by
Bab 1
"Aku merelakan hidupku, jiwaku bahkan waktuku hanya untuk membuat Keluargaku bahagia. Namun yang aku dapatkan ada sebuah Luka yang dalam dari orang-orang terdekatku ."
~Dea Amelia Wijayanto~
.
.
.
.
Bruuuuuuk
Brakk !!!!
Mobil merah sport terjungkir balik dan terseret cukup jauh. Orang-orang berdatangan melihat ke adaan pengemudi. Beberapa mobil berhenti untuk menyaksikannya.
Ada yang mengambil foto mobil mewah yang ringsek itu. Ada juga yang menelpon mobil Ambulan. Beberapa lelaki mencoba membuka pintu mobil yang begitu sulit untuk di buka.
"Wah! Dia begitu parah."
"Pintunya tak mau terbuka."
"Berapa lama lagi ambulan nya datang."
"Nona ! Kau mendengar kan aku? Buka pintunya nona."
Itulah yang terjadi di luar sana. Wanita cantik dengan rambut ikal tak terurus itu hanya merintih. Kepalanya begitu sakit dengan posisi kepala yang berada di atas stir.
"Aku tak mau hidup lagi. Tuhan aku mau mati ! Tolong ambil nyawaku. Andai kan aku bisa kembali hidup umur tujuh belas tahun aku pasti akan memilih jalan yang berbeda. Bin! Maafkan Mama!"
Itulah kata yang di ucapkan Dea sebelum menutup mata dengan rapat. Kepalanya berdarah, beberapa bagian tubuhnya lecet. Saat itu bunyi kaca pecah terdengar jelas. Dea telah menghilang dari dunia yang begitu kejam itu.
2 minggu kemudian
"Ma! sampai kapan Mama akan tidur terus,hem. Bintang merindukan Mama!" Ucap Sang anak menggenggam tangan Dea dengan erat.
Tak ada jawaban dari sang Ibu. Yang ada hanyalah bunyi alat detak jantung yang berdetak normal. Lelaki tampan berumur tiga puluh tahun itu hanya duduk di Sofa menyenderkan punggung belakang nya. Ia menatap ke arah sang Putri dengan ekspresi sedih.
Selama dua minggu sang putri tak ingin sekolah. Bahkan Lucas telah membujuk, sampai membentak bahkan mengancam sang putri untuk sekolah. Namun sang anak keras kepala, ia tak ingin pergi dari sisi sang Ibu.
"Bagaimana jika aku pergi Mama juga pergi Papa? Izinkan aku selalu di sisi Mama. Bintang mohon Pa!"
Itulah jawaban yang Lucas dapat dari bibir sang putri dengan tangisan. Ke dua keluarga mengizinkan Bintang tetap berada di rumah sakit. Dan mengundang guru khusus agar Bintang tak ketinggalan pelajaran sekolah nya.
Lucas berdiri dari duduknya dan melangkah mendekat ke arah ranjang sang Istri. Entah apa yang di rasakan oleh Lucas tak ada yang tau. Wajahnya terlalu datar dan tak mudah di tebak. Membuat banyak orang yang tak dapat melihat dengan jelas apa isi hati dari tuan muda Sandoro itu.
"Bintang sudah makan?" Tanya Lucas dengan suara pelan pada sang putri.
"Belum Pa!"
"Makanlah dulu, Papa yang akan menjaga Mama mu." Ucap Lucas membelai surai kecoklatan Bintang.
"Tap.."
"Jangan membantah Bi! Papa tak suka jika Bintang menjadi anak yang suka membantah perkataan orang tua," peringat Lucas masih dengan nada yang sama.
Bintang mendesah lalu melepaskan genggaman tangannya dari sang Ibu. Ia berdiri dari kursi di samping tempat tidur Dea. Ia melangkah keluar dari kamar inap Dea menuju lantai dasar.
Lucas menarik tempat duduk lalu mendudukkan tubuhnya di samping ranjang Dea.
"Sampai kapan kau akan tidur seperti ini. Apa kau tak kasihan dengan Bintang. Maafkan aku! Aku tak bisa mencintaimu dan maaf soal surat perceraian itu," Ucap Lucas dengan suara yang begitu dingin.
