Kemenangan kembali hadir di peperangan yang kami lakukan kali ini,semua orang bersorak-sorai di saat kami kembali dari peperangan sambil membawa jarahan dan juga budak-budak yang didapatkan dari sana.
Dan seperti biasa di saat malam kemenangan tiba,seluruh anggota kerajaan,para bangsawan,
prajurit perang dan juga rakyat akan merayakan kemenangan yang kembali berhasil di peroleh kali ini.
Dengan penuh kebahagian,semua anggota prajurit berkumpul di satu tempat untuk menikmati arak yang biasa di sajikan setiap kemenangan,arak yang berkualitas sangat tinggi yang tidak mungkin ada yang akan menolaknya ketika sudah tersaji di depan mata.
Aku mengangkat cangkir yang terisi penuh akan arak dan bersorak.
"Untuk kemenangan yang tak akan bisa direbut oleh lawan!"
Semua yang ada di tempat perayaan itu mulai bersorak-sorai setelah mendengar apa yang aku sorakan tadi.
Suasana menjadi makin meriah hingga akhirnya aku merasa sangat pusing karena sudah mulai mabuk hingga aku tidak sanggup lagi memegang cangkir arak dengan stabil.
Aku pun memanggil bawahan ku yang sedang berdiri di pojok ruangan lalu memintanya melakukan sesuatu.
"Bantu aku meminum ini jika ada setetes saja yang tumpah ke baju ku,kepala mu akan aku penggal,"
ucap ku dengan nada mengancam karena sudah sangat mabuk.
Setelah puluhan botol arak habis ku nikmati,aku seketika tidak sadarkan diri lagi.Dan aku tidak mengingat apapun lagi hingga akhirnya aku kembali terbangun karena tubuhku yang terasa sangat sakit seperti baru saja terbentur sesuatu yang tumpul.
Aku membuka mata ku perlahan dan terlihatlah Ming hao,bawahan ku yang selalu aku mintai bantuan karena dia adalah salah satu anak buah ku yang selalu gesit saat di beri perintah.
Aku mulai memberontak karena merasa kesakitan di saat dia terus menyeret kaki ku untuk masuk ke hutan lebih dalam lagi.
Dengan tubuh yang setengah sadar dari mabuk,di tambah kepala ku yang terasa sangat sakit karena terlalu banyak terbentur.Aku seketika menggenggam akar pohon yang mencuat keluar agar Ming hao berhenti menyeret tubuh ku.
Ketika dia melihat tangan ku menggenggam akar pohon,tanpa ada rasa takut dia langsung menginjak tangan ku hingga jari tengah ku patah dan akhirnya genggaman ku dari akar yang mencuat itu terlepas.
Jari tengah ku terasa sangat sakit hingga aku menjerit di saat dia menginjaknya.
"Akh,Sial-Beraninya kau!"
Dia hanya menatap ku dengan tatapan kosong,setelah kami masuk ke hutan terdalam.
Terlihat warna merah kejinggaan yang bersinar dari sela-sela ranting pohon dan dedaunan,di tambah adanya asap yang mengebul yang berarti ada seseorang yang sedang berkemah di sana.
Tanpa pikir panjang aku langsung memberontak hingga aku sempat memukuli bawahan ku itu,tetapi di tengah-tengah adegan aku memberi pelajaran kepadanya,tiba-tiba aku merasa ada yang berdiri tepat di belakang ku saat ini.
Saat aku ingin menoleh tiba-tiba ada seseorang yang memukul ku dengan sangat keras hingga lagi-lagi aku hilang kesadaran.
Tidak lama setelah kejadian itu,aku terbangun kembali karena kaget dengan air yang menguyur tubuh ku.Seketika aku kaget melihat Ming hao berdiri bersama dengan para prajurit dari Negri Lutho.
Dengan tangan dan kaki yang terikat di kursi serta mulut yang tersumpal dengan kain yang membuatku kesulitan untuk berbicara.
Aku terus berusaha mengatakan sesuatu kepadanya walaupun tidak terdengar jelas,
tiba-tiba ada salah satu prajurit yang memberikan sebuah pisau kepadanya,dengan tatapan yang bengis kepada ku mereka tertawa saat Ming hao mendekat kepada ku.
