NovelToon NovelToon

Cermin Hati Yang Terbelah .

Aditya .

"Bu !, ibuu !" ...

Teriak seorang anak remaja laki laki di depan sebuah rumah kecil yang sudah tua .

Seorang wanita tua keluar dari dalam rumah itu , " ibu mu di belakang Dit !, coba cari di belakang , mungkin lagi nyuci Dit !" ...

"Iya ni , Didit langsung ke belakang ya ni !" kata remaja bernama Aditya yang akrab disapa Didit itu sambil berlari kebelakang , lewat samping rumah kecil itu .

Di belakang rumah , di kamar mandi terpisah dari rumah , terdengar seseorang sedang mencuci pakaian .

"Bu !, ibuu !" ...

Panggil anak remaja itu lagi sambil berdiri agak jauh dari kamar mandi .

Belum ada sahutan sama sekali , cuma suara sikat bergesekan dengan kain yang terdengar .

"Buu !, ibuu !, ini Didit bu !" kata pemuda itu lagi sedikit lebih nyaring .

Tidak lama , pintu kamar mandi terbuka , dan muncul seorang wanita cantik usia tiga puluh lima tahun .

"Ada apa Dit ?, kenapa pagi pagi sekali sudah datang ?" tanya wanita itu sambil tersenyum melihat putra semata wayang nya itu .

Didit segera berlari menghampiri wanita itu , lalu memeluk , serta mencium kedua pipi nya .

Didit memang semenjak lahir tidak mengenal ayah nya , konon ayah nya wafat semenjak Didit masih di dalam kandungan ibu nya .

Dia hanya mengenal ibu nya , kakek serta nenek nya saja , yang dia panggil Kai dan Nini itu .

Untunglah kakek dan nenek nya yang kini sudah berusia lima puluh lima tahun itu , mencurahkan kasih sayang yang benar benar tulus pada Didit , sehingga kehilangan sosok ayah , masih bisa tergantikan oleh sosok pak Mahmud sang kakek .

Ibu nya sendiri , Rahmah adalah seorang guru TK yang cuma berpenghasilan enam ratus ribu tiap bulan nya .

Untuk menambah penghasilan nya , bu Rahmah mengajarkan anak anak kampung mengaji selepas magrib .

Dan dari mengajarkan anak anak mengaji , ibu Rahmah mendapatkan upah empat ratus ribu setiap bulan nya .

Itulah yang dia atur agar bisa cukup satu bulan , di tambah penghasilan dari kakek Didit berjualan cilok setiap hari nya .

Meskipun mereka makan lebih sering dengan lauk sayur doang tanpa ikan , tetapi bagi Rahmah , itu lebih baik daripada harus ngutang .

Rahmah mencium kening putra kesayangan nya itu , "ada apa nak ?" tanya nya ramah .

Aditya mengeluarkan uang ratusan ribu sebanyak enam lembar , dan di serahkan pada ibu nya , "kemarin koh Ahong datang ke kebun bu , beliau memberikan gajih Didit bulan ini , maafkan Didit yang tidak langsung mengasih pada ibu ya bu , Didit takut pulang malam malam dari kebun Bu , gelap , takut ada ular !" ...

Sekali lagi Rahmah mencium kening putra nya itu , mata nya berkaca kaca , "Didit kalau sudah gelap , tidak boleh pulang kerumah ya , ibu takut kalau terjadi apa apa nak , kan disana pondok nya juga bagus !" ...

Rahmah mengandeng putra nya masuk kedalam rumah lewat pintu belakang .

Memang sudah beberapa bulan ini , Didit menginap di kebun koh Ahong , sekitar dua kilo meter dari rumah mereka , menjaga kebun koh Ahong dan di upah enam ratus ribu setiap bulan nya .

Koh Ahong ini pula yang menyekolahkan Didit hingga sekarang sudah kelas dua di SMK Bina Bangsa .