Masih tak ada jawaban dari Dea. Wanita Cantik itu masih menutup rapat ke dua matanya. Bibir yang selalu terlihat merah itu kian memutih.
Tiiiiiiin !!!!!
Lucas terkejut dengan bunyi alat detak jantung yang berbunyi nyaring. Dengan cemas Lucas menekan tombol merah di atas tempat tidur. Tak butuh waktu lama, para Dokter datang dan masuk ke dalam kamar Inap Kelas VVIP itu.
"Tuan Lucas mohon keluar dahulu," pinta sang suster dengan lembut dan Sopan.
Lucas menganguk dan keluar dari ruangan. Lucas menatap nanar kamar inap sang istri. Bintang datang dengan nafas memburu ia menatap sang Ayah dengan pandangan tak terbaca.
"Ada apa dengan Mama, Pa?" tanya Bintang pada Lucas yang terdiam.
"Papa!" pekik Bintang dengan keras.
Air mata Bintang tak terbendung lagi. Ia menangis namun masih memukul kaki sang Ayah karna tak mendapatkan jawaban dari mulut sang Ayah. Anak berumur enam tahun itu begitu takut ke hilangan sang Ibu.
Hanya Dea yang ia punya, meski Lucas sayang padanya. Namun kasih sayang Lucas tak terlalu terlihat. Bintang berlari dengan tangga dalurat saat ia mendengar ruangan sang Ibu di sebut sedang dalam ke adaan dalurat.
"Bi! Ada apa sayang?" seru sang nenek melihat Bintang memukul kaki sang menantu.
"Lucas! Apa yang sedang terjadi?" tanya sang kakak Ipar melihat wajah tegang Lucas.
Tak ada jawaban dari bibir Lucas. Lelaki imut itu terlalu terkejut mungkin dengan apa yang terjadi. Mama Mutia mengendong Bintang yang terlihat murka namun dengan air mata yang tergenang di kedua pipi nya.
"Mama mu pasti baik-baik saja sayang." Ucap Mama Dea dengan menepuk-nepuk pelan pungung sang Cucu.
KLIK
Bunyi pintu terbuka memperihatkan wajah lelah Dokter dan Suster keluar dari ruangan Dea. Semua orang yang ada di sana menghampiri sang Dokter.
"Bagaimana ke adaan putri saya Dok?" tanya Ani dengan wajah khawatir.
"Syukurlah nyonya Sandoro sudah melewati masa kritisnya." Jawab Sang Dokter dengan wajah lega. " Namun ada masalah dengan otaknya. Nyonya Sandoro mengalami amnesia. Ia merasa bahwa ia masih berumur tujuh belas tahun. Dalam kata lain ia kembali pada ingatan saat ia berumur tujuh belas tahun. " Jelas sang Dokter lagi.
Para orang dewasa terdiam mendengar perkataan Sang Dokter.
"Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya Dok?" Tanya Mutia.
"Kami belum bisa memastikannya saat ini. Hanya saja kita hanya bisa mematau perkembangan Nyonya Sandoro lebih lanjut lagi," jelas Sang Dokter.
Hanya helaan napas letih yang terdengar dari orang-orang dewasa. Bintang hanya menatap mereka dengan pandanggan tak mengerti. Dokter itu pamit tingallah mereka yang berada di luar.
"Ayo masuk." Titah Ani sambil mengendong sang cucu.
Lucas dan Mutia mengangukan kepalanya mengikuti Ani dari belakang. Senyum Bintang melebar dan menghapus kasar air matanya saat melihat mata bulat sang Mama telah terbuka.
"Mama!" Teriak Bintang sambil memberontak turun dari gendongan sang Nenek langsung menuju kasur Dea
"Siapa kau anak manis. Aku bukan Mama mu, aku ini masih gadis tau." Ucap Sohyun sambil melepaskan pelukan Bintang dari tubuhnya yang bersandar pada ranjang rumah sakit.
Bintang terdiam melihat bagaimana sang Ibu menolak pelakannya.
"Bunda!" Seru Dea dengan suara manja.