Aku yang sudah tidak terlalu berharap bisa selamat kali ini,hanya bisa pasrah dan melihat apa yang akan terjadi.Ming hao mendekat kepada ku dengan tangan yang bergetar.
Ming hao menunduk dan berbisik kepada ku yang duduk terikat di atas kursi,
"Saya sangat membenci anda,Jendral.
Atas semua yang sudah anda lakukan Kepada Saya akan Saya balaskan hari ini."
Setelah dia mengatakan hal itu,aku menatapnya dengan sangat tajam karena dia terlihat terlalu berbangga diri karena bersekutu dengan musuh yang nyatanya bukan hanya memiliki dendam kepada ku tetapi kepada seluruh rakyat yang ada di Kekaisaran ini.
Dengan tangan yang gemetar,dia berusaha untuk menusuk ku,tetapi dia lagi-lagi gagal karena tidak bisa melakukannya karena ketakutan saat bertatapan dengan ku.
Karena terlalu lama membuang-buang waktu,Salah satu prajurit musuh yang sudah membantu Ming hao untuk mengkhianati ku langsung merebut pisau yang ada di tangan Ming hao dan langsung menusuk perut ku dengan sangat dalam beberapa kali hingga rasanya semua bagian perut ku terasa keluar dari perut ku.
Setelah puas melakukan hal itu,dia kembali menyerahkan pisau itu kepada Ming hao untuk melanjutkannya.Ming hao pun mendekat kearah ku dengan mata yang tertutup,dia langsung menusuk ku di bagian ulu hati ku beberapa kali hingga aku mulai kehilangan kesadaran ku karena darah yang terus mengalirkan tanpa henti.
Tangan Ming hao penuh akan darah ku,
setelah itu mereka mengangkat tubuh ku yang sudah lemas dan melemparkan tubuh ku lalu meninggalkannya di tengah hutan yang gelap gulita.
Setelah mereka semua pergi,datanglah satu serigala yang mencium-cium tubuhku lalu dia melolong memanggil koloninya hingga terdapat puluhan serigala yang menatap ku dengan penuh rasa lapar.
Tanpa aba-aba,mereka mulai menggerogoti tubuh ku tanpa ampun.Aku yang masih dalam keadaan sadar hanya bisa menjerit dengan mulut tersumpal di saat,gigitan demi gigitan di lakukan oleh segerombolan serigala itu.
Dengan rasa sakit yang di iringi dengan perasaan dendam yang bergejolak di dalam diri,tiba-tiba aku malah kembali sadar dengan tubuh yang terikat di pohon.
Di tengah hutan yang gelap tetapi cahaya bulan masih bisa menembus di sela ranting dan dedaunan pohon yang menandakan,kalau aku saat ini tidaklah berada di tengah-tengah hutan seperti sebelumnya.
Aku menatap ke segala arah
memperhatikan hutan yang terasa sangat asing bagi ku,di tambah kaki dan tangan ku yang terlihat mengecil,dengan mulut yang tidak lagi tersumpal.
"Ada dimana aku saat ini?sesuatu hal yang tidak mungkin jika aku tetap hidup setelah apa yang terjadi kepadaku tadi,"
gumam ku dengan kebingungan.
Karena tali yang kali ini tidak lah terlalu sulit untuk di lepas tetapi dengan kekuatan tubuh ini,wajar jika dia tidak bisa membebaskan dirinya sendiri.
Dengan tubuh yang kurus di balut dengan gaun mewah tetapi menyembunyikan rasa sakit yang terasa jelas di sekujur tubuh,sehingga tidak ada gunanya baju ini hanya seperti kain mewah yang membalut kulit yang kotor.
Aku pun sekali lagi melihat ke segala arah,saat aku perhatikan lebih jelas ternyata ada sebuah batu yang terlihat cukup runcing untuk bisa di gunakan sebagai alat pemotong tali ini,yang terletak cukup dekat di sebelah kanan ku.
Aku berusaha menggapainya dengan tubuh yang terikat,aku mengabaikan rasa sakit saat berusaha menggapai batu itu.Dengan penuh perjuangan,
akhirnya aku bisa menjangkau batu itu.