"Bu !, belikan Didit arit sama cangkul ya bu , Didit sudah ijin sama koh Ahong , untuk meminjam tanah beliau di sekitar pondok untuk Didit tanam singkong dan sayur sayuran , koh Ahong bersedia menyediakan pupuk nya Bu , dan hasil nya , kata koh Ahong, buat kita semua !" pinta Didit sambil duduk di lantai .

Rahmah membuatkan teh manis untuk Didit seperti kebiasaan nya sejak Didit masih kecil .

"Jangan mengganggu sekolah mu Dit !, ibu tidak mau sekolah mu hancur gara gara kerja , belum waktu nya nak , nanti kalau waktu nya sudah tiba , mau kerja apa saja , asalkan halal serta tidak merugikan orang lain , ibu akan support Didit !" kata Rahmah sambil meletakan segelas teh manis di depan putra nya itu .

Seorang laki laki tua usia lima puluh lima tahun , masuk dari ruang depan , bergabung dengan mereka , "ibu mu benar Dit !, jangan sampai mengganggu sekolah mu , menjaga kebun koh Ahong saja sudah cukup !" ...

"Tidak Kai , ini mengisi waktu senggang Didit saja Kai , Didit tidak ingin mengisi waktu dengan tiduran saja , nanti masa hidup Didit lebih banyak di habiskan untuk tidur saja Kai !" jawab Didit sambil bergurau .

"Dit !, Dit !, Dit !, Diiiiit !" ...

Tiba tiba dari luar terdengar suara tiga orang anak remaja , memanggil Didit dengan menirukan suara klakson mobil .

Buru buru Aditya berlari keluar , menyambut tiga orang sahabat nya itu .

Mereka adalah Dodo , Togar , dan Dery Chan putra koh Ahong .

Mereka berempat ini memang berteman semenjak duduk di bangku kelas satu SD hingga sekarang kelas dua SMK Bina Bangsa , tetap bersahabat .

Itulah pula lah alasan koh Ahong menyekolahkan ketiga remaja sahabat putra nya itu .

"Heh para setan !, kok tahu saya di rumah ?" tanya Didit sambil tertawa .

"Lah iya lah , kan setan mah serba tahu !" jawab Dodo yang bertubuh tinggi besar sambil tertawa cekikikan .

"Hei kurcaci !, tadi kami ke kebun , dan kau tidak ada , maka nya kami ke mari , dan tepat kan , di depan rumah mu sudah ada sepeda mu itu !" kata Togar yang berbadan kurus dan Jangkung itu sambil menepuk bahu Didit yang memang paling kecil kalau dibandingkan dengan para sahabat nya itu .

Hal itu karena saat berusia lima tahun , setiap pagi , Didit suka berdiri di depan pagar sekolah , melihat para murid murid masuk ke dalam kelas nya masing masing .

Koh Ahong yang setiap mengantarkan Deri yang sudah berumur enam tahun itu ke sekolah , selalu melihat keberadaan Didit .

Akhirnya Didit diajak koh Ahong masuk kelas , dan duduk bersama Deri Chan.

Awal nya cuma sekolah duduk saja alias sekolah tidak resmi , namun karena daya tangkap dan kecerdasan nya yang diatas rata rata murid yang lain nya , akhirnya oleh kepala sekolah itu , Didit di jadikan murid resmi sekolah itu .

Itulah mengapa tubuh Didit paling kecil dari para sahabat nya .

"Tadi papa menyuruh kami mengantarkan cangkul dan arit , juga pompa solo ke kebun Dit , kata papa , pupuk kandang nya masih dalam pemesanan , kita persiapkan lahan nya saja dulu !" kata Deri Chan putra koh Ahong .

"Ayolah kalau begitu , bu tidak jadi beli cangkul dan arit nya , sudah di belikan koh Ahong , Didit berangkat dulu ya Bu , mumpung Sabtu libur !" kata Didit sambil mencium tangan Rahmah .

"Kerja nya yang hati hati ya !" pesan Rahmah kepada putra nya itu .

"Kai !, Nini !, Didit pergi dulu ya !"kata Didit berpamitan pada kakek dan nenek nya , sambil mencium tangan kedua nya .

Hal itu juga di ikuti oleh ketiga taman nya itu .