Mutia dengan cepat mengendong Bintang dan membawanya keluar dari kamar Dea. Ia yakin Dea butuh waktu apa lagi setelah apa yang terjadi. Bintang memberontak bahkan memukul leher Mutia meminta di turunkan.
Lucas yang membeku menatap ke arah Dea yang terlihat binggung.
"Eh! Bunda kenapa dia ada di sini, siapa Paman itu?" Tunjuk Dea saat ia melepaskan pelukan sang Ibu.
"Dia suamimu."
"Apa?" Dea terpekik mendengar jawaban sang Ibu.
"Oh! Ayolah Bunda. Aku ini masih berumur tujuh belas tahun. Bagaimana bisa aku punya suami. Dan apa Bunda juga akan berkata jika anak tadi adalah anakku." Keluh Dea dengan wajah tak mengerti.
"Bunda tak bercanda Sayang. Kau sudah menikah dan umur mu sudah dua puluh tujuh tahun," ujar Ani, namun Dea mengeleng tak terima lalu menjerit saat kepalanya berdenyut nyeri.
Lucas dengan panik membantu membaringkan Dea yang tak sadarkan diri. Nyonya Wijayanto kalang kabut saat beberapa Suster masuk ke dalam kamar.
.
.
.
.
.
"Aku bukanlah Istrimu . Dan kau Ajhusi mesum pergilah dari kamarku saat ini juga"
~Dea Amelia Wijayanto.
"Mama! aku merindukanmu yang dulu." ~Bintang Sandoro.
"Maafkan kesalahanku namun jangan membencinya putri kita. Karna yang salah adalah aku bukan dia."
~Lucas Sandoro.
Bab 2
"Entah kenapa aku merasa benci dan hatiku terasa perih saat melihat wajahnya. Apa yang sebenarnya aku lupakan? Hinga aku tak ingin mengingatnya."
~ Dea Amelia Wijayanto~
.
.
.
.
.
Sudah satu minggu Dea keluar dari rumah sakit. Ke adanya sudah membaik. Ia terlihat menatap pantulan wajahnya di kaca rias kamarnya. Ia tak lagi satu ranjang dengan sang suami.
Dea yang meminta dengan gigih. Ia tak bisa menerimanya saat ini. Dan Dokter menyarankan jangan memaksa jika Dea tak ingin. Karena itu bisa berakibat fatal bagi ke sehatnya.
"Jelek sekali aku? Gaya rambut apa ini. Kriting seperti mie instan saja. Dan lihat lah kulit wajahku yang tidak terawat ini." Keluh Dea memegang rambut dan wajahnya.
Dea sudah bertekad ia akan mencoba memulihkan ingatannya. Ia tak peduli mau umur berapa ia saat ini. Karena yang ia inginkan adalah ia tampil cantik seperti saat ia berumur tujuh belas tahun. Dea yang cantik dan penuh pesona.
Dea keluar dari kamarnya ia berpapasan dengan anak perempuan yang mengaku sebagai anaknya. Anak perempuan yang baru ia ketahui bernama Bintang itu memeluk perutnya dengan kuat.
"Mama mau kemana?" Tanya Bintang dengan suara sedikit teredam karena wajahnya tengelam di perut rata Dea.
Dea melepaskan pelukan Bintang dengan sedikit kasar. Lucas yang baru pulang dari kantor tak sengaja melihat perlakuan kasar Dea pada sang putri.
"Kau bukan putriku, aku baru berumur tujuh belas tahun. Jadi jangan Panggil aku Mama. Dan ingat satu hal, aku yakin Papamu itu menjebak ku dalam sebuah pernikahan. Dan aku berani bertaruh seratus persen kau anaknya bukan anakku." Ucap Dea tampa perasaan.
Bintang terdiam mendengar perkataan sang Ibu. Lucas melangkah terburu-buru mendekati ke duanya. Hati Lucas terasa nyeri mendengar dengar penuturan Dea.
Saat melihat Lucas mendekat Dea melangkah pergi dari ruang tamu menuju pintu keluar. Lucas mengusap air mata sang putri dengan menyamakan tinggi tubuhnya.