Setelah batu itu sudah ada di tangan kanan ku,aku langsung menggeseknya dengan penuh kekuatan ke arah tali ini hingga tidak butuh lama untuk ku memutuskan tali yang mengikat tubuh kecil ini.
Setelah tali itu putus,aku langsung berdiri dan membersihkan seluruh tubuh ku yang kotor karena tanah yang menempel,walaupun tidak bisa bersih sepenuhnya.
Di saat aku membersihkan tanah yang menempel di tangan ku,aku melihat sesuatu yang berkilau karena terpantul cahaya bulan saat aku mendekatinya ternyata itu sebuah bros terbuat dari emas yang berbentuk bunga melati yang tergeletak tidak jauh dari tempat ku terikat tadi.
Karena aku merasa ini akan berguna nantinya,aku pun langsung mengambilnya dan menyusuri jalan untuk keluar dari hutan ini.Karena sudah terbiasa melewati hutan belantara di saat peperangan,membuat ku sangat mudah untuk mencari jalan keluar dari hutan ini.
Saat aku keluar,terlihatlah rumah yang sangat besar dan megah yang bersinar sangat terang,tidak salah lagi rumah itu pasti milik seorang bangsawan kaya raya yang ada di negri ini.
Melihat pakaian yang aku kenakan saat ini,pasti ada hubungannya dengan tempat itu.Jadi aku pun memantapkan diri untuk berjalan masuk ke dalam sana,saat aku tiba di depan gerbang rumah itu,tiba-tiba muncul penjaga yang menahan ku.
"Jangan bergerak,ada perlu apa bocah kotor seper-eh Nona Theoline Edmond!maafkan saya,Nona!"
ucapnya kepada ku.
Melihatnya bertingkah panik seperti itu,
sudah dipastikan anak ini memiliki kekuasaan di rumah yang besar ini.
Aku mengarahkan tangan ku ke arahnya memintanya untuk diam,tanpa membantah dia langsung terdiam dan membukakan ku gerbang rumah itu.
Saat gerbang itu terbuka,berlari lah seorang wanita yang seperti orang asing dengan bahasa asing yang anehnya bisa aku pahami dengan sangat baik.Dia langsung memeluk ku dengan erat tetapi wajah khawatirnya malah membuat tubuhku gemetar seolah-olah di alam bawah sadarnya anak ini merasa sangat ketakutan dengan wanita yang sedang ada di hadapan ku kali ini.
Aku mendorongnya perlahan karena merasa tidak nyaman terlalu lama di pelukan wanita asing ini,setelah lepas dari pelukannya,aku menatapnya dari bawah ke atas dan bergumam.
"Tidak mungkin wanita ini Ibunya kan?dari respon tubuh ini saja sudah terlihat dia bukanlah Ibu kandungnya."
Wanita itu memegang kedua bahu ku dengan sangat kuat dengan air mata yang berlinang bagaikan seseorang yang merasa sangat bersyukur aku telah kembali,setelah itu keluarlah Seorang pria Dewasa dan juga Gadis Kecil yang sangat mirip dengan pria itu.
Aku menatap tajam ke arah mereka berdua lalu tanpa aba-aba Pria itu menampar wajah ku dengan sangat kencang dan berteriak ke arah ku.
"Dari mana saja kau!aku akan menghukum mu,selama seminggu jangan pernah keluar dari kamar dan kau hanya akan makan roti dan susu untuk satu minggu!"
Aku menatap matanya lalu menundukkan kepala ku.
"Baik tuan," jawab ku sambil menunduk.
Setelah itu,seorang pelayan menghampiri ku dan membantu ku dengan sangat lembut hingga aku masuk ke dalam kamar ku,setelah aku masuk ke dalam kamar.Aku langsung membuka seluruh baju dan berjalan menuju cermin,untuk melihat bagaimana kondisi tubuh yang aku masuki ini.
Saat aku lihat,ternyata kondisi tubuh anak ini terlihat sangat menyedihkan lebih dari apa yang aku bayangkan dengan badan kurus hingga terlihat tulang rusuknya di tambah dengan luka yang hampir terinfeksi di seluruh tubuhnya,membuat ku semakin merasa kesal dengan semua orang yang ada di rumah ini.
Ketika aku asik berkaca tiba-tiba dari arah pintu ku,terdengar suara pelayan yang membantuku untuk masuk ke dalam kamar ku tadi.