Meskipun mereka berempat berbeda keyakinan , Dodo yang Katolik , Togar yang Protestan , dan Deri yang Kong Ho Cu , tetapi mereka tidak pernah bermasalah dengan keyakinan mereka yang berbeda beda , buktinya sedari SD hingga sekarang , tidak pernah sekalipun mereka berselisih paham , hingga di panggil orang kampung si empat sahabat .

Mereka berempat segera pergi ke kebun koh Ahong , Dodo dan Didit naik sepeda balap tua , sedangkan Togar membonceng sepeda motor Deri Chan .

Kebun milik koh Ahong ini dua kilo meter di belakang kampung , melewati jalan sunyi dan perkebunan warga .

Di kebun ini ada tanaman pisang , rambutan , jeruk , kelengkeng dan beberapa puluh batang kopi serta kelapa .

Tidak jauh dari jalan , berdiri sebuah pondok kayu seukuran tiga kali empat meter .

Meskipun pondok ini kecil , namun bersih dan nyaman di tinggali .

...****************...

Persahabatan .

Setelah bersepeda beberapa lama , mereka pun tiba di kebun koh Ahong yang di jaga oleh Didit .

Kebun koh Ahong yang membentang dari Timur ke Barat di sepanjang jalan kecil ini seluas dua hektar , menghadap ke arah selatan .

agak jauh di belakang pondok , ada sebuah Empang tua yang sudah tidak ter urus .

Lebih ke Utara lagi sejauh tiga kilo meter , setelah melewati hutan hutan dan kebun warga , ada sebuah jalan raya ke pusat kota Megapolitan .

Disepanjang jalan itu banyak berdiri hotel hotel besar bertebaran .

Didit membuka gembok pintu , dan memasukan beras satu sak , bersama minyak goreng , gula dan teh kedalam pondok itu .

Di teras luar pondok , ada empat buah cangkul yang sudah siap di garan nya , serta empat buah pisau arit dan sebuah semprotan merek Solo .

"Hei sementara kalian kerja , biar aku merebus air untuk kita bikin kopi ya " kata Deri Chan menawarkan diri nya .

"Iya ya , tidak apa apa , Deri bikin kopi saja , kan ada beberapa pisang yang bisa di rebus !" kata Didit sambil mengganti pakaian nya dengan pakaian kerja .

Pagi itu , mereka mulai bekerja membersihkan samping pondok , lalu mencangkul nya .

Lagi asik nya mereka bekerja sambil sesekali bercanda , dari jalanan datang dua buah motor metik yang di naiki empat orang dara cantik .

Mereka adalah Anita Chan, adik nya Deri Chan yang berusia satu tahun dibawah Didit , serta baru kelas tiga SMP , dengan teman teman satu kelas nya Monik , Nova , dan Nina .

Anita yang berbadan mungil , namun berwajah paling cantik , berkulit putih dan berhidung mancung mungil khas para amoy itu menatap kearah Didit .

"Ta !, tuh lihat suami mu keringat nya minta ampun , pakai lepas baju lagi , eh lihat tuh dada dan lengan nya , penuh otot !" goda Monik pada Anita Chan .

Mereka memang sering menggoda Anita sebagai istri Didit , karena tubuh mereka yang sama sama kecil .

Awal nya Anita marah besar hingga mencak mencak di goda seperti itu , tetapi lama kelamaan , telinga nya sudah biasa mendengar godaan tiga kecoa itu , bahkan kadang kadang candaan ketiga teman nya itu dia ikuti juga .

"Ooh iya , kasihan suami ku !, ayolah beristirahat sejenak suami , kita minum teh dulu !" goda Anita pada Didit sambil mengeluarkan termos air dari tas nya , dan menuangkan air teh di dalam nya pada tutup termos yang sekaligus sebagai cangkirnya itu , dan diserahkan nya pada Didit .

Dengan wajah memerah karena malu , Didit menerima cangkir itu , lalu menegak isi nya .

Melihat itu , ramai lah sorak Sorai dan tepuk tangan dari para sahabat nya .