Namun Bintang menepis tangan Lucas. Membuat Lucas terdiam dengan apa yang baru saja ia dapatkan dari sang putri.
"Jangan menyentuhku, ini semua karena Papa !" Pekik Bintang marah lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya
Lucas mendesah letih. Ia menatap tangga yang di lalui sang putri dengan wajah sedih. Angab saja ini semua adalah ke salahnya. Namun tak bisakah Tuhan tak mengikut sertakan putrinya. Ia tak kuat melihat putrinya menderita begitu. Biarkan saja ia menderita tidak untuk sang putri.
Sedangkan di lain tempat Dea tengah bersantai di sebuah salon. Ia meluruskan rambut keritingnya. Dan mewarnainya dengan warna hitam legam. Jangan lupakan wajahnya yang tengah di pijet dengan beberapa herbal mahal.
Selesai dengan wajah dan rambutnya. Dea memasuki butik membeli baju bagus. Dimana ia membeli gaun dan dress yang cantik. Seperti mana ia pernah ia beli dulu.
Wanita yang mengaku gadis itu merasa terkejut saat melihat penampilan bahkan bajunya yang terlihat seperti Ibu-ibu. Dea keluar dengan penampilan yang berbeda. Ia begitu cantik dengan penampilan barunya.
Dea memasukan seluruh belanjaannya di jok belang mobilnya. Namun kegitannya berhenti saat melihat gadis cantik dan lelaki yang sangat ia kenal.
"Kakak!" Seru Dea lantang lalu berlari kecil menuju ke arah dua orang yang ia kenal.
Dea langsung memeluk lelaki tampan itu. Membuat ke dua orang yang awalnya tertawa itu membeku di tempat.
"Aku merindukanmu sayang." Ucap Dea dengan senyum lebarnya.
Mark dan Somi terdiam dengan apa yang terjadi dan apa yang mereka dengar. Dea melepaskan pelukannya pada Mark lalu memeluk Somi dengan erat.
"Aku juga merindukanmu De!"
Somi membalas pelukan Dea dengan air mata yang berlinang. Ia bahagia Dea memeluknya. Dimana ia tak pernah lagi merasakan pelukan Dea selama lebih dari tujuh tahun lamanya.
"Aku pun." Jawab Somi.
Dea melepaskan pelukannya ia menatap ke duanya bergantian.
"Kalian tau aku amnesia, dan lebih buruk nya katanya aku hanya mengingat ingatan waktu umurku tujuh belas tahun. Tapi jika begitu apa Kakak Mark tetap kekasihku atau aku sudah putus denganmu Kak?" Tanya Dea menatap wajah Mark menuntut penjelasan.
Sebagai mana ia tau Lelaki berdarah Thailan-America itu adalah kekasihnya yang sangat ia cintai. Jika ia benar-benar di jebak berati hubungannya dengan Mark bisa di Lanjut kan.
"Aku.."
"Kakak Mark tentu saja masih Kekasihmu Dea. Hanya saja kau menikah Karna perjodohan. Kalian masih bersama." Ucap Somi dengan berdusta.
Wajah yang awalnya terlihat murung langsung saja berubah jadi ceria. Mark menatap Somi dengan pandangan bertanya. Namun Somi seakan mengatakan biarkan saja agar Dea bahagia.
"Heh! Benar kita masih bersama di belakang sumimu." Ucap Mark pada akhirnya.
"Ternyata benar dugaanku." Ucap Dea.
Ke tiganya memilih meneruskan obrolanya di caffe yang mereka sukai dulu. Dea menceritakan apa yang terjadi padanya tampa ada yang di tutup-tutupi. Keduanya malah sebaliknya, Mark dan Somi malah merangkai kebodohan untuk membahagikan Dea.
👏 👏 👏
Dea tak henti-hentinya tersenyum saat keluar dari kamar mandinya. Ia tersenyum lebar saat mengingat Mark mencium bibirnya saat lelaki itu mengantarkan dirinya. Memang ke duanya memakai mobil yang berbeda. Ia ingin Dea pulang dengan selamat.
