya?"
"Bukan gitu. Cuma senang masak,"
"Pinter yah bisa masak. Kalo gitu gue pergi sama Iva dan Yuli ya. Va, Yul, sini!"Sarah memanggil kedua temannya yang berdiri didepan pintu kelas.
Aerelle berkenalan langsung dengan mereka. Sejauh ini, ia bisa menangkap respon mereka bertiga yang baik terhadapnya. Ia juga tidak masalah jika mereka bertiga nantinya akrab. Karena Aerelle tidak mungkin menjelaskan kondisinya. Sama saja dengan menjelekkan kedua orangtuanya. Apalagi kalau sampai mereka merespon bahwa Aerelle minta dikasihani. Karena itulah sebisa mungkin ia menyembunyikannya.
"Kami bertiga duluan ya. Gak apa-apa?"ujar Yuli.
"Iya. Makasih gak ngeledek bekalku,"ujar Aerelle.
"Ah elaahh, masa ngeledek. Kamu baik kok! Keliatan auranya baiiikkk banget. Ngomongnya aja lembut begini. Jahat amat kita kalo nyakitin kamu,"terang Sarah disambut anggukan Iva dan Yuli.
Aerelle membalas dengan senyum seraya mengucapkan terima kasih. Ia menunggu mereka bertiga pergi ke kantin sebelum melipir ke perpustakaan. Bu Hamda yang bertugas disana sudah mengenalinya selama masa MOS. Beliau tidak banyak bertanya kepada Aerelle mengapa ia selalu makan bekal diperpustakaan sembari membaca buku. Seolah-olah Beliau mengerti Aerelle menjalani masa sekolah yang berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya.
Hari pertama belajar setelah MOS, ia mencatat jumlah mata pelajaran dan menghitung perkiraan harga buku pelajaran masing-masingnya. Aerelle mencoba mengkalkulasikan dengan uang sakunya sebelum meminta tolong para guru membelikannya dan dibayar dengan cara mencicil. Aerelle biasa melakukan ini sejak SMP. Semoga saja guru-guru di SMA tidak bertanya alasan mengala mencicil. Aerelle tidak mau menyeret nama orangtuanya.
Dalam rasa penuh percaya diri, pulang sekolah ia menemui wali kelas dan menjelaskan permintaannya. Berhubung Aerelle adalah anak yang masuk dengan nilai terbaik disekolah, Ibu Zahra bersedia membantu asalkan Aerelle belajar dengan sungguh-sungguh. Aerelle juga sangat senang Beliau tidak bertanya alasannya mengajukan permintaan tersebut. Tiada hentinya Aerelle bersyukur akan hal itu.
...****************...
Baru saja beberapa langkah keluar dari ruang guru, ia berpapasan dengan Kak Arya, Si Ketua OSIS.
"Aerelle ya?"sapanya.
"Ya Kak. Ada apa?"jawabnya datar.
"Oh ini si Aerelle,"ucap Kak Irzan, Wakil Ketua OSIS.
"Ini yang gak mau nulis jawaban pertanyaan terakhir itu ya?"sahut suara lain Kak Maya, Si Sekretaris.
"Mampus lo semua gak diakui cakep sama adek kelas,"sambung Kak Monica, Si Bendahara.
Aerelle memandang mereka satu per satu dengan keheranan. Sepenting itukah mengisi nama Kakak Terganteng?
"Disini OSIS Angkatan Kelas XII pada cakep-cakep cowoknya. Masa kamu gak ada kepikiran satu nama doang?"celetuk Kak Arya.
"Gak ada, Kak,"jawabku singkat.
"Buahahahaaa....singkat padat. Sesuai deskripsi. Si Putri Es,"tawa Kak Irzan pecah.
"Pantesan harga diri si Santo tercoreng. Dia yang tiga tahun nyandang cowok terganteng, gak diakui adik kelas periode sekarang. Hihihi,"Kak Maya dan Kak Monica cekikikan.
"Maaf Kak, mau pulang,"ucap Aerelle seakan tidak peduli dengan ocehan para elite OSIS yang dijuluki Empat Serangkai.
"Masuk OSIS mau ya? Akademik kamu bagus. Gantiin gue,"pinta Kak Maya.
