NovelToon NovelToon

My Honey Ardina

Antara Kau, Aku dan Dia

Bandung

Ardina Siena Mariana adalah seorang gadis yang memiliki karakter yang sangat unik. Tingkah konyol, kekanak-kanakan serta bicara ceplas ceplos menjadikannya di kenal dengan nama panggilan “Si bar-bar”. Dia di kenal dengan nama itu sejak SMA sampai kuliah. Dia tidak pernah membuat hidupnya rumit, baginya bahagia adalah hal utama. Tingkahnya yang spontan dan natural membuat hari-hari yang dia jalani begitu ringan.

Begitu pula dengan cinta. Orangtuanya sudah menjodohkannya sejak kecil dengan putra sahabat orangtuanya. Dia tidak ingin di hidupnya banyak drama seperti kabur karena perjodohan atau mogok makan untuk menentang perjodohan. Oleh sebab itu dia menerima perjodohan ini dengan hati yang lapang dada. Tidak pernah di bayangkan olehnya dia masuk sekolah menengah atas dan bertemu dengan pria yang di jodohkan dengannya.

Di SMA dia di kenal sebagai siswa yang sering terlambat sehingga sering membuatnya hampir setiap pagi di hukum oleh guru BK dengan berlari keliling lapangan upacara sebanyak 20 putaran.

“Aku sangat bahagia dengan hukuman ku ini, setidaknya berkat hukuman ini, tubuhku bisa sehat karena selalu berlari pagi, sebagai bonusnya tubuhku akan selalu langsing.” Begitulah yang ada di pikirannya, dia selalu mengambil hikmah yang positif di balik tingkahnya yang menurut orang lain menjengkelkan.

Kenapa Ardina bisa jatuh cinta pada pria yang di jodohkan dengannya? waktu sekolah mengadakan kemah kepramukaan, para siswa di bagi ke dalam beberapa kelompok dalam permainan pencarian jejak. Ardina dan satu lagi teman regunya yang bernama Ririn tiba-tiba tersesat.

Tentu saja itu salah Ardina, Ardina menarik tangan Ririn untuk berfoto ria sehingga membuat Ririn tidak sempat menolak. Fotonya dengan latar pemandangan hutan yang menenangkan akan ia jadikan di foto profil facebook nya. Setelah berfoto ternyata teman-temannya yang lain sudah tidak ada. Mereka pun lupa jalan kembali ke tenda.

Waktu sudah tengah malam, gelap gulita, mereka masih tersesat. Mendengar suara serigala keduanya lalu lari terbirit-birit. Tidak sengaja kaki Ardina terpeleset jatuh ke jurang.

Aaaa…..

Teriaknya, sehingga membuat Ririn kaget. Ririn berusaha meraih tangan Ardina untuk menyelamatkannya.

“Ririn, kalau tau begini aku akan memilih di makan serigala daripada jatuh di jurang, setidaknya tubuhku bisa di temukan meskipun hanya sisa makan serigala,” oceh Ardina yang ketakutan.

“Jangan bicara sembarangan, ayo cobalah untuk bertahan, aku akan sekuat mungkin menarik tanganmu!” Ririn berusaha menariknya sekuat tenaga untuk menolongnya. Namun alangkah gilanya nasib ini.

Ardina sudah berhasil hampir selamat, namun……

Aaaa…..

Kini bergantian kaki Ririn yang terpeleset karena tidak kuat menahan badan Ardina.

“Astaga Tuhan, kenapa sekarang malah Ririn yang terpeleset, seperti bertukar nasib saja,” kali ini Ardina yang menarik tangan Ririn sekuat tenaga. Tenaga Ardina sudah hampir habis.

Namun nasib baik masih berpihak pada mereka, Teman-teman mereka datang. Sepertinya mereka sudah mencari Ardina dan Ririn selama berjam-jam sejak hilang tadi sore.

“Aku yang akan manariknya, mundurlah!” perintah laki-laki itu yang tidak lain adalah Rizky calon suaminya sendiri.