"Permisi Nona,saya ingin masuk untuk mengantarkan makan malam anda," ucapnya dari balik pintu.
"Ya masuklah," jawab ku.
Saat dia masuk,seketika dia kaget dan hampir berteriak tetapi aku sempat menghampirinya dan menutup mulutnya.
Aku pun memintanya untuk menutup pintu terlebih dahulu dan meletakan makan malam ku di meja.
Setelah dia melakukan semua itu,dia langsung menyentuh seluruh luka ku dengan penuh khawatir yang membuatku merasa tenang ternyata masih ada yang baik secara tulus kepada anak yang menyedihkan ini.
"Non-Nona,maafkan saya.Jadi karena ini anda tidak pernah ingin mengizinkan saya untuk membantu anda mandi,maaf saya baru mengetahui hal ini,Nona."
Aku mengusap kepalanya dengan perlahan dan meminta sesuatu kepadanya untuk membantu mengobati luka yang mulai membusuk di sekujur tubuh ku ini.
"Bisakah kau memberi ku obat untuk luka ini?aku akan sangat berterima kasih kepada mu,"ucap ku kepadanya.
Dia mengusap air matanya lalu menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang aku pinta itu dan bergegas keluar dari kamar ku.
Aku pun mengenakan jas mandi ku terlebih dahulu,untuk luka yang bernanah seperti ini tidak seharusnya aku untuk mandi karena bisa saja membuatnya semakin parah.
Aku menunggu sambil memakan roti yang lumayan keras ini bersama dengan segelas susu yang hangat.Setelah menyelesaikannya aku menyeka mulut ku dengan sapu tangan yang ada di samping piring makan ku.
"Hah,makanan untuk rakyat jelata di masa ku saja lebih baik dari ini.
Bocah,kau tau lebih baik kau mati saat berperang dari pada hidup sengsara di rumah mewah seperti ini,"
gumam ku sambil menatap wajah ku ke arah cermin.
Saat aku sedang menunggu,tiba-tiba pintu kamar ku terbuka dengan sangat kencang hingga suaranya mungkin akan terdengar di lantai satu.Saat aku menoleh ternyata itu adalah Pria dewasa yang menampar ku tadi.
Dia tanpa mengatakan apapun langsung berlari ke arah ku dan membuka jas mandi ku lalu menatap tubuh ku yang menyedihkan ini lalu menangis terisak-isak.
Aku pun memegang dagunya agar dia menatap ku dan ketika dia menatap ku,aku langsung mengatakan sesuatu yang membuatnya hanya bisa terdiam.
"Untuk apa kau menangis,bukankah ini hasil ketidakpedulian mu terhadap ku?"
Seketika dia langsung bangun dari posisinya yang saat ini sedang berjongkok dan berbalik lalu berjalan pergi menjauh dari ku.Sebelum keluar dari kamar ku,dia mengatakan sesuatu kepada pelayan yang baik itu.
Aku yang memperhatikan dari kejauhan, langsung memalingkan wajah ku saat dia menatap ku.
"Bagaimana pun caranya,kau harus keluar dari penjara yang megah ini,
Bocah!"
gumam ku.
Saat Pria itu keluar dari kamar ini,
pelayan itu perlahan mendekat ke arah ku sambil membawa kotak yang berisi obat-obatan yang bisa membantu mencegah luka ku menjadi semakin parah.
Aku menatap ke arah pelayan itu dengan sangat sinis,sehingga dia merasa sangat tidak nyaman dan tidak sengaja menekan luka ku hingga aku merintih kesakitan.
Seketika dia langsung bersujud dan memohon ampun kepada ku.
"Maafkan saya Nona,maafkan ketidaksengajaan yang telah saya lakukan," ucapnya secara berulang.
Aku menepuk bahunya dan mendekatkan wajah ku ke arahnya lalu mengucapkan sesuatu kepadanya,
"Aku akan memaafkan mu jika kau memberitahu ku semua tentang anak ini."
Dia pun mengangkat kepalanya lalu menatap ku dengan penuh keheranan.Tatapan yang penuh kebingungan itu tidak berlangsung lama,karena saat dia melihat ekspresi ku yang sangat serius menantikan informasi darinya.