"Kenapa?"
"Coba dulu ambil formulir ini dan daftar,"Kak Maya menyodorkan formulir OSIS.
"Maaf, gak mau,"tolak Aerelle tegas.
Anehnya, mereka berempat sesaat melongo sebelum tertawa terbahak-bahak. OSIS yang aneh. Terlebih, mereka kan jajaran elite. Masa begini sih?
"Ambil aja dulu. Siapa tahu berubah pikiran,"Kak Arya kembali menyodorkan formulir itu lagi.
Aerelle menatapnya sebal dan terpaksa mengambil lembaran itu, lalu memasukkannya kedalam tas dengan hati-hati agar kertasnya tidak kusut.
"Kak, saya mau pulang. Udah jam 4,"
"Oh iya. Oke. Jangan lupa! Daftar ya. Berikan warna masa terakhir SMA kita,"ujar Kak Irzan
Aerelle memandang Kak Irzan dengan ekspresi datar, keheranan, dan dibungkus dengan kesebalan. Sadar bahwa dilihat dengan cara tidak biasa, Kak Irzan malah iseng bertanya.
"Ada apa? Gua ganteng ya?"dia pede.
"Gak tuh! Aneh aja minta berikan warna,"jawab Aerelle lalu melangkah menuju gerbang depan.
"Bentar, bentar. Satu lagi. Jelasin dong,"Kak Monica menarik tangan Aerelle.
Aerelle menghela nafas. Raut wajahnya pasti terlihat jelas bahwa ia sudah sebal dan juga malas. Aerellemerasa mereka berempat tahu, tapi memang senang saja menggodanya.
"Kenapa kamu bilang aneh minta warna?"tanya Kak Monica.
"Soal itu minta aja ke Tuhan,"jawabnya asal dan secepat kilat melesat meninggalkan mereka yang sudah tertawa ngakak.
Aerelle buru-buru menjauh karena berisik. Mereka tidak tahu malunya malah berteriak terima kasih dan akan menunggu Aerelle di OSIS. Untung saja sudah sepi karena sudah lewat jam pulang.
Aerelle mengabaikan teriakan mereka agar bisa cepat pulang. Karena tidak diberikan handphone, Aerelle harus menjelaskan kepada Ibunya kenapa pulang terlambat. Meski anak orang berada, Aerelle diberikan tugas membantu pekerjaan rumah tangga oleh Ibunya.
Setelah duduk diangkot, Aerelle kembali teringat dengan formulir OSIS. Buru-buru ia singkirkan pemikiran itu karena harus bergegas sampai dirumah.
Sudah dua bulan Aerelle menjadi anak kelas satu SMA. Pertemanannya juga biasa saja karena tidak ada yang dijadikannya akrab. Dikelas ini, Aerelle menjadi pengurus kelas sebagai sekretaris, karena tidak ada yang bersedia meringkas buku dan mencatatnya dipapan tulis. Semua ini atas usulan sepihak Sarah, si jahil yang selalu menggodanya dengan celetukan aneh-aneh. Tak ketinggalan, Yuli dan Iva ikut mengompori hingga akhirnya nama Aerelle tertulis sebagai Sekretaris. Kelas langsung heboh setelah Aerelle memulai tugas pertamanya menulis dipapan tulis.
"Tulisannya Baguuussss!".
Ugh! Dasar kamu Sarah. Kalau bukan teman sebangku, pasti aku cubit. Gerutu Aerelle dalam hati.
Selama bersekolah disini, banyak anak tak dikenal dari kelas lain menyapanya. Awalnya Aerelle kebingunga tapi ia memilih mengabaikannya. Ia kemudian mengetahui dari Kak Arya yang suka sekali menghampirinya sepulang sekolah diruang guru. Dengan gaya sok ganteng (yaahh memang ganteng sih. Tapi ya sekedar itu), Kak Arya menjelaskan bahwa Kak Irzan dan Kak Monicq sengaja menyebarkan gossip karena mereka senang menjahili Kak Santo dan juga penasaran akan reaksi Aerelle. Sewaktu mendengarnya, dalam kepala Aerelle langsung mengumpat "Dasar Gila"!