Sekuat tenaga Rizky menarik tangan Ririn, orang-orang di belakang mereka harap-harap cemas karena melihat adegan menegangkan itu.

“Syukurlah, Ririn berhasil di selamatkan oleh Rizky, Ririn pasti ketakutan, dia menyelamatkanku tadi tapi malah dia yang terjatuh.” Ardina merasa bersalah dalam hatinya . Sejak insiden itu Ardina jadi berteman dekat dengan Ririn. Ardina mulai jatuh cinta kepada Rizky yang ternyata adalah pria yang baik hati. “Calon suami masa depanku, aku jatuh cinta padamu.” Kata Ardina dalam hati.

Ririn adalah anak yang pemalu dan pendiam namun dia bisa dikatakan cerdas, dia ternyata berasal dari keluarga miskin. Tapi semakin Ardina mengenal Ririn, dia adalah sosok wanita yang menyenangkan. Mereka bertiga akhirnya dekat dan bersahabat. Seluruh sekolah tau kalau Ardina dan Rizky sudah di jodohkan sejak kecil. Mereka merasa iri karena Ardina dan Rizky adalah pasangan serasi. Ririn di kenal sebagai sosok dayang di antara Ardina dan Rizky.

Persahabatan masih tetap berlanjut sampai ke perguruan tinggi. Kini setelah selesai menempuh pendidikan, mereka sekarang adalah pria dan wanita karir yang sudah dewasa dan cukup mapan. Ardina Siena Mariana sudah menjadi dokter bedah yang handal. Rizky Hadi Gunawan sudah menjadi dokter ahli penyakit dalam yang ahli di bidang pekerjaannya. Sementara Ririn Kemala Sari berprofesi sebagai seorang perawat.

Tahun ini, karena usia Ardina dan Rizky sudah cukup matang yaitu 24 tahun, pernikahan akan di gelar. Undangan sudah di sebarkan. Ardina merasa menjadi calon pengantin yang sempurna.

Malam ini seluruh keluarga sudah berkumpul di kediaman Ardina karena besok pernikahan akan di gelar. Ijab qabul dan resepsi akan di adakan di halaman rumah Ardina yang luas. Di sana sudah di buat pelaminan mewah beserta panggung pentas untuk menghibur para tamu undangan.

Ardina sama seperti pengantin yang lain, ia gugup menanti hari esok. Untuk mengusir kegundahannya, ia diam-diam pergi menemui Ririn sahabatnya karena dari tadi Ririn tidak membalas pesannya.

Keluar tanpa seizin keluarganya, Ardina menggunakan taksi untuk pergi ke rumah Ririn. Tiba-tiba Ardina meminta supir taksi itu memberhentikan taksinya tepat di depan sebuah taman kota yang kebetulan hari ini terasa sepi. Ia menangkap wajah dua orang yang di kenalnya tengah menangis seperti sedang mengucapkan salam perpisahan. Dia keluar dari taksi dan melangkahkan kakinya diam-diam. Ardina bersembunyi di belakang rumput taman yang tinggi.

“Maafkan aku Ririn, aku mencintaimu, tapi aku juga tidak bisa menyakiti Ardina, dia jodoh yang sudah di pilihkan orangtuaku, dia sahabat kita, aku pikir bisa mencari cara untuk pergi darinya, tapi aku semakin tidak bisa karena dia adalah wanita yang baik,” Rizky menangis ketika mengucapkan kalimat itu kepada Ririn sambil menggenggam tangan Ririn.

“Ini benar-benar rahasia besar, sejak kapan mereka punya hubungan sedekat itu ?” tanya Ardina dalam hati saking terkejutnya.

“Aku akan melepaskanmu Rizky, sudah cukup kita bermain di belakangnya, aku tersiksa selama ini membohonginya, anggaplah cerita cinta kita tidak pernah ada !” sungguh kalimat yang keluar dari mulut Ririn adalah kalimat keputus asaan.

“Meskipun aku mengenalmu jauh lebih lebih dulu dari mengenalnya, namun hati yang baik itu, tidak sanggup aku sakiti, aku bahkan tidak bisa berkata jujur padanya, kalau kau adalah kekasihku sejak kita SMP,” lanjut Rizky lagi.