"Astaga!" Pekik Dea saat ia sadar dari lamuannnya. Di atas tempat tidur Lucas menatapnya dengan nyalang.
"Apa yang Paman lakukan di kamar ku, huh!" Pekik Dea kesal.
Lucas berdiri dari duduknya melangkah ke arah Dea. Membuat Dea mau tak mau memundurkan langkah nya.
"Hei! Jangan mendekat pada ku Paman!" Teriak Dea.
Namun Lucas tak peduli lelaki itu mendorong tubuh Dea sampai pungung Dea menabrak dinding belakang tubuhnya. Ke dua tangan Dea terkunci ke atas.
"Kenapa kau berciuman dengan lelaki lain Dea Amelia Sandoro." Ucap Lucaa dengan suara dingin.
"Jangan seenaknya merubah namaku tuan. Dan asal kau tau kau hanya suami di atas kertas. Jadi jangan melarangku! Dia adalah kekasihku jadi dia berhak menciumku."
"CK ! Keparat." Maki Lucas dengan rahang mengeras.
Dea terkejut dengan makian Lucas. Lelaki imut itu ******* bibir Dea dengan kasar. Membuat Dea meronta dalam cekalan Lucas. Dengan sengaja Lucas. mengigit bibir bawah Dea membuat Dea terpekik dalam ciuman kasar Lucas.
Lelaki itu tak menyianyiakan ke sempatan yang ada. Dengan cepat ia memasukan lidahnya ke dalam mulut Dea. Dea tak putus asa ia menginjak kaki Lucas dengan kasar. Ciuman Lucas terlepas, cekalan tangan Lucas pun ikut terlepas.
Dea mendorong Lucas dengan kuat. Ke dua mata bulat itu menatap tajam ke arah wajah Lucas yang meringis.
"Keluar kau dari kamar ku ! Dasar lelaki mesum." Ucap Dea dengan mendorong tubuh Lucas keluar kamarnya dengan kasar.
Bintang yang berada di luar kamar Dea yang berniat menyapa Dea terdiam saat Dea membuka pintu dan mendorong keluar sang Ayah.
"Dan kau jangan berani-beraninya masuk ke dalam kamar ku." Tunjuk Dea pada Bintang dan Lucas.
Lalu Dea menutup pintu kamar nya dengan kencang. Membuat Bintang menatap sang Ayah dengan pandangan kecewa. Lagi-lagi papa nya membuat ia tak memiliki ke sempatan untuk berbicara dengan sang Ibu.
Bintang melangkah terburu-buru meninggal Lucas yang mematung di luar kamar Dea. Dea merasa hatinya perih saat melihat ekpresi anak yang mengaku sebagai anak kandung nya itu.
Yang menjadi pertanyaan Dea saat ini adalah. Apa benar anak perempuan itu adalah anaknya. Namun bagaimana bisa? Bukankah ke duanya tak saling cinta. Lalu bagaimana bisa ia memiliki anak tampa rasa Cinta.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Dea lirih entah pada siapa.
"Apakah semuanya berawal sudah salah hinga semuanya menjadi sekacau ini. Aku memang bersalah dan aku akui itu ."
~Lucas Sandoro~
.
.
.
Gadis Cantik dengan gaun selutut berwana merah dengan bahu terbuka dan rambut di rangkai berbentuk jalin kebelakang. Wajah di polesi make up begitu natural. Membuat ia terlihat begitu cantik dan begitu elegan.
Riuh dari canda tawa ke dua keluarga menghiasi meja makan di sebuah retoran Jepang. Keluarga Sandoro dan Keluarga Wijayanto terlihat begitu harmonis. Bukan hanya urusan kerja semata namun karena kedua keluarga besar itu sudah bersahabat dari kecil.
"Wah Dea dan Mutia terlihat begitu cantik ya," puji nyonya Sandoro menatap ke dua gadis cantik berbeda umur itu.
Ibu dan Ayah ke dua gadis itu tergelak mendengar pujian calon besan mereka. Dea dan Mutia hanya tersenyum manis mendengar pujian nyonya Sandoro. Sedangkan Lucas hanya diam mendengar kan pembicaraan ke dua orang tuanya.