Sekilas Empat Serangkai OSIS SMA 1 Karta,
Para elite OSIS periode ini adalah dari Kak Arya Sang Ketua, Kak Irzan Sang Wakil, Kak Maya Si Sekretaris dan Kak Monicq Si Bendahara. Mereka sudah berteman sejak SMP. Persamaan mereka berempat adalah latar belakang anak orang berada sekaligus berkuasa. Karena itulah mereka disegani disekolah ini, termasuk para guru.
Banyak yang mengira bahwa mereka adalah dua couple karena keakrabannya. Lebih tepatnya, banyak yang iri dengan pertemanan mereka. Kak Arya dan Kak Irzan bertubuh tinggi tegap (mungkin sekitar 175-an cm), berambut lurus dan berkulit cukup putih. Kak Arya bermata agak sipit, sementara Kak Irzan bermata sedikit lebih besar dari Kak Andi. Sedangkan Kak Maya dan Kak Monica sedikit lebih pendek dari Aerelle (160 cm), dan mereka berdua sama-sama berambut lurus sebahu.
Mereka beremlat selalu berangkat sekolah bareng dalam satu mobil Kak Arya atau Kak Irzan. Keduanya memang populer, tapi masih kalah jauh dengan Kak Santo. Kak Santo yang tambah populer karena kepiawaianny memetik gitar. Dia juga anggota Band Sekolah bersama dengan empat serangkai OSIS. Hal itu membuat mereka menjadi sangat populer. Bahkan angkatan Aerelle banyak yang nekat menembak Kak Santo. Wajahnya memang rupawan, tapi Aerelle tidak peduli. Baginya, berada didunia mereka hanya akan menghambatnya mendapatkan beasiswa perguruan tinggi.
...****************...
Sepulang sekolah dihari Sabtu jam 3 sore,
Aerelle sedang piket sendirian karena petugas piket lainnya mendadak izin pulang cepat karena ada keperluan. Tidak apa-apa sih, karena hanya tinggal membersihkan papan tulis dan membuang sampah. Saat sedang membersihkan Papan Tulis, terdengar bunyi ketukan pintu. Aerelle menoleh dan langsung sebal. Oh, mereka. Mereka menghampiriku dengan langkah ceria seperti gerombolan anak PAUD.
"Langsung wajah masam disamperin,"Kak Arya cengengesan.
Aerelle langsung melengos cuek, melanjutkan tugas piketnya.
"Gimana, jadi masuk OSIS? Kamu cocok gantiin posisi Maya,"ucap Kak Monica.
"Kenapa harus saya sih, Kak?"Aerelle mulai jengah selama 2 bulanan ini diganggu terus.
"Akhirnya dia nanya juga!!"sambut Kak Irzan setengah berteriak.
"Karena kami suka kamu,"jawab Kak Arya tersenyum.
Aerelle langsung melempar tatapan sebal kepada Kak Aeya dan membalikkan badan melanjutkan untuk menghapus White Board sembari bergumam 'Ketua Bodoh'.
"Ahahaha, bisa hangat sedikit gak sikapnya?"Kak Arya masih saja berusaha mengajaknya bicara.
"Setelan pabrik,"jawabku ketus.
"Buahahaaa...mampus lo!!"Kak Monica dan Kak Maya
ngakak.
"Kami tahu nikai akademik kamu bagus. Kamu cocok bantu Ketua dan Wakil Osis,"bujuk Kak Irzan.
"Kita juga nanya gimana kamu ke Wali Kelas dan beberapa guru. Terus diskusi sama Bu Melly, pembina OSIS. Bu Melly ngajar Kesenian dikelasmu kan? Penilaian kami gak salah. Posisi Sekretaris butuh orang rapi, disiplin sekaligus pintar. Kamu punya semua itu,"Kak Maya menjelaskan dengan lengkap disambut anggukan mereka bertiga.
Aerelle terdiam berpikir, jawaban apa yang layak kuberikan pada mereka. Lembaran OSIS masih tersimpan rapi dalam tasnya tanpa rusak sedikitpun. Setelah membersihkan White Board, ia melangkah ke mejanya dan mengeluarkan Formulir OSIS itu. Aerelle mulai gak enak hati menolak mereka. Sudah diganggu dua bulan begini, kalau masih bersikeras menolak, entah gangguan apa lagi yang akan mereka buat. Apalagi Aerelle sudah jadi bahan pembicaraan disebut "Anak Bawang Empat Serangkai".