“Jadi selama ini, aku lah orang ketiga di antara mereka, apakah perjodohan konyol ini sangat keterlaluan selama ini? jika mereka saling mencintai, lalu aku harus berada dimana? tapi pernikahan akan di adakan besok, keluargaku tidak akan kubiarkan malu !” Ardina tidak percaya apa yang ia dengar malam ini. Sungguh sakit hatinya. Apakah ini yang dinamakan cinta segitiga?

Mengalah

Semalaman Ardina berpikir tentang apa yang harus ia lakukan kedepannya, ia tidak bisa tidur, ia mencoba mencari solusi yang membuat semua pihak tidak dirugikan.

“Ah, kepalaku pusing, seperti film yang sad ending saja.” Ia mengacak-ngacak rambutnya. Ia mencoba menenangkan diri dengan mengotak-atik HP nya. Ardina reflex bangun dari perbaringannya di kasur pengantin nya yang menyedihkan.

Di bacanya sesuatu yang penting di HP nya itu. Apa ini jawabannya ? lalu Ardina mulai serius, entah apa yang dilakukannya dengan mengotak-atik HP nya itu. Setelah beberapa menit, Ardina lalu berbaring lagi. “Selamat tinggal rumahku !” katanya yang sudah mulai memejamkan matanya.

Pagi hari yang indah sudah menjelang, cuaca sangat sejuk dan penuh kebahagian. Di rumah itu masih terdengar riuh seperti kemaren. Ardina sudah bangun dan mandi. Ia duduk bengong di depan meja riasnya sambil menunggu perias pengantin datang untuk mendandaninya. Saat pintu terbuka, ternyata orangtuanya datang membawa masuk para perias pengantin itu.

“Anak Mama benar-benar cantik, semua pria yang menatapnya pasti langsung terpesona !” ujar ibu Ardina.

“Aku memang cantik Ma, tapi kecantikan ku tidak ada gunanya, bahkan calon suamiku sendiri mencintai wanita lain, aku sungguh malang,” dalam hati Ardina selalu berkata-kata untuk menghibur dirinya.

Ardina sudah selesai di rias. Sungguh memukau. Satu kata itu yang pantas untuk menggambarkan penampilannya sekarang. Ardina di iringi ibunya keluar menuju tempat Ijab qabul, sambil menunggu pengantin pria datang, Ardina mulai mengedarkan pandangannya untuk mencari Ririn, “apakah Ririn juga datang ?" tanyanya dalam hati.

Di lihatnya Ririn duduk di salah satu kursi dekat panggung dengan senyumnya. Senyum yang dibuat untuk menyembunyikan hati yang patah. Ardina menahan air matanya untuk jatuh. Dia tidak sanggup memandang wajah Ririn yang senang padahal sedang sendu.

“Awas saja kamu air mata sialan sampai jatuh !”. Ancam Ardina pada dirinya sendiri. Melihat para tamu sudah hampir datang semua , Ardina lalu berdiri dari tempat duduknya, ia menghampiri Ririn.

“Hei sahabatku, apa kamu tidak membawa kado istimewa untukku ?” tanya Ardina dengan menampilkan aktingnya yang membahana seakan ia tidak tau apa yang didengarnya semalam.

“Maaf Ardina, aku lupa, ya sudah, aku belikan dulu ya ?” Ririn kelagapan hendak pergi mencari kado istimewa untuk Ardina.

“Siapa yang minta kamu pergi ? ayo ikut aku !” Ardina menarik tangan Ririn ke atas panggung. Di dudukkannya Ririn di depan piano.

“Aku ingin hadiah terindah, mainkan piano ini sambil menyanyikan sebuah lagi !” pinta Ardina. “Selain kado ini, aku tidak ingin menerima hadiah yang lain, kamu kan sejak SMA sangat pandai bermain piano juga bernyanyi ?” tambah Ardina lagi.