"Sudah saatnya kita membicarakannya karena putraku sudah hadir bersama kita di sini," ujar tuan besar Sandoro memulai pembicaraan.
"Ya benar. Ini sudah saatnya karena Lucas telah lulus kuliah Bisnis di Jepang. Dan putriku juga sudah matang untuk itu," timpal tuan Sandro dengan wajah bahagia.
Lucas menatap ke arah sang ayah dengan pandangan was-was. Entah kenapa hatinya merasa tak enak. Entah apa yang akan di katakan oleh sang ayah.
"Lucas!" Anto Sandro menatap sang putra sebelum beralih pada gadis cantik di depannya."Kau dan Dea, kami jodohkan. Dan bulan besok kalian berdua akan segera menikah." Jelas Anto lagi dengan senyum lebar bersama Budi Wijayanto dan kedua istri mereka.
"Apa???!" Pekik Keduanya.
"Wah kalian kompak sekali," goda Ana dengan suara tawa di ikuti yang lainnya.
"Papa! Aku tidak bisa." Jawab Lucas langsung berdiri.
"Lucas!" Pekik tuan Sandoro yang terlihat tak suka dengan ketidak sopanan sang putra tunggal.
Lucas sama sekali tak mengindahkan pekikan tuan besar Sandoro. Ia langsung pergi dari tempat makan. Terlihat jelas Anto marah-marah dan berteriak memangil Lucas agar kembali. Namun Lucas malah semakin menjauh.
Dea hanya diam melihat apa yang terjadi. Mutia berdiri dari duduknya berpamitan lalu mengejar Baekhyun. Karena keduanya sudah bersahabat cukup lama.
"Sudahlah sayang. Jangan marah-marah nanti darah tingginya kambuh." Ucap Santi mengusap punggung belakang sang suami.
Sedangkan Anto menatap ke arah sang Sahabat dengan mengembangkan senyum hangatnya.
"Sudahlah, Anto. Lucas pasti syok hinga ia bertindak seperti itu," ujar Anto menenangkan sahabat nya.
"Iya, kami tau jika Lucas adalah lelaki yang baik," kini giliran Ani yang menimpali perkataan sang suami.
Dea hanya mampu menatap ke dua orang tuanya bergantian. Lalu menatap ke arah jalan keluar Lucas. Lelaki yang sudah di anggap sebagai kakak kandungnya sendiri. Dea tak pernah menaruh hati lebih pada Lucas.
Acara pernikahan tetap terjadi meski Lucas menolak. Namun entah kenapa pada akhirnya Lelaki imut itu menyerah dan menikah dengan Dea.
Pernikahan yang ke duanya jalani begitu dingin. Lucas yang awalnya begitu baik berubah menjadi lelaki yang dingin pada Dea. Tak ada tatapan kasih sayang di ke dua mata Lucas. Namun yang ada di sana adalah tatapan mata kebencian.
Ke duanya duduk saling berhadapan saat makan malam di villa Lucas yang berada di Bali. Dea menundukkan kepalanya karena merasa risih dengan pandangan mata Lucas yang menusuk.
"Kau tau bukan aku dan kau terpaksa menikahi mu," ujar Lucas dengan suara dingin.
"Ya, aku tau Kak!" balas Dea dengan nada lemah
"Dan aku berharap kau tak akan menyusahkan aku dengan banyak menuntut. Kau jalani saja hari-hari mu seperti biasanya. Dan ingat satu hal jangan pernah melanggar batas mu, De!" peringat Lucas dengan intonasi datar.
"Aku mengerti, Kak!." Jawab Dea untuk ke dua kalinya dengan suara pelan.
"Bagus." Tutur Lucas lalu meletakan sumpit di atas meja makan dan melangkah pergi meninggalkan meja makan.
Dea hanya menatap nanar hidangan yang terletak di atas meja. Sudah satu minggu keduanya berada di Bali. Selama satu minggu Dea merasa begitu hampa.
"Jika kau tak bisa melihat aku sebagai wanita setidaknya sayangi aku seperti adikmu, Kak!" lirih Dea dengan lelehan air mata.