Deri Chan keluar dari dapur membawa empat gelas kopi panas dan pisang rebus lalu mengomel melihat Didit malah minum teh dari Anita Chan .

"Hei adik ipar la'nat kau ini , aku sudah Susan bikin kopi , malah kau minum teh !" kata Deri Chan pura pura marah .

"Kalian senang membuat aku mati berdiri rupanya !" kata Didit sambil duduk di di kursi kayu , dibawah pohon sawo Manila yang rimbun .

Anita Chan mengikuti nya dari belakang , serta duduk Disamping Didit , sambil membawa dua buah bungkusan kantong kresek .

Nova membantu nya mengeluarkan sebuah kotak kardus dari kantong kresek , serta meletakan nya di meja kayu di depan Didit .

Setelah di buka , ternyata itu sebuah kue ulang tahun , bertuliskan Aditya Hasan dan ada lilin ber angka kan satu dan enam .

Anita menyalakan lilin berbentuk angka satu dan enam itu , lalu mereka semua serentak menyanyikan lagu ulang tahun untuk Didit .

"Panjang umur nya ,

panjang umur nya ,

panjang umur nya serta mulia ,

serta mulia , serta mulia .

Tiup lilin nya ,

tiup lilin nya ,

tiup lilin nya sekarang juga ,

sekarang juga " ...

"Ayo tiup lilin nya !" kata Deri Chan mengagetkan Didit .

"Puh !" ...

"Puh !" ...

Dua batang lilin berbentuk angka satu dan enam itupun padam di tiup Didit .

"Potong kue nya ,

potong kue nya ,

potong kue nya sekarang juga ,

sekarang juga " ...

Didit segera memotong kue ulang tahun di atas meja itu .

Kini dia bingung mau memberikan kepada siapa potongan kue pertama itu , konon kata orang , potongan kue pertama itu adalah untuk orang yang sangat spesial di hati .

Dia menatap kearah Deri Chan , ingin memberikan kue itu pada nya , tetapi remaja itu malah mengangkat bahu nya dan mengerling kearah Anita Chan .

Akhirnya, meskipun ragu ragu , Didit tetap melangkah ke arah Anita Chan , dan memberikan potongan kue pertama itu kepada Noni cantik itu .

"Nita !, terimakasih atas kue ulang tahun dari mu ini , seumur hidup ku , aku tidak akan melupakan nya !" kata Didit menahan rasa gugup dan malu .

Dengan agak gemetaran , Anita Chan menerima kue itu dari tangan Didit , "terimakasih atas pemberian spesial ini dit !" ...

"Cium !" ...

"Cium !" ...

"Cium !" ...

Teriak Togar yang memang agak lemes itu .

Namun ternyata teriakan Togar di ikuti oleh yang lain nya juga sambil bertepuk tangan .

"Cium !" ...

"Cium !" ...

"Cium !" ...

"Kau harus mencium Anita Chan Dit , kalau tidak , itu berarti kau memperhinakan dia , ini adat orang orang Tionghoa !" kata Monik berusaha mengompori , padahal dia tidak mengerti bila yang dia katakan itu benar atau salah , dia asal ceplos saja .

Didit menatap kearah Deri Chan , dan remaja atletis itu menganggukkan kepala nya bersamaan dengan Anita Chan yang menganggukkan kepala nya , sambil menunduk .

Betapa gugup nya Didit mengetahui jika permintaan teman teman nya itu tidak di turuti , itu berarti dia menghina Anita Chan .

Dara jelita itu terlalu baik dan banyak berjasa kepada nya dan ibu nya , sehingga dia tidak bisa memperhinakan nya .

Didit melangkah maju ke depan Anita Chan yang masih menunduk , "Maaf Anita , bukan nya saya kurang ajar , maafkan saya !" kata Didit minta ijin .

Tanpa berkata kata lagi , Anita cuma menganggukkan kepala nya saja .

"Cup !" ...

"Cup !" ...

"Cup !" ...

Didit mencium pipi kanan dan kiri Anita , serta juga di antara kedua mata nya .

Ini adalah pertama kali nya di dalam hidup Didit , mencium wanita selain ibu nya .