Ririn memandang wajah Ardina beberapa kali lalu pandangannya beredar ke para tamu undangan juga orangtua Ardina. Mimik wajah persetujuan terlihat dari semua yang Ririn pandang. Akhirnya Ririn setuju dengan permintaan Ardina. Belum sempat Ririn memainkan pianonya, mobil pengantin pria sudah datang.

Orangtua Ardina menyambut pengantin pria yang keluar dari mobilnya bersama kedua orangtuanya. Rizky begitu terperanjak melihat Ardina dan Ririn bersama diatas panggung.

“Sayang, ayo kemari ! sahabat kita akan memberikan hadiah pernikahan terindah untuk kita hari ini,” ajak Ardina dengan suara lantangnya dengan menggunakan mic. Kedua orangtua Rizky memberi isyarat agar Rizky naik ke panggung. Lalu kedua orangtua mempelai duduk di tempat yang akan disediakan. Mereka akan menikmati permainan piano Ririn.

Rizky sudah sampai di atas panggung, Ardina lalu memegang tangan Rizky dengan senyum sandiwaranya. Ia memberi isyarat pada Ririn untuk segera memainkan pianonya. Jari jemari Ririn sudah mulai memainkan pianonya. Mengatur nafasnya untuk mulai menyanyi. Lagu yang di nyanyikan adalah lagu “Rossa – Bulan Di Kekang Malam”. Sungguh mengejutkan.

Lirik

Andaikan kabut

Tak menyulam hari

Hingga berlarut-larut

Andaikan hidup

Ada harapan

Mencintaimu

Sebagai bagian terindah di hidupku

Tak kubiarkan kau tak bahagia

Berjuta fatwa cinta yang ada

Mengantarkan ku pada kenyataan

Hatiku memeluk bayang-banyang

Ingin denganmu tapi tak bisa

Aku bukan aku yang dulu

Namun cintaku seperti dulu

Merelakanmu aku meresah

Bagai bulan dikekang malam

Mencintaimu

Sebagai bagian terindah di hidupku

Tak kubiarkan kau tak bahagia

Aku ikhlaskan segalanya

Walau cintaku lebam membiru

Sakit namun aku bahagia

Keterima segala takdir cinta

Lirik demi lirik yang di lantunkan Ririn dari mulutnya menggambarkan isi hatinya yang sebenarnya. Ririn sangat tegar sehingga berhasil menahan air matanya, tapi malah Ardina yang tidak kuat. Dari awal air matanya sudah tidak bisa tertahan. Semakin lama lagu itu di dengar, air matanya semakin banyak jatuh. Ia bahkan melepaskan genggaman tangannya yang memegang Rizky erat tadi.

“Apa ini yang dinamakan patah hati, apa ini yang dinamakan pengorbanan cinta, sungguh dramatis, mulai sekarang aku sangat benci jika di putarkan film cinta segitiga,” batin Ardina.

Air mata Ardina semakin deras saja jatuh, semua orang merasakan hawa yang berbeda disana. Apakah yang mereka bayangkan benar adanya ? hanya waktu yang menjawab. Melihat situasi yang tidak kondusif, orangtua Ardina memberikan isyarat agar Rizky membawa Ardina ke pelaminan lagi dimana penghulu sudah menunggu di sana. Saat Rizky ingin menarik Ardina, Ardina langsung bereaksi.

“Sudah cukup Rizky sandiwara cintanya ?” Ardina menangis deras.

“Ardina ?”

“Kamu mencintai Ririn, Ririn juga mencintai kamu, lalu aku harus berada dimana jika kalian saling mencintai ?” ucap Ardina tiba-tiba.

Duarr

Semua orang kaget

“Dari mana Ardina tau semua ini ?” pikir Rizky dan Ririn.

“Apa kalian tau ? aku seperti orang bodoh selama ini, jika saja kalian mengatakan dari awal, aku tidak mungkin sesakit ini, agar mama papa om dan tante tau, perjodohkan konyol ini hampir mematahkan hati sepasang kekasih yang saling mencintai ? ” Ardina makin menangis semakin keras saja sehingga membuat semua orang terdiam.