Akhirnya Dea mengeluarkan gumpalan rasa sesak di dadanya. Ia tak suka dengan perlakuan Lucas padanya. Meski lelaki itu tidak kasar padanya namun sikap dingin Lucas benar-benar menyiksanya.
Selesai membereskan meja makan Dea melangkah masuk ke dalam kamarnya. Kamar Dea dan Lucas terpisah karena itu keinginan Lucas.
Dea meraih kotak yang ia letakan di dalam laci meja nakas. Ia membuka dan meraih sebuah foto dimana di sana ia memeluk kekasih yang ia cintai. Dea membelai foto yang penuh kebahagian itu dengan air mata.
Rasa sesak itu datang lagi. Mark lelaki yang menjalani kisah Cinta bersamanya . Mereka menjalin kasih selama tiga tahun namun harus kandas karena orang ketiga.
Dea mencoba merelakan hubungan yang telah menghilang itu. Membangun hubungan baru dengan sang suami. Meski ia tau jika Lucas tak akan pernah memberikan Cinta padanya.
"Tia!" Racau Lucas masuk ke dalam kamarnya dengan wajah memerah.
Dea berdiri dari duduknya menatap Lucas yang terlihat mabuk.
"Kakak!" Panggil Dea yang tak tau harus berkata apa lagi.
"Tia maafkan aku." Racau Lucas melangkah lalu memeluk tubuh Dea dengan erat membuat tubuh Dea menegang.
Bau Alkohol di tubuh Lucas tercium begitu kental. Lelaki itu sepertinya mabuk. Dea mencoba melepaskan pelukan Lucas yang begitu kuat. Namun Lucas malah mendorong nya dengan kencang hinga ia jatuh di atas tempat tidur. Bingkai foto yang Dea pegang terlepas hinga kaca berhamburan keluar dari tempat nya.
Lucas dengan cepat menindih tubuh Dea. Membuat Dea ketakutan, dengan kasar Lucas ******* bibir Dea. Dea mengunakan ke dua tangannya memukul dada bidang Lucas.
Namun ke dua tangannya malah di cekal di naikan ke atas kepalanya. Lucas melepaskan pagutaan bibir Dea. Membuat Dea meraup oksigen dengan rakus.
"Kita akan bersatu Tia," ucap Lucas dengan nada berat.
"Kakak Lucas! Ini aku, Dea bukan Tia. " Ucap Dea mencoba menyadarkan Lucas menahan tangan Lucas.
Namun usahanya tak membuahkan hasil. Lucas kembali mencium bibir Dea dengan kasar. Malam penyatuan yang tak di harapkan oleh Dea terjadi begitu saja.
Pagi hari menyingsing, matahari terlihat mengintip di celah jendela kaca. Membuat Lucas merasa terganggu oleh cahaya yang masuk.
Mata Lucas menggerjab beberapa kali. Keningnya berlipat dengan sedikit rintihan karena kepalanya terasa sedikit sakit. Ia mendudukkan tubuhnya dan bersandar di dasbor ranjang.
Ke dua matanya membulat saat ia mengenali kamar yang ia tempati saat ini. Pergerakan mata Lucas dengan cepat menangkap tubuh Dea yang terlihat di balut selimut yang sama dengannya. Punggung polos Dea terlihat jelas di mata Lucas.
Gadis itu membelakangi tubuhnya. Lucas terdiam mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam. Seketika ke dua matanya membulat sempurna saat ingatan seperti kaset rusak terlintas dengan jelas.
Lucas mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tak tau jika ia bisa ceroboh. Namun ia merasa tak ada salahnya melakukannya toh Dea adalah Istrinya juga. Namun setengah hatinya merasa jika ia telah berkhianat dengan gadisnya.
Mengkhianati kekasihnya. Lucas turun dan memunguti pakaiannya yang berada di atas lantai. Saat itu ke dua matanya tak sengaja melihat pecahan kaca foto yang bertaburan dan di sana terlihat wajah Lucas dan lelaki yang ia kenal.
Lucas hanya menatap dingin ke arah Foto itu dan ke arah tempat tidur lalu pergi begitu saja dari kamar Dea.
.
.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!