"Formulirnya masih bagus begini,"Kak Arya kagum.
"Kakak benar Ketua OSIS?"tanya Aerelle
"Iya lah! Masa gak percaya?"dia kebingungan.
"Ketua itu imagenya diam. Ini kok cerewet banget?"sambungnya cuek.
Rasakan! Aku balas! Kak Arya yang paling jahil dan usil kepadaku. Gumam Aerelle dalam hati.
"Buahahaha, hahahaha, mampus lo Ar,"seru mereka bertiga kompak dan tertawa ngakak.
"Kamu acting sedikit kek. Jujur amat sih!"Kak Arya cemberut jadi bahan ledekan tiga orang temannya.
"Ya ya,"
"Ada uang saku bulanan lho untuk OSIS. Sekolah ini lain dari yang lain. Supaya siswa bersemangat dan belajar tanggung jawab. Sebulan seratus,"sambung Kak Monica.
Astagaaaaa, lupa banget! Iya ya, disini kan OSIS nya dapat uang saku per bulan. Makanya Aerelle mencari beasiswa di sekolah ini agar bisa masuk OSIS. Ia benar-benar lupa dengan goals yang ditulisnya sendiri.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Aerelle mengisi formulir tersebut. Lumayan uang saku untuk beli buku pelajaran. Aerelle sadae mereka saling tukar pandangan melihatnya yang langsung menulis setelah mendengar penjelasan Kak Monica. Ia tidak menghiraukan itu. Aku butuh untuk sekolah. Tahu apa mereka para anak orang kaya? Ucapnya dalam hati.
"Wah mata duitan juga,"celetuk Kak Arya.
"Lumayan buat beli buku pelajaran,"jawab Aerelle singkat.
"Pacaran kaliii...,"Kak Arya gak mau kalah.
"Ya terserah mikir apa,"sahut Aerelle cuek.
"Si Judes Mata Duitan,"dia meledek Aerelle.
"Ya,"sahut Aerelle asal.
"Ini formulirnya. Tolong kasih tahu Kak, prosedurnya. Rahasiakan ini,"ucap Aerelle menyerahkan formulir tersebut kepada Kak Arya.
"Kok rahasia?"dia balik bertanya.
"Pemilihan Ketua Osis belum dibuka kan?"
"Oh iya. Minggu depan acaranya. Mangkanya kita minta kamu duluan masuk OSIS sebelum buka pendaftaran,"
"Iya, saya udah tahu, Kak. Ketua OSIS kok malah lupa agendanya sendiri. Ketua Payah,"Aerelle membalas ejekan Kak Arya.
"Buset!! Udahlah dingin. Sadis lagi,"sahut Kak Arya.
"Permisi Kak. Mau buang sampah. Saya ingin cepat pulang. Kakak kalau mau pidato, besok saja Senin,"
"Buru-buru amat,"ucap Kak Irzan.
"Udahlah Zan, Ar. Gangguin Aerelle mulu. Makasih. Oh iya, abaikan aja kamu yang dibilang mata duitan. Becanda itu,"ucap Kak Maya.
"Oh, saya tidak peduli tuh!"
Mereka berempat tertawa ngakak seperti biasa. Aerelle langkah ambil seribu takut dicegat lagi dengan ocehan aneh-aneh. Begitu memasuki angkot, Aerelle bernafas lega. Ugh! Sulitnya sosialisasi itu. Semoga di OSIS bisa baik-baik saja.
...****************...
Hari Pemilihan Ketua OSIS
Suasana pemilihan anggota baru OSIS berlangsung sangat meriah. Bahkan kami mendapatkan snack ala-ala seminar. Lapangan biasa dipakai upacara dipasangi tenda agar semua tidak kepanasan karena pemilihannya diselenggarakan secara terbuka.