“Bukan kebahagiaan seperti ini yang aku inginkan, aku juga ingin dicintai dengan sepenuh hati, mungkin jika aku menikah dengan Rizky, dia memang bisa memperlakukan aku sebagai istrinya dengan baik, dan mungkin kalian menganggap bahwa cinta akan datang belakangan, tapi percayalah, menunggu cinta itu datang, sungguh membuat rumah tangga menjadi neraka !” lanjut Ardina lagi dan tentu saja membuat orang yang di sana tidak bisa berkata-kata lagi.

“Jika kalian ingin melihat anak kalian tercinta bahagia, biarlah dia yang memutuskan untuk menghabiskan bersama siapa sisa hidupnya nanti, kalian cukup mengamati mereka dari jauh karena kami sudah sama-sama dewasa !” Ardina mengeluarkan isi hatinya tanpa henti.

“Hari ini pernikahan akan tetap dilaksanakan, menikahlah dengan Ririn hari ini Rizky ! tidak akan ada lagi hari lain, cepat, sebelum aku berubah pikiran !” kata Ardina.

Ririn lalu berdiri dari tempat nya dan langsung memeluk Ardina dengan air mata yang akhirnya tumpah, Ririn hanya bisa menangis dalam kebisuannya, sungguh hatinya bahagia bercampur sedih. Rizky menatap kedua orangtuanya seakan bertanya, apakah saran Ardina bisa di terima oleh semua orang. Orangtua Rizky mengangguk. Ketiga sahabat yang berada di panggung tersebut langsung turun. Ardina turun dengan tangan sebelah kirinya memeluk Ririn yang menangis sedari tadi, dan tangan kanan nya menggenggam tangan Rizky tanda perpisahannya.

Ardina membawa dua sahabatnya itu duduk di depan penghulu. Dia duduk tepat di belakang mereka untuk menyaksikan dua insan itu bersatu.

“Sifat mu sangat terpuji anakku,” seperti itulah isyarat yang di perlihatkan kedua orangtua Ardina kepada anaknya.

Pelaminan itu hari ini di hiasi dengan tangis bahagia sekaligus patah hati, air mata tidak henti-hentinya berjatuhan, terlebih lagi setelah kata sah terdengar. Suasana semakin haru. Ardina menjadi saksi kehidupan bahagia dua sahabatnya itu.

Selesai acara mengharukan itu, Ardina sudah tidak terlihat lagi di sana, entahlah dimana Ardina, orangtuanya mencarinya kesana kemari tapi tidak ketemu. Mereka hanya menemukan secari kertas bertulisan salam perpisahan Ardina.

Dear : Mama dan Papa Tersayang

Terima kasih sudah menjadi orangtua yang baik untukku, terima kasih karena selalu memikirkan kebahagiaanku, keputusan yang aku buat sungguh sangat sulit. Bohong jika aku berkata baik-baik saja, bohong jika aku berkata aku tidak mencintai Rizky, aku begitu mencintainya tapi cinta Ririn lebih besar dari cintaku padanya. Aku relakan mereka bersama dengan mematahkan hatiku berkeping-keping, kebahagiaanku di sini sudah hancur lebur, aku ingin menenangkan diri, aku pergi ke tempat yang sangat jauh dari kalian, maafkan aku, aku pasti kembali.

From : Anak mu Ardina

Surat itu menyatakan bahwa Ardina pergi sangat jauh untuk mengobati hatinya. Orangtua nya pun tidak tau dia pergi kemana.

Kehidupan Baru

Jakarta

Sebelum Ardina pergi dari rumahnya karena batal menikah, dia sudah mengirim surat pengunduran dirinya di rumah sakit tempatnya bekerja di Bandung dulu, ia pergi ke Jakarta dengan membawa semua ijazahnya, baju-baju hanya sedikit yang ia bawa. Bahkan ia juga mengganti nomor HP nya. Ia juga sudah mengirim lamaran pekerjaan di salah satu rumah sakit swasta terbesar di Jakarta. Selama di Jakarta ia akan tinggal di sebuah kontrakan kecil. Ia berharap rasa sakit hatinya akan segera sembuh agar dia bisa pulang.