Begitupun juga dengan Anita , ini pertama kali nya didalam hidup nya , dia di cium oleh laki laki .

Para sahabat nya pun segera bersorak dan bertepuk tangan dengan riuh nya , seolah ada berpuluh puluh anak remaja yang ada di tempat itu .

Terlihat wajah Anita seperti kepiting rebus , menahan malu karena merasa telah kena di kerjain oleh teman teman nya .

Dan tanpa sadar , rupanya Monik sempat mengabadikan kejadian tadi dengan kamera handphone milik nya .

Anita mengeluarkan bungkusan yang kedua dari dalam kantong kresek nya .

Sebuah kotak kado kecil , dengan panjang sejengkal diserahkan kepada Didit , "selamat ulang tahun yang ke enam belas tahun ya Dit , semoga panjang umur , selalu sehat , dan di berikan kesuksesan oleh tuhan yang maha esa !" ...

"Aameeen !" ...

Serentak para sahabat nya mengaminkan ucapan Anita itu .

"Cup !" ...

"Cup !" ...

Meskipun dengan muka yang merah seperti kepiting rebus , Anita mencium kedua pipi Didit .

Kini para sahabat mereka , ramai bersorak sorai sambil bertepuk tangan yang meriah .

"Buka !" ...

"Buka !" ...

"Buka !" ...

Kini Togar si mulut lemes kumat lagi penyakit lemes nya .

Didit menatap kearah Anita Chan , dan dara jelita itu menganggukkan kepala nya .

Di buka nya bungkusan kado itu , ternyata sebuah handphone merk opo keluaran terbaru .

Harga baru nya di toko memang tidak seberapa bagi Anita Chan yang putri orang kaya itu , tetapi bagi Didit itu sesuatu yang tidak bisa dia jangkau .

"Semoga kau menyukai nya dit , itu sudah lengkap dengan kartu nya , serta nomor teman teman kita , semua nya ada di situ !, maaf , cuma ini yang bisa aku kasih !" kata Anita Chan .

Didit tidak mampu berkata kata lagi , semua nya serba kejutan bagi nya .

...****************...

Aurelia .

Jauh dari tempat Aditya , nun di tengah hingar bingar kota Megapolitan , di halaman kantor pusat Gold Pasifik Nusantara atau GPN , yang bertingkat sepuluh itu , masuk sebuah mobil BMW hitam di iringi sebuah mobil lain nya .

Mobil BMW warna hitam itu langsung masuk kedalam ruang parkir khusus di ikuti mobil yang mengiringi di belakang nya tadi .

Setelah mereka tiba di dalam ruang parkir khusus itu , empat orang laki laki keluar dari mobil yang berada di belakang , dan berdiri berjejer , sementara itu , salah seorang membuka kan pintu mobil BMW hitam tadi .

Dari dalam mobil itu , keluar seorang wanita cantik jelita berkulit putih , tinggi tubuh seratus tujuh puluh senti berhidung mancung , dengan rambut sebahu , mengenakan jas hitam dan dengan lapisan dalam rok pendek selutut berwarna putih .

Ke empat orang laki laki tadi membungkukan badan nya pada wanita itu .

Wanita cantik jelita itu masuk kedalam sebuah lift , dan memencet tombol paling atas di ikuti oleh ke empat laki laki tadi .

Di lantai paling atas , wanita itu keluar di iringi ke empat laki laki tadi .

Di satu ruangan , ke empat laki laki tadi duduk di sofa yang sudah di sedia kan , sementara itu , wanita cantik tadi terus berjalan masuk ruangan lain nya .

Di sebelah sebuah pintu , ada sebuah meja yang di tempati oleh seorang wanita cantik pula .

melihat wanita cantik tadi datang , wanita yang asik membolak balik map itu segera berdiri , dan membungkukan badan nya , "selamat pagi Bu Aurelia !" ...

"Apa agenda hari ini Nabila ?" tanya wanita yang dipanggil Aurelie tadi .