Dia pun memberitahu ku segala hal tentang anak ini,hingga membuat ku merasa sangat kasihan dan iba akan kondisi Gadis Kecil menyedihkan ini.
Aku pun menatap keluar jendela lalu berjalan perlahan menuju cermin untuk kembali memperhatikan wujud dan paras ku yang tetap terlihat asing bagiku tetapi kami memiliki kesamaan dari warna rambut yang hitam pekat bagaikan arang bahkan bekas luka yang sama-sama terletak di bagian alis sebelah kiri dan juga mata berwarna abu-abu yang penuh kekosongan.
"Jadi Nama ku adalah Theoline Edmond yang terlahir dari seorang wanita bangsawan yang bernama Leticia Ballard yang kini di duga mengalami gangguan kejiwaan lalu orang-orang memiliki rambut warna merah itu adalah Ibu tiri dan Kakak tiri ku yang bernama Lucy Bernard dan Genia Bernard dan wanita itu juga memiliki anak laki-laki yang akan yang di tetapkan menjadi pewaris,"
ucap ku mengulang semua yang di katakan oleh pelayan itu.
Pelayan itu pun menganggukkan kepalanya lalu menunduk.
"Iya,benar Nona," jawabnya.
"Dan Kau,siapa nama mu?"
tanya ku kepada Pelayan itu.
"Nian,Nona."
jawabnya dengan kepala yang masih menunduk.
Aku pun berpaling dari cermin yang aku tatap sejak tadi dan berjalan mendekat ke arah Nian yang masih menundukkan kepalanya.Ketika aku sudah berada tepat di depan wajahnya,aku pun mengangkat wajahnya dengan jari telunjuk ku agar dia menatap ke arah ku.
Ketika dia sudah menatap wajahku,aku langsung memperlihatkan bagaimana mata berwarna abu-abu ini menunjukan ambisinya,seketika Nian kembali bersujud ke arah ku dengan tubuh yang gemetaran seperti seekor tikus yang ketakutan di depan kucing yang ingin memangsanya.
Kemampuan menunjukan ambisi di balik mata berwarna keabuan penuh kekosongan ini,hanya aku yang mampu menguasainya setelah kakek dari pihak Ibu.Bahkan Ibu ku yang seorang Nyonya besar di keluarga jendral yang terkemuka saja tidak mampu menunjukan Perilaku teritorial untuk mengendalikan apa yang terjadi di rumahnya.
Dan dia hanya diam menahan rasa sakit, dari hinaan selir yang di bawa oleh Ayahku pada saat itu.Sungguh pemandangan yang membunuh ku secara perlahan.Tetapi pada akhirnya aku memutuskan untuk membunuh Kakak Tiri ku saat dia berumur 15 tahun dan umur ku pada saat itu lebih muda 2 tahun darinya,dengan sekuat tenaga aku melakukan hal itu agar bisa menjadi satu-satunya pilihan untuk menjadi Kepala Keluarga,agar Ibu ku kembali mendapatkan haknya di rumah itu,tapi sayangnya...
saat aku mendapatkan kekuasaan itu dia malah pergi meninggalkan ku untuk selama-lamanya.
_
Pelayan itu terus memohon maaf kepada ku dengan posisi yang masih bersujud di bawah kaki ku,sungguh pemandangan yang memuaskan untuk menunjukkan bagaimana kekuasaan yang mampu kamu kendalikan.
"Bagaimana,Bocah?apa kamu menyukai hal seperti ini.Bukan hanya ini yang akan aku memperlihatkan kepada mu,aku juga akan memperlihatkan bagaimana rasanya semua orang akan bersujud di bawah kaki mu," gumam ku.
Aku pun mengangkat dagunya dengan jari telunjuk ku,di saat dia sudah menatap ku.Aku langsung membalas tatapannya dan memintanya untuk bersumpah 𝙟𝙖𝙣𝙟𝙞 𝙓𝙚𝙣𝙞𝙖,janji yang konon nya sangat di larang karena akan membunuh siapa yang melanggar janjinya.
Pelayan itu ketakutan hingga menangis terisak-isak sambil mengucapkan sumpah janji yang terlarang itu,dengan sangat terbata-bata.
"Sa-Saya berjanji,Saya akan me-menerima kutukan Xe-Xenia...ket-ketika Saya membongkar a-apa yang Nona Theoline katakan dan lakukan kepada saya hari ini."
-
Ketika dia sudah mengucapkan janji itu,
dia pun membantu ku untuk berbaring di kasur dan membacakan ku sebuah buku cerita yang membosankan hingga aku mengantuk.
Karena sudah sangat mengantuk,aku pun memejamkan mata ku,di saat pelayan itu terus membacakan buku cerita yang kekanak-kanakan itu.
Saat tertidur,aku bermimpi melihat diri ku sendiri yang telah menjadi mayat dengan tubuh yang berserakan karena serangan dari para serigala,di saat aku ingin menyentuh daging-daging tubuhku yang berada tepat di bawah kaki ku,tiba-tiba datang selir Ayahku yang menyiram ku dengan air hingga aku kaget dan terbangun dari tidurku.
Saat aku terbangun,aku langsung tersadar karena pada saat ini pakaianku basah kuyup,saat aku memperhatikannya ternyata air yang mengenai wajah ku di dalam mimpi itu,benar-benar terjadi di kenyataan karena Pelayan Ibu Tiri ku yang melakukan hal itu,aku menatap tajam ke arah mereka berdua lalu Lucy menjambak rambutku dengan sangat kuat dan menyeret ku menuju kamar mandi.
Entah apa yang ada di pikirannya memperlakukan ku seperti itu,di tengah tindakannya yang sangat menyakitkan itu aku mencoba untuk melepaskan genggaman tangannya yang sedang menjambak rambut ku saat ini,tetapi apa yang aku lakukan pada saat itu tidak menghasilkan apapun karena kekuatan tubuh anak ini sangatlah terbatas.
Tanpa belas kasihan,dia langsung melemparkan tubuh kurus dan kecil ini dengan sangat kasar ke arah lantai kamar mandi lalu menutup pintu kamar mandi ku dengan sangat kencang.
Aku menghela nafas ku dan bergumam.
"Haruskah aku membunuhnya saat ini juga,Bocah."
Aku pun membuka piyama ku secara perlahan,karena nanah yang terus keluar dari luka-luka yang terinfeksi di bagian punggung ku yang bahkan membuat piyama ku menempel di bagian kulit.
Sehingga aku pun meringis kesakitan,saat
aku berusaha untuk melepas seluruh busana yang menutupi tubuh ku saat ini.
Setelah itu aku pun mengusap secara perlahan, kulit yang tidak terdapat luka yang bernanah.
Dengan kain yang telah aku basahi dengan air yang mengalir,aku terus melakukan hal itu hingga aku mendengar suara ketukan dari luar pintu kamar mandi ku.
Seketika aku langsung menoleh ke arah pintu itu dan terdengarlah suara yang tidak asing di telinga ku.
"Nona,apakah anda sudah selesai?" tanyanya.
Ternyata itu suara dari Nian,pelayan pribadiku.
Aku pun menjawab apa yang dia tanyanya kan tadi,"Tunggu Sebentar."
Aku pun bergegas memakai jubah mandi ku,lalu keluar dari kamar mandi untuk segera bersiap.
"Ini baju anda Nona,"
ungkap Nian memperlihatkan apa yang telah dia siapkan untuk ku.
"Terima Kasih," sahut ku.
Dengan cepat,Nian mengobati luka ku terlebih dahulu sebelum membantuku mengunakan baju yang telah dia pilihkan untuk ku.
Saat aku melihat ke arah cermin saat Nian membantu ku mengenakan gaun mewah berkualitas tinggi itu,aku pun menatapnya dengan sangat sinis lalu menanyakan sesuatu kepadanya,
"Untuk apa aku mengunakan gaun ini,
bukankah aku sedang di hukum?"
Nian tersenyum ke arah ku lalu memeluk tubuh ku ketika semua busana yang telah dia siapkan sudah aku kenakan seluruhnya.
Aku keheranan mendengar suara tangis Nian yang tiba-tiba terdengar saat memeluk ku,aku pun mendorong tubuhnya agar dia melepaskan pelukan eratnya dari ku.
Dia pun melepaskan pelukannya lalu mengusap air matanya,aku yang melihat hal itu tidak bisa menahan diri ku untuk membantunya mengusap air matanya.