Sambil menunggu panggilan wawancara terakhir ia mengisi hari-harinya dengan jalan-jalan menyusuri daerah-daerah yang bagus di Jakarta, ia merasa perlu beradaptasi dengan lingkungan barunya. Terutama malam ini, malam ini adalah malam minggu, ia berniat akan pergi ke pasar malam yang tidak jauh dari kontrakannya. Di pasar malam, ia ingin menghibur diri dengan uji nyali masuk ke permainan rumah hantu.

Ardina begitu gembira dan terhibur ketika masuk ke permainan itu. Di tengah kegembiraannya ia terkejut tiba-tiba kobaran api masuk ke permainan rumah hantu itu. Ternyata di malam yang indah ini malah terjadi hal yang begitu tidak di inginkan. Malam ini sebuah kejadian tragis tengah menggemparkan masyarakat sekitar pasar malam, pasar malam besar itu tiba-tiba saja terbakar. Kobaran apinya begitu besar membuat setiap pengunjung lari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri masing-masing.

“Tolong…tolong….apa ada orang yang mau menolongku ! tolong….” teriak Ardina yang tengah ketakutan, gadis berusia 24 tahun ini sedang terjebak di permainan rumah hantu, ia tidak bisa keluar karena semua jalan keluar terblokir oleh api.

“Mama Papa, apa Ardina malam ini akan mati ? hiks…hiks…apa orang-orang rumah bakalan tau aku akan mati malam ini…hiks…hiks…sudah batal menikah, eh mati sia-sia ? kenapa hidupku begitu malang, hiks…” Ardina hanya bisa menangis.

Brak…

“Apa ada orang di dalam ?” teriak seorang pria.

“Ada orang mas, aku disini !” Ardina senang ada orang yang mau menolongnya.

“Jangan bergerak sedikitpun sebelum aku sampai di situ ! hati-hati api makin besar !” teriaknya lagi.

“Iya mas…” teriak Ardina.

Pria itu dengan hati-hati melewati kobaran api. Dengan memanfaatkan celah-celah kecil, sedikit demi sedikit dia berjalan ke arah Ardina. Sampai akhirnya dia tiba juga di dekat Ardina.

“Kamu jangan menangis ! sudah dewasa kok masih menangis ?”

“Terima kasih mas sudah mau datang menolong aku ?” Ardina masih menangis.

“Teriakan kamu itu kencang sekali sampai terdengar dari luar rumah hantu ini ! untung aku masih punya hati buat menyelamatkan kamu, ayo pegang tanganku ! jangan sampai salah langkah ! sedikit saja kita lengah dari api, kita berdua akan mati terpanggang di sini, aku tidak mau ya mati malam ini, besok aku mau nikah,” ucap pria itu yang tidak lain adalah Damar.

“Aku juga tidak mau mati mas…” Ardina masih menangis.

Damar pun menuntun Ardina pelan-pelan keluar dari permainan rumah hantu itu. Akhirnya mereka tiba juga di pintu keluar. Ardina masih bisa melihat bahwa orang-orang masih berlarian kesana kemari saking paniknya.

“Besar sekali ya mas apinya ? ayo kita keluar dari areal ini mas, kita berdua tidak boleh mati malam ini !” tanpa basa-basi lagi Ardina langsung menarik tangan Damar membawanya keluar dari pasar malam. Malam itu meskipun nyawanya hampir saja melayang namun Ardina begitu bahagia. Tanpa Damar sadari di tengah-tengah langkah lari mereka, Ardina tersenyum kearahnya. Akhirnya mereka berhasil keluar juga dari areal pasar malam yang terbakar.

Mereka berdua masih ngos-ngosan.

“Terima kasih ya mas sudah menyelamatkan saya ?” ucap Ardina.

“Sama-sama, aku mau pergi dulu, urusan kita sudah beres kan, kamu juga sudah aman sekarang, aku harus pulang, besok aku mau nikah,” Damar lalu pergi meninggalkan tempat itu.

“Mas namanya siapa ?” Ardina mengikuti Damar.

“Kamu tidak perlu tau namaku siapa karena setelah ini kita tidak akan ketemu lagi !” ucap Damar

“Tapi aku mau tau nama mas,” kata Ardina kekeh.

“Jangan mengikuti aku lagi ! sudah sana pergi !” Damar akhirnya sampai di dekat mobilnya. Dia mengusir paksa Ardina. Setelah masuk ke dalam mobilnya, iapun langsung meninggalkan tempat itu dengan menancap gas.

“Kalau kamu tidak mau memberi tau namamu maka aku yang akan cari tau sendiri…” teriak Ardina. Tentu saja teriakan itu tidak di dengar Damar karena mobil Damar sudah jauh.

“Terima kasih karena sudah menyelamatkan aku…” teriak Ardina lagi.

“Ternyata di Jakarta masih ada orang baik juga, aku kira penghuni di ibukota semuanya acuh dan saling tidak perduli, aku berhutang nyawa padanya, kalau aku sudah tau namanya, aku akan membayar hutangku itu,” ucap Ardina tersenyum.

Malam ini Ardina senang bisa lolos dari musibah, setelah memastikan mobil Damar sudah sangat jauh, Ardina pun pulang ke kontrakannya.

Damar yang malam ini iseng jalan-jalan ke pasar malam untuk membuang rasa geroginya karena besok akan menikah malah membuatnya marah-marah sendiri. Kejadian di pasar malam tadi membuatnya kesal. Bahkan di dalam mobilnya ia masih merasa kesal.

“Apes banget sih malam ini, harusnya kan aku senang-senang di pasar malam itu, eh malah hampir mati, ngapain juga aku berusaha menyelamatkan cewek itu, kayanya kadar kebaikanku banyak banget deh, coba kalo aku mati tadi pasti gak bisa nikah deh besok,” gumam Damar.

Drutt…drutt…

HP Damar berbunyi, di lihatnya di layar, ternyata Candra yang menelpon. Damar pun langsung mengangkatnya.

“Hallo Can ?” ucap Damar.

“Lo ada dimana sekarang ? gue ada di apartemen lo tapi lo gak ada, di rumah nyokap bokap lo juga gak ada, jangan bilang lo ada di rumah Marsha ? jangan bilang lo udah gak sabar malam pertama sama dia ?” ucap Candra dari seberang telpon.

“Sembarang banget sih lo ? gue cowok baik-baik woy, gue gak sebejat itu,” protes Damar. Kalau Damar berbicara dengan Candra pasti logat santainya tidak bisa ia tahan.

“Jangan ngaku jadi cowok baik-baik deh lo, kita berdua juga sama-sama tau kalo Marsha mau nikah sama lo karena lo paksa, hahaha,” ejek Candra.

“Jangan ngomong ngawur lo ! itu salah satu perjuangan gue buat mendapatkan dia,”

“Sama aja itu namanya memaksa, coba lo pikir deh, lo manfaatin perusahaan bokapnya yang hampir bangkrut, lo suntik dana 1 triliun dengan syarat Marsha harus mau nikah sama lo, apa coba namanya kalo gak memaksa ?”

“Itu karena gue suka sama dia, lo liat aja entar, gue bakal bikin dia klepek-klepek sama gue !”

“Emang lo bisa ? asal lo tau aja ya ! Marsha itu udah punya pacar, mana pacarnya lebih muda dari lo lagi, hahaha,” ejek Candra lagi.

“Gue bakal bikin dia lupa sama mantannya, udah deh, males gue denger ocehan lo, sebentar lagi gue bakalan sampai di apartemen nih !”

“Oke gue tunggu !”

“Iya iya bujang lapuk,” Damar langsung mematikan sambungan telpon sepihak.

Kata-kata terakhir Damar sebelum telpon tadi di tutup membuat Candra kesal.

“Mentang-mentang besok dia sudah punya istri dan aku masih jomblo sembarang saja mengatakan kalau aku bujang lapuk ? kalau bukan teman sekaligus atasan, sudah aku bejek-bejek tuh orang,” gerutu Candra.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!