Akhirnya ketua yang terpilih berasal dari Kelas XI Jurusan IPA, sementara wakil dari kelas XI Jurusan IPS. Untuk posisi sekretaris dan bendahara dipilih secara acak oleh pembina melalui kertas gulung. Karena Aerelle sudah diminta duluan, ia yakin sudah ada skenario yang dirancang menghindari kecurigaan para siswa. Bendahara yang terpilih berasal dari kelas XI Jurusan IPA. Itu artinya, hanya Aerelle satu-satunya yang anak kelas X.
Aerelle langsung melempar pandangan sadis kearah Empat Serangkai. Sadar akan tatapan itu, mereka mulai cengengesan. Dengan lemas, Aerelle naik ke panggung agar semua siswa mengenal 4 Tahta Tertinggi dalam kepengurusan OSIS.
Untunglah bendaharanya adalah orang yang pernah ia kenal, yaitu Kak Fitri yang jadi pembina gugusku saat MOS. Setidaknya ia tidak terlalu canggung berada diruang OSIS bersama Ketua dan Wakilnya (entah siapa namanya, lupa).
Acara pemilihan itu ditutup dengan penampilan satu lagu dari anggota band sekolah. Empat Serangkai dan Kak Santo. Para siswi histeris meneriakkan nama Kak Santo. Yah, si tampan yang populer. Kalau dimasa kini, jadi ingat Film Cowok Tampan yang membuat Aerelle banyak tertawa. Aerelle mulai merasa sesak karena suasana yang berisik. Saat akan mencari tempat duduk, bahunya dicolek Kak Fitri.
"Yuk, ke ruang guru. Dipanggil Bu Melly,"ucapnya.
Aerelle mengangguk dan melangkah cepat. Lebih baik diruang guru yang sedikit legaan daripada sesak sekaligus berisik.
Bu Melly menyampaikan wejangannya mengenai OSIS dan gambaran umum program sekolah yang sudah dijalankan sekaligus tradisi sekolah. Aerelle mendengarkan dengan seksama sembari mencatat beberapa poin yang menurutku penting. Masuk OSIS disekolah ini mendapatkan uang saku seperti penjelasan Kak Monica, namun hanya untuk 4 posisi teratas saja. Anggota lainnya mendapatkan fasilitas gratis makan dikantin seminggu sekali dengan porsi maksimal lima ribu rupiah (zaman dulu segitu sudah besar dan super kenyang). Tak lama kemudian, datanglah empat serangkai untuk serah terima tugas.
Sekolah ini memang hebat. Sungguh cepat melakukan hal semacam ini. Yang biasanya terjadi ada berbagai macam rapat, namun disini langsung menuju pada intinya. Karena ada acara OSIS, Aerelle sudah memberitahu Ibunya bahwa hari ini pulang sedikit terlambat. Dia berbohong mengatakan ada kuis berhadiah buku pelajaran (padahal sudah lunas). Karena semua tugas rumah sudah dirapel dari Subuh, Ibunya memberi izin.
Aerelle berjalan mengikuti semua kakak kelas dan Bu Melly dibelakang. Ia merasa sangat canggung. Sialan! Benar-benar dikerjain. Anak Bawang itu dijadikan nyata. Hanya dia saja anak kelas sepuluh sementara 3 lainnya adalah kakak kelas. Sepanjang jalan menuju ruang OSIS, Aerelle lebih banyak diam.
"Nah, Ibu tinggal disini. Arya, Irzan, Maya dan Monica, silakan pandu dan serah terima tugas kalian dengan baik dan benar. Terima kasih sekali lagi atas usaha Arya dan Team,"Ibu Melly memberi sepatah kata, dan berlalu meninggalkan kami.
"Nih, semuanya. Ada dalam kardus ini. Semua dikelompokkan dari yang sudah dan belum dikerjakan. Gua masih sekolah disini. Tanya-tanya aja ntar,"tutur Kak Arya kepada si Ketua OSIS baru.
"Oke Bang. Thanks sebelumnya."
"Titip si Anak Bawang yak!"Kak Arya meledekku.
Semua yang diruangan tertawa. "Beres Bang!"jawab si Ketua OSIS baru.
"Aerelle diem aja. Sakit gigi?"Kak Arya seolah tidak ada kapoknya meledek.
"Halo. Mohon bantuannya,"Ketua OSIS baru mengulurkan tangan kepada kami anggota baru. Begitu sampai kepada Aerelle, ia menyambut uluran tangan itu dengan sedikit bingung.
"Oh, iya Kak,"
"Ada apa?"tanya Kak Fitri.
"Itu....."Aerelle mengatakannya.
"Oh, gua paham. Gak tahu nama Ketua dan Wakilnya ini pasti. Bener kan?"tebakan Kak Irzan tepat sasaran.
Begitu Aerelle mengangguk pelan, dan seketika suasana diruangan OSIS menjadi riuh. Apalagi Kak Arya, ketawanya paling kencang. Kak Irzan sampai melompat disofa saking kurang kerjaannya. Sialan nih Kak Irzan!
"Gua Hendra. Dan ini Bagas, wakil. Lalu Fitri, Bendaraha. Jangan lupa nama kami ya,"ujar Kak Hendra Ketua OSIS baru memperkenalkan teman seangkatannya dan tersenyum kearah Aerelle.
"Halo. Saya Aerelle kelas X5. Mohon bantuannya juga kakak-kakak,"jawabnya malu.
Aarrgghh! Sialan banget Kak Irzan. Kenapa menebak terang-terangan sih?!
"Ngapain aja tadi? Ngelamun jorok nih pasti!"tuduh Kak Irzan.
"Ngarang!!"balas Aerelle judes.
"Kasih kerjaan yang banyak Hen,"sambung Kak Arya membuat Aerelle melotot. Kak Arya puas banget ngetawain Aerelle hari ini.
"Maaf Kak, ini sudah?"tanya Aerelle ke Kak Hendra.
"Udah dijelasin semua sama Kak Maya?"tanya Kak Bagas.
"Bukannya Kak Bagas udah tahu dari awal?"tanya Aerelle balik.
"Hehe, jangan jutek-jutek gitu. Senyum. Senyum. Iya tahu. Kamu paling awal gabung OSIS. Udah diceritain,"ungkapnya dan tersenyum.
"Oh. Gitu. Terus kenapa nanya?"
"Dingin ya. Kayak kulkas,"sambung Kak Bagas.
"Kalau gitu saya boleh pulang?"tanya Aerelle lagi.
Kak Hendra dan Kak Bagas mengangguk.
Aerelle langsung pamit meninggalkan ruangan OSIS. Sebelumnya memang dia sudah dijelaskan oleh Kak Maya mengenai tugas Sekretaris OSIS. Aerelle juga sudah membuat catatan tersendiri. Hanya ke ruangan OSIS yang belum pernah diajak. Baru saja mau meninggalkan ruang OSIS, Kak Arya meledek lagi.
"Ah pacaran kali mah buru-buru pulang."
"Iya. Sama kambing!"sahutnya ketus.
Hahaha...hahaha...semua disana tertawa ngakak. Buru-buru ia menjauhi ruang OSIS untuk cepat pulang. Dasar Kak Arya dan Kak Irzan. Sialan banget mereka hari ini. Ugh!
...****************...
Dalam langkah cukup tergesa, Aerelle ditabrak oleh siswa laki-laki yang sedang membawa beberapa gulungan kalender. Gulungannya sangat banyak, jadi wajar saya dia menabrak. Aerelle memutuskan untuk membantunya karena ia bisa merasakan bagaimana repotnya melakukan semua itu sendirian.
"Makasih Aerelle,"ucapnya lembut.
Aerelle langsung menoleh seperti orang waspada.
"Jangan kaget gitu dong! Saya bukan setan,"dia tersenyum geli.
"Dibawa kemana ini?"Aerelle mencoba tidak terpancing dengan candaannya.
"Keruang BK. Mau bantu?"
"Iya boleh. Ayo cepat!"ajak Aerelle dengan langkah terburu-buru.
Karena dikejar waktu, Aerelle sampai lupa bertanya kepada anak itu bagaimana ia tahu namanya. Tanpa Aerelle tahu, anak itu tersenyum lembut menatap punggungnya yang membawa gulungan kalender itu.
"Akhirnya gua bisa juga ngomong sama dia,"gumam cowok misterius itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!