Nian menatap ku dengan penuh simpati.
"Nona ku tersayang,hukuman anda di batalkan dan Tuan Darryl ingin anda ikut makan bersama dengannya di ruang makan,"
jelasnya kepada ku dengan berlinang air mata.
Aku menatapnya dengan penuh keheranan.
"Apa lagi yang mereka rencanakan kali ini,Bocah?" gumam ku.
Nian bergegas membawa ku menuju ruang makan,tempat para orang-orang gila itu berkumpul.
Aku sudah membayangkan bagaimana tatapan Ibu dan anak itu,saat melihat ku memasuki ruang makan dan ikut sarapan bersama mereka.
Ketika aku sudah berada tepat di depan pintu ruang makan itu,Nian merapikan gaun ku terlebih dahulu sebelum membukakan pintu ruangan itu.Saat dia membuka pintu itu,dia terus tersenyum ke arah ku.
Aku pun masuk secara perlahan ke dalam sana,seketika Lucy dan Genia terbelalak menatap ku yang ikut sarapan bersama mereka untuk pertama kalinya setelah Ibu Tiri ku tinggal di sini.
Aku mengabaikan tatapan mereka dan berjalan menghampiri Darryl Edmond,Ayah ku yang telah duduk lebih dulu di tempat duduknya.
Aku pun berdiri tepat di sampingnya lalu menundukkan kepala ku dan mengucapkan salam kepadanya terlebih dahulu sebelum memilih tempat duduk ku.
"Selamat pagi,Ayah."
Ayah menganggukkan kepalanya lalu meminta ku untuk duduk tepat di sampingnya,Genia berdiri di tempat duduknya dan menunjuk ku dengan jari telunjuk nya.
"Hei,Beraninya Si Bau itu duduk di sana!"
teriaknya kepada ku.
Ayah hanya menatapnya lalu melirik ke arah Lucy,seketika Lucy dengan cepat meminta Genia turun dan duduk seperti semula.
Aku hanya diam mengabaikan kehebohan yang mereka lakukan saat itu dan menikmati makanan yang tersaji di meja makan,aku terus menyantap makanan itu dengan sangat lahap.
Tiba-tiba terdengar suara tawa dari Lucy yang seperti mengejek apa yang aku lakukan saat ini,tapi tawa itu akhirnya berhenti karena Ayah memintanya untuk menikmati sarapan pagi ini dengan tenang.
Tidak lama setelah kejadian itu,aku pun meminta izin kepada Ayah untuk keluar dari tempat ini lebih dulu dari yang lainnya.
"Ayah,bisakah saya keluar dari sini lebih dulu dari yang lain,karena saya tidak ingin mereka terganggu dengan bau busuk yang tercium dari luka-luka saya."
Darryl Edmond menyeka mulutnya terlebih dahulu dengan sapu tangan yang ada di samping piring makannya.
"Baiklah,jika itu yang kau mau,"
sahutnya kepada ku.
Saat aku ingin berjalan melewati Genia,
tiba-tiba Genia memasang kakinya agar aku tersandung dan terjatuh.Tetapi apa yang dia bayangkan tidak akan pernah terjadi karena itu adalah trik yang terlalu kekanak-kanakan untuk di hadapi oleh jiwa orang dewasa yang ada di tubuh bocah ini.
Ketika aku melewatinya,seketika aku langsung menginjak kakinya untuk memberikannya pelajaran dari tindakannya yang terus ingin menganggu ku.
Seketika Bocah Perempuan itu berteriak dan merintih,seolah-olah terlihat seperti seseorang yang sangat kesakitan atas tindakan ku pada saat itu.
Lucy mendekati ku dan menampar ku lalu mendorong tubuhku hingga aku terjatuh dan pantat ku terhempas ke lantai ruang makan ini.
Seketika Darryl Edmond berdiri dan berjalan menuju ke arah kami,aku yang berpikir dia akan membantu ku ternyata apa yang aku pikirkan tadi adalah hal yang sia-sia,karena sudah dipastikan bahwa dia lebih mengkhawatirkan anak kesayangannya dari pada anak kecil yang kurus pendek,tidak berguna dan memiliki luka di sekujur tubuhnya ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!