"Ini Bu , pagi pagi meeting dengan para direksi , jam sepuluh pertemuan dengan direktur Menara Emas , lalu jam dua pertemuan dengan utusan dari Tower Agung bu !" jawab Nabila membacakan agenda Aurelie hari ini .

Naila bangkit membukakan pintu ruangan yang ada di sebelah nya , yang bertuliskan "Ruangan Presdir " itu .

Setelah Aurelia masuk terlebih dahulu , barulah dia mengiringi di belakang sang direktris itu .

Sebelum duduk , Aurelia melepaskan jas nya yang dibantu oleh Nabila sang asisten pribadi nya .

Setumpuk berkas yang harus dia pelajari dan tanda tangani , sudah menunjuk di atas meja nya .

Meeting pagi ini singkat saja , cuma acara rutin biasa , dan setelah acara meeting selesai , mereka kembali ke ruang kerja masing masing .

Sementara Nabila kembali ke meja nya , Aurelia mulai tenggelam dalam kesibukan nya , mempelajari berkas berkas yang masuk , yang perlu di tanda tangani .

Tiba tiba mata nya melihat sesuatu yang menarik tergeletak di sudut meja nya .

Diambil nya benda itu , sebuah undangan reuni SMA kebangsaan tempat dulu dia sekolah

Sudah bertahun tahun dia tidak lagi tahu kabar berita teman teman nya semasa SMA dulu .

Ada semacam kerinduan pada masa masa waktu masih di SMA dulu .

Kini usia nya sudah dua puluh enam tahun , dan semenjak lulus kuliah di Jerman , dia dipercaya papa nya , untuk memegang perusahaan nya yang berada di negeri ini .

Jadi sudah delapan tahun berlalu , dan selama itu , dia tidak lagi mengetahui kabar berita teman teman satu kelas nya dahulu .

"Tulilit tulilit !" ...

"Tulilit tulilit !" ...

Handphone di tas nya tiba tiba berbunyi .

Setelah di buka nya , ternyata Siska , teman sedari SD hingga SMA nya yang cantik jelita dan kini sukses menjadi super model di Paris .

"Halo Sis , apa kabar , lama tidak ada kabar berita nya lagi , tumben nelpon , ada apa ?" tanya Aurelia .

"Eh Rel , kau terima undangan reunian kelas SMA kita dulu nggak ?, aku terima nih undangan via online nya !" kata Fransiska dari seberang sana .

"Dapat dapat , tanggal sepuluh bulan depan kan ? , di hotel Santika , kau datang tidak ?" ...

"Datang datang , aku menginap di Mansion milik mu ya Rel ?" ...

"Boleh lah !, tetapi wani piro ?" ...

"Huuuh, sama sahabat sendiri perhitungan amat sih !" Siska terdengar mengomel .

"Iya iya iya ah !, tanggal berapa nek ?" tanya Aurelia .

"Tanggal delapan sore lah kira kira. !" jawab Siska .

"iya iya iya , kabari lagi nanti , kalau kalau aku lupa ya !" ...

"Oke , tapi ingat jemput aku , kau tahu keluarga ku sudah pindah ke Paris , aku tidak lagi punya keluarga selain kau di situ , oke ?"...

"Iya iya nek !, cerewet mu sedari dahulu tidak pernah hilang , udah dulu ya Sis !, nanti malam kita sambung lagi ya , aku mau kerja dulu !" ...

"Iya !, daaah !" ...

Aurelia merenung sesaat , terbayang Siska yang cantik , tinggi semampai selalu ceria serta cerewet itu .

Tersenyum sebentar , Aurelia kembali pada kesibukan nya memeriksa berkas yang masuk satu demi satu .

Lama Aurelia tenggelam dalam kesibukan nya sendiri , hingga telpon meja berdering .

Telpon ini hanya bisa dari Nabila saja , tidak bisa dari sambungan lain nya .

"Halo Nab !, ada apa ?" tanya Aurelia .

"Ini Bu , orang orang dari menara emas sudah menunggu di ruang pertemuan !" jawab Nabila .

"Mieke sudah siap kah ?" tanya Aurelia pada Nabila .

Mieke adalah sekretaris nya , yang menggantikan Aurelia , bila sedang sibuk .

"Sudah sedari tadi di ruang pertemuan Bu , berbincang bincang dengan orang orang dari Menara Emas !" jawab Nabila .

"Oh ya Nab , berkas berkas nya sudah kau bawa kah ?" tanya Aurelia lagi .

"Sudah semua Bu , sudah saya siapkan sesuai dengan yang ibu suruh kemarin !" jawab Nabila .

Mereka segera berjalan beriringan menuju lift khusus di ikuti empat orang laki laki tadi .

Nabila memencet tombol nomor lima , dan lift pun mulai bergerak turun dari tingkat sepuluh , ketingkat lima .

Ditingkat lima liftnya berhenti , saat pintu terbuka , Aurelia keluar di ikuti oleh Nabila dan empat pengawal nya .

Ruang pertemuan ini memiliki dua buah pintu , yaitu pintu belakang yang khusus untuk presiden dan para direktur , serta pintu depan yang mengarah langsung ke lorong menuju lift untuk umum .

Sebelum masuk ke ruang pertemuan itu , ada sebuah ruangan seukuran tiga kali empat meter , dengan sofa berjejer di kiri dan kanan ruangan , dengan pasilitas lengkap seperti kulkas , tv dan buku buku .

Ke empat pengawal tadi berhenti di tempat itu , karena disitu lah tempat mereka ketika mengawal sang presiden direktur saat mengadakan pertemuan , ataupun rapat .

Di ujung ruangan itu , ada sebuah pintu menuju ke ruang pertemuan .

Aurelia dan Nabila memasuki pintu itu menuju ke ruang pertemuan .

Didalam ruang pertemuan yang sangat besar itu ada sebuah meja panjang berbentuk huruf U .

Di kanan dan kiri meja duduk dua orang laki laki dan dua orang perempuan muda yang cantik .

Sedangkan di ujung tikungan meja dekat pintu belakang sudah ada seorang wanita muda yang cantik duduk di samping kiri sambil berbincang bincang dengan ke empat orang tamu .

Ketika melihat Aurelia datang , kelima orang itu segera berdiri sambil membungkukan badan .

"Selamat pagi Bu presiden !" ...

"Ya , selamat pagi juga kalian semua !" sahut Aurelia sambil duduk di kursi tengah , dan Nabila duduk di sebelah kanan nya .

"Baiklah !, marilah kita mulai pertemuan ini , beberapa waktu yang lalu , saya mengundang beberapa perusahaan untuk menawarkan pekerjaan persiapan lahan bandara baru di kota B , kemudian ada beberapa proposal yang masuk kepada kami , saya telah membaca dan mempelajari semua proposal yang masuk kepada saya itu , dari beberapa yang masuk itu , ada beberapa yang memenuhi kriteria saya , dan yang sangat penting bagi saya adalah kredibilitas dan tanggung jawab pada pekerjaan , tawaran kalian , dari Menara Emas untuk pekerjaan persiapan lahan ini , termasuk nanti nya pembuatan barak barak sementara tempat para pekerja , sebesar sepuluh milyar itu saya setujui , dengan pembayaran sistem empat empat dua , juga tidak masalah , artinya pencairan pertama empat puluh persen , kedua empat puluh persen dan setelah proyek selesai , dua puluh persen , selebih nya , kalian bisa bicara dengan bu Mieke , sekretaris saya , terima kasih !" .

Seorang laki laki paro baya menanggapi ucapan Aurelia tadi sambil tersenyum senang .

"Terimakasih bu presiden , terimakasih dan penghargaan sebesar besar nya untuk persetujuan ini Bu , nama saya Handoko , direktur utama Menara Emas , kami berjanji akan mengerjakan nya tepat waktu , sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan , bila mana sudah tidak adalagi yang harus di selesaikan , maka secepat nya akan kami kirim alat berat nya kesana bu , lantas bagai mana dengan masalah keamanan nya bu ?" tanya pak Handoko .

Aurelia menatap kearah Mieke , dan Mieke pun menganggukkan kepala nya